Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risma Puspitasari
"ABSTRAK
Secara global, insiden TB dunia pada tahun 2015 sebesar 10,4 juta kasus.
Indonesia berada di urutan kedua dari total kasus diseluruh dunia sebesar 10%,
setelah India. Prevalensi TB berdasarkan provinsi yang tertinggi adalah Jawa
Barat (0,7%). Padatnya tingkat hunian di pesantren dapat menimbulkan kondisi
rentan sehingga dianggap memicu banyaknya kasus TB. Pengendalian TB
berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya promosi kesehatan dalam
penanggulangan TB. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak pemberdayaan
santri kader TB terhadap perilaku pencegahan TB di pondok pesantren Garut Jawa
Barat. Metode penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pada 230
santri sebagai sampel pada masing-masing kelompok intervensi dan kontrol.
Pengumpulan data dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pengumpulan data awal,
setelah itu dilakukan intervensi berupa pelatihan pada 30 santri yang terpilih
sebagai kader TB dengan melakukan penyuluhan dan kunjungan kamar 2 bulan
kemudian dilakukan pengumpulan data akhir. Analisis yang digunakan adalah uji
wilcoxon, mann-whitney dan uji regresi logistic ganda model faktor resiko. Hasil
penelitian membuktikan santri yang mendapat intervensi berpeluang memiliki
perilaku pencegahan baik hampir 3 kali (OR=2,90; 95%CI= 1,9-4,4)
dibandingkan dengan santri yang tidak mendapatkan intervensi setelah dikontrol
jenis kelamin santri.

ABSTRACT
Globally, the incidence of tb in 2015 amounted to 10.4 million cases. tb ranks in
the 2nd place of the total cases all over Indonesia by 10% after India. The highest
prevalence of TB by province is western Java (0.7%,). Tb incidence did not occur
only in the general population, but also arise in certain community such as islamic
boarding schools. The density of occupancy in Islamic boarding school can cause
vulnerable condition causing many cases of tb. Community-based TB control is
one of health promotion efforts in TB prevention. This study aims to determine
the impact of Empowerment of Tuberculosis (TB) Against Student Cadres
Behavior in TB Prevention at Islamic boarding school, Garut, West Java.
Quantitative research method with quasi experimental design on 230 students as
sample in each intervention and control group. Data collection was done 2 times,
that is initial data collection, after that do intervention in the form of training at 30
students selected as TB cadre by doing counseling and visit room 2 month later to
do final data collecting. The analysis used was wilcoxon test, mann-whitney and
multiple logistic regression test of risk factor model. The result of the research
shows that students who have intervention have a good prevention behavior
almost 3 times (OR = 2,90; 95% CI = 1,9-4,4) compared with students who do not
get intervention after separation of gender."
2017
T48657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Puspitasari
"Secara global, insiden TB dunia pada tahun 2015 sebesar 10,4 juta kasus.
Indonesia berada di urutan kedua dari total kasus diseluruh dunia sebesar 10%,
setelah India. Prevalensi TB berdasarkan provinsi yang tertinggi adalah Jawa
Barat (0,7%). Padatnya tingkat hunian di pesantren dapat menimbulkan kondisi
rentan sehingga dianggap memicu banyaknya kasus TB. Pengendalian TB
berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya promosi kesehatan dalam
penanggulangan TB. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak pemberdayaan
santri kader TB terhadap perilaku pencegahan TB di pondok pesantren Garut Jawa
Barat. Metode penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pada 230
santri sebagai sampel pada masing-masing kelompok intervensi dan kontrol.
Pengumpulan data dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pengumpulan data awal,
setelah itu dilakukan intervensi berupa pelatihan pada 30 santri yang terpilih
sebagai kader TB dengan melakukan penyuluhan dan kunjungan kamar 2 bulan
kemudian dilakukan pengumpulan data akhir. Analisis yang digunakan adalah uji
wilcoxon, mann-whitney dan uji regresi logistic ganda model faktor resiko. Hasil
penelitian membuktikan santri yang mendapat intervensi berpeluang memiliki
perilaku pencegahan baik hampir 3 kali (OR=2,90; 95%CI= 1,9-4,4)
dibandingkan dengan santri yang tidak mendapatkan intervensi setelah dikontrol
jenis kelamin santri.

Globally, the incidence of tb in 2015 amounted to 10.4 million cases. tb ranks in
the 2nd place of the total cases all over Indonesia by 10% after India. The highest
prevalence of TB by province is western Java (0.7%,). Tb incidence did not occur
only in the general population, but also arise in certain community such as islamic
boarding schools. The density of occupancy in Islamic boarding school can cause
vulnerable condition causing many cases of tb. Community-based TB control is
one of health promotion efforts in TB prevention. This study aims to determine
the impact of Empowerment of Tuberculosis (TB) Against Student Cadres
Behavior in TB Prevention at Islamic boarding school, Garut, West Java.
Quantitative research method with quasi experimental design on 230 students as
sample in each intervention and control group. Data collection was done 2 times,
that is initial data collection, after that do intervention in the form of training at 30
students selected as TB cadre by doing counseling and visit room 2 month later to
do final data collecting. The analysis used was wilcoxon test, mann-whitney and
multiple logistic regression test of risk factor model. The result of the research
shows that students who have intervention have a good prevention behavior
almost 3 times (OR = 2,90; 95% CI = 1,9-4,4) compared with students who do not
get intervention after separation of gender.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Surahman
"ABSTRAK
Rendahnya cakupan penemuan kasus TB di Indonesia berdampak padaberlanjutnya proses transmisi infeksi Mycobacterium Tuberculosis M.tb dimasyarakat. Pondok pesantren merupakan populasi rentan dan berisiko dengankarakteristik hunian relatif padat, sanitasi lingkungan kurang sehat. Beberapakasus TB terjadi di pondok pesantren, akibat rendahnya kesadaran santri terhadapgejala TB sehingga berdampak pada akses layanan kesehatan. Perlu upayapengendalian TB dengan melibatkan masyarakat sebagai solusi ketika pemerintahkurang memiliki kapasitas menyediakan layanan dan menjangkau penderita TB.Permasalahan yang sama terjadi di Kabupaten Garut, yaitu terbatasnya sumberdaya kesehatan untuk menjaring dan mengawasi penderita TB. Kegiatanpemberdayaan santri sebagai kader TB di pondok pesantren merupakan inovasidalam upaya menjembatani suspek dan penderita TB untuk mendapatkan akses kefasilitas kesehatan atau active case finding TB. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui dampak positif pemberdayaan santri kader TB terhadap aksesibilitaslayanan TB di fasilitas kesehatan. Metode yang digunakan adalah metodekuantitatif dengan menggunakan desain quasi eksperimen rancangan ldquo;nonequivalent control group design rdquo;, dan metode kualitatif menggunakan wawancaramendalam. Studi ini dilakukan di enam pondok pesantren dengan jumlah sampel493 orang, masing-masing tiga pondok pesantren intervensi sampel 232 orang dantiga pondok pesantren non-intervensi jumlah sampel 236 orang.Penelitian ini membuktikan bahwa pemberdayaan santri kader TB padapondok pesantren di Kabupaten Garut memberikan pengaruh yang signifikanyaitu peningkatan proporsi aksesibilitas layanan TB di fasilitas kesehatan sebesar41.4 pada kelompok intervensi. Santri yang tinggal di pondok pesantrenintervensi berpeluang 3.9 kali lebih besar untuk mengakses layanan TB di fasilitaskesehatan dibandingkan yang tinggal di non-intervensi. Intervensi ini jugaberhasil menemukan 14 kasus TB positif di pondok pesantren dengan tingkatkeberhasilan convertion rate dan cure rate masing-masing sebesar 100 .Program ini perlu direplikasi di wilayah lain mengingat di Indonesia terdapatpondok pesantren dengan kondisi tidak jauh berbeda dengan lokasi dan kondisipenelitian ini.Kata kunci : Santri, Kader TB, akses layanan TB, pondok pesantren

ABSTRACT
The low coverage of cases of TB in Indonesia has an impact on thecontinuation of the process of transmission of infection with Mycobacteriumtuberculosis M.tb in the community. Students in Islamic Boarding Schools arevulnerable and are at risk populations with relatively dense residentialcharacteristics and poor environmental sanitation. Some cases of TB occurred inthe boarding school due to the low knowledge TB symptoms among students.This problem, in turn, leads to low access to health care. There is a need forinvolving the community when the government lacks the capacity to provideservices and reach out to people with TB. The same problems occur in Garut,namely the limited health resources and workforce to recruit and supervise TBpatients. The empowerment of students as a cadre of TB in a boarding school is aneffort to bridge suspected TB patients to gain access to a health facility or activeTB case finding. This study aims to determine the positive impact of empoweringstudents as TB Cadre on the accessibility of TB health services. The method usedis quantitative by using a quasi experimental design non equivalent controlgroup design, and qualitative method in the form of interviews. The study wasconducted in six boarding schools with a sample size of 493 people, Theintervention group consists of three boarding schools with 232 students, while therest of the boarding schools with 236 students was chosen as the non interventiongroup.This study proves that the empowerment of students cadre of TB in theboarding school in Garut has a significant and positive impact. It is observed thatthere was an increased in the proportion of service accessibility TB in healthfacilities as much as 41.4 in the intervention group. Students who live in theintervention group were 3.9 times more likely to access TB services in healthfacilities compared to those living in non intervention. This intervention alsomanaged to find 14 positive TB cases in the boarding school with a conversionrate and cure rate of 100 . This program needs to be replicated in other regions inIndonesia, considering that there are many boarding schools with similarconditions across Indonesia.Keywords Students, TB Cadre, Access to TB service, Islamic Boarding School"
2017
D1715
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Alfiana Fauziah
"Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia baik dalam hal prevalensinya maupun masalah-masalah lainnya yang ditimbulkannya. Upaya dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis masih terus dilakukan. Namun dalam perjalanannya banyak hambatan dalam upaya tersebut, salah satunya adalah adanya fenomena tuberkulosis multidrug resistant (TB-MDR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB-MDR. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus-kontrol dengan populasinya pasien TB di RSUP Persahabatan tahun 2013.
Penelitian ini menghasilkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB-MDR di RSUP Persahabatan adalah umur (OR 1,7; 95%CI 0,7-4,1), konsumsi alkohol (OR 1,5; 95%CI 0,5-4,5), riwayat kontak TB (OR 2,1; 95%CI 0,8-5,2), kepatuhan minum obat (OR 10,8; 95%CI 4,4-26,8), status gizi (OR 3,3; 95%CI 1,4-7,8) dan diabetes mellitus (OR 2,1; 0,7-5,8). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk mendukung pelaksanaan program DOTS, penderita TB harus terus dimonitoring dan dikontrol selama pengobatannya terutama dalam hal kepatuhan dalam minum obat.

Tuberculosis remains a major problem of public health in Indonesia, both in terms of prevalence and other problems it causes. An attempt of the tuberculosis prevention is still underway. But along the way there are a lot of obstacles in it, one of which is a phenomenon of multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). This study intended to find the factors that affecting the MDR-TB. The design study is a case-controland the population is patients with TB at RSUP Persahabatan in 2013.
This study found that affected is the factors in MDR-TB at RSUP Persahabatan are the age (OR 1.7; 95%CI 0.7-4.1), alcohol consumption (OR 1.5; 95%CI 0.5-4.5), history of TB contact (OR 2.1; 95%CI 0.8-5.2), medication compliance (OR 10.8; 95%CI 4.4-26.8), nutritional status (OR 3.3; 95%CI 1.4-7.8) and diabetes mellitus (OR 2.1; 95%CI 0.7-5.8). The study showed that to support the implementation of DOTS program, TB patients should be closely monitored and controlled during treatment, especially in terms of medication compliance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Gustina
"Indonesia termasuk ke dalam kategori high burden countries untuk beban tertinggi TB dunia, menempati urutan ketiga setelah India dan Cina. Penanggulangan penyakit ini salah satunya dengan pemodelan kejadian TB Paru dengan faktor-faktor risikonya dengan analisis regresi linear. Namun, belum tentu cocok diterapkan disemua wilayah karena memiliki kondisi geografis yang berbeda, sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan kasus TB Paru antara wilayah satu dengan wilayah yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dimasukkan unsur pengaruh geografis dengan pemodelan regresi linear spasial atau Geographically Weighted Regression (GWR), dalam penelitian ini untuk menilai hubungan kejadian TB Paru dengan faktor kondisi lingkungan fisik rumah, kondisi lingkungan rumah tinggal, karakteristik kependudukan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan terhadap kejadian TB Paru. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Sampel penelitian ini adalah responden dalam Riskesdas 2010 berusia 15 tahun ke atas di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di tiap Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat kecuali Majalengka dan Pekerjaan juga berhubungan hanya di Kabupaten Bogor.

Indonesia is in the category of high-burden countries for the highest burden of Pulmonary Tuberculosis of the world, the third rank after India and China. The effort to overcome this disease is to do modeling the prevalence of Pulmonary Tuberculosis using linear regression model globally. However, it is not necessarily suitable to be applied in all areas because every area has different geographical condition, so it can lead to differences of TB cases between one region with another region. Therefore, the effect of geographic elements need to be incorporated with linear regression modeling spatial or Geographically Weighted Regression (GWR). This study applied GWR model to assess the association of Pulmonary Tuberculosis prevalence by the physical condition of the home environment, residential environment, demographic characteristics, and health care utilizing factors on the prevalence of Pulmonary Tuberculosis. This study used a cross-sectional study design using Riskesdas Data - 2010. Samples in this study were Riskesdas 2010 respondents aged 15 years and over in West Java. The results showed that utilize of health care is the dominant factor associated with the prevalence of Pulmonary Tuberculosis in each district/city of West Java except Majalengka, also related employement status only in Bogor Regency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peran pengetahuan terhadap perilaku pencarian pengobatan penderita suspek TB Paru setelah dikontrol oleh umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jarak dan waktu tempuh ke Puskesmas dan RS. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan data sekunder hasil survei Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP-TB) 2010. Sampel penelitian adalah anggota keluarga yang berumur ≥ 15 tahun yang mengalami gejala TB Paru sebanyak 443 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara peran pengetahuan penderita suspek TB Paru dengan Perilaku Pencarian Pengobatan TB Paru di Indonesia setelah dikontrol pekerjaan (OR=2,3, CI=1,349-3,952). Serta adanya interaksi antara pengetahuan dan pekerjaan.

This study aims to quantify the role of knowledge on treatment seeking behavior of patients with suspected pulmonary TB after controlled by age, gender, marital status, employment status, education level, distance and travel time to health center and hospital. The study was a quantitative study with cross sectional design using secondary data of Knowledge Attitudes Behaviour (PSP-TB) Survey 2010. Research sample is a sample of respondents aged ≥ 15 years with symptoms of pulmonary TB as many as 443 respondents. Based on the results of the study found there is a relationship between the role of knowledge of patients with suspected pulmonary TB with treatment seeking Behavior of Pulmonary TB in Indonesia after controlled by variable of employment status (OR = 2.3, CI = 1.349 to 3.952), and there is interaction between knowledge and employment status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31727
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Sekarindah
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Penyakit tuberkulosis paru masih merupakan masalah di negara berkembang termasuk Indonesia. Tuberkulosis menduduki urutan ke 2 sebagai penyebab kematian menurut hasil survey nasional 1992. Dari kepustakaan diketahui bahwa pada penderita tuberkulosis didapati kelainan imunitas seluler, sehingga untuk penyembuhan penyakit tuberkulosis diperlukan pengaktifan sistem imun testa imunitas seluler. Vitamin A sudah lama dikenal sebagai imunomodulator. Dari penelitian terdahulu pemberian retinoid dapat meningkatkan respon imun seluler antara lain kenaikan sel T penolong dan T penolong/supresor. Pada penelitian ini diharapkan pemberian vitamin A sejumlah 2x 200000IU pada penderita TB paru dengan OAT dapat meningkatkan imunitas seluler. Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh pemberian vitamin A pada penderita tuberkulosis paru yang sedang mendapat OAT terhadap jumlah limfosit total, limfosit T total, sub populasi limfosit T, kadar retinol plasma, dan keadaan klink penderita. Vitamin A 200.000 IU diberikan pada awal penelitian dan setelah 4 minggu. Penelitan dilakukan secara uji klinik tersamar ganda pada 40 penderita TB paru. Penderita dibagi dalam 2 kelompok masing-masing 20 orang yang diberi vitamin A dan placebo. Pada akhir penelitian yaitu setelah 8 minggu, ada 5 orang drop out.
Hasil dan kesimpulan : Dari 40 orang peserta penelitian 10% kadar retinol plasma rendah (<20pg/dl), 30%normal, rendah(20-30pg/d.l), 60% normal. Pada pemeriksaan imunitas seluler 53,85% ada gangguan dan 46,15% normal. Nilai rata rata hitung (X) retinal plasma kelompok placebo dan perlakuan sebelum pemberian vit. .A/placebo berturut-turut adalah 30,24 ± 7,51 µg/dl dan 30,82 ±7,31 µg/dl. Setelah pemberian adalah 36,85 ± 9,74 µg/dl dan 38,02 ± 8,29 µg/dl. Pada uji t berpasangan dari kelompok perbkkan kenaikannya bermakna (p

ABSTRACT
Scope and Method of Study : Pulmonary tuberculosis is still a major health problem in the developing countries including Indonesia. Tuberculosis is number 2 as cause of death (National Survey's data, 1992). According to literature study tuberculosis patients are suffering from an immune defect. To recover from the disease the immune response especially the cellular immune response needs to be activated, because mycobacterium TB are living intracellular. Vitamin A is known as an immunomodulator. From earlier research it is known that retinoid could enhance cellular immune response, ie. increasing T helper cells and the ratio Thelperffsupresor. The hypothesis is that supplementation of vitamin A 2x2000001U to pulmonary TB patients could increase the cellular immunity. The aim of this study was to asses the vitamin A supplementation on the immune?s profile of pulmonary TB patient who are on oral anti tuberculosis treatment. Plasma retinot, nutrients intake, BMI, clinical findings were examined. Vitamin A 200.000M was given twice, in the beginning of the study and after 4 weeks. The design of the study was a randomized double blind clinical trial. Forty patients were selected and divided into 2 groups, a placebo and treatment (vitamin A) group. At the end of the study (after the 8th week), 5 patients dropped out.
Findings and Conclusions : Among 40 patients 10% showed plasma ret noK20 p g/dl), 30% normal low (20-30pgldl) and 60% normal. (03011g041). The cellular immunity was 53,85% abnormal and 46,15% normal The means (X) of plasma retinol of the placebo and study group before supplementation were 30.24 ± 7,51 µg/dl and 30.82 ± 7.31µg/dl respectively; after supplementation 36.85±9.74µg/dl and 38.02 ± 8.29µgldl respectively. Statistical analysis using paired t test showed that the study group was increasing s' 0,05), however there was no Significant difference between the 2 groups. The mean (X) of total lymphocyte before supplementation of the placebo and study group were 22.61 ± 6.51% and 22.63 ± 8,62%; after supplementation 38.09 ± 19.91% and 35.20 + 10.71%. Both were increasing significant; however there was no significant difference between the 2 groups. The T lymphocyte, T helper and ratio Thelper CT supresor were decreasing. T helper more in the placebo group 5.75% 2.29% but there was no significant difference. This study concluded that although vitamin A supplementation 2 X 200.000 IU could increase the plasma retinol but could not yet improve the immune response and clinical status significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Jamiliani
"Menurut WHO, tahun 2013, Indonesia merupakan negara ketiga yang paling banyak pengidap TB dengan angka insiden 185 per 100.000 penduduk dan angka kematian sebesar 27 per 100.000 penduduk. Berdasarkan laporan perkembangan TB di Indonesia Januari s.d. Juni 2011 angka penemuan pasien baru TB (case detection rate/CDR) pada tahun 2010 tercatat 8 provinsi yang mencapai target CDR 70%, salah satunya adalah Provinsi Banten. Kota Tangerang adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Banten dengan pencapaian CDR pada tahun 2010 hanya sebesar 68,2%. Tercatat di Puskesmas Karawaci Baru pencapaian CDR tahun 2010 hanya sebesar 55%, bahkan pada tahun 2014 hanya sebesar 29%. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan cakupan penemuan pasien TB didapatkan sebesar 68,4% tahu mengenai penyakit TB, 27,8% cukup tahu mengenai TB, dan 3,8% kurang tahu mengenai TB. Berdasarkan uji statistik, tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara nilai pengetahuan dengan temuan suspek sehingga diperlukan faktor lain untuk meningkatkan cakupan penemuan TB, seperti tingkat kesadaran dan perilaku mencari layanan kesehatan.

According to WHO, in 2013, Indonesia is the third country with TB sufferers accounted 185 incidence rate per 100,000 population and a mortality rate of 27 per 100,000 population. Based on the progress report of TB in Indonesia from January to June 2011, the discovery rate of new TB patients (case detection rate / CDR) in 2010 listed eight provinces achieve the target of 70% CDR, one of which is the Banten Province. Tangerang city is one of the city located in the Banten Province with the achievement of CDR in 2010 only amounted to 68.2%. Recorded in Puskesmas Karawaci baru, attainment CDR in 2010 was only amounted to 55%, even in 2014 only by 29%. The level of knowledge is one factor that can increase the coverage obtained by the discovery of the TB patients 68.4% know about TB disease, 27.8% know enough about TB, and 3.8% less know about TB. Based on statistical test, there was not a significant relationship between the value of knowledge and the findings (suspected) so that other factors are required to increase the coverage of TB, such as the level of awareness and health services seeking behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dorothea Oje Linda
"MDR TB merupakan pemasalahan yang muncul akibat tidak tuntasnya pengobatan. WHO melaporkan bahwa terdapat 290.000 kasus TB MDR pada tahun 2010 di dunia dan Indonesia berada pada urutan ke-9 dari 27 negara dengan beban MDR TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien TB tentang MDR TB. Disain deskriptif dengan total sampling diterapkan pada 60 klien TB yang berobat di Poli Paru Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.
Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan responden memiliki pengetahuan rendah tentang MDR TB (59,7%). Hasil uji chi square menunjukan terdapat hubungan bermakna antara pendidikan yang rendah dengan pengetahuan yang rendah (p=0,003 α=0,05 ). Promosi kesehatan terkait TB dan MDR TB perlu ditingkatkan dalam pelayanan keperawatan komunitas. Pendidikan kesehatan pada klien TB disarankan diberikan secara efektif.

The MDR TB is emerging due to failure in treatment completion. WHO reported that there were 290 000 cases in the world at 2010 and Indonesia is on the order-9 of the 27 high-burden of MDR TB countries. The aim is to determine TB clients' knowledge of MDR TB. A descriptive design with total sampling was applied to 60 TB clients at Jagakarsa health center.
The results showed mostly respondents have low knowledge (59.7%). Based on Chi Square test, there was a significant relationship between poor eduvation and low knowledge(p=0.003,α= 0.05).Health promotion-related TB and MDR TB needs to be improved in the community nursing services. Health education on TB clients is advised delivered effectively.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43365
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nor Efendi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi anatomi TB terhadap kesintasan (ketahanan hidup) 2 tahun pasien ko-infeksi TB-HIV setelah diagnosis.Penelitian ini menggunakan desain kohort restrospektifdinamik menggunakan 177 rekam medik pasien ko-infeksi TB-HIV di RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Jakarta yang terdaftar tahun 2010-2013, diambil secara simple random samplingKasintasan pasien ko-infeksi TB-HIV 2 tahun setelah diagnosa dengan lokasi anatomi TB di ekstraparu sebesar 86%, lebih rendah dibandingkan dengan lokasi anatomi TB di paru sebesar 98%. Lokasi anatomi TB di ekstraparu mempengaruhi kecepatan kematian pasien ko-infeksi TB-HIV (adjusted HR 1,48, 95% CI : 0,55-4,02), setelah dikontrol oleh faktor risiko penularan dan kadar CD4 awal. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan sistem imunitas tubuh yang luas sehingga infeksi dan penyebaran kuman TB juga akan meluas seperti ke kelenjar getah bening, pleura dan organ lainnya. TB ekstra paru memiliki beban bakteri TB yang lebih tinggi dan menunjukkan progresifitas perjalanan penyakit semakin parah yang mengakibatkan probabilitas ketahanan hidup (kesintasan) penderitanya semakin menurun.Perlu dilakukan screening lebih intensif terhadap pasien ko-infeksi TB-HIV untuk menemukan kemungkinan TB di ekstra paru sedini mungkinagar dapat diberikan penatalaksanaan yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

The objective of this study was to determine the influence of anatomical site to the survival of TB-HIV co-infection patient in 2 years after diagnosed. The design of this study was dynamic retrospective cohort with 177 medical records of TB-HIV co-infection patients in the Center of infection hospital Prof. Dr. SuliantiSaroso, Jakarta, from 2010 to 2013, taken by simple random sampling technique. The survival of TB-HIV co-infection for 2 years after it was diagnosed in patients with anatomical site of TB in the extrapulmonary was 86% and it was lower compared to patient with the anatomical site in the pulmonary which was 98%. Anatomical site of TB in the extrapulmonary were found to be an influencing factor to the rate of death in TB-HIV co-infection patients (adjusted HR 1,48, 95% CI : 0,55-4,02) after controlling with contagion factors and the level of CD4. HIV infection cause the widespreading damage in the immunity system therefor the infection of TB microbe also spreading to other organ such as lymph nodes and pleura. Extrapulmonary TB has much more TB microbe that worsen the progressivity of the disease and decrease the probability of the patient’s survival. Intensive screening are needed for TB/HIV co-infection patients to diagnosed the possibility of TB infection in the extrapulmonary as early as possible to increase the quality of life of its patients by finding the proper treatment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>