Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161364 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Septianty Magdalena
"ABSTRAK
Saat ini pengolahan limbah menjadi pemanfaatan lain sedang gencar dilaksanakan. Pektin dapat diisolasi dari limbah kulit pisang menggunakan metode ekstraksi dengan asam. Pada penelitian ini, Pektin dekstraksi dari limbah kulit pisang menggunakan asam klorida (HCl). Pektin hasil ekstraksi kemudian dikarakterisasi secara kualitatif menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan parameter lain seperti bobot pektin, berat ekivalen, kadar metoksil, kadar galakturonat dan derajat esterifikasi. Dari hasil analisa didapat pektin yang optimum didapat dari variabel waktu ekstraksi 90 menit. Pektin hasil ekstraksi tersebut kemudian digunakan sebagai adsorben ion Lanthanum(III) dan Erbium (III). Adsorpsi pada ion La(III) dan Er(III) memiliki suhu dan waktu kontak optimum yang berbeda. Tetapi dari hasil pengujian isoterm adsorpsi, kedua ion logam ini baik ion La(III) dan Er(III) mengikuti isoterm adsorpsi Freundlich dengan kapasitas adsorpsi ion La(III) sebesar 4,404 , jauh lebih tinggi dibandingkan ion Er(III) dengan kapasitas adsorpsi sebesar 1,5798.

ABSTRACT
In this era, waste treatments to other uses are being aggressively implemented. Pectin can be isolated from banana peel waste using the extraction method with acid. In this study, pectin had been extracted from waste banana skin using hydrochloric acid (HCl). The results from extraction then characterized qualitatively using Fourier Transform Infra-Red spectroscopy (FTIR) and other parameters such as yield pectin, equivalent weight, levels of methoxyl, levels of galacturonate and also degree of esterification. From the analysis results, we obtained the optimum pectin is the variable extraction time of 90 minutes. Pectin from extraction results is used as an adsorbent of ion Lanthanum (III) and erbium (III). Adsorption of ion La (III) and Er (III) has the different optimum temperature and contact time. But from the result of examination of adsorption isotherms, both ion La (III) and Er (III) are following the Freundlich adsorption isotherms with adsorption capacity of ion La (III) is 4,404 much higher than ion Er (III) with the adsorption capacity around 1,5798."
2017
S67764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Septianty Magdalena
"ABSTRACT
Saat ini pengolahan limbah menjadi pemanfaatan lain sedang gencar dilaksanakan. Pektin dapat diisolasi dari limbah kulit pisang menggunakan metode ekstraksi dengan asam. Pada penelitian ini, Pektin dekstraksi dari limbah kulit pisang menggunakan asam klorida HCl . Pektin hasil ekstraksi kemudian dikarakterisasi secara kualitatif menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infra Red FTIR dan parameter lain seperti bobot pektin, berat ekivalen, kadar metoksil, kadar galakturonat dan derajat esterifikasi. Dari hasil analisa didapat pektin yang optimum didapat dari variabel waktu ekstraksi 90 menit. Pektin hasil ekstraksi tersebut kemudian digunakan sebagai adsorben ion Lanthanum III dan Erbium III . Adsorpsi pada ion La III dan Er III memiliki suhu dan waktu kontak optimum yang berbeda. Tetapi dari hasil pengujian isoterm adsorpsi, kedua ion logam ini baik ion La III dan Er III mengikuti isoterm adsorpsi Freundlich dengan kapasitas adsorpsi ion La III sebesar 4,404 , jauh lebih tinggi dibandingkan ion Er III dengan kapasitas adsorpsi sebesar 1,5798.

ABSTRACT
In this era, waste treatments to other uses are being aggressively implemented. Pectin can be isolated from banana peel waste using the extraction method with acid. In this study, pectin had been extracted from waste banana skin using hydrochloric acid HCl . The results from extraction then characterized qualitatively using Fourier Transform Infra Red spectroscopy FTIR and other parameters such as yield pectin, equivalent weight, levels of methoxyl, levels of galacturonate and also degree of esterification. From the analysis results, we obtained the optimum pectin is the variable extraction time of 90 minutes. Pectin from extraction results is used as an adsorbent of ion Lanthanum III and erbium III . Adsorption of ion La III and Er III has the different optimum temperature and contact time. But from the result of examination of adsorption isotherms, both ion La III and Er III are following the Freundlich adsorption isotherms with adsorption capacity of ion La III is 4,404 much higher than ion Er III with the adsorption capacity around 1,5798."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarno Hatmojo Wicaksono
"ABSTRAK
Biosorpsi merupakan metode pemisahan logam yang ramah lingkungan dengan adsorben yang berbasis material biologis. Dalam studi ini telah dipelajari optimasi proses biosorpsi pektin dari kulit durian sebagai adsorben untuk pemisahan logam lantanum. Pada peneltian ini, pektin diperoleh dari kulit durian dengan cara ekstraksi padat cair dengan kondisi pH 2 dan suhu dijaga 900C. Karakterisasi pektin dilakukan dengan uji FTIR dan SEM EDX untuk mengatahui kandungan gugus fungsi, bentuk morfologi serta komposisi unsur dari pektin. Analisis kadar lantanum dilakukan dengan menggunakan XRF untuk mengetahui perubahan konsentrasi lantanum setelah proses biosorpsi. Kondisi optimum biosorpsi didapatkan ketika pH larutan bernilai 4, suhu larutan 300C, dosis pektin sebanyak 0,3 gram, dan waktu biosorpsi yang berlangsung selama 120 menit. Model isoterm dianalisis menggunakan persamaan langmuir dan freundlich. Berdasarkan persamaan langmuir, diperoleh daya serap maksimum pektin adalah sebesar 41,15 mg/g dengan efisien biosorpsi sebesar 82,7%. Hasil FTIR mengatakan bahwa pektin kaya dengan kandungan gugus karboksil dan hidroksil yang terlibat pada adsorpsi lantanum. Sementara hasil SEM EDX menginformasikan bahwa kadar La yang teradsorp pada pektin yakni sebesar 15,32 mg. Penelitian ini menunjukan bahwa pektin kulit durian berpotensi untuk diaplikasikan sebagai biosorben yang efisien untuk memisahkan logam lantanum dari suatu larutan.

ABSTRACT
Biosorption is recovery method of lanthanum that is environmentally that using biological materials as adsorben. In this study, biosorption optimization lanthanum by pectin from durian peels has been identification. Pectin was obtained from durian peels by using solid-liquid extraction methode in pH 2 and temperature 900C. Characterization of pection have done by FTIR,SEM and EDX to know functional group, morphologhy and composition elements of pectin, respectively. The concentration of lanthanum was analyzed by XRF to know the concentration change of lanthanum after biorosption. The optimum condition was obtained when the pH solution, pectin dosis, temperature solution, and time to biosorption are is 4, 0,3 gram, 300C, and 120 minutes, respectively. Isotherm model was analyzed using langmuir and freundlich equation. Biososrption reaction of pectin is multilayer with R2 from freundlich model (0,9936) is better than langmuir model (0,9749). According to langmuir model, the maximum uptake for lanthanum by pectin of durian peels is 41,15 mg/g with biosorption efficiency is 82,7%. The FTIR result’s presented that pectin is rich of carboxyl and hidroxyl groups are involved in the biosorption of lanthanum. And from SEM EDX result’s inform that lanthanum concentration is 15,32 mg which adsorp on pectin surface. This study shows tha pectin of durian peels has the potential of application as an efficient biosorbent for the removal of lanthanum from aqueous solutions.a
"
2015
S59435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwantiyo
"lake eutrophication (eutrofikasi sungai) menjadi salah satu ancaman bagi lingkungan perairan di seluruh dunia, yang dapat merusak ekosistem perairan dan siklus biogeokimia karbon dan unsur-unsur lainnya. Eutrofikasi dapat memicu ledakan alga biru dan hijau (algal bloom) yang mengakibatkan air menjadi keruh, bau tak sedap akibat penguraian, timbulnya zat toksik dan berbahaya, serta mengurangi oksigen terlarut dalam air yang dapat berdampak pada menurunnya diversitas organisme perairan. Oleh karena itu, penghilangan fosfat dari perairan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk mencegahnya yang dapat dilakukan dengan adsorpsi menggunakan adsorben yang selektif terhadap fosfat. Oleh karena itu pada penelitian ini, digunakan adsorben yang memiliki performa adsorpsi yang baik dan selektif terhadap fosfat menggunakan Metal-Organic Framework (MOF) dengan Lanthanum sebagai atom pusat dan asam trimesat sebagai ligan organik. MOF lanthanum dan trimesat (LTA) kemudian dipolimerisasi dengan metode Ion Imprinted Polymer (IIP) untuk menghasilkan adsorben yang lebih selektif terhadp fosfat. Adsorben yang disintesis diuji karakterisasinya menggunakan FT-IR dan XRD lalu dianalisis performa adsorpsinya menggunakan metode kompleks amonium molibdat dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil sintesis IIP MOF-LTA memiliki performa yang cukup baik yaitu dengan kapasitas adsorpsi maksimum pada isoterm langmuir sebesar 60,241 mg/g. Sementara itu, pH optimum yang didapat dari IIP MOF-LTA yaitu pH 2.

Lake eutrophication is a threat to aquatic environments throughout the world,that can damage aquatic ecosystems and the biogeochemical cycles of carbon and other elements. Eutrophication can trigger an explosion of blue and green algae (algal bloom) which results in the water becoming cloudy, an unpleasant odor due to decomposition, the emergence of toxic and dangerous substances due to the presence of several species of algae such as Anabaena sp., as well as reducing dissolved oxygen in the water which can have an impact on decreasing diversity of aquatic organisms. Therefore, removing phosphate from waters is very important to prevent this, which can be done by adsorption using adsorbents that are selective for phosphate. Therefore, in this research, an adsorbent was used that has good adsorption performance and is selective for phosphate using a Metal-Organic Framework (MOF) with Lanthanum as the central atom and trimesic acid as the organic ligand. The lanthanum and trimesate (LTA) MOFs were then polymerized using the Ion Imprinted Polymer (IIP) method to produce an adsorbent that was more selective towards phosphate. The synthesized IIP MOF-LTA adsorbent was then tested for characterization using FT-IR and its adsorption performance was analyzed using the ammonium molybdate complex method with UV-Vis spectrophotometry. The results of the IIP MOF-LTA synthesis have quite good performance, namely with a maximum adsorption capacity on the Langmuir isotherm of 60.241 mg/g. Meanwhile, the optimum pH obtained from IIP MOF-LTA is pH 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kafka Alghifari
"Air bersih adalah suatu aset yang sangat berharga, tetapi jumlahnya terbatas dan tentunya tidak dapat mencukupi kebutuhan miliaran manusia seiring bertambahnya waktu. Untuk itu, urgensi pengolahan berbagai macam sumber alternatif air bersih meningkat, salah satunya adalah pengolahan air laut. Tantangan dalam pengolahan air laut pun juga menghadirkan permasalahan baru sehingga diperlukan adanya teknologi rendah biaya yang bisa menyisihkan polutan di dalam air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi metode desalinasi terbaru dengan menggunakan adsorben dengan bahan dasar biomassa, diantaranya adalah kulit pisang kepok dan tempurung kelapa. Kapabilitas kulit pisang kepok dan tempurung kelapa sebagai karbon aktif terbukti bisa menyisihkan berbagai macam polutan di dalam air laut. Namun, diperlukan analisis lebih lanjut terkait penyisihan senyawa organik. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi performa karbon aktif kulit pisang kepok dan tempurung kelapa dalam menyisihkan polutan di dalam air laut, yaitu senyawa organik berdasarkan karakteristik material, kapasitas, adsorpsi, hingga model adsorpsi yang ditempuh. Berdasarkan hasil penelitian, adsorben kulit pisang kepok mencapai penyisihan tertinggi pada variasi waktu kontak, spesifiknya pada waktu kontak 30 menit, dengan nilai sebesar 80,4% untuk sampel air laut dan 56,7% untuk sampel brine. Di satu sisi, pada kasus adsorben tempurung kelapa, penelitian mengenai variasi dosis mencapai penyisihan tertinggi pada dosis 20 g/L sebesar 4,69% untuk sampel air laut sedangkan pada variasi waktu kontak, diperoleh penyisihan tertinggi 80,4% pada waktu kontak 30 menit untuk sampel brine.

Clean water is a valuable asset, yet its quantity is limited and cannot meet the needs of billions of people as time progresses. Thus, processing alternative sources of clean water is an utmost priority. One proposed solution is desalination. However, the challenges in seawater treatment present new problems, necessitating low-cost technology that provides alternative desalination methods as a solution. A new desalination method using biomass-based adsorbents, such as kepok banana peels and coconut shells, has been proposed. The adsorption capability of these materials as activated carbon has been proven effective in removing various pollutants from seawater. However, the removal of Natural Organic Matter (NOM) as a pollutant in seawater remains unidentified. Consequently, this study was conducted to identify the adsorption performance of biomass-based activated carbon (or bioadsorbents) made from kepok banana peels and coconut shells in removing organic compounds or NOM from seawater based on its material characteristics, adsorption capacity, and adsorption model. Based on its results, the kepok banana peel adsorbent achieved the highest removal rate at a contact time variation, specifically at a contact time of 30 minutes, with a value of 80.4% for seawater samples and 56.7% for brine samples. On the other hand, in the case of coconut shell adsorbent, research on dose variation achieved the highest removal rate at a dose of 20 g/L of 4.69% for seawater samples, while in the contact time variation, the highest removal rate was 80.4% at a contact time of 30 minutes for brine samples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Prastika Nabila Nahda
"Superkapasitor menjadi salah satu media penyimpanan energi listrik yang dapat digunakan sebagai alternatif baterai. Pada penelitian ini, telah dilakukan studi terhadap kinerja superkapasitor elektroda karbon mesopori yang disintesis dari kulit pisang. Mula-mula kulit pisang dikeringkan di bawah sinar matahari, lalu dihaluskan menjadi bubuk kulit pisang. Bubuk kulit pisang ini disintesis menjadi karbon mesopori dengan cara dipanaskan dan dikarbonisasi menggunakan template (pencetak). Pencetak yang digunakan adalah gel silika 60 dan MCM-41. Karbon mesopori yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan TGA, XRD, XRF, TEM, spektrofotometri Raman, N2-physisorption, dan FTIR untuk mengetahui sifat yang terbentuk. Karbon mesopori hasil sintesis dengan pencetak MCM-41 menghasilkan luas pemukaan spesifik sebesar 467,24 m2/g, sedangkan dengan pencetak silika gel 60 pada perbandingan prekursor karbon dan silika gel 3:1 menghasilkan luas permukaan spesifik 476,97 m2/g. Evaluasi kinerja sebagai superkapasitor dilakukan dengan membuat komposit nickel foam-karbon mesopori hasil sintesis dan menggunakannya sebagai elektroda kerja untuk superkapasitor. Pengujian dilakukan dengan menggunakan CV, GCD, dan EIS. Elektroda dari karbon mesopori hasil sintesis dengan pencetak MCM-41 memberikan nilai kapasitansi spesifik sebesar 38,71 F/g pada scan rate 0,1 V/s dan 12,20 F/g pada densitas arus 0,05 A/g. Elektroda dari karbon mesopori dengan pencetak gel silika 60 perbandingan 3:1 (MC-S-3@NF) menghasilkan nilai kapasitansi spesifik sebesar 23,14 F/g pada scan rate 0,1 V/s dan 7,91 F/g pada densitas arus 0,05 A/g. Sedangkan uji stabilitas elektroda MC-S-3@NF sebanyak 2500 siklus meningkatkan persen kapasitansi elektroda sebesar 30%.

Supercapacitors have become one of the electrical energy storage that can be used as an alternative to batteries. In this study, research has been conducted on the performance of mesoporous carbon supercapacitor electrodes synthesized from banana peels. Initially, banana peels were dried under sunlight, then ground into banana peel powder. This banana peel powder was synthesized into mesoporous carbon by heating and carbonizing it using a template. The templates used were silica gel 60 and MCM-41. The synthesized mesoporous carbon was characterized using TGA, XRD, XRF, TEM, Raman spectroscopy, N2-physisorption, and FTIR to determine the properties of material. Mesoporous carbon synthesized using the MCM-41 template resulted in a specific surface area of 467.24 m2/g, while using the silica gel 60 template at a carbon and silica gel precursor ratio of 3:1, it yielded a specific surface area of 476.97 m2/g. The performance evaluation as a supercapacitor was conducted by creating a composite of nickel foam-synthesized mesoporous carbon and using it as the working electrode for the supercapacitor. Supercapacitor evaluation was carried out using CV, GCD, and EIS. The synthesized mesoporous carbon with the MCM-41 template electrode provided a specific capacitance value of 38.71 F/g at a scan rate of 0.1 V/s and 12.20 F/g at a current density of 0.05 A/g. The mesoporous carbon with the silica gel 60 template at a 3:1 ratio electrode (MC-S-3@NF) yielded a specific capacitance value of 23.14 F/g at a scan rate of 0.1 V/s and 7.91 F/g at a current density of 0.05 A/g. Meanwhile, the stability test of the MC-S-3@NF electrode for 2500 cycles increased the electrode capacitance percentage by 30%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Akbar Sani
"ABSTRAK
Biosorpsi adalah metode untuk memisahkan logam lantanida dengan bahan biologis dan dikembangkan sebagai teknologi alternatif yang ramah lingkungan, murah, dan efisien. Karakteristik biosorpsi ion lantanum dan yttrium dari larutan akues dengan kulit durian telah diteliti sebagai fungsi dari pH, konsentrasi lantanum dan yttrium, dosis biosorben, waktu kontak, dan suhu. Kondisi terbaik multikomponen biosorpsi lantanum dan yttrium adalah pH 5, konsentrasi lantanum dan yttrium 250 mg/L, dosis biosorben 0,35 g, waktu kontak 120 menit dan suhu 300C. Multikomponen biosorpsi lantanum dan yttrium mengikuti Langmuir model dengan kapasitas adsorpsi maksimum untuk lantanum dan ytrrium masing-masing adalah 71 mg/g dan 35 mg/g. Konsentrasi, struktur, morfologi, dan komposisi di analisa dengan menggunakan XRF, FTIR, dan SEM/EDX. Efesiensi biosorpsi terbaik untuk lantanum dan yttrium masing-masing adalah 77,4% dan 85,2% pada kondisi konsentrasi 250 mg/L. Penelitian ini menunjukan bahwa kulit durian memiliki potensi sebagai biosorben effisien untuk penyerapan elemen lantanida dari larutan akues.

ABSTRACT
Biosorption is a method to separate lanthanide metal by biological material and developed as an alternative technology that were environmental friendly, cheap, and efficient. The biosorption characteristics of lanthanum and yttrium ions from aqueous solution by durian peel have been investigated as a function of pH, concentration of lanthanum and yttrium, biosorbent dosage, contact time, and temperature. The best condition for multicomponent biosorption of lanthanum and yttrium were pH 5, concentration of lanthanum and yttrium 250 mg/L, biosorbent dosage 0.35 g, contact time 120 minutes and temperature 300C. Multicomponent biosorption of lanthanum and yttrium follow Langmuir model with maximum adsorption capacity for lanthanum and ytrrium ions were 71 mg/g and 35 mg/g, respectively. Concentration, structure, morphology, and composition analyzed by using XRF, FTIR, and SEM/EDX. The best biosorption efficiency for lanthanum and yttrium respectively were 77.4% and 85.2% at concentration 250 mg/L. This study shows that durian peel has the potential of application as an efficient biosorbent for the removal of lanthanide elements from aqueous solutions."
2015
S59240
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najma
"Dalam penelitian ini, karbon aktif dari limbah kulit pisang digunakan sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan nanokarbon dan karbon nanotube. Proses pertumbuhannya adalah dengan menggunakan metode pirolisis sederhana dan dekomposisi metana. Dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk menghasilkan CNT dengan pirolisis sederhana yaitu 950°C sedangkan karbon aktif yang diimpregnasi dengan katalis Fe dan didekomposisi metana menghasilkan MWCNT tipe tip-growth. Aliran N2/CH4 memiliki hasil yang lebih baik daripada hanya aliran CH4 dalam suhu 800°C dan waktu reaksi 1 jam.
Karbon aktif yang dikalsinasi terlebih dahulu dapat menghasilkan nanokarbon dengan diameter lebih rendah yaitu 1,5-23nm dari pada karbon aktif tanpa kalsinasi (17-40nm). Konsentrasi metana rata-rata 1%wt Fe/karbon aktif 65,27% lebih besar daripada 5%wt Fe/karbon aktif 64,30%. Karbon aktif dari limbah kulit pisang ini dapat menghasilkan nanokarbon dan karbon nanotube walaupun memiliki luas permukaan rendah.

Activated Carbon (AC) from banana peel waste is used to growth of nanocarbon and carbon nanotube with Simplicity pyrolisis method and methane chemical vapour decomposition. Synthesis nanocarbon with simplicity pyrolisis have to in high temperature 950°C but with catalytic impregnation Fe and activated carbon via methane chemical vapour decomposition can produce MWCNT. CNTs formed over Fe catalyst illustrated a typical tip-growth phenomenon. The ideal condition at reaction temperature of 800°C and reaction time of 1 hour for Nanocarbons growth was noticed under N2/CH4 gas flow ratio of 2:1 rather than only CH4 atmosphere.
Activated carbon with calcination can produce nanocarbon with small diameter (1,5nm-23nm) rather than activated carbon with noncalcination (17-40nm). Average methane concentration 1%wt Fe/AC (65,27%) more high than 5%wt Fe/AC (64,30%). Therefore as a result, banana peel activated carbon can produce nanocarbon although have low-surface area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42598
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Munawaroh
"Mesalazin merupakan agen anti inflamasi yang telah digunakan dalam tata laksana Inflammatory Bowel Disease (IBD). Namun, zat aktif ini dapat menyebabkan nyeri perut apabila digunakan dalam bentuk tablet oral konvensional. Oleh karena itu, untuk menghindari efek samping tersebut mesalazin dibuat menjadi sediaan tertarget kolon. Pektin dipilih karena dapat bertahan dalam bentuk utuh pada saluran cerna bagian atas dan dapat terdegradasi saat mencapai kolon dengan adanya mikroflora. Kombinasi Eudragit S-100 dan Eudragit L-100 dipilih karena keduanya dapat melindungi sediaan dari lingkungan asam pada saluran cerna atas dengan kelarutan yang bergantung pada pH. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi dan karakteristik tablet matriks mesalazin menggunakan kombinasi pektin dengan Eudragit S-100 dan Eudragit L-100. Sediaan ini dibuat menggunakan metode granulasi basah. Sebanyak 9 formula dibuat dan dievaluasi kemudian dipilih 3 formula paling optimal untuk dilakukan uji profil disolusi. Evaluasi dilakukan terhadap granul dan tablet dari setiap formula. Evaluasi granul meliputi uji organoleptis, uji laju alir, uji kerapatan partikel, uji sudut istirahat, dan uji kandungan lembab. Sedangkan evaluasi tablet meliputi uji organoleptis, uji keseragaman ukuran, uji keregasan, uji kekerasan, uji waktu hancur, uji keragaman bobot, uji kadar obat, dan uji profil disolusi. Berdasarkan evaluasi, diketahui bahwa seluruh formula (F1 – F9) memenuhi karakteristik sebagai sediaan tertarget kolon dengan F2 sebagai formula dengan kriteria terbaik. F2 memiliki karakteristik granul dan tablet yang memenuhi kriteria penerimaan dengan nilai keregasan sebesar 0,13%; kekerasan sebesar 11,43 ± 1,19; dan kadar zat aktif sebesar 94,10%. Selain itu, pada uji profil disolusi In vitro, F2 lebih mampu menahan pelepasan mesalazin pada HCl pH 1,2 dibandingkan formula lain. Namun, tidak ada perbedaan signifikan (p = 0,917) pada pelepasan kumulatif mesalazin untuk 3 formula paling optimal (F2, F4, dan F8).

Mesalazine is anti-inflammatory agents that have been used in the management of inflammatory bowel disease (IBD). However, this active substance can cause abdominal pain when used in conventional oral tablet form. Therefore, to avoid these side effects, mesalazine is made into colon-targeted drug delivery system. Pectin was chosen because it can survive intact in the upper digestive tract and can be degraded when it reaches the colon due to the presence of microflora. The combination of Eudragit S-100 and Eudragit L-100 was chosen because both can protect against the acidic environment of the upper digestive tract with their pH-dependent solubility. This research aims to obtain the formulation and characteristics of mesalazine matrix tablets using combinations of pectin with Eudragit S-100 and Eudragit L-100. Tablets were prepared using wet granulation method. A total of 9 formulas were made and evaluated and then the 3 most optimal formulas were selected for the dissolution profile test. Evaluation was carried out on granules and tablets of each formula. Granule evaluation includes organoleptic test, flow rate test, particle density test, angle of repose test, and moisture content test. Evaluation of tablets includes organoleptic test, size uniformity test, friability test, hardness test, disintegration time test, weight variation test, drug content test, and dissolution profile test. Based on the evaluation, it was found that all formulas (F1 – F9) fulfilled the characteristics of colon-targeted preparations with F2 as the formula with the best criteria. F2 has the characteristics of granules and tablets that meet the acceptance criteria with friability was 0.13%; hardness was 11.43 ± 1.19; and drug content was 94.10%. In addition, in In vitro dissolution profile test, F2 was better able to withstand the release of mesalazine in HCl pH 1.2 compared to other formulas. However, there was no significant difference (p = 0.917) in the cumulative release of mesalazine for the 3 most optimal formulas (F2, F4, and F8)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Fajrin
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini, MOF disintesis sebagai adsorben ion logam kadmium (II) karena kerangka organik logam (MOF) memiliki area pori dan permukaan yang besar serta sifat potensial dan aplikasi seperti pengolahan air yang mengandung ion logam berat. Sintesis MOF dilakukan berdasarkan logam lantanida menggunakan lantanum dan itrium, dengan mereaksikan logam nitrat (Y (NO3) 3.6H2O dan La (NO3) 3.6H2O) dengan asam suksinat dan N, N-dimethylformamide (DMF) dan pelarut air menggunakan metode solvothermal. Dua MOF yang disintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, TGA, BET dan SEM. Hasil dari karakterisasi menyatakan bahwa La-succinate MOF lebih baik daripada MO-succinate Y. Selanjutnya, dua MOF yang disintesis digunakan sebagai adsorben ion logam kadmium (II) dengan berbagai variasi seperti pH, waktu kontak, jumlah adsorben dan konsentrasi adsorbat. Kapasitas adsorpsi yang dihasilkan oleh La-succinate MOF lebih besar dari Y-succinate MOF serta hasil dari isoterm adsorpsi oleh La-succinate dan MOF-succinate Y. La-succinate MOF memiliki R2 sebesar 0,9946 dengan nilai kapasitas adsorpsi Freundlich sebesar 2.296 mg / g dan MO-succinate Y memiliki R2 sebesar 0.8812 dengan nilai kapasitas adsorpsi Freundlich sebesar 1.543 mg / g.

ABSTRACT
In this research, MOF was synthesized as cadmium (II) metal ion adsorbent because the organic metal framework (MOF) has a large pore and surface area as well as potential properties and applications such as water treatment containing heavy metal ions. MOF synthesis was carried out based on lanthanide metal using lanthanum and yttrium, by reacting metal nitrate (Y (NO3) 3.6H2O and La (NO3) 3.6H2O) with succinic acid and N, N-dimethylformamide (DMF) and water solvents using the solvothermal method. Two MOF synthesized were characterized using FTIR, XRD, TGA, BET and SEM. The results of the characterization stated that La-succinate MOF was better than MO-succinate Y. Furthermore, two MOF synthesized were used as adsorbent of cadmium (II) metal ions with various variations such as pH, contact time, amount of adsorbent and adsorbate concentration. The adsorption capacity produced by La-succinate MOF is greater than Y-succinate MOF and the results of adsorption isotherms by La-succinate and MOF-succinate Y. La-succinate MOF has an R2 of 0.9946 with a Freundlich adsorption capacity value of 2,296 mg / g and MO-succinate Y has R2 of 0.8812 with a Freundlich adsorption capacity value of 1,543 mg / g."
2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>