Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179514 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rezky Ananda Rianto
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Penurunan Kualitas Hidup terkait Kanker Kepala dan Leher banyak dirasakan oleh pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker tersebut. Pengukuran dari perubahan kondisi ini membutuhkan suata alat ukur valid yang dapat diimplementasikan untuk pasien Kanker Kepala dan Leher di Indonesia. EORTC QLQ-H N 35 merupakan suatu kuesioner kualitas hidup khusus Kanker Kepala dan Leher yang telah divalidasi ke berbagai bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan EORTC QLQ-H N 35 versi Bahasa Indonesia yang memiliki validitas bahasa yang baik dapat diujicobakan lebih lanjut untuk uji kesahihan dan keandalan.METODE: Penelitian ini merupakan suatu studi kualitatif yang melaporkan proses penerjemahan kuesioner EORTC QLQ-H N 35 ke dalam Bahasa Indonesia berdasarkan persyaratan yang ditulis didalam EORTC Quality of Life Group Translation Procedure, 4th edition, 2016 serta respons pasien terhadap hasil terjemahan tersebut. Populasi terjangkau untuk fase uji coba kuesioner adalah laki-laki dan perempuan usia 18-70 tahun dengan diagnosa kanker kepala dan leher yang datang ke poliklinik rawat jalan Rehabilitasi Medik dan poliklinik rawat jalan THT Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang memenuhi kriteria penelitian. Pemilihan sampel untuk fase uji coba kuesioner dilakukan secara consecutive sampling. Peserta diminta mengisi kuesioner EORTC QLQ-H N35 versi 1 Bahasa Indonesia dan diwawancarai untuk menilai respons mereka terhadap kuesioner. Wawancara ulang dilakukan untuk mengkonfirmasi pemahaman pasien terhadap pertanyaan yang diduga bermasalah saat penyusunan terjemahan kuesioner.HASIL: Sebanyak 14 subyek mengikuti uji coba kuesioner. Dari wawancara awal dan wawancara konfirmasi didapatkan masih ada 13 dari total 35 pertanyaan yang dirasa pasien sulit dijawab, membingungkan, menggunakan kata yang sulit dipahami, atau membuat tidak nyamanKESIMPULAN: Masih banyak pertanyaan yang yang dipersepikan berbeda dari makna aslinya oleh pasien. Adaptasi EORTC QLQ-H N35 dalam Bahasa Indonesia versi 1 belum dapat dipahami dan digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien Kanker Kepala dan Leher di Indonesia. Uji coba dan penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menghasilkan hasil terjemahan yang valid.
ABSTRACT BACKGROUND Head and Neck Cancer related changes in Quality of Life has been reported by patients undergoing cancer treatment. A valid measurement tool that can detect the changes in Quality of Life of Head and Neck Cancer patient can enhance the quality of treatment and management of this type of cancer. The EORTC QLQ H N 35 is a specific quality of life assessment module for Head and Neck Cancer patients that had been validated into many languages. This study aims to translate EORTC QLQ H N 35 into Bahasa Indonesia so that it may be used for validity and reliability study.METHODS This is a descriptive qualitative study that reports the translation process of The EORTC QLQ H N 35 into Bahasa Indonesia as described in the EORTC Quality of Life Group Translation Procedure, 4th edition, 2016 and the patient rsquo s response to the translation result. The sample for the pilot testing phase of the study are men and women age 18 70 years old, diagnosed with Head and Neck Cancer who came to the outpatient Rehabilitation and ENT clinic Cipto Mangunkusumo Hospital that fulfilled the study criteria. Sampling for the pilot testing phase is done via consecutive sampling. The participants were asked to fill the EORTC QLQ H N35 version 1 Bahasa Indonesia and interviewed to record their response of the the questionnaire. A second interview was conducted to confirm the patients understanding of the questions that are noted to be problematic during the translation phase.RESULTS Fourteen subjects participated in the questionnaire pilot testing phase. From the first and second interview, it is found that out of 35 set of questions, there are 13 questions that are deemed by the patients to be difficult to answer, confusing, using difficult words, or upsettingCONCLUSION There are still many questions that had been perceived differently by the patient from what had been intended. Version 1 of the EORTC QLQ H N 35 Bahasa Indonesia cannot be fully understand by the patient and cannot be used to measure the Quality of Life of Head and Neck Cancer patient in Indonesia. Further tests and research is required to produce a valid translation of the questionnaire."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Anggiaty Idris Gassing
"Latar Belakang: Kanker kepala dan leher terdapat 10 dari keseluruhan kasus kanker di seluruh tubuh. Efek samping akibat terapi kanker berdampak signifikan pada kualitas hidup pasien. Instrumen yang sering digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien kanker kepala dan leher salah satunya adalah University of Washington Quality of Life UW-QOL. Hingga saat ini belum pernah dilakukan adaptasi kuesioner UW-QOL ke bahasa Indonesia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mendapatkan instrumen UW-QOL adaptasi bahasa Indonesia yang valid dan reliabel untuk menilai kualitas hidup pasien kanker kepala dan leher.
Metodologi: Penelitian ini berdesain potong lintang, dilakukan di poliklinik THT FKUI/RSCM dr. Cipto Mangunkusumo terhadap pasien kanker kepala dan leher usia dewasa.
Hasil: Uji validitas menggunakan uji korelasi Spearman dengan korelasi bermakna pada seluruh butir pertanyaan di tingkat signifikansi p

Background: Head and neck cancer accounts for 10 of all cancer cases throughout the body.. Side effects due to cancer therapy have a significant impact on patient quality of life. The University of Washington Quality of Life UW QOL is the most frequent intruments used to assess the quality of life of head and neck cancer patients. At present, the Indonesian version of UW QOL questionnaire is not available.
Objective: This study aims to obtain a valid and reliable Indonesian adaptation of UW QOL to assess the quality of life of head and neck cancer patients.
Method: Cross sectional study was conducted in ORL HNS Department outpatient clinic dr. Cipto Mangunkusumo hospital towards 41 adult patients with head and neck cancer.
Result: The validity test using Spearman correlation test with significant correlation in all questions items at the level of significance p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mizanul Adli
"ABSTRAK
Latar Belakang: EORTC menekankan pentingnya menilai kualitas hidup pasien kanker. Saat ini, di Indonesia, belum ada kuesioner yang reliabel dan valid untuk menilai kualitas hidup pasien kanker payudara secara akurat. Tujuan: membuktikan bahwa EORTC-QLQ-BR23 merupakan kuesioner yang reliabel dan valid digunakan di Indonesia Metode: Penelitian dimulai dengan menerjemahkan EORTC-QLQ-BR23 ke dalam bahasa Indonesia dan kemudian diujicobakan pada 10 responden. Setelah itu, EORTC QLQ-BR23 hasil terjemahan digunakan pada penelitian utama. Test-retest dinilai dengan Intraclass Correlation Coeficient (ICC). Konsistensi internal dinilai dengan cronbach alpha. Construct validity dinilai dengan multi-trait scaling analysis. Validitas kriteria dinilai dengan melihat korelasi antara domain EORTC-QLQ-C30 dan EORTC-QLQ-BR23 dengan SF36. Hasil: Telah dilakukan pengambilan data terhadap 100 pasien kanker payudara dari September ? Oktober 2015. Nilai ICC (interval 1 jam) pada semua domain sangat baik (ICC > 0,8). Nilai cronbach alpha > 0,7 pada hampir semua domain. Multi-trait scaling analysis menunjukkan korelasi cukup tinggi antara skor pertanyaan dengan skor domainnya sendiri. Uji validitas kriteria, didapatkan 19 korelasi dengan r > 0,3 antara domain EORTC-QLQ-C30 dan EORTC-QLQ-BR23 dengan SF36. Simpulan: EORTC-QLQ-BR23 merupakan kuesioner yang reliabel dan valid digunakan di Indonesia.ABSTRACT
Background: EORTC emphasize the importance of assessing quality of life in cancer patients. In Indonesia, there has been no reliable and valid questionnaire to assess quality of life of breast cancer patients accurately. Objective: To prove that EORTC-QLQ-BR23 is reliable and valid questionnaire used in Indonesia. Methods: Study began with the EORTC-QLQ-BR23 translated into Indonesian and then tested on 10 respondents. Indonesian version of EORTC-QLQ-BR23 is used in main study. Test-retest was assessed with intraclass correlation coeficient (ICC). Internal consistency was assessed by Cronbach alpha. Construct validity was assessed by multi-trait scaling analysis. Criteria validity assessed by looking at correlation between EORTC-QLQ-C30 and EORTC-QLQ-BR23 with SF36. Results: Data collection were done on 100 breast cancer patients from September to October 2015. ICC value (1 hour interval) in all domains of EORTC-QLQ-BR23 is very good (ICC> 0.8). Cronbach alpha values >0.7 in almost all EORTC-QLQ-BR23 domains. Multi-trait scaling analysis showed a high correlation between scores of questions with a score of his own domain. Criteria validity test, obtained 19 correlation with r>0,3 between domains EORTC-QLQ-C30 and EORTC-QLQ-BR23 with SF36. Conclusion: EORTC-QLQ-BR23 is a reliable and valid questionnaire used in Indonesia.;Background: EORTC emphasize the importance of assessing quality of life in cancer patients. In Indonesia, there has been no reliable and valid questionnaire to assess quality of life of breast cancer patients accurately. Objective: To prove that EORTC-QLQ-BR23 is reliable and valid questionnaire used in Indonesia. Methods: Study began with the EORTC-QLQ-BR23 translated into Indonesian and then tested on 10 respondents. Indonesian version of EORTC-QLQ-BR23 is used in main study. Test-retest was assessed with intraclass correlation coeficient (ICC). Internal consistency was assessed by Cronbach alpha. Construct validity was assessed by multi-trait scaling analysis. Criteria validity assessed by looking at correlation between EORTC-QLQ-C30 and EORTC-QLQ-BR23 with SF36. Results: Data collection were done on 100 breast cancer patients from September to October 2015. ICC value (1 hour interval) in all domains of EORTC-QLQ-BR23 is very good (ICC> 0.8). Cronbach alpha values >0.7 in almost all EORTC-QLQ-BR23 domains. Multi-trait scaling analysis showed a high correlation between scores of questions with a score of his own domain. Criteria validity test, obtained 19 correlation with r>0,3 between domains EORTC-QLQ-C30 and EORTC-QLQ-BR23 with SF36. Conclusion: EORTC-QLQ-BR23 is a reliable and valid questionnaire used in Indonesia."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Septalia Ismaniar
"Latar Belakang: Meskipun berbagai kemajuan pengobatan dicapai selama lebih dari satu dekade terakhir, secara keseluruhan prognosis karsinoma sel hati tetap buruk. Efek samping terapi serta progresifitas penyakit itu sendiri sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Selain kesembuhan dan survival rate, kualitas hidup menjadi poin akhir penting dalam pengobatan kanker. Kualitas hidup pada penderita karsinoma sel hati penting untuk diteliti, karena merupakan faktor prognostik penting dari survival time, selain dapat juga mengevaluasi keuntungan dan kerugian dari modalitas terapi yang dipilih. Sampai saat ini belum ada kuesioner yang andal dan sahih untuk menilai kualitas hidup pasien karsinoma sel hati secara akurat di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kuesioner European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire for Hepatocellular Carcinoma-18 (EORTC QLQ-HCC18) yang andal dan sahih untuk digunakan di Indonesia.
Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang. Penelitian diawali dengan menerjemahkan EORTC QLQ-HCC18 ke dalam bahasa Indonesia dan kemudian diujicobakan pada 10 responden. Setelah itu, EORTC QLQ-HCC18 hasil terjemahan digunakan pada penelitian utama dengan jumlah sampel yang lebih besar. Keandalan dinilai dengan pendekatan tes ulang dan konsistensi internal. Tes ulang dinilai dengan intraclass correlation coefficient (ICC). Konsistensi internal dinilai dengan Cronbach Alpha. Kesahihan konstruksi dinilai dengan multi-trait scaling analysis. Kesahihan kriteria dinilai dengan melihat korelasi antara domain kuesioner EORTC QLQ-HCC18 dengan Short Form 36 (SF36).
Hasil: Pengambilan data dilakukan terhadap 65 pasien karsinoma sel hati yang berobat ke Poli Hepatologi maupun yang sedang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama Oktober 2015 ? Februari 2016. Nilai ICC (interval 1 jam) pada semua domain EORTC QLQ-HCC18 sangat baik (ICC > 0,8), kecuali domain ikterus yang termasuk dalam kategori baik (ICC 0,61-0,8). Nilai Cronbach Alpha > 0,7 pada separuh jumlah domain EORTC QLQ-HCC18 kecuali domain ikterus (0,137), nyeri (0,474), dan citra tubuh (0,599). Sedangkan nilai Cronbach Alpha yang diperoleh dari penggabungan seluruh domain tetap baik, yaitu 0,897. Multi-trait scaling analysis menunjukkan korelasi cukup tinggi antara skor butir pertanyaan dengan skor domainnya sendiri. Sedangkan hubungan butir pertanyaan dengan domain yang berbeda selalu mempunyai korelasi yang lebih rendah dibandingkan dengan domainnya sendiri. Pada uji kesahihan kriteria, didapatkan 42 korelasi (dari total 64 korelasi) dengan r ≥ 0,3 dan p < 0,05 antara domain EORTC QLQ-HCC18 dengan SF36.
Simpulan: Kuesioner EORTC QLQ-HCC18 merupakan alat ukur yang andal dan sahih untuk menilai kualitas hidup pasien karsinoma sel hati di Indonesia.

Background: Despite various therapeutic progress has been achieved over the past decade, the overall prognosis of hepatocellular carcinoma remains poor. Each therapy undertaken certainly has side effects. Adverse effect of treatment and the progression of the disease itself greatly affect the patient?s quality of life. In addition to recovery and survival rate, quality of life becomes extra important end point in cancer treatment. Quality of life in hepatocellular carcinoma is important to investigate, because quality of life has become an important prognostic factor of survival time, whilst quality of life can also evaluate the cost and benefit of chosen therapeutic modalities. Currently there is no specific questionnaire that can assess the quality of life of hepatocellular carcinoma patients accurately in Indonesia. This study aims to get a reliable and valid EORTC QLQ-HCC18 questionnaire to assess the quality of life of patients with hepatocellular carcinoma in Indonesia.
Methods: This is a cross-sectional study. The study began by translating the EORTC QLQ-HCC18 into Indonesian and then tested on 10 respondents. After that, the Indonesian version of EORTC QLQ-HCC18 is used in the main study with a larger sample size. The questionnaire reliability was assessed with test-retest and internal consistency approach. Test-retest was assessed with intraclass correlation coeficient (ICC). Internal consistency was assessed by Cronbach alpha. Construct validity was assessed by multi-trait scaling analysis. The criteria validity assessed by looking at the correlation between domains of EORTC QLQ-HCC18 with Short Form 36 (SF36).
Results: Data was collected from 65 hepatocellular carcinoma patients who came to Hepatology Polyclinic or were hospitalized at Cipto Mangunkusumo National General Hospital from October 2015 to February 2016. ICC value (1 hour interval) in all domains of EORTC QLQ-HCC18 is very good (ICC> 0.8), except icterus domain which categorized as good value (ICC 0,61-0,8). Cronbach alpha values > 0.7 obtained in almost half of domains of EORTC QLQ-HCC18, except icterus (0,137), pain (0,474), dan body image domain (0,599). Whereas the Cronbach Alpha obtained from merging the entire domains was still good (0,897). Multi-trait scaling analysis showed a fairly high correlation between the scores of the questions with a score of his own domain. While the relationship of the questions with different domains always have a lower correlation than the domain itself. In criteria validity test, obtained 33 correlations with r ≥ 0,4 and p < 0,05 between domains of EORTC QLQ-HCC18 with SF36.
Conclusion: EORTC QLQ-HCC18 is a reliable and valid instrument for assessing quality of life of hepatocellular carcinoma patients in Indonesia.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Kelvianto
"Kuantitas dan kualitas asupan protein belum sepenuhnya diketahui perannya terhadap kualitas hidup. Prognostic Nutritional Index (PNI) juga belum diketahui dapat mencerminkan kualitas hidup dan apakah bisa ditingkatkan dengan asupan protein. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara asupan protein dengan PNI dan kualitas hidup serta korelasi PNI dengan kualitas hidup pada pasien kanker kepala leher dengan radioterapi di Departemen Radioterapi Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebanyak 61 subjek didapatkan dari consecutive sampling. Rerata usia subjek adalah 46,3 ± 12,4 dan 65,6% subjek berada pada kanker stadium IV dan mendapatkan terapi kemoradiasi. Sebanyak 32,8% subjek yang memiliki status gizi kurang. Median asupan protein adalah 1,42 (0,26-4,11) g/kg/hari. Nilai PNI pada subjek penelitian memiliki median 45,9 (29,4-54,2). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi bermakna antara kuantitas asupan protein berdasarkan Food Frequency Questionnaire (FFQ) semikuantitatif dan beberapa aspek gejala pada kualitas hidup yaitu pada aspek pain (head and neck) (r=-0,32; p=0,01), swallowing (r=-0,37;p=0,004), social eating (r=-0,29; p=0,02), dry mouth (r=-0,41; p=0,001), sticky saliva (r=-0,32; p=0,01), fatigue (r=-0,28; p=0,03), nausea and vomiting (r=-0,26; p=0,04) dan appetite loss (r=-0,3; p=0,01). Kualitas asupan protein tidak berkorelasi bermakna dengan kualitas hidup. PNI berkorelasi bermakna terhadap 1 aspek fungsional yaitu physical function (r=0,378; p=0,003) dan 2 aspek gejala yaitu opening mouth (r=-0,325; p=0,01) dan dyspnea (r=-0,257; p=0,045). Meskipun tidak signifikan secara statistik, namun PNI memiliki arah korelasi yang positif terhadap aspek fungsional lainnya dan memiliki arah korelasi negatif terhadap aspek gejala lainnya yang berarti semakin tinggi PNI maka aspek fungsional semakin baik dan gejala semakin ringan. Studi ini tidak menemukan adanya korelasi bermakna antara asupan protein, baik kualitas maupun kuantitasnya, terhadap PNI. Hasil ini diduga berkaitan dengan penemuan bahwa sebagian besar penderita masih memiliki pola asupan yang mampu mencukupi kebutuhan kalori dan protein harian. Diperlukan studi prospektif yang menelusuri aspek prognostik kanker kepala leher dari segi kualitas hidup untuk mengetahui apakah PNI dapat memprediksi aspek kualitas hidup dengan lebih rinci.

Quality and quantity of protein intake has not been well understood that it can affect quality of life. Moreover, Prognostic Nutritional Index (PNI) also has not been well studied upon its usage to reflect quality of life of head and neck cancer patients undergoing radiotherapy. This cross sectional study was aimed to determine the correlation between protein intake and PNI and also the correlation between PNI and quality of life in head and neck cancer patients undergoing radiotherapy at Radiotherapy Department, dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta. Total of 61 subjects were recruited with consecutive sampling method with mean age of 46,3 ± 12,4 years old and 65,6% subjects were on stage IV cancer and were getting a combination of chemo and radiotherapy. Only 32,8% subjects were on low nutritional status. Median of total protein intake was 1,42 (0,26-4,11) g/kg/day. Median of PNI was 45,9 (29,4-54,2) among subjects. The result of the study showed a significant correlations between quanitity of protein intake based on semiquantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) with several aspects of quality of life, that were pain (head and neck) (r=-0,32; p=0,01), swallowing (r=-0,37; p=0,004), social eating (r=-0,29; p=0,02), dry mouth (r=-0,41; p=0,001), sticky saliva (r=-0,32; p=0,01), fatigue (r=-0,28; p=0,03), nausea and vomiting (r=-0,26; p=0,04) dan appetite loss (r=-0,3; p=0,01). This aspects were all symptomatics. PNI was significantly correlated with 1 functional aspect, which was Physical function (r=0.378; p=0,003) and 2 symptomp aspects, which were opening mouth (r=-0,325; p=0,01) dan dyspnea (r=-0,257; p=0,045). Although not statistically significant, but there were positive direction of correlation with other functional aspects and negative direction of correlation with other symptomps aspects. This implicates that the higher the PNI, the lower the symptoms and the better the functional status of head and neck cancer patients undergoing radiotherapy. This study did not show a significant correlation between quality and quantity of protein intake with PNI. An adequate intake of calorie and protein in most subjects were found in this study which might explain the result. More studies, preferably prospective one, may be needed to show the usage of PNI to reflect quality of life, especially involving quality of life progresivity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maelissa Pramaningasih
"Pendahuluan: Kualitas hidup pasien dengan kanker kolorektal di Indonesia saat ini dievaluasi oleh kuesioner yang tidak seragam. European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire ColoRectal 29 EORTC QLQ-CR29 , adalah sebuah kuesioner yang terstandarisasi untuk menilai kualitas hidup yang umum digunakan pada negara maju. Penelitian ini untuk membuktikan bahwa EORTC QLQ-CR29 adalah kuesioner yang valid dan reliabel untuk digunakan di Indonesia.
Metode: Kuesiober EORTC QLQ-CR29 diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris. Dilakukan sebuah studi pilot terlebih dahulu, kemudian studi utama ke pasien kanker kolorektal pada poliklinik Bedah Digestif di RS dr.Cipto Mangunkusumo. Desain studi cross-sectional, digunakan intraclass correlation coeficient ICC untuk menilai test-retest reability. Konsistensi internal dievaluasi menggunakan Cronbach rsquo;s ? coefficient. Validitas konvergen dan diskriminan dianalisa dengan multi-trait scaling. Validitas klinis dievaluasi berdasarkan perbedaan klinis yang telah diketahui sebelumnya menggunakan known-group comparisons.
Hasil: Sebanyak limapuluhdua pasien yang berpertisipasi pada penelitian ini. Proses penterjemahan membutuhkan sedikit perubahan akibat adanya perbedaan budaya. Uji test-retest dilakukan pada 17 subjek, yang menunjukan nilai yang dapat diterima 0.67-1.00 . Nilai Cronbach rsquo;s ? coefficient 0,77-0,86, nilai ini melebihi kriteria 0,7. Pada multi-trait scaling analysis menunjukan skala multi-item memenuhi standar validitas konvergen dan diskriminan. Pada uji known group comparison menunjukan kualitas hidup yang berbeda berdasarkan lokasi tumor.
Kesimpulan: dibutuhkan adaptsi budaya dalam proses penterjemahan. Kuesioner EORTC QLQ-CR29 yang telah diterjemakan merupakan kuesioner yang valid dan reliabel untuk menilai kualitas hidup pasien kanker kolorektal di Indonesia.

Background: Currently in Indonesia the quality of life QoL of colorectal cancer patients is evaluated by many questionnaire. European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire ColoRectal 29 EORTC QLQ CR29 , as a standardized objective method to assess QoL of colorectal cancer patients has been widely used in developed country. This research is to prove that EORCT QLQ CR29 is a reliable and valid questionnaire to be used in Indonesia.
Methods: The EORTC QLQ C29 was translated forward and backward into Indonesian language. A pilot study was firstly done then proceed with the main study towards colorectal patients in Digestive Surgery Clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital. This is a cross sectional study, intraclass correlation coeficient ICC was used to assess the test retest reability. The Internal consistency reability was estimated using Cronbach rsquo s coefficient. Convergent and discriminant validity was analyzed with multi trait scaling. Clinical validity was assesed in terms of clinical difference using known group comparisons.
Result: Fifty two patients participated in this study. The translation proses require some adjusment due to cultural adaptation. Test retest was administered to 17 patient, showed acceptable reproducibility 0,67 1,00. The Cronbach rsquo s coefficient 0,77 0,86 exceeded the 0,7 criterion and multi trait scaling analysis showed that multi item scales met standards of convergent and discriminant validity. The known group comparisons showed QoL differences between groups of patients based on tumor location.
Conclusion: Some cultural adaptation is needed in the translation process. The translated EORTC QLQ CR29 is a reliable and valid questionnaire for assessing quality of life of colorectal cancer patients in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jellyca Anton
"Glutamin merupakan asam amino yang berperan penting dalam menjaga homeostasis dari fungsi sel tertentu, di antaranya adalah proliferasi sel limfosit. Penurunan kadar glutamin plasma terjadi pada hewan coba dengan kanker, yang berdampak pada peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Beberapa penelitian melaporkan bahwa suplementasi glutamin dapat mencegah terjadinya mukositis oral akibat radiasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker kepala leher dengan radioterapi. Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan di Departemen Radioterapi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar glutamin plasma terhadap total lymphocyte count TLC dan kualitas hidup pada pasien kanker kepala leher dengan radioterapi. Dari total 52 subjek yang mengikuti penelitian ini, didapatkan median usia 50,50 18-62 tahun dan 63,46 adalah subjek laki-laki. Nasofaring merupakan lokasi kanker tersering. Sekitar 70 subjek berada pada stadium IV dan mendapatkan kombinasi radioterapi dan kemoterapi. Status gizi sebagian besar subjek masih tergolong normal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara kadar glutamin plasma terhadap TLC dan kualitas hidup pada pasien kanker kepala leher dengan radioterapi. Meskipun demikian, beberapa data dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai adanya masalah nutrisi yang dialami pasien kanker kepala leher dengan radioterapi. Data tersebut antara lain lebih dari 60 subjek memiliki asupan kalori dan protein harian yang kurang, kemudian didapatkan juga kadar glutamin plasma semua subjek yang sangat rendah, dengan rerata 7,77 3,32 ?mol/l. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya hal tersebut adalah proses penyakit kanker, lokasi pertumbuhan kanker, efek samping terapi, serta kebutuhan yang sangat tinggi akan glutamin untuk fungsi fisiologis tubuh.

Glutamin is an amino acid that plays an important role in maintaining the homeostasis of many cells, including the proliferation of lymphocytes. A decrease in plasma glutamine level was observed in rats with cancer, which could increase the susceptibility to infection. Several studies showed that glutamine supplementation could prevent oral mucositis induced by radiation, so this could increase the quality of life of head and neck cancer patients receiving radiotherapy. This cross sectional study conducted at Radiotherapy Department, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, aimed to investigate the correlations of plasma glutamin level with total lymphocyte count TLC and quality of life in head and neck cancer patients receiving radiotherapy. A total of 52 subjects participated in this study, with median age 50,50 18 62 years old and 63,46 subjects were male. Nasopharynx was the most common site affected. About 70 subjects were at stage IV cancer and receiving a combination of radiotherapy and chemotherapy. Most of the subjects had a normal nutritional status according to body mass index BMI.
The results of this study showed no correlations of plasma glutamine level with TLC and quality of life in head and neck cancer patients receiving radiotherapy. However, data from this study revealed nutritional problems that happened in head and neck cancer patients receiving radiotherapy. These data include more than 60 of subjects had below normal limit daily calorie and protein intakes, and the plasma glutamine level of all subjects was very low, with mean 7,77 3,32 mol l. Several factors predicted to be the cause of these problems are the process of the disease, cancer growth location, side effects of therapy, as well as a high need of glutamine for physiological functions of the body.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Angelia Suwignjo
"Pada kanker kepala dan leher ditemukan adanya peningkatan kadar radikal bebas dan penurunan aktivitas antioksidan, yaitu Superoksida Dismutase SOD. Salah satu terapi utama pada pasien kanker kepala dan leher adalah terapi radiasi. Efek tidak langsung terapi radiasi adalah meningkatkan kadar radikal bebas. Selain itu efek samping terapi radiasi menyebabkan penurunan kualitas hidup.
Penelitian ini dibagi secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok akupunktur manual n=15 dan kelompok akupunktur manual sham n=15. Penelitian ini menggunakan titik GV20 Baihui, LI4 Hegu, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjao, dan LR3 Taichong. Terapi dilakukan tiga kali seminggu selama 30 menit sebanyak 12 kali.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selisih skor SOD tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara kedua kelompok p=0.695 tetapi adanya perbedaan bermakna secara statistik pada selisih skor Organization for Research and Treatment of Cancer EORTC QLQ-C-30 sebelum dan setelah dua belas kali terapi antara kedua kelompok.

In head and neck cancer found an increase in free radical levels and decreased antioxidant activity, namely Superoxide Dismutase SOD . One of the main therapies in head and neck cancer patients is radiation therapy. The indirect effect of radiation therapy is to increase the levels of free radicals. In addition, side effects of radiation therapy lead to a decrease in the quality of life.
The study was randomly divided into two groups, the manual acupuncture group n = 15 and the manual acupuncture group sham n = 15. This study uses GV20 Baihui point, LI4 Hegu, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjao, and LR3 Taichong. Therapy is done three times a week for 30 minutes as much as 12 times.
The results of this study showed that there was no statistically significant difference in the difference between the two groups p = 0.695 but there was a statistically significant difference in the difference between the QLQ-C-30 Organization for Research and Treatment of Cancer EORTC score before and after twelve times of therapy between the two groups p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Noor Muhammad
"ABSTRAK
Latar belakang: Menurut data tahun 2015 dari WHO dan UNAIDS, ada sekitar 36,7 juta orang di dunia hidup dengan HIV/AIDS. Di Indonesia, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi HIV mencapai 0,4 dimana terdapat 232.323 penderita HIV dan 86.780 penderita AIDS yang dilaporkan pada tahun 2016. Kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien HIV dapat digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesahihan dan keandalan kuesioner WHOQOL-HIV BREF dalam bahasa Indonesia sebagai alat untuk mengukur kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Poliklinik khusus HIV RSCM pada bulan November 2016 dengan cara consecutive sampling. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap awal yang merupakan proses adaptasi bahasa dan budaya dan tahap akhir yaitu uji kesahihan dan keandalan dari kuesioner.
Hasil : Dari 56 responden yang mengisi kuesioner diketahui bahwa 69,6% laki-laki. Melalui pendekatan multi-trait scaling analysis didapatkan nilai koefisien korelasi yang tinggi terhadap skor total domainnya sehingga dapat dapat dikatakan memiliki validasi yang baik. Korelasi antar domain kuesioner WHOQOL-HIV BREF dan domain kuesioner SF-36 didapatkan 6 domain yang signifikan bermakna (p <0,005) dengan nilai koefisien korelasi kuat (r=0,60-0,79). Keandalan kuesioner dinilai dengan intra class correlation coefficient masing-masing domain 0,401-0,484 dan nilai Alpha Cronbach 0,513-0,798.
Kesimpulan: Kuesioner WHOQOL-HIV BREF dalam bahasa Indonesia sahih dan andal. Diharapkan kualitas hidup dapat dipertimbangkan sebagai salah satu acuan respon pengobatan.

ABSTRACT
Background According to data from WHO and UNAIDS in 2015, approximately 36.7 million people worldwide living with HIV AIDS. In Indonesia, according to the data from the Ministry of Health Republik Indonesia, the HIV prevalence reached 0.4 where 232.323 people living with HIV and 86.780 people already in AIDS stage at 2016. Health status, which contributes to the quality of life in HIV patients, can be used as one indicators of the success of therapy. This study aims to determine the validity and reliability of the questionnaire WHOQOL HIV BREF in Indonesian as a tool for measuring the quality of life of HIV patients.
Methods: A cross sectional study was conducted in HIV Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo General Hospital RSCM in November 2016 with consecutive sampling method. The study was conducted in two phases first, the language and cultural adaptation process and second phase was to test the validity and reliability of the questionnaire.
Result: Total 56 respondents who filled the questionnaire, 69.6 % of them were men. Through a multi-trait scaling analysis, correlation coefficient value has a high correlation to the total score domain, and thus can be concluded that it has a good validation. Correlation between questionnaire domain WHOQOL-HIV BREF and SF-36 questionnaire domain obtained 6 significant domain (p <0.005) with a strong correlation coefficient (r=0.60 to 0.79). Reliability of the questionnaire was assessed by intra class correlation coefficient, each domain from 0.401 to 0.484 and 0.513 to 0.798 for Cronbach Alpha.
Conclusion: The questionnaire WHOQOL-HIV BREF in the Indonesian language is valid and reliable. As such the quality of life can be considered as one criteria of a successful response of HIV treatment."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Arie Widyastuti
"LATAR BELAKANG: Kualitas hidup telah menjadi salah satu komponen utama dalam penanganan Gastroesophageal Reflux Disease GERD . Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesahihan eksternal kuesioner GERD-QOL berbahasa Indonesia.METODE:. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan subyek penelitiannya adalah pasien yang mengalami gejala GERD dan berusia 18 tahun atau lebih yang berobat ke Rumah Sakit Umum Kecamatan RSUK Tebet. Total skor GERD-Q minimal adalah 8. Pasien kemudian diminta mengisi kuesioner GERD-QOL berbahasa Indonesia dan kuesioner SF-36. Kuesioner Short Form SF-36 digunakan sebagai baku emas kuesioner penilaian kualitas hidup. Uji kesahihan dilakukan dengan menggunakan kesahihan eksternal. Uji statistik yang digunakan adalah koefisien korelasi Spearman.HASIL: Penelitian ini melibatkan 91 subyek.Korelasi domain physical functioning : 0,488; role physical : 0,590; bodily pain : 0,474; general health : 0,482; vitality : 0,549; social functioning : 0,700; role emotional : 0,555; mental health : 0,373. Kuesioner GERD-QOL berbahasa Indonesia memiliki kesahihan eksternal yang baik ketika dilakukan korelasi dengan domain pada kuesioner SF-36 koefisien korelasi : 0,373-0,700, P

Quality of life has become major concern in the management of Gastroesophageal Reflux Disease GERD . The aim of this study was to determine the external validity of the Indonesian Version of Gastroesophageal Reflux Disease Quality of Life GERD QOL questionnaire. METHODS This cross sectional study consisted of subjects who developed symptoms of GERD and aged 18 years or more. The subjects were recruited from district public hospital in Tebet. Total score for GERD Q was at least 8. These patients were invited to complete the Indonesian version of GERD QOL and validated Indonesian Short Form 36 SF 36 . External validity was then evaluated using Spearman rsquo s correlation coefficient.RESULT A total of 91 subjects completed the questionnaires. The coeeficient correlation of domain physical functioning 0,488 role physical 0,590 bodily pain 0,474 general health 0,482 vitality 0,549 social functioning 0,700 role emotional 0,555 mental health 0,373. The Indonesian version of GERD QOL questionnaire was externally valid compared to domain of SF 36 questionnaire correlation coefficient 0.373 0.700, P"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>