Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170607 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haviera Rahma Noordiany
"ABSTRAK
Iklan dapat menggambarkan bagaimana suatu kelompok masyarakat berpikir tentang diri mereka sendiri. Salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari iklan adalah ideologi gender, contohnya adalah maskulinitas dan femininitas. Sebuah analisis wacana kritis berdasarkan teori dari Discourse of Advertising oleh Guy Cook 2001 telah dilakukan di dalam jurnal ini dengan menggunakan dua iklan parfum dengan penonton terbanyak di YouTube sebagai korpus, yakni iklan parfum Sauvage dan J rsquo;Adore. Fokus dari jurnal ini adalah untuk melihat ide dari maskulinitas dan femininitas dalam iklan tersebut, serta bagaimana mereka menyetujui atau menantang kedua ideologi gender tersebut. Walaupun kebanyakan dari iklan parfum yang beredar telah membentuk imej wanita dan pria yang sensual, kedua parfum keluaran Dior ini berbeda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua iklan masih menyetujui ideologi gender yang berlaku, namun mereka merepresentasikan ide maskulinitas dan femininitas dengan cara yang berbeda dan tidak sensual.

ABSTRACT
Advertisements are necessary to be analyzed because they can depict of what the society think about themselves. One of the things that cannot be separated from advertisements is gender ideology, i. e. masculinity and femininity. A critical discourse analysis from Discourse of Advertising by Guy Cook 2001 of two of the with the most viewed perfume commercials in YouTube named Sauvage and J rsquo Adore is conducted to discover the idea of masculinity and femininity in perfume commercials. The focus of the article is the representation of men and women in Sauvage and J rsquo Adore perfume commercials and how do they perpetuate or challenge the idea of masculinity and femininity. Although most perfume advertisements sensualize both sexes to attract the consumer, Sauvage and J rsquo Adore are exceptional. The study reveals that the text and context in both advertisements are still perpetuating with gender ideologies although they present the idea of masculine and feminine in a different way, which does not sensualizes both sexes."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Ayu Pradipta Yudah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas representasi transgender dan transeksual dalam pemberitaan di media massa. Subyek penelitian adalah artikel berita dalam media massa Pos Kota berupa media cetak dan online selama tahun 2012-2013. Dalam menganalisis representasi berita digunakan metode kualitatif yaitu analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis yang digunakan dalam skripsi ini mengacu pada Michel Foucault karena dalam skripsi ini juga menggunakan pemikiran Michel Foucault mengenai kekuasaan dan seksualitas. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam representasi transgender dan transeksual dalam pemberitaan memiliki unsur transphobia yaitu ketakutan terhadap transgender dan transeksual, mengandung prasangka dan streotipe serta menampilkan adanya tindakan hate crime terhadap transgender dan transeksual. Hal ini dikarenakan adanya kekuasaan berupa konstruksi sosial yang mengkotak-kotakkan individu berdasar dua jenis kelamin sehingga transgender dan transeksual yang memiliki kepanjangan wanita pria dianggap sebagai individu yang sakit karena tidak berkonformitas sesuai jenis kelamin lahiriah.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the representation of transgender and transsexual over the mass media which is Pos Kota, both printed and online version of the news from 2012 to 2013. News articles of Pos Kota mass media through the years of 2012 and 2013 are the research subjects. This research uses qualitative method, which is discourse analysis, to analyze the news representation. Such method, refer to Michel Foucault as this undergraduate thesis also uses Michel Foucault theory about power and sexuality. The research found that transgender and transsexual news comprise transphobia in its content, containing prejudice and stereotype, as well as showing hate crime towards transgender and transsexual. That could happened by the cause of the power that classify person particularly based on their sex orientation so the transgender and transsexual who is different than those two sex (men and women) considered as an diseased individual, for not adjusting themselves to their natural sex orientation."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azida
"Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak merek yang secara progresif terlibat dalam berbagai debat sosial (Holt, 2016) dalam kampanye pemasaran dan promosi mereka. Salah satu merek itu adalah Gillette, yang mengangkat tentang peran gender, khususnya maskulinitas, dalam iklan terbarunya. Penelitian ini menganalisis iklan audiovisual Gillette yang berjudul We Believe: The Best Men Can Be untuk melihat bagaimana laki-laki digambarkan dan mengkaji mengapa iklan tersebut mendapat banyak reaksi dengan melihat pesan dari iklan tersebut. Studi ini menggabungkan analisis tiga dimensi Fairclough dengan analisis wacana multimodal Kress untuk menganalisis narasi, visual, dan elemen nonverbal lainnya dari iklan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki digambarkan sebagai pelaku dari pelecehan dan penyerangan seksual. Akibatnya, mereka diminta untuk mengubah sikap dan perilaku mereka untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dan menjadi panutan yang baik bagi anak laki-laki. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa iklan tersebut secara langsung merujuk pada gerakan #metoo, yaitu gerakan melawan pelecehan dan penyerangan seksual terhadap perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa reaksi tersebut berasal dari pesan iklan yang bias terhadap laki-laki, di mana mereka digambarkan bersalah, sedangkan perempuan dianggap sebagai korban.

In recent years, more brands have progressively engaged in different societal debates (Holt, 2016) in their marketing and promotional campaigns. One of the brands is Gillette, which talks about gender roles, particularly masculinity, in its recent ad. The present study analyzes Gillette’s audiovisual ad titled We Believe: The Best Men Can Be to see how men are portrayed and examines why the ad receives lots of backlash by looking at the message of the ad. This study combined Fairclough’s three-dimensional analysis with Kress’s multimodal discourse analysis to analyze narratives, visuals, and other nonverbal elements of the ad. The results show that men are portrayed as the perpetrators of sexual harassment and assault. Consequently, they are asked to change their attitudes and behaviors to create a safe environment for women and be good role models for young boys. The results also show that the ad directly refers to the #metoo movement, which is a movement against sexual harassment and assault toward women. Therefore, the study concludes that the backlash comes from the message of the ad that is biased against men, in which they are portrayed as guilty, while women are regarded as the victims."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Pratama Riyono
"Parfum merupakan sebuah produk yang sudah digunakan oleh manusia sejak ratusan tahun yang lalu. Sepeti layaknya semua produk yang hadir untuk diperjualbelikan, parfum juga merupakan produk yang membutuhkan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualanya, salah satunya dengan menggunakan iklan. Menariknya, iklan parfum seringkali menampilkan tubuh perempuan baik parfum yang ditujukan untuk laki-laki maupun para perempuan sendiri. Hal ini tentunya menimbulkan kontroversi sehingga terkadang dibeberapa negara iklan-iklan parfum seperti itu tidak dapat ditayangkan.

Perfume is a product that has been used by humans since hundreds of years ago. Like any other product, perfume is also a product that needs a marketing strategy to increase it’s sales, one of the strategies is using advertising. Interestingly, the ads often featured sex and female body for men and women themselves. This is certainly cause controversy so that sometimes in some countries such as perfume ads that can not be displayed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sisilana Diah Mariastuti Poyk
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas representasi Indonesia dalam iklan pariwisata Wonderful Indonesia versi Feeling Is Believing (2012) melalui pendekatan analisis wacana
kritis terhadap nation brand yang dibangun dalam wacana iklan. Korpus penelitian ini adalah sebuah iklan pariwisata yang dikeluarkan oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia pada tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah wacana representasi Indonesia yang dibangun dalam rangka
nation branding melalui iklan pariwisata Wonderful Indonesia: Feeling Is Believing sudah sesuai dengan tujuan dibuatnya iklan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis yang digunakan dalam penelitian ini ialah tiga dimensi communicative events analysis yang dirumuskan oleh Fairclough (1995). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi Indonesia dalam nation brand Wonderful Indonesia pada wacana iklan belum sesuai dengan tujuan dibuatnya iklan karena elemen-elemen wacana
iklan dan interaksi antar elemen-elemen tersebut belum mampu membangun nation brand yang dituju oleh pemerintah Indonesia.

ABSTRACT
This thesis focuses on how Indonesia is represented in a tourism advertisement titled Wonderful Indonesia: Feeling Is Believing (2012). The research data of this
thesis is a tourism advertisement produced by Indonesian Ministry of Tourism in 2012. This thesis aims to see if the representational discourse of Indonesia in the
advertisement aligns with the purpose of the discourse production. The study is conducted using Fairclough’s critical discourse analysis approach, three dimensional communicative events analysis framework (1995). The study
concludes that the representation of Indonesia in the nation brand Wonderful Indonesia depicted through the advertisement has not fulfilled the purpose of the
discourse. It is because the discourse elements of the advertisement and the interaction established between them are incapable of constructing the nation brand that the government aimed to convey."
2015
S61459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrine Prima Afneta
"Tesis ini membahas kebertubuhan perempuan dalam wacana erotika serta pornografi pada tayangan televisi Mata Lelaki dan Sexophone. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma kritis. Melalui analisis framing Gamson dan Modigliani, hasil penelitian menunjukan bahwa kebertubuhan perempuan dalam tayangan televisi dianggap sebagai instrumen dalam mengakumulasi modal. Kemampuan media untuk menampilkan sosok perempuan sebagai objek, menyebabkan eksploitasi fisik perempuan sebagai daya tarik tayangan. Kemenarikan fisik perempuan serta penggunaan wacana tubuh mereka dimanfaatkan oleh tayangan Mata Lelaki dan Sexophone untuk membawa imajinasi khalayak ke tema yang menjadi segmentasi program. Objektifikasi perempuan selalu disajikan dalam rancangan program, menjadi salah satu manifestasi eksploitasi perempuan. Perempuan diidentifikasi hanya sebatas kemenarikan fisik dan keterampilan yang lemah. Dari sini, perempuan di representasikan hanya untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan cepat melalui kekuatan rating.

The focus of this study is women’s body and their embodiment in erotica and pornography discourse on Mata Lelaki and Sexophone program. This is qualitative research and using critical paradigm. Through Gamson and Modigliani's framing, the result shows that woman body and their embodiment in the television becomes instrument to accumulate the capital. The ability of the media to show women as an objects, led to the exploitation of women's physical attractiveness impressions. Physical attractiveness and bodies discourse of women exploited by Mata Lelaki and Sexophone to bring audiences imagination to the theme of the program segmentation. Objectification are always presented in the program design, become one of woman exploitation manifestation. Woman described in the physical beauty and weak ability. Woman is represented by television program to get large advantage rapidly through the power of rating.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah Sofyaningrat
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi ulama dalam media daring Kompas menggunakan pendekatan analisis wacana berbasis korpus (Baker, 2006) yang memadukan analisis wacana kritis (Fairclough, 1995), transitivitas (Halliday, 2014), dan linguistik korpus (Stubbs, 2001; Sinclair, 2003; Scott & Tribble, 2006). Representasi ulama diperoleh dengan metode kata kunci, kolokasi, dan transitivitas. Objek penelitian ini adalah berita-berita mengenai ulama dalam Kompas daring pada laman KOMPAS.com dan KOMPAS.id pada periode Januari 2017 hingga April 2019. Hasil penelitian menggunakan metode kata kunci menunjukkan bahwa berita-berita yang terkait ulama dalam Kompas daring memuat topik-topik (1) politik, (2) kelompok, (3) penodaan agama, dan (4) pendidikan. Kemudian, hasil penelitian menggunakan metode kolokasi menunjukkan ulama yang direpresentasikan sebagai tokoh yang (1) memiliki pengaruh pada politik dan pemerintahan, (2) memiliki kuasa, (3) bagian dari kelompok, (4) terkait dengan isu penganiayaan, penyerangan, dan kriminalisasi, serta (5) berkaitan dengan pendidikan. Terdapat 6 proses transitivitas yang dianalisis dalam klausa-klausa dalam KBU, yaitu proses material, perilaku, mental, verbal, relasional, dan eksistensial. Pada proses material dan verbal sebagai proses yang ditemukan paling banyak dalam korpus berita ulama ditemukan bahwa tokoh pemerintahan mendominasi sebagai aktor dan penutur dalam klausa-klausa, sedangkan ulama lebih banyak menjadi tujuan dalam klausa-klausa tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa ulama menjadi objek dari politisasi. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Kompas daring, representasi ulama yang dominan ditampilkan berkaitan dengan politik dan pemerintahan.

This study aimed to find out the representation of Ulamas (ulemas) in Kompas online media using a corpus-based critical discourse analysis approach (Baker, 2006) that combines critical discourse analysis (Fairclough, 1995), transitivity (Halliday, 2014), and corpus linguistics (Stubbs, 2001; Sinclair, 2003; Scott & Tribble, 2006). The representation of Ulamas was obtained by the method of keywords, collocation, and transitivity. The object of this research is the collection of news about ulama in Kompas online on KOMPAS.com and KOMPAS.id in the period of January 2017 to April 2019. The result using the keyword method showed that the news related to Ulamas in Kompas online contained topics of (1) politics, (2) groups, (3) blasphemy, and (4) education. Furthermore, the result of the study using the collocation method showed that the ulemas were represented as figures who (1) have influence on politics and government, (2) have power, (3) part of groups, (4) related to issues of persecution, assault, and criminalization, and (5) related to education. There are 6 transitivity processes that were analyzed in this research, those were material, behavioral, mental, verbal, relational, and existential processes. In the material and verbal process as the dominant processes found in the corpus of Ulamas, it was found that government dominated as actor and sayer in clauses, while Ulamas became the goal in the clauses. This shows that Ulamas are represented as the object of politicization. The finding of this study indicate that in Kompas online, the representation of the Ulamas is portrayed dominantly as figures who have relation to politics and government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T54334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Hari Wirawan
"[vJurnal ini membahas tentang representasi perempuan dalam iklan bir Wieckse Rosé yang muncul di Belanda pada tahun 2007. Wieckse Rosé adalah minuman bir berwarna merah muda yang memiliki rasa buah yang cocok diminum oleh perempuan, sehingga bir ini masuk dalam kategori bir untuk perempuan atau vrouwenbier. Pada penelitian ini, penulis menganalisis sistem tanda berupa indeks, ikon dan simbol dalam iklan Wieckse Rosé, kemudian mengkaitkannya dengan teori feminisme eksistensialisme Simone de Beauvoir. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dari buku-buku semantik, periklanan, feminisme dan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, penggunaan indeks, ikon dan simbol dalam iklan Wieckse Rosé bertujuan untuk menuntut kesetaraan dalam beraktivitas di ruang publik dan sebuah koreksi mengenai citra perempuan di media yang tidak relevan dengan kondisi yang sebenarnya.
ABSTRACTThis journal talks about the representation of women in Wieckse Rosé beer commercials that appeared in Netherlands in 2007. Wieckse Rosé is a pink colored beer with fruit flavor that is suitable for women. In Nederland, this kind of beer is specifically for women, or as know as vrouwenbier. In this research, writer analyzed a sign sytem in the form of index, icons and symbols in this commercials and then connect them with the Simone de Beauvoir theory of existentialism feminism. The research in this journal using a literature review of semantics, advertising and feminism books. The results of this research shows that index, icons and symbols in advertising Wieckse Rosé are use to aim demand equality in activities in public spaces and a correction of the image of women in the media are not relevant to the actual conditions., This journal talks about the representation of women in Wieckse Rosé beer commercials that appeared in Netherlands in 2007. Wieckse Rosé is a pink colored beer with fruit flavor that is suitable for women. In Nederland, this kind of beer is specifically for women, or as know as vrouwenbier. In this research, writer analyzed a sign sytem in the form of index, icons and symbols in this commercials and then connect them with the Simone de Beauvoir theory of existentialism feminism. The research in this journal using a literature review of semantics, advertising and feminism books. The results of this research shows that index, icons and symbols in advertising Wieckse Rosé are use to aim demand equality in activities in public spaces and a correction of the image of women in the media are not relevant to the actual conditions.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gery Respati
"Terdapat unsur unsur rasisme dan stereotip dalam iklan produk kecantikan Prancis. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan konsep-konsep multikulturalisme seperti rasisme stereotip dan superioritas ras untuk menganalisis korpus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan iklan kecantikan Prancis mencerminkan pengutamaan terhadap ras berkulit putih dan pandangan bahwa kecantikan identik dengan ras kulit putih dengan kulit yang putih tubuh tinggi dan mata yang besar.

Signs or racism and stereotype are found in French cosmetic advertisements. The research was conducted in qualitative method with multiculturalism concepts such as racism stereotype and race superiority to analyze the corpus. The results conclude that French beauty commercials tend to accentuate the whites and view that beauty is synonymous to the white skin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Jasmine
"Artikel ini membahas feminitas dalam majalah ELLE RUSSIA. Pada artikel ini, pembahasan difokuskan pada enam iklan parfum yakni Dior Addict Eau de Toilette, GIORGIO ARMANI ACQUA di GIOIA, DOLCE & GABBANA – LIGHT BLUE, GUCCI Flora Gardenia the Floral Fragrances, PRADA CANDY FLORALE The New Eau de Toilette, GIVENCHY Very Irresistible L’eau en rose yang dimuat dalam halaman majalah ELLE RUSSIA edisi Juli 2014. Analisis dilakukan menggunakan teori Semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Hasil analisis artikel ini menyatakan bahwa majalah ELLE RUSSIA memuat konten perempuan dan feminitas dalam bentuk fashion, make up, skincare, parfum memberikan dampak secara tersirat melalui tampilan feminitas yang dipromosikan pada tampilan fisik yang sensual, kebebasan, serta perpaduan warna sesuai konsep.

This article discusses femininity in ELLE Russia Magazine. In this article, the discussion focused on six perfume ads, namely Dior Addict Eau de Toilette, Giorgio Armani Acqua di Gioia, Dolce & Gabbana Light Blue, Gucci Flora Gardenia the Floral Fragrances, Prada Candy Florale the New Eau de Toilette, and Givenchy Very Irresistible L'eau en Rose, which were published on the pages of the July 2014 issue of ELLE Russia Magazine. The analysis was carried out using Roland Barthes' semiotics theory. The method used is the descriptive method of analysis. The results of the analysis of this article stated that ELLE Russia Magazine contains women's and femininity content in the form of fashion, makeup, skincare, and perfume, giving an implicit impact through the appearance of femininity that is promoted through a sensual physical appearance, freedom, and a combination of colors according to the concept."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>