Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119760 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas relevansi ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa. Penulisan ini menggunakan metodologi penelitian library research kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, dan observasi melalui internet. Tasawuf adalah suatu usaha dalam membersihkan batin dengan sebersih-bersihnya melalui seragkaian amalan ibadah dan zikir serta kegiatan rohaniah lainnya dalam rangka mencapai kesatuan rohaniah dengan Tuhan. Ilmu tasawuf merupakan salah satu Ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas dan berbudi luhur. Ilmu tasawuf juga dapat mendekatkan diri manusia kepada Tuhan. Sebagai salah satu disiplin keagamaan, tasawuf merupakan bidang yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang ada pada wilayah yang berbeda dengan Ilmu pengetahuan pada umumnya. Tujuan dari tasawuf itu sendiri adalah ldquo;fana rdquo; untuk mencapai ma rsquo;rifatullah dekat dengan Allah . Sedangkan, pengertian kebatinan Jawa berasal dari kata kebatinan. Kebatinan berasal dari istilah Arab yaitu ldquo;batin rdquo; yang artinya dalam; dalam hati; tersembunyi; gaib. Di kalangan pengikut kebatinan sendiri tidak ada pengertian dan rumusan yang jelas. Malah dihindarkan untuk mengganti kata ldquo;batin rdquo; dengan hati, sukma, jiwa, roh dan sebagainya justru karena yang dimaksud dengan istilah tersebut tidak pernah dapat dirangkum dengan kata-kata. Akan tetapi yang dimaksud dengan ldquo;batin rdquo; disini adalah ldquo;pengalaman batin manusia rdquo;, pengetahuan batin yang tidak didasarkan pada logika dan rasionalitas. Pengertian yang lebih dalam hanya dapat dimengerti dalam konsep orang Jawa bahwa manusia mempunyai lahir dan batin. Tujuan dari ilmu kebatinan Jawa adalah memberikan pemahaman yang mendalam kepada manusia atau orang yang mengamalkan ajaran dari ilmu tersebut untuk menyatukan diri atau bersekutu dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui metodenya sendiri. Melihat dari kesamaan tujuan dari tasawuf dan kebatinan Jawa, maka penulis meneliti mengenai relevansi dari ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa.Jurnal ini membahas relevansi ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa. Penulisan ini menggunakan metodologi penelitian library research kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, dan observasi melalui internet. Tasawuf adalah suatu usaha dalam membersihkan batin dengan sebersih-bersihnya melalui seragkaian amalan ibadah dan zikir serta kegiatan rohaniah lainnya dalam rangka mencapai kesatuan rohaniah dengan Tuhan. Ilmu tasawuf merupakan salah satu Ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas dan berbudi luhur. Ilmu tasawuf juga dapat mendekatkan diri manusia kepada Tuhan. Sebagai salah satu disiplin keagamaan, tasawuf merupakan bidang yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang ada pada wilayah yang berbeda dengan Ilmu pengetahuan pada umumnya. Tujuan dari tasawuf itu sendiri adalah ldquo;fana rdquo; untuk mencapai ma rsquo;rifatullah dekat dengan Allah . Sedangkan, pengertian kebatinan Jawa berasal dari kata kebatinan. Kebatinan berasal dari istilah Arab yaitu ldquo;batin rdquo; yang artinya dalam; dalam hati; tersembunyi; gaib. Di kalangan pengikut kebatinan sendiri tidak ada pengertian dan rumusan yang jelas. Malah dihindarkan untuk mengganti kata ldquo;batin rdquo; dengan hati, sukma, jiwa, roh dan sebagainya justru karena yang dimaksud dengan istilah tersebut tidak pernah dapat dirangkum dengan kata-kata. Akan tetapi yang dimaksud dengan ldquo;batin rdquo; disini adalah ldquo;pengalaman batin manusia rdquo;, pengetahuan batin yang tidak didasarkan pada logika dan rasionalitas. Pengertian yang lebih dalam hanya dapat dimengerti dalam konsep orang Jawa bahwa manusia mempunyai lahir dan batin. Tujuan dari ilmu kebatinan Jawa adalah memberikan pemahaman yang mendalam kepada manusia atau orang yang mengamalkan ajaran dari ilmu tersebut untuk menyatukan diri atau bersekutu dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui metodenya sendiri. Melihat dari kesamaan tujuan dari tasawuf dan kebatinan Jawa, maka penulis meneliti mengenai relevansi dari ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa.

ABSTRACT
This journal discusses the relevance of the Science of sufism and the Javanese kebatinan. This writing uses research methodology library research library such as books, journals, and observation via the internet. Sufism is an attempt to cleanse the mind cleanly through the deeds of worship and dhikr and other spiritual activities in order to attain spiritual unity with God. Science Sufism is one of the Sciences that can help the realization of quality human beings. Science Sufism can also bring humanity closer to God. As one of the religious disciplines, Sufism is a field that is temporarily regarded as a discipline that exists in a region different from that of Science in general. The purpose of Sufism itself is mortal to reach ma 39 rifatullah close to God . While the understanding of kebatinan Java comes from kebatinan. Kebatinan comes from the Arabic term inner which means in in the heart hidden Unseen. Among the followers of kebatinan itself there is no clear understanding and formulation. Instead it is avoided to replace the word inner with the heart, soul, soul, spirit and so on precisely because the meaning of the term can never be summed up with words. But what is meant by mind here is the inner experience of man , the inner knowledge which is not based on logic and rationality. A deeper understanding can only be understood in the concept of the Javanese that man has a birth and an inner being. The goal of Javanese mysticism is to provide a deep understanding to humans or people who practice the teachings of that science to unite themselves or to fellowship with God Almighty through his own method. Judging from the common purpose of the Javanese mysticism and the Javanese kebatinan, the author examines the relevance of the science of sufism and Javanese mysticism."
2017
Ivon Camelia Putri
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini mendiskusikan hubungan antara Tasawuf, Filsafat, dan Kalam. Semua istilah tersebut pada akhirnya akan menuju pada apa yang dinamakan kebenaran. Namun untuk menuju sebuah kebenaran tidak hanya dengan sebuah pendekatan tertentu."
KONSTAIN 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini membicarakan secara umum perkembangan sejarah tasawuf dengan sebuah overview yang membahas dua"aliran' tasawuf yaitu sunni dan tasawuf falsafi (syi'i). Juga dikemukakan melalui permasalahan-permasalahan tematis atau pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh dari kedua aliran tasawuf tersebut. Ada perbedaan bendasar antara kedua tasawuf tersebut dari latar belakang sejarah dan karateristiknya. Tokoh utama tasawuf sunni adalah Al-Ghazali dan tokoh utama falsafi adalah Ibn'Arabi'. Kendati kedua macam"aliran" tasawuf ini memilikiperbedaan yang kadang-kadang prinsipal, namun keduanya masih tetap berada dalam Islam, karena sama-sama berlandasakan pada soal penafsiran antara yang literer(lafdzi) dan metafora(majazi).
"
[Arab, ], 2005
UI-ARABIA 7(14-15)2004/2005
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abuddin Nata
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001
297.01 ABU i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Heroe Sunarko
Malang: Kalimetro Intelegensia, 2015
297.27 SUN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Meison Amir
Magelang: Tamboer Press, 2000
297.5 SIR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Meison Amir
"Cinta dan Tasawuf Rumi. (Di bawah bimbingan Zainuddin Mansyur S.S.) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1988. Puisi adalah salah satu sarana yang biasa diguna_kan oleh para sufi untuk mengungkapkan keadaan batin mereka. Para sufi yang biasa melakukan hal tersebut adalah Rabiah al Adawiyah, Yahya ibn Mu'adzal, Razi al Halaj, Umar ibn al Farid dan Jalaluddin Rumi. Jalaluddin Rumi dan Umar ibn al Farid berpendapat bahwa puisi adalah sarana paling tepat untuk mengung_kapkan realitas secara sentimentil. Skripsi penulis ini mengungkapkan tasawuf cinta Jalaluddin Rumi, sufi besar dari Persia. Untuk menge_tahui hal ini, kita perlu mengetahui sumber-sumber dan konsepsi tasawuf yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunah Rasul. Tinjauan analitis terhadap tasawuf, menunjuk_kan kehidupan para sufi dengan berbagai aliran yang dianutnya, yang memiliki konsepsi jalan menuju Allah SWT. Jalan ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniah, lalu secara bertahap menempuh berbagai fase, yang dikenal dengan tingkatan dan keadaan, yang be_rakhir pada makrifat. Untuk sampai pada makrifat, seorang sufi harus melalui fase-fase tertentu. Fase- fase ini dikatakan juga sebagai ilmu, yaitu syarifat, tarikat, hakekat dan makrifat. Dalam etika sufi, cinta adalah prinsip tertinggi yang merupakan tujuan utama dalam hidup sufi. Cinta adalah satu-satunya cara dalam mendekatkan diri ke_pada Tuhan. Dalam hal ini, Allah telah menandakan dalam Al-Qur'an surat 2: 165, Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah._ Menurut Jalaluddin Rumi, cinta mempunyai tiga tahap perkembangan. Pertama, memuja segala hal, yaitu orang, wanita, anak, uang, pangkat dan tanah. Kedua, memuja Allah. Ketiga, cinta mistis, yaitu seseorang tidak mengatakan is mencintai. Allah atau tidak. Lebih lanjut Rumi menyatakan cinta ibarat air butuh peran_tara agar panas, yaitu priuk dan api. Cinta yang dimaksud disini termasuk lenyapnya kedirian. Tiada diri, yang menjadi hakikat dari cinta kesufian adalah terjemahan mistis dan kreatif dari sabda Rasul yang berbunyi : Hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan wafat_kanlah aku dalam kemiskinan pula. Cinta yang diagungkan Rumi memiliki tiga tahapan yang harus dilalui seorang sufi. Cinta ini akan lebih jelas kita melihatnya dari konsepsi tasawuf. Dalam konsepsi Rumi tidak dibedakan antara hakikat dan makri_fat, karena keduanya bersumber pada cinta sang kekasih. Seorang sufi yang telah sampai pada tingkat hakikat atau makrifat, akan mengalami cinta mistis yang membawanya kepada keadaan fana, yaitu seseorang telah kehilangan kesadaran akan dirinya sendiri dan yang ada hanyalah Allah SWT. Rumi kini telah tiada, namun kebesarannya masih diperbincangkan. Ini adalah sebuah bukti bahwa karya--karyanya masih dibaca orang. Beberapa karya Rumi yang masih tertinggal dan menjadi telaah para ahli sastra kebudayaan Timur adalah Maqolat'i Syams-i Tabriz, Divan-i Syams-i Tabriz, Masnawi, Rubaiyat dan Fihi ma Fihi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadji Abdul Malik Karim Amrullah, 1908-1981
Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1951
297.4 HAM t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika kekuasaan islam mengalami perluasan politik dan kemajuan material, tasawuf timbul sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bertasawuf tidak berarti miskin dan lusuh. Sangat keliru menyamakan kesalehan dengan kemiskinan. Tasawuf sejati bukan tidak memiliki dunia, tetapi tidak dimiliki dunia. Maka ketika dilanda kemiskinan, tasawuf bisa menjadi penawar. Penghayatan atas sebab-sebab kemunculan dan ajaran tasawuf, dapat menimbulkan nilai-nilai positif, misalnya untuk membentuk etika kerja, menjaga diri dari khianat (KKN), meredam sifat individualis, materialis dan hedonis. Tasawuf juga dapat mendorong kesadaran untuk "berbagi" terlebih saat jurang antara yang kaya dan miskin semakin mencolok akibat dominasi sistem kapitalis. Dalam pengentasan kemiskinan, melalui bukunya, Rakaiz al-iman baina al-Aqal wa al-Qulub, al-Ghazali mengajak umat Islam untuk mengamalkan nilai-nilai tasawuf, a.l. zuhud, yakni memenuhi segala yang haram, tidak berlebihan dalam perkara yang halal, dan meninggalkan apa saja yang dapat memalingkan diri dari mengingat Allah. Dan atsar,yakni tulus untuk mendahulukan yang memerlukan"
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika kekuasaan Islam mengalami perluasan politik dan kemajuan material, tasawuf timbul sebagai upaya untuk mnedekatkan diri kepada Allah. Bertasawuf tidak berarti miskin dan lusuh. Sangat keliru menyamakan kesalehan dengan kemiskinan. Tasawuf sejati bukan tidak memiliki dunia, tetapi tidak dimiliki dunia. Maka ketika dilanda kemiskinan tasawuf bisa menjadi penawar. Penghayatan atas sebab-sebab kemunculan dan ajaran tasawuf dapat menimbukan nilai-nilai positif misalnya untuk membentuk etika kerja, menjaga diri dari khianat, meredam sifat individualis, materialis dan hedonis. Tasawuf juga dapat mendorong kesadaran untuk berbagi terlebih saat jurang antara yang kaya dan miskin semakin mencolok akibat dominasi sistem kapitalis. Dalam pengentasan kemiskinan melalui bukunya Rakaiz al-imam baina al-'Aqal wa al-Qulub, al Ghazali mengajak umat islam untuk mengamalkan nilai-nilai tasawuf, a.l. Zuhud, yakni menjauhi segala yang haram, tidak berlebihan dalam perkara yang halal dan meninggalkan apa saja yang dapat memalingkan diri dari mengingat Allah. Dan atsar yakni tulus untuk mendahulukan mereka yang memerlukan. "
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>