Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128282 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachma Novita Indrarini
"ABSTRAK
Latihan fisik merupakan hal yang penting untuk kesehatan namun dapat pula meningkatkan stres oksidatif yang menyebabkan peningkatan Reactive Oxygen Species ROS . Superoksida dismutase SOD adalah antioksidan endogen yang terdapat dalam tubuh, merupakan enzim yang mengkatalisis dismutasi ion superoksida radikal O2- menjadi hidrogen peroksida H2O2 dan molekul oksogen O2 sebagai perlawanan terhadap stres oksidatif.Akupunktur merupakan salah satu modalitas terapi yang diharapkan dapat mengurangi stress oksidatif yang terjadi akibat latihan fisik. Penelitian ini dilakukan pada tiga puluh pria tidak terlatih yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok akupunktur manual n = 15 yang dilakukan penusukan pada titik akupunktur ST36 dan SP6 bilateral, dan kelompok plasebo n = 15 yang dilakukan penusukan jarum pada plester tanpa menembus kulit. Terapi akupunktur dilakukan satu kali selama 30 menit segera setelah subyek selesai melakukan latihan fisik akut.. Penilaian kadar SOD darah dinilai sebelum latihan fisik dan satu jam setelah melakukan latihan fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik selisih kadar SOD antara sebelum dan sesudah latihan fisik antara kelompok akupunktur manual dan kelompok plasebo p = 0,001.

ABSTRACT
Physical exercise is important for health but can also increase oxidative stress that induce Reactive Oxygen Species ROS . Superoxide dismutase SOD is endogenous antioxidants found in the body, an enzyme that catalyzes the dismutation of radical superoxide ions O2 into hydrogen peroxide H2O2 and oxygen molecules O2 against oxidative stress Acupuncture is one of the therapeutic modalities that is expected to reduce oxidative stress that occurs due to physical exercise. The study was conducted on thirty untrained men who were randomly divided into two groups, the manual acupuncture group n 15 performed acupuncture therapy at bilateral ST36 and SP6 acupuncture points, and the placebo group n 15 performed the needle stitching on the plaster without penetrating the skin. Acupuncture therapy is performed once for 30 minutes immediately after the subjects have finished acute physical exercise. Assessment of the blood SOD level was assessed before physical exercise and one hour after physical exercise. The results of this study showed a statistically significant difference in the difference between the level of SOD before and after physical exercise between the manual acupuncture group and placebo group p 0.001. "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Angelia Suwignjo
"Pada kanker kepala dan leher ditemukan adanya peningkatan kadar radikal bebas dan penurunan aktivitas antioksidan, yaitu Superoksida Dismutase SOD. Salah satu terapi utama pada pasien kanker kepala dan leher adalah terapi radiasi. Efek tidak langsung terapi radiasi adalah meningkatkan kadar radikal bebas. Selain itu efek samping terapi radiasi menyebabkan penurunan kualitas hidup.
Penelitian ini dibagi secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok akupunktur manual n=15 dan kelompok akupunktur manual sham n=15. Penelitian ini menggunakan titik GV20 Baihui, LI4 Hegu, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjao, dan LR3 Taichong. Terapi dilakukan tiga kali seminggu selama 30 menit sebanyak 12 kali.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selisih skor SOD tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara kedua kelompok p=0.695 tetapi adanya perbedaan bermakna secara statistik pada selisih skor Organization for Research and Treatment of Cancer EORTC QLQ-C-30 sebelum dan setelah dua belas kali terapi antara kedua kelompok.

In head and neck cancer found an increase in free radical levels and decreased antioxidant activity, namely Superoxide Dismutase SOD . One of the main therapies in head and neck cancer patients is radiation therapy. The indirect effect of radiation therapy is to increase the levels of free radicals. In addition, side effects of radiation therapy lead to a decrease in the quality of life.
The study was randomly divided into two groups, the manual acupuncture group n = 15 and the manual acupuncture group sham n = 15. This study uses GV20 Baihui point, LI4 Hegu, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjao, and LR3 Taichong. Therapy is done three times a week for 30 minutes as much as 12 times.
The results of this study showed that there was no statistically significant difference in the difference between the two groups p = 0.695 but there was a statistically significant difference in the difference between the QLQ-C-30 Organization for Research and Treatment of Cancer EORTC score before and after twelve times of therapy between the two groups p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Freddy Julianto
"Fisik yang tidak aktif menempati peringkat keempat dalam daftar faktor risiko kematian. Bukti ilmiah semakin banyak mendukung bahwa dengan menjadikan latihan fisik sebagai bagian dari gaya hidup, dapat menurunkan risiko terjadinya berbagai penyakit. Namun, kelelahan otot dan nyeri otot juga banyak dirasakan oleh orang tidak terlatih yang baru memulai latihan. Penumpukan asam laktat di dalam otot sering dihubungkan dengan terjadinya kelelahan otot dan nyeri otot ini, yang akan memengaruhi kenyamanan melakukan latihan fisik. Saat ini, belum ada obat – obatan ataupun intervensi yang direkomendasikan secara resmi untuk menunda munculnya kelelahan otot atau nyeri otot. Penelitian ini menilai pengaruh akupunktur manual terhadap kenyamanan melakukan latihan fisik yang dievaluasi dengan menilai rerata kadar asam laktat, denyut nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik, skala Borg untuk menilai tingkat kelelahan, serta Visual Analogue Scale (VAS) untuk menilai nyeri otot. Dua puluh enam pasien dibagi secara acak menjadi dua, kelompok akupunktur manual (n=13) dan akupunktur sham (n=13). Kedua kelompok menerima seri akupunktur yang sama, sebanyak 12 sesi dengan jarak 1 – 3 hari. Kedua kelompok juga melakukan latihan fisik yang sama, yaitu treadmill dengan intensitas sedang selama sepuluh menit, sebelum dan setelah seri terapi akupunktur. Penilaian rerata kadar asam laktat, denyut nadi, tekanan darah, skala Borg, dan VAS dilakukan dua kali, yaitu setelah latihan fisik sebelum memulai terapi pertama dan setelah latihan fisik setelah terapi terakhir. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada rerata kadar asam laktat, denyut nadi, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, skala Borg, dan VAS pada kelompok akupunktur manual dibandingkan akupunktur sham. Rerata kadar asam laktat setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,041). Rerata denyut nadi setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,042). Rerata tekanan darah sistolik setelah terapi akupunktur 12 kali  (p = 0,024). Rerata tekanan darah diastolik setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,035). Skala Borg setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,043). VAS setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,049). Penemuan ini menunjukkan bahwa terapi akupunktur manual memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kenyamanan melakukan latihan fisik.

Physical inactivity ranks fourth in the list of risk factors for death. Scientific evidence increasingly supports that by making physical exercise a part of lifestyle, it can reduce the risk of various diseases. However, muscle fatigue and muscle aches are also felt by many untrained people who are just starting training. The buildup of lactic acid in the muscles is often associated with the occurrence of muscle fatigue and muscle pain, which will affect the comfort of doing physical exercise. At present, there are no drugs or officially recommended interventions to delay the appearance of muscle fatigue or muscle aches. This study assessed the effect of manual acupuncture on the comfort of physical exercise which was evaluated by assessing the mean levels of lactic acid, pulse, systolic and diastolic blood pressure, the Borg scale to assess the level of fatigue, and the Visual Analogue Scale (VAS) to assess muscle pain. Twenty-six patients were randomly divided into two groups, manual acupuncture (n = 13) and sham acupuncture (n = 13). Both groups received the same series of acupuncture, with 12 sessions spaced 1-3 days. Both groups also did the same physical exercise, which was a treadmill with moderate intensity for ten minutes, before and after the acupuncture therapy series. The average assessment of lactic acid levels, pulse rate, blood pressure, the Borg scale, and VAS was carried out twice, namely after physical exercise before starting the first therapy and after physical exercise after the last therapy. The results showed that there were significant differences in the average levels of lactic acid, pulse, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, Borg scale, and VAS in the manual acupuncture group compared to sham acupuncture. Average lactic acid levels after acupuncture therapy 12 times (p = 0.041). Mean pulse rate after acupuncture therapy 12 times (p = 0.042). The mean systolic blood pressure after acupuncture therapy was 12 times (p = 0.024). Average diastolic blood pressure after acupuncture therapy 12 times (p = 0.035). Borg scale after acupuncture therapy 12 times (p = 0.043). VAS after acupuncture therapy 12 times (p = 0.049). These findings indicate that manual acupuncture therapy has a better effect on the comfort of physical exercise."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Putri Utami
"Latar belakang: Hipertensi dan aterosklerosis berkaitan dengan disfungsi endotel yang ditandai oleh pengurangan produksi nitric oxide (NO) dan penurunan NO bioavailability. Disfungsi endotel dapat terjadi sejak usia anak-anak dan inaktivitas fisik menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular. Namun belum banyak penelitian mengenai perbedaan pengaruh latihan fisik aerobik pada juvenil dibandingkan dengan dewasa terhadap fungsi vaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia latihan fisik terhadap kadar NO, MDA dan aktivitas spesifik enzim SOD pada aorta abdominal dengan lama latihan yang sama.
Metode: Subjek penelitian adalah tikus usia juvenil dan dewasa muda yang dibagi dalam kelompok latihan dan kontrol. Latihan aerobik selama 8 minggu menggunakan treadmill dengan kecepatan disesuaikan dengan usia tikus selama 20 menit intermitten, 5x seminggu. Analisis kadar NO, MDA dan aktivitas SOD aorta abdominal menggunakan uji t-test independen (data berdistribusi normal dan homogen) atau uji U-Mann Whitney (data tidak normal).
Hasil: Kadar NO dan aktivitas spesisfik SOD lebih tinggi pada kelompok latihan dibandingkan kontrol, baik pada kelompok juvenil maupun dewasa muda. Namun hanya pada kelompok dewasa muda yang perbedaannya bermakna. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA antara kelompok latihan dan kontrol pada kedua usia. Kadar MDA pada kelompok juvenil meningkat dan menurun pada kelompok dewasa muda akibat latihan aerobik selama 8 minggu.
Kesimpulan: Latihan aerobik dapat meningkatkan produksi NO dan NO bioavailability pada kelompok juvenil maupun dewasa muda. Peningkatan NO bioavailability terjadi melalui aktivitas spesifik enzim SOD. Diduga tingginya kadar MDA pada kelompok latihan dan kontrol juvenil terkait dengan usia dan stres fisik. Belum diketahui apakah peningkatan kadar MDA pada kelompok juvenil masih dalam kisaran normal atau tidak. Oleh karena itu, masih terdapat beberapa pertanyaan terkait manfaat latihan pada juvenil.

Background: Hypertension and atherosclerosis are related to endothelial dysfunction, that characterized with decrease of NO production and bioavailability. Physical inactivity has contribute to endothelial dysfunction that can occur since childhood. However, until now, there were only few studies about the difference effect of aerobic training to vascular function in juvenile and young-adult rats. Therefore, this study aimed to know the effect of age related- exercise training to level of NO, MDA and specific SOD activity in abdominal aorta.
Methode: Subjects were juvenile and young adult male wistar rats divided into 2 group: control and aerobic training. Aerobic training performed in 8 weeks with animal treadmill with age-dependent speed for 20 minutes intermittent exercise, 5x per week. Analysis of NO, MDA level, and SOD activity of abdominal aorta used t-test independent (normal distribution and homogen) or U-Mann Whitney (not normal distribution).
Results: NO level and SOD specific activity in training group were higher than control group, in both juvenile and young adult group. But, only in young adult group that had significant result. There was no significant different of MDA level in training group compared to control group in both juvenile and young-adult group, but MDA level increased in juvenile group and decreased in young-adult group because of aerobic training for 8 weeks.
Conclussion: Aerobic training can increase NO production and bioavaibility both in juvenile and young adult group. Increase of NO bioavailability was considered to the increase of SOD specific activity. We considered that the increase of MDA level in training and control juvenile group were related to age and physical stress. We didn?t know yet the increased level of MDA in juvenile group was still in normal range level or not. Therefore is still any question if training in juvenile rat was benefit or not.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chikih
"Latar Belakang : Terjadinya peningkatan biomarker inflamasi akibat penyelaman dekompresi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit dekompresi, hal ini telah dibuktikan dengan terjadinya peningkatan ekspresi TNF? akibat penyelaman dekompresi tunggal. Pencegahan peningkatan biomarker inflamasi dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan sebelum penyelaman dekompresi, sesuai dengan preconditioning theory, yang salah satunya adalah pemberian latihan fisik sebelum penyelaman yang dapat mengurangi ukuran dan jumlah gas bubble akibat penyelaman. Pengaruh latihan fisik sebelum penyelaman terhadap kadar biomarker inflamasi TNF? sesudah penyelaman belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa latihan fisik sebelum penyelaman dekompresi dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar biomarker inflamasi TNF?.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental murni dengan seluruh subjek penelitian adalah penyelam laki-laki terlatih, terbagi secara random kedalam dua kelompok, yaitu perlakuan dan kontrol, di mana kelompok perlakuan mendapatkan latihan fisik submaksimal dengan intensitas 70 frekuensi jantung maksimal menggunakan cycle ergometer dengan 60 kayuhan permenit, 24 jam sebelum penyelaman dekompresi 280 kPa bottom time 80 menit, pada kelompok kontrol tidak diberikan latihan fisik submaksimal. Ekspresi biomarker diperiksa sebanyak tiga kali, awal penelitian, sebelum penyelaman dan sesudah penyelaman.
Hasil : Pada kelompok perlakuan tidak terjadi peningkatan, bahkan terjadi penurunan eskpresi TNF? yang tidak bermakna, dari 7.06 1.85 pg/ml menjadi 6,75 1,81 pg/ml, sedangkan kelompok kontrol mengalami peningkatan ekspresi TNF? yang bermakna, dari 8,22 1,45-13,11 pg/ml menjadi 8,39 1,73-12,18 pg/ml, dan terdapat perbedaan selisih rerata yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan latihan fisik sebelum penyelaman dan kelompok yang tidak mendapatkan latihan fisik sebelum penyelaman dengan perbedaan rerata -024 -2.74 - 1.67 pg/ml dan 0.45 -0.94 ndash; 0.95 pg/ml.
Kesimpulan dan Saran : Latihan fisik submaksimal akut dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar TNF? akibat penyelaman dekompresi tunggal.

Background : The increase of Inflammatory biomarkers due to decompression dive is one of the factors that could cause decompression sickness, which has been proven by the increased expression of TNF due to a single decompression dive. According to the preconditioning theory, physical exercise before the dive, can reduce the size and the amount of gas bubble caused by the dive, but no research has been done on the influence of physical exercise before diving to the expression of inflammatory biomarkers like TNF. This study aims to prove that physical exercise before diving can prevent increase of the inflammatory biomarker TNF.
Methods : This study used an experimental study design with trained male divers as a subjects, who are divided randomly into two groups, treatment and control. The treatment group got submaximal physical exercise with 70 maximal cardia rate intensity, using cycle ergometer 24 hours before decompression diving 280 kPa bottom time 80 minute, whereas the control group did not get physical exercise. Biomarker expression was checked three times, at beginning of the study, before the dive and after the dive.
Results : In the treatment group there was no increase in TNF expression, and even showed an insignificant decrease, from 7.06 1.85 pg ml to 6.75 1.81 pg ml, whereas the control group showed a significant increased TNF concentration, from 8.22 1.45 to 13.11 pg ml to 8.39 1.73 to 12.18 pg ml, and significant difference was found between the mean difference of treatment and control groups from 0.24 2.74 ndash 1.67 pg ml and 0.45 0.94 ndash 0.95 pg ml.
Conclusions and Recommendations : It can be concluded that acute submaximal physical exercise prevent an increase in the expression of TNF after single dive decompression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indah Lestari Suwardi
"Latar Belakang Stres oksidatif mendorong penuaan ginjal, yang mengakibatkan penurunan fungsi. Penuaan ginjal ditandai dengan peningkatan stres oksidatif, yang dapat diukur melalui aktivitas enzim SOD. Spirulina, kaya akan antioksidan, dapat mengurangi stres oksidatif. Studi ini meneliti efek Spirulina pada aktivitas superoksida dismutase di ginjal tikus untuk mengevaluasi potensinya dalam mengurangi penuaan ginjal. Metode Penelitian ini menggunakan desain eksperimen analitik dengan 30 tikus Wistar, yang dikategorikan menjadi kelompok kontrol dan Spirulina pada tiga kelompok usia (12, 18, dan 24 minggu). Kelompok Spirulina menerima Spirulina dengan dosis 250 mg/kg berat badan per hari secara oral melalui tabung lambung selama 29 hari. Ginjal tikus diekstraksi dan dihomogenisasi untuk menentukan aktivitas SOD. Hasil dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah. Hasil Dalam uji ANOVA satu arah, perbedaan signifikan ditemukan dalam aktivitas spesifik SOD antara kelompok Spirulina dan kontrol pada tiga kelompok usia yang berbeda (12, 18, 24 minggu) (p<0,05). Post-hoc Tukey menunjukkan bahwa aktivitas spesifik SOD pada kelompok Spirulina 24 minggu secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan perbedaan rata-rata sebesar 0,09, (p<0.05). Kesimpulan Spirulina secara signifikan memengaruhi aktivitas SOD, karena perbedaan diamati antara kelompok Spirulina dan kontrol di semua kategori usia. Selain itu, manfaat Spirulina berbeda di antara kelompok usia, karena variasi dalam aktivitas spesifik SOD di antara kelompok-kelompok ini signifikan. Oleh karena itu, Spirulina dapat digunakan untuk menghambat perkembangan penuaan pada ginjal.

Introduction Oxidative stress promotes renal aging, resulting in functional deterioration. The aging of kidneys is characterized by increased oxidative stress, which can be assessed by SOD enzyme activity. Spirulina, abundant in antioxidants, may mitigate oxidative stress. This study examines the effect of Spirulina on superoxide dismutase activity in the kidneys of rats to evaluate its potential in mitigating kidney aging. Method This research employed an analytical experimental design with 30 Wistar rats, categorised into control and Spirulina groups over three age cohorts (12, 18, and 24 weeks). The Spirulina group received 250 mg/kg body weight per day of Spirulina orally via a gastric tube for 29 days. Rat kidneys were extracted and homogenised to determine the SOD specific activity. The outcomes were evaluated using a one-way ANOVA. Results In the one-way ANOVA, significant differences were found in SOD specific activity between Spirulina and control groups across three different groups (12-, 18-, 24-weeks) (p<0.05). Post-hoc Tukey indicated that the SOD specific activity in the 24-weeks spirulina group is significantly lower than the control one with the highest mean difference of 0.09, (p<0.05). Conclusion Spirulina significantly affects SOD activity, as differences were observed between the Spirulina and control groups across all age categories. The benefits of Spirulina are different across age groups, as the variation in the SOD specific activity among these groups is significant. Therefore, Spirulina may be used to mitigate the advancement of kidney aging."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giarena
"Seiring berkembangnya teknologi, paparan radikal bebas dari lingkungan semakin meningkat. Walaupun tubuh memiliki antioksidan untuk ?melawan? radikal bebas tersebut, namun jika terjadi ketidakseimbangan, maka dapat terjadi keadaan stres oksidatif yang dapat berlanjut menjadi kerusakan sel yang serius. Oleh sebab itu, dibutuhkan antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk membantu menjaga keseimbangan radikal bebas di dalam tubuh, salah satunya bersumber dari makanan. Jengkol merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia. Jengkol memiliki kandungan asam sistein dengan gugus sulfihdril (SH) yang memiliki efek antioksidan dengan mekanisme tertentu. Selain itu, terdapat kandungan polifenol, vitamin C, dan flavonoid pada biji jengkol yang juga memiliki efek antioksidan. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jengkol terhadap aktivitas enzim antioksidan superoksida Bahasa Indonesia dismutase (SOD) dalam darah tikus yang dikondisikan mengalami stres oksidatif melalui intoksikasi CCl4. Sejumlah 28 ekor tikus jantan Sprague Dawley dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu kelompok tanpa perlakuan, kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol, kelompok yang diberi CCl4, dan kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol selama 8 hari dan CCl4 pada hari ke-9 dan ke-10. Pada setiap kelompok, dilakukan pengukuran aktivitas enzim SOD darah. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada perubahan aktivitas enzim SOD di darah tikus yang mengalami stres oksidatif melalui intoksikasi CCl4. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek jengkol sebagai antioksidan.

As the development of technology, exposure to free radicals from the environment is increasing. Although the body has antioxidants to "fight" free radicals, but if there is an imbalance, then it can be a state of oxidative stress that can progress to serious cell damage. Therefore, it takes an antioxidant that comes from outside the body to help maintain the balance of free radicals in the body, one of which is sourced from the food. Jengkol is one of Indonesia's natural resources. Jengkol acid contains cysteine with sulfihdril group (SH) which has antioxidant effects with a specific mechanism. In addition, there are polyphenol, vitamin C, and flavonoids in jengkol seeds which also have antioxidant effects. Therefore, this study was conducted to determine the effect of jengkol seed extract in the activity of the antioxidant enzyme superoxide dismutase (SOD) in blood of rats that were conditioned oxidative stress through CCl4 intoxication. A total of 28 male Sprague Dawley rats were divided into 4 groups, the group without treatment, the group which was given jengkol seed extract only, the group which was given CCl4 only, and the group which was given jengkol seed extract for 8 days then CCl4 on 9th and 10th , In each group, SOD activity was measured in the blood. Statistical analysis showed no significant difference (p> 0.05) on changes in SOD activity in blood of rats with oxidative stress through CCl4 intoxication. Thus, it is necessary to conduct further research on the effects of jengkol as antioxidants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Susanti
"Latar Belakang: Kelelahan merupakan  hal yang biasa dialami pekerja. Kelelahan apabila tidak diatasi akan menyebabkan penurunan performa dan berdampak pada keselamatan pasien. Superoxide Dismutase (SOD) adalah salah satu biomarker kelelahan yang merupakan antioksidan endogen sebagai reaksi alami tubuh terhadap peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) yang timbul karena aktifitas fisik. Penelitin terkait upaya mengatasi kelelahan terkait enzim antioksidan SOD masih terbatas. Pemberian Oksigen Hiperbarik (OHB)  diharapkan mampu meningkatkan produksi SOD dan menurunkan kelelahan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh OHB pada aktivitas SOD dengan tabel klinis tunggal.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan double-blind control trial.  Sebanyak 30 orang perawat dengan kelelahan yang dibagi kelompok Normobarik Normosik (NN) sebagai kontrol dan Hiperbarik Hiperoksik (HH) sebagai  perlakuan dengan randomisasi blok, Aktivitas SOD diukur sebelum dan 1 jam sesudah perlakuan menggunakan metode kolorimetri.
Hasil : Tidak terdapat perubahan aktivitas SOD pada kelompok intervensi (p=0,649) dibandingkan kelompok kontrol yang cenderung menurun (p=0,087) Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) setelah perlakuan pada aktivitas SOD antara 2 kelompok.
Kesimpulan : Pemberian oksigen hiperbarik tidak memberikan perubahan bermakna pada aktivitas SOD, namun dapat mempertahankan nilai SOD dibandingkan dengan kontrol yang menurun. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar subjek hanya memiliki tingkat kelelahan ringan (80%).

Background: Fatigue is a common experience for workers. Fatigue, if not addressed, will cause a decrease in performance and impact on patient safety. Superoxide Dismutase (SOD) is one of the biomarkers of fatigue which is an endogenous antioxidant as the body's natural reaction to increased Reactive Oxygen Species (ROS) arising from physical activity. There is limited research on overcoming fatigue related to the antioxidant enzyme SOD. Hyperbaric Oxygen Treatment (OHB) is expected to increase SOD production and reduce fatigue. This study is intended to determine the effect of OHB on SOD activity with a single clinical table. Methods: This study used a true experimental design with a double-blind control trial. A total of 30 nurses with fatigue were divided into Normobaric Normoxia (NN) groups as control and Hyperbaric Hyperoxia (HH) as treatment with block randomization, SOD activity was measured before and 1 hour after treatment using the colorimetric method. Results: There was no change in SOD activity in the intervention group (p=0.649) compared to the control group which tended to decrease (p=0.087) There was no significant difference (p>0.05) after treatment on SOD activity between the 2 groups. Conclusion: Hyperbaric oxygen administration does not provide significant changes in SOD activity, but can maintain SOD values compared to controls which decrease. This is possible because most subjects only had mild fatigue levels (80%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Tandya
"Beberapa studi berpendapat akupunktur dapat meningkatkan kemampuan pemulihan pada atlet bola basket elite setelah latihan dengan menurunkan kadar laktat darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akupunktur pada titik PC 6 Neiguan dan ST 36 Zusanli dapat menurunkan kadar laktat darah pada atlet bola basket elite setelah latihan. Metode penelitian menggunakan uji acak tersamar tunggal dengan kontrol. Penelitian ini dilakukan terhadap 36 atlet basket elite dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok akupunktur dan kelompok kontrol yang masing-masing terdiri dari 18 orang. Pada kelompok akupunktur kadar laktat dari 3,94 ±1,11 mmol/l menjadi 5,24 ±1,22 mmol/l. Pada kelompok kontrol kadar laktat dari ±1,26 mmol/l menjadi 3,78 ±1,11 mmol/l. Kesimpulan akupunktur memiliki efek dalam menurunkan kadar laktat setelah latihan pada atlet bola basket elite.

Some studies suggest that acupuncture can enhance recovery ability in elite basketball athletes after exercise by decreasing blood lactate value. The purpose of this study is to determine whether acupuncture at PC 6 Neiguan Point and ST 36 Zusanli Point could decrease blood lactate value in elite basketball athletes after exercise.Study method used Randomized Controlled Trial. In this study, 36 elite basketball athletes were involved and divided into 2 groups which are acupuncture and control groups that consist 18 subjects each. In acupuncture group enhance blood lactate value decrement from 3,94 ±1,11 mmol/l to 5,24 ±1,22 mmol/l. In control group blood lactate value decrement from 3,59 ±1,26 mmol/l to 3,78 ±1,11 mmol/l. Conclusion in this research Acupuncture has effect to enhance blood lactate value decrement after exercise in elite basketball athletes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riny Riyanti
"Latar Belakang: Terbentuknya gelembung dari gas inert yang larut pada jaringan selama proses dekompresi merupakan penyebab penyakit dekompresi. Gelembung gas ini dapat menyebabkan disfungsi endotel yang akan mengakibatkan agregasi trombosit. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian latihan fisik submaksimal akut sebelum penyelaman dapat mencegah peningkatan kadar agregasi trombosit.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan jumlah sampel 40 orang yang dibagi atas 2 kelompok. Kelompok perlakuan diberikan latihan fisik submaksimal akut 24 jam sebelum penyelaman tunggal dekompresi 280kPa dengan bottom time 80 menit. Kelompok kontrol melakukan penyelaman yang sama tanpa melakukan latihan fisik 24 jam sebelumnya. Pengambilan darah dilakukan sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, sebelum penyelaman dan sesudah penyelaman.
Hasil: Pada kelompok perlakuan tidak ditemukan perbedaan yang bermakna p>0,05 pada kadar agregasi trombosit dengan induktor ADP, Kolagen dan Epinefrin setelah penyelaman, sedangkan pada kelompok kontrol didapat peningkatan yang bermakna p

Background: Bubbling created from an Inert Gas which is dissolved in tissue during a decompression process cause decompression sickness. This bubble can trigger endothelial activation and dysfunction leading to platelet aggregation. This research aims to prove that acute submaximal exercise during pre dive of decompression single dive can prevent platelet aggregation.
Method: This research used a true experimental design with samples of 40 people who are divided into 2 groups. The treatment group did submaximal exercise 24 hour before 280kPa decompression single dive with bottom time of 80 minutes. While the control group only did the dive, without previous exercise. Blood samples were taken 3 times, at the beginning of experiment, pre dive and after diving.
Result: The experimental group showed no significant difference p 0.05 on the aggregation indicated by ADP, Collagen and Epinephrine, in the control group showed a significant difference p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>