Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153775 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hera Prastiwi
"Pengaruh globalisasi telah menyentuh semua aspek kehidupan manusia, termasuk kecantikan dan penampilan diri. Makna kecantikan dapat berubah-ubah seiring waktu. Media massa mengambil peranan besar dalam penyebaran budaya salah satunya Korean Wave. Makalah ini berusaha mengkaji bagaimana kemunculan fenomena Korean Wave mulai membentuk standarisasi cantik ala Korea. Kajian menunjukkan bahwa media memiliki peranan dalam menanamkan nilai cantik, kehadiran selebriti Korea yang dianggap sempurna mendorong para remaja menggunnakan kosmetika Korea demi mencapai kecantikan ala Korea.

The influence of globalization has touched all aspects of human life, including beauty and personal appearance. Beauty meaning can change over time. The media took a major role in spreading culture including the Korean Wave. This paper examines how the emergence of the phenomenon of Korean Wave start forming beautiful standardization of Korean Beauty. Studies show that the media has a role in instilling values of what is beauty using Korean beauty as standards, the presence of Korean celebrities who are considered perfect encourage the youth to use the Korean cosmetics in order to achieve the Korean style beauty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Diandra Kesya Thrienandya
"Media massa seperti televisi memiliki pengaruh dalam memberikan informasi mengenai berbagai hal, salah satunya adalah kecantikan. Di Korea Selatan, program televisi yang memiliki pandangan tentang kecantikan adalah Get It Beauty dan The Beauty. Kedua program televisi itu mempunyai tujuan yang sama, yaitu memberikan tutorial makeup dan tips kecantikan terhadap para penontonnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana program kecantikan Get It Beauty dan The Beauty menampilkan citra kecantikan perempuan Korea. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi kualitatif untuk memudahkan penulis menganalisis data penelitian. Hasil studi ini menunjukkan bahwa citra kecantikan perempuan Korea telah terpengaruh standar kecantikan Barat yang dapat dilihat pada program Get it Beauty. Akan tetapi, terdapat pandangan lain yang masih tetap mempertahankan kecantikan alami yang diajarkan para leluhur bangsa Korea dapat dilihat pada program The Beauty.
Mass media such as television has a role to provide information on various things, like beauty. In South Korea, television programs that have this role and views on beauty are Get it Beauty and The Beauty. These two television programs have the same goal, which are giving makeup tutorials and beauty tips to the audience. The problem in this study is how do Get it Beauty and The Beauty display Korean women`s beauty image. This study has a purpose which is to analyse how do Get it Beauty and The Beauty programs display the beauty image of Korean women. The author uses qualitative descriptive research with a qualitative content analysis method to conduct the author analysing the research. Based on the result, it is concluded that the Western has affected Korean women`s beauty image and this can be seen from Get it Beauty. However, some still maintain their natural beauty that was taught by the ancestors and this can be seen from The Beauty."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Korea : Jimoondang, 2008
KOR 302.235 19 KOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Miko Toresa
"Karya ilmiah ini membahas mengenai fenomena perokok perempuan dalam masyarakat Konfusianisme di Korea Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekriptif-kualitatif dengan penjabaran deskriptif dan analisis studi pustaka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa posisi kaum perokok perempuan dalam masyarakat Korea, serta beberapa faktor pemicu berkembangnya jumlah perokok perempuan di Korea Selatan sejak tahun 1980. Dari hasil analisa diperoleh kesimpulan bahwa Korea telah mengenal rokok sejak abad ke- 17 dari Jepang. Konfusianisme berkembang sangat pesat di Korea berpengaruh sangat besar terhadap pandangan umum masyarakat Korea yang menganggap tidak lazim bagi kaum perempuan merokok di depan laki-laki. Walaupun demikian, jumlah perokok perempuan sejak tahun 1980 mengalami peningkatan. Adapun faktor berkembangnya jumlah perokok perempuan di Korea sejak tahun 1980 disebabkan oleh lemahnya regulasi pemerintah terhadap perokok perempuan dan TTCs menargetkan perempuan sebagai pangsa pasar baru. Dari sisi perokok itu sendiri diketahui adanya alasan bahwa merokok bisa mengurangi stres dan mengurangi berat badan.

This paper discusses the phenomenon of women smokers in Korean Confucian society which started to grow since 1980. The method of research is descriptive-qualitative method with descriptive explanation and literature analysis. This study aims to analyze the position of women smokers in Confucian society, and to find significant reason for the growth of women smokers in Korea since the year 1980. The result shows that tobacco has been introduced to Korea from Japan since 17th century. Since Confusianism shows rapid growth in Korea, socially it is not allowed if a women smokes in front of men. However, the number of women smokers in Korea has increased since 1980, and some significant reason of this is because of government’s weakness on regulation for women smokers and also TTCs’s target which put women as a new market. Besides, Korean women smokers choose smoking as their reason to reduce stress and their body weight.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Putri Shafira
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengetahuan tentang bagaimana suatu negara menciptakan identitasnya dengan menggunakan “nation branding”. Studi ini berfokus menganalisa bagaimana Korea Selatan menggunakan “Korean Wave”, fenomena budayanya, dan media global, untuk mengubah identitas nasionalnya. Menggunakan teori kultivasi analisis, penelitian dilakukan dengan menggunakan tinjauan literatur pada database jurnal, katalog perpustakaan dan database surat kabar online, dengan mempelajari bagaimana Korea Selatan digambarkan dalam artikel media dan jurnal penelitian. Hasil mengungkapkan bahwa Korea Selatan telah berhasil mengubah identitasnya. Dahulu nya Korea Selatan dikenal karena perang Korea dan krisis keuangan yang parah, namun karena fenomena global telah berdampak pada industri pariwisata, ekonomi dan hiburan, Korea Selatan sekarang telah dikenal akan hiburan dan pariwisatanya.

The study aims to seek knowledge of how a nation creates its identity using the application of nation branding. The study focuses on analysing how South Korea use Korean Wave, its cultural phenomenon, and the global media, to alter its national identity. Using the cultivation analysis theory, the study was carried out using literature reviews on journal databases, library catalogue and online newspaper databases. It examines how South Korea was visualised in media articles and research journals. Results revealed that South Korea has succeeded in changing its identity. In the past, South Korea was known for the Korean War and the severe financial crisis, but because the global phenomenon has had an impact on the tourism, economic and entertainment industries, South Korea is now known for its entertainment and tourism.

The study aims to seek knowledge of how a nation creates its identity using the application of nation branding. The study focuses on analysing how South Korea use Korean Wave, its cultural phenomenon, and the global media, to alter its national identity. Using the cultivation analysis theory, the study was carried out using literature reviews on journal databases, library catalogue and online newspaper databases. It examines how South Korea was visualised in media articles and research journals. Results revealed that South Korea has succeeded in changing its identity. In the past, South Korea was known for the Korean War and the severe financial crisis, but because the global phenomenon has had an impact on the tourism, economic and entertainment industries, South Korea is now known for its entertainment and tourism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Khulsum
"Tulisan ini membahas mengenai pandangan perempuan Korea mengenai makna cantik yang berkembang di Korea saat ini. Sempitnya makna cantik dan kerasnya kehidupan di Korea membuat perempuan Korea melakukan operasi plastik untuk mendapatkan paras wajah cantik sesuai dengan yang ia inginkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik observasi film dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa konsep cantik perempuan Korea merupakan inspirasi dan kombinasi cantik Asia dan cantik perempuan Barat. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa paras cantik dalam tubuh seorang wanita dapat memberikan mereka kebahagiaan dalam dunia sosial serta mengantarkan mereka kepada nasib yang lebih baik.

This research studies about nowadays korean women's perspective about being beautiful. The importance of being beautiful in the life of korean women leads them to having plastic surgery in order to gain the beautiful face that they want. This research uses qualitative research method with movie observing technic and literature study. The goal of this research is to prove that the beauty concept of korean woman is inspired by the combination of the beauty concept of asian woman and western woman. The result of the analysis show that being beautiful can give a woman happiness in her social life and can also lead them to have a better life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadamega Dara Azzaria
"Artikel ini membahas tentang fenomena Korean Wave dan dampaknya terhadap remaja di Indonesia. Korean Wave adalah fenomena yang menggambarkan bagaimana arus budaya pop Korea mendunia sejak akhir 1990 dan mulai menjamah Indonesia pada tahun 2002. Tumbuh bersamaan dengan kemajuan teknologi dan internet membuat budaya ini lebih cepat berkembang dan tersebar luas. Ia bahkan mampu menggeser popularitas budaya populer lain dan memperoleh banyak penggemar. Selama satu dekade, Korean Wave berhasil menunjukkan dan mempertahankan eksistensinya di mata masyarakat, khususnya pada kalangan generasi muda. Hal ini tercermin dari kemunculan tren-tren Korea di kalangan remaja Indonesia, yang menunjukkan bagaimana gaya hidup sosial dan ekonomi mereka terbentuk akibat kehadiran budaya pop ini. Skripsi ini menggunakan metode sejarah dengan mengumpulkan studi literatur, berita-berita sezaman, dan wawancara remaja penggemar Korea yang berdomisili Jakarta sebagai pendukung penelitian.

This article discusses the Korean Wave phenomena and its impact to Indonesian teenagers. Korean Wave phenomena describes how Korean pop culture started to globalize at the end of 1990s and reached Indonesia in 2002. Growing in parallel with internet and advances in technology, this tide expanded faster and wide spread. It was able to exceed the other popular culture and gain many fans. For a decade, Korean Wave had shown and maintained its existence in the public rsquo s eyes, specifically among young generations. This is reflected by the emergence of Korean trends amid Indonesian rsquo s youths and how Korean culture has influenced their social and economic lifestyle. This article used historical method including literature studies, primary resource, and interviews with Korean fans living in Jakarta as supporting data. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Kawai
"Korea Selatan adalah sebuah negara yang belakangan ini mencapai kemajuan teknologi yang signifikan dan mendapat perhatian dari seluruh dunia. Dibantu dengan perkembangan teknologi dalam bidang kesehatannya yang pesat, Korea Selatan mengembangkan suatu teknik pembedahan baru yakni teknik bedah kecantikan. Dari yang mulanya hanya berupa operasi rekonstruksi medis untuk memperbaiki wajah yang cacat, teknik baru ini berubah menjadi ajang mempercantik diri. Teknik bedah kecantikan ini pun perlahan-lahan mulai populer dilakukan dan berubah menjadi semacam tren di kalangan masyarakat terutama di antara kaum wanita, karena hal ini menaikkan prestise dan gengsi mereka di kalangan masyarakat dan juga menambah rasa percaya diri mereka. Karena terlalu marak dilakukan, lambat laun tren ini berubah menjadi gaya hidup, bahkan menjadi semacam keharusan dan menimbulkan tekanan mental bagi kalangan yang tidak melakukannya. Pada akhirnya fenomena ini mengubah masyarakat secara keseluruhan dalam bidang sosial dan budaya. Metode penelitian jurnal ini adalah metode kualitatif yang berpusat pada observasi data. Jurnal ini akan membahas mengenai perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Korea Selatan dikarenakan fenomena bedah kecantikan ini, yakni munculnya rasa obsesi pada penampilan, objektifikasi seksual atas wanita, budaya lookism dan budaya konsumerisme.Korea Selatan adalah sebuah negara yang belakangan ini mencapai kemajuan teknologi yang signifikan dan mendapat perhatian dari seluruh dunia. Dibantu dengan perkembangan teknologi dalam bidang kesehatannya yang pesat, Korea Selatan mengembangkan suatu teknik pembedahan baru yakni teknik bedah kecantikan. Dari yang mulanya hanya berupa operasi rekonstruksi medis untuk memperbaiki wajah yang cacat, teknik baru ini berubah menjadi ajang mempercantik diri. Teknik bedah kecantikan ini pun perlahan-lahan mulai populer dilakukan dan berubah menjadi semacam tren di kalangan masyarakat terutama di antara kaum wanita, karena hal ini menaikkan prestise dan gengsi mereka di kalangan masyarakat dan juga menambah rasa percaya diri mereka. Karena terlalu marak dilakukan, lambat laun tren ini berubah menjadi gaya hidup, bahkan menjadi semacam keharusan dan menimbulkan tekanan mental bagi kalangan yang tidak melakukannya. Pada akhirnya fenomena ini mengubah masyarakat secara keseluruhan dalam bidang sosial dan budaya. Metode penelitian jurnal ini adalah metode kualitatif yang berpusat pada observasi data. Jurnal ini akan membahas mengenai perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Korea Selatan dikarenakan fenomena bedah kecantikan ini, yakni munculnya rasa obsesi pada penampilan, objektifikasi seksual atas wanita, budaya lookism dan budaya konsumerisme.

South Korea is a nation that has reached a significant techonogical progress and has gained world?s attention recently. They develop aesthetic surgery as a new medical technique, helped by its rapid development in medical sector. In the beginning, this new technique supposed to be a medical reconstruction surgery for facial deformity; however it slowly turns into a way to beautify face. This new technique slowly became popular and turns to a new trend for the society, especially for women because it helps them to increase prestige and their pride, as well as their confidence. Because of its frequent use, this new trend turns to a lifestyle, and even as an obligation and causes mental pressure to people who not doing it. In the end, this phenomenon changes the whole society socially and culturally. The research method used in this journal is the qualitative method focused on data observation. This journal was intended to explain about social and cultural changes that happen in South Korea caused by this aesthetic surgery phenomenon, namely obsession of appearance, sexual objectification of women, lookism and consumerism."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kalya Sabina Islamadina
"Dengan pengaruh budaya industri hiburan Korea Selatan yang semakin besar, penelitian ini digunakan untuk melihat bagaimana dampak dari figur-figur di dalam budaya Korean Wave dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dunia terhadap Korea Selatan sebagai suatu tempat destinasi. Terutama di Indonesia dimana budaya Korean Wave merupakan salah satu bentuk penetrasi budaya luar terbesar. Begitu pula dengan perkembangan teknologi yang memperkenalkan dunia kepada Celebrity Endorsement. Dengan adanya Celebrity Endorsement, masyarakat dunia maupun di Indonesia menjadi jauh lebih mudah untuk dipengaruhi. Tanpa disadari ataupun tidak, masyarakat dunia telah dipengaruhi oleh Celebrity Endorsement, beserta figur-figur yang melakukan Celebrity Endorsement tersebut. Menggabungkan figur-figur di dalam budaya Korean Wave dengan Celebrity Endorsement, menciptakan sebuah bentuk promosi, baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang efektif dan memiliki pengaruh besar. Hal tersebut disebabkan oleh Parasocial Relationship (PR) dan juga Connectedness (CE) yang dimiliki oleh penggemar budaya Korean Wave dengan idola yang digemarinya. Penelitian ini adalah bentuk penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian terdahulu, mengenai pengaruh yang dimiliki oleh para figur dalam budaya Korean Wave ini, terhadap pembangunan persepsi masyarakat Indonesia terhadap Destination Image masyarakat Indonesia ke Korea Selatan sebagai suatu tempat destinasi, dengan mediasi Celebrity Endorsement.

With the growing influence of South Korea's entertainment industry, this research aims to examine how figures within the Korean Wave culture impact the global perception of South Korea as a travel destination. Particularly in Indonesia, the Korean Wave represents one of the largest forms of cultural penetration from abroad. Aside from global penetration, technological advancements have also introduced the world to Celebrity Endorsement. With Celebrity Endorsement, it has become much easier for both the global and Indonesian communities to be influenced. Consciously or not, the global community has been influenced by Celebrity Endorsement and the figures performing these endorsements. Combining figures from the Korean Wave culture with Celebrity Endorsement creates a form of promotion, both direct and indirect, that is effective and has a significant impact. This is due to the Parasocial Relationship (PR) and Connectedness (CE) that Korean Wave fans have with their idols. This research is a continuation of previous studies on the influence of figures within the Korean Wave culture on shaping the perception of the Indonesian community towards the Destination Image of South Korea as a travel destination, mediated by Celebrity Endorsement."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yang, Hee Mun
"Penelitian ini mempelajari arus budaya Korea (Korean wave) di Indonesia, terutama budaya campuran antara budaya Korea dan budaya Indonesia. Sekarang ini, budaya Korea menjadi sebuah hiburan baru di Indonesia. Fenomena ini berhubungan dengan budaya populer di Indonesia. Karena hal ini, budaya campur antara Indonesia dan Korea pun muncal. Budaya Korea sedang melemah di China karena hilangnya fungsi budaya populer yang diakibatkan oleh tidak adanya drama Korea yang dianggap menarik untuk ditonton oleh masyarakat China.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan persamaan dari fenomena ini, untuk mengetahui apakah budaya campur bisa berkompetisi dengan budaya asli di Indonesia dan juga untuk menemukan kemungkinan menurunnya budaya Korea di Indonesia berdasarkan apa yang terjadi di China. Penelitian ini menyertakan penelitian deskriptif dan wawancara dengan orang yang suka menonton acara TV Korea dan film Korea dan juga mendengarkan musik Korea (K-Pop). Permasalahan utama adalah kemungkinan adanya kompetisi antara budaya Korea asli dengan budaya populer Indonesia-Korea. Data-data dikumpulkan dari berbagai buku, artikel, kuesioner, dan laman internet yang berkaitan dengan budaya Korea di Indonesia. Metode analisa data yang digunakan adalah analisis respon.
Hasil dari penelitian ini adalah banyak orang beranggapan bahwa budaya populer Korea-Indonesia tidak bisa bersaing dengan budaya Korea asli. Faktanya, sejak Indonesia diperkenalkan dengan budaya Korea, negara ini secara stabil tertarik dengan kepopuleran budaya Korea, berbeda dengan China.

This research explores Korean Wave in Indonesia, especially the mix-culture between Korean Wave and Indonesian culture. Nowadays, Korean Wave becomes a new entertainment for Indonesian. This phenomenon is related to popular culture in Indonesia. Because of this, the mixed culture between Korean Wave and Indonesian culture appear. Korean Wave is weakening in China because the function of popular culture is loss due to absence of Korean drama that Chinese people are interested to watch.
The purpose of this article is to find similarity of this phenomenon, to know whether mixed culture can compete with the original one in Indonesia and also to find the possibility of decreasing Korean Wave in Indonesia based on what happened in China. This research includes descriptive research and interviews people who like to watch Korean TV program and film, and listen to K-pop. The main issue is the possibility of competition between the original Korean wave and Korean-Indonesian Pop culture. The data is collected from various books, articles, questionnaire, and websites related to Korean Wave in Indonesia. The method of data analysis used is response analysis.
The result of this research is that many people assume that Korean-Indonesian Pop culture cannot compete with the original Korean Wave. In fact, since Indonesia is just introduced to Korean Wave, this country is statically fascinated in the popularity of Korean Wave, differ from China.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>