Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65188 dokumen yang sesuai dengan query
cover
H.J. Mukono
Surabaya: Airlangga University Press, 2014
363.739 HJM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
H.J. Mukono
Surabaya: Airlangga University Press, 2011
363.739 2 MUK a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Suryani
"Perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia cukup pesat baik dari sektor kependudukan, transportasi, maupun industri. Tingkat ketergantungan masyarakat perkotaan khususnya pada sarana transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil pun cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa kira-kira sebesar 70% penurunan kualitas udara ambien di DKI Jakarta dipengaruhi aktivitas transportasi.Menurunnya kualitas udara selanjutnya dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini adalah' 1) Apakah terdapat korelasi antara besar kepadatan arus lalulintas dengan besarnya konsentrasi beberapa parameter udara ambien (CO, NOx, dan PM10) yang juga berasal dari emisi kendaraan bermotor, selama tahun 2002, dalam hal ini dianggap sebagai agen (agent)? 2) Apakah perubahan besar konsentrasi CO, NOx, dan PM10 pada udara ambien di lima wilayah di DKI Jakarta mempunyai pengaruh terhadap peningkatan jumlah penderita beberapa penyakit saluran pernapasan selama periode tahun 2002, dalam hal ini dianggap sebagai pejamu (host)?
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi serta bagaimana pola korelasi antara kepadatan arus lalulintas dengan perubahan besarnya konsentrasi beberapa parameter udara ambien di lima wilayah penelitian di DKI Jakarta selama periode tahun 2002 (agent). 2) Untuk mengetahui besar serta pola korelasi antara perubahan konsentrasi CO, NOx, dan PM10 yang terdapat di udara ambien di lima wilayah penelitian di DKI Jakarta dengan peningkatan jumlah penderita beberapa penyakit saluran pernapasan selama periode tahun 2002 (host).
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, 1) Terdapat korelasi positif dan signifikan antara kepadatan kendaraan bermotor di beberapa ruas jalan di lima wilayah penelitian di DKI Jakarta dengan besarnya konsentrasi beberapa parameter udara ambien (CO, NOx, dan PMI0) yang diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor (agent), 2) Terdapat korelasi positif dan signifikan antara besarnya konsentrasi beberapa parameter udara ambien (CO, NOx, dan PM10) di DKI Jakarta yang diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor dengan banyaknya penderita beberapa penyakit saluran pernafasan di DKI Jakarta (host).
Analisis data dilakukan untuk membuktikan hipotesis yaitu analisis korelasi product-moment Pearson untuk membuktikan kedua hipotesis tersebut. Hasil analisis memperlihatkan bahwa:
Besarnya curah hujan yang terjadi sangat besar pengaruhnya terhadap besar konsentrasi polutan udara (PM10, CO, dan NOx), sehingga mempengaruhi pola korelasi antara kepadatan arus lalulintas dengan konsentrasi ketiga polutan udara, yang pada musim hujan rata-rata memiliki pola berlawanan arah. Sedangkan pada musim kemarau hasil korelasi antara kepadatan arus lalulintas dengan kedua polutan udara (PM10 dan CO) sebagian besar menunjukkan pola searah.
Baik pada musim hujan maupun kemarau korelasi antara konsentrasi polutan dengan jumlah penderita beberapa penyakit saluran pernapasan rata-rata memiliki pola searah. Maksudnya, bila konsentrasi polutan meningkat maka jumlah penderita beberapa penyakit saluran pernapasan meningkat pula. Lain halnya dengan pola korelasi antara besar konsentrasi CO dengan penderita beberapa penyakit pada saluran pemapasan pada musim kemarau, dimana rata-rata cenderung memiliki pola berlawanan arah.
Gejala di atas menunjukkan bahwa rata-rata pada musim kemarau di seluruh wilayah penelitian di DKI Jakarta untuk kedua faktor tersebut menunjukkan pola yang sama. Maksudnya adalah semakin meningkatnya nilai agent maka semakin rentan pula tingkat kesehatan masyarakat (host) di wilayah penelitian ataupun sebaliknya. Sementara rata-rata pada musim hujan hubungan antara agent dan host menunjukkan pola yang tidak sama/berlawanan. Hal ini menunjukkan bila konsentrasi polutan meningkat maka jumlah penderita beberapa penyakit saluran pernapasan menurun.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan:
Fenomena polusi udara yang terkait dengan kesehatan masyarakat dapat dijadikan satu pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta maupun para perencana tata ruang propinsi DKI Jakarta dalam menata kembali ruang kota Jakarta serta kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas transportasi perkotaan, seperti:
- penyediaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan,
- membatasi umur kendaraan,
- memperbaiki pelayanan transportasi umum agar penumpang lebih merasa amen dan nyaman.
Dalam pengaturan tata ruang kota ini perlu dipertimbangkan penyebaran faktor kegiatan, faktor kondisi udara yang bertambah buruk jika kepadatan arus lalulintas tidak mendapatkan solusi yang lebih baik. Hendaknya hasil dari pemantauan secara berkala yang telah dilakukan oleh masing-masing instansi bersangkutan dapat menjadi bahan evaluasi terpadu, yang bermakna bagi Pemerintah DKI Jakarta dalam merencanakan pembangunan yang lebih baik di masa mendatang.
Daftar Kepustakaan: 32 (1976-2004)"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Asmarawati
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
TA3451
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Puspadewi
"Program Pembangunan Daerah Kota Tangerang bertujuan mengembangkan Kota Tangerang menjadi sebuah kota Industri, Perdagangan dan Pemukiman. Pengembangan ini membawa dampak antara lain pencemaran udara oleh timah hitam (timbal) dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Ini sudah menjadi kenyataan dengan hasil pengukuran oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang mendapatkan kadar timbal dalam udara ambien dan dalam darah anak usia sekolah sudah melebihi nilai Ambang Batas.
Pemerintah Daerah Kota Tangerang walaupun mempunyai Visi, Misi dan Rencana Strategis sebagai pedoman arah pembangunan dan pengembangan wilayah sampai dengan tahun 2006, ternyata belum mempunyai rencana strategis untuk menanggulangi pencemaran udara oleh timah hitam yang sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan suatu rencana strategis penanggulangan pencemaran udara (timah hitam) oleh emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan masyarakat dalam kurun waktu 5 tahun antara tahun 2004-2008. Adapun desain penelitian yang digunakan penelitian operasional dengan analisa kuantitatif dan kualitatif.
Data tentang faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap posisi Pemda Kota Tangerang dalam menanggulangi pencemaran udara (timah hitam) oleh emisi gas buang kendaraan bermotor diperoleh dari data sekunder dan wawancara mendalam. Data yang terkumpul dibahas dalam Consensus Decision Making Group (CDMG) yang terdiri dari para pejabat Pemda Kota Tangerang yang terkait dan dilakukan analisa lingkungan (SWOT analisis), Kemudian tahap berikutnya (matching stage), CDMG melakukan analisis dengan TOWS Matriks dan IE Matriks, yang menyimpulkan bahwa dalam penanggulangan pencemaran udara (timah hitam), Pemda Kota Tangerang berada pada posisi Hold and Maintain dengan strategi utama Penetrasi Pasar dan Pengembangan Produk.
Dari berbagai altematif strategi yang dapat difikirkan melalui Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) dapat diidentifikasi strategi-strategi yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan, dan disusun dalam suatu rencana program kerja penanggulangan pencemaran udara (timah hitam) untuk jangka waktu 5 tahun ke depan.

Strategic Planning to Overcome Air Pollution by Lead from the Exhaust of Motor Vehicles as a Health Hazard to the Population of the City of Tangerang, year 2004-2008The Regional Development Program of the City of Tangerang envisions Tangerang to develop into an industrial, commercial and residential city. This development brings the implication of air pollution by lead originating from the exhaust of motor vehicles. This implication has become a reality, as proven by measurements carried out by the City of Tangerang Health Service, which shows the concentration of lead in ambient air and in the blood of school age children above normal limits.
Although the government of the City of Tangerang already has vision and mission statements, and a strategic plan as a course of regional development up to year 2006, it has no strategic plan to overcome the effects of air pollution by lead as a public health problem.
This research is carried out to analyze factors affecting the making of a strategic plan to overcome the effects of air pollution by lead for a five year period from 2004 to 2008. The research design used is an operational research with quantitative and qualitative analysis.
Data about the external and internal factors affecting the position of the government of the City of Tangerang to overcome the effects of air pollution by lead was obtained from secondary data and in depth interviews. Data thus obtained was discussed by a Consensus Decision Making Group (CDMG) of city government officials involved in environmental issues, then analyzed using the method of SWOT analysis. Further in the matching stage, the CDMG converts the data into TOWS and IE Matrices respectively, with the resulting conclusion in regard to overcoming the effects of air pollution by lead, the City of Tangerang is in a "Hold and Maintain" position with the main strategies of Market Penetration and Product Development.
From various alternative strategies formulated through Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), strategies most feasible to implement are adopted as a working plan to overcome the effects of air pollution by lead for the future 5 year period.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu bentuk kerjasama di bidang ekonomi antar negara
ASEAN adalah SIJORI yang dipromosikan sebagai growth triangle
atau segi tiga pertumbuhan yang terdiri dari Singapura,
Johor, dan Riau khususnya Batam.
Pemerintah Indonesia telah berusaha mengembangkan fungsi
pulau Batam guna menyambut realisasi konsep kerja sama
tersebut. Fungsi pulau Batam yang akan dikembangkan tersebut
adalah bonded warehouse atau kawasan berikat, kawasan
industri, transhipment point atau alih kapal, logistic
centre, serta kawasan pariwisata.
Perkembangan fungsi pulau Batam erat kaitannya dengan
peningkatan arus infmrmasi, arus medal, arus barang dan jasa,
arus manusla, serta arus teknmlagi yang menuntut' layanan
sarana transpmrtasi yang memadai. Sektur transpnrtasi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
eknnnmi suatu wilayah.
Meningkatnya kebutuhan terhadap layanan sarana transportasi
tersebut meningkatkan pula jumlah ruas jalan dan jembatan
yang akan menyebabkan berkurangnya jumlah lahan hijau,
sehingga kapasitas kerja alami paru-paru kata menurun.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan pula
konsumsi BBM yang berkaitan erat dengan peningkatan emisi gas
dan partikel. Pada saatnya nanti, daya dukung lingkungan
akan terlampaui sehingga pada akhirnya menyebabkan
pencemaran udara.
Pencemaran udara yang terjadi dapat menimbulkan dampak
fisiologis, estetika, dan psikologis. Kondisi-kondisi
lingkungan yang obyektif, dalam hal ini pencemaran udara
akibat kendaraan bermotor akan dipersepsi oleh individu,
sehingga individu akan bertingkah laku tertentu terhadap
kondisi lingkungan yang obyektif tersebut. Bila pencemaran
udara dirasakan sebagai stimulasi yang berlebihan, maka akan
menimbulkan satu atau beberapa keadaan psikologis seperti
perasaan tidak menyenangkan, agresivitas, penurunan
aktivitas, penurunan sensitifitas, dan stress.
Penelitian ini melihat persepsi masyarakat pulau Batam
terhadap pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor. Informasi tersebut sangat perlu untuk diketahui
karena pada dasarnya upaya penanggulangan pencemaran udara
sangat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri selaku agen
perusak lingkungan."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nevy Rinda Nugraini
"Dampak penting dari semburan Lumpur panas adalah pencemaran lingkungan salah satunya adalah kenaikan intensitas bau. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi H2S, persepsi masyarakat tentang gangguan kesehatan dari H2S, menghitung perkiraan risiko dan pencegahannya. Variabel penelitian adalah konsentrasi H2S, persepsi tentang gangguan kesehatan (iritasi mata, sakit kepala, dizzines, hyperpnoea, apnoea, asphyxia).
Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung dan kuesioner. Pemilihan lokasi adalah purposive dan responden dengan simple random. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah konsentrasi H2S diatas bakumutu Kep-50/MENLH/11/1996. Uji Pearson Chi Square adalah Ҳ<0,05 antara konsentrasi H2S dengan iritasi mata, sakit kepala, dizzines dan hyperpnoea (Ҳ<0,05). Pajanan risiko tinggi sebesar 0?0,91 mgkg-1hari-1 (HQ 0- 1825,3) dan risiko rendah 0-0,0011 mgkg-1hari-1 (HQ 0-3,29). Pencegahan risiko dengan meningkatkan kondisi, nutrisi dan penggunaan APD.
Kesimpulan dan saran penelitian ini rata-rata konsentrasi H2S di atas 0,2 ppm. Karakterisasi risiko pajanan sebagaian besar adalah diatas dosis harian yang aman, untuk itu disarankan meningkatkan kondisi dan tidak sering kontak langsung pada sumber.

The major impacts of the Torrent of Hot Mud which happened in May 2006 in Sidoarjo are the changes in environment, social and economy. Another impact which has been identified is the increase of odor intensity which is suspected to be originated from an air pollutan H2S. A smelling disorder happened in which the intensity of odor is predicted to have caused the air pollution in areas surrounding the spewing of hot mud in Sidoarjo.
Based on the result of the test conducted by Ministry of Environmental (KLH), it is discovered there are a number pollutants the concentration which are above the standard quality of odor and H2S is one of them. H2S gas is a colorless gas with a strong odor similar to the smell of a rotten egg. A high concentration of H2S can react with tears and sweat resulting sulfuric acid and bring about impacts such as eyes and skin irritation. In addition, exposure to H2S with the concentration 0f 0,025?25 ppm in human requires human to use breathing aid. Problem this research is there isn?t environmental pollution for study of health risk mon environment.
Based on evaluation result of the acquired data, the topics of the destination in this research are 1) to find out about the concentration of H2S in the affected areas and to find out about the difference of H2S concentration in the areas with a high risk and the areas with a low risk, 2) to find out about perception of community about odor intensity 3) to find out about perception of community about health problems or not and whether there is a difference between concentration of H2S with the distribution 6 health problems and the duration of stay, age, education, income and job, 4) to calculation about the level of exposure from the pollutan indicator H2S, 5) to calculation about the level characterization of risk from the pollutan indicator H2S,6) to choice about alternative prevention and control. The variables of this research are H2S, distance from the center of torrent of the mud to the points of sampling location, the data on the 6 health problems (eyes irritation, headache, dizziness, asphyxia, apnea and hyperpnoea) which the community suffer and the data consisting of duration of stay, age, sex, education, job and income.
The data collection is conducted by direct measurement, and interview with a xii questionnaire. The calculation of exposure and risk characterization (hazard quotient (HQ)) is to determine the exposure level of the pollutan H2S. The selection of location for the research is based on the areas affected by purposive sampling. The size of sample is determined by the size of the population and 10% of trust level, and the selection of respondents is based on the simple random.
The data analysis is conducted to find out about the significant difference on the fourth problems. Result for this research is concentration of H2S in that location is above the standard quality as established by the decree of Kep-50/MENLH/11/1996 especially for Siring District, perception of community about health problems gotten there is different significant between concentration of H2S with eye irritation, headache, dizziness and hyperpnoea (Ҳ<0,05). Pollution of H2S not influence with losing of job, education and income. Risk assessment with a high risk had intake 0-0,91 mgkg-1day-1(HQ=0-1825,3) and area with a low risk had intake 0,0011 mgkg-1day-1. Average HQ score above from reference concentration. To control effort with wear self protection equipment, masks, glasses and avoiding frequent, direct contacts with the source.
Conclusion from this research are 1) The result of the analysis in the location with a low risk shows that the concentration of H2S in that location is above the standard quality as established by the decree of Kep-50/MENLH/11/1996, 2) perception of community in high risk area about smell of odor is seldom (57%) smell (57%) and in the low risk area is often (63%) strong of smell (76%), 3) Pearson Chi square test show there is significant difference in concentration of H2S with 4 health problems are eye irritation, headache, dizziness and hyperpnoea (Ҳ<0,05), 4) The calculation of the exposure score in the area with the highest risk is 0-0,91 mgkg- 1day-1 and in an area with a low risk it is 0, 0011 mgkg-1day-1, 5) the HQ score in a high risk is 0-1825,3 and in a low risk it is 0-3,29. In a high risk environment, it shows that the HQ score is much bigger than the HQ score in a low risk environment, 6) HQ score > 1 shows that there is a risk of health problems in the affected community. For the reason, it is necessary to carry out the alternative control effort both in areas with a high risk and in areas with a low risk with to wear self protection equipment, masks, glasses and avoiding frequent, direct contacts with the source and decides desease vector are to correct environment , quality of drinking and to correct immune of host. From the result and the discussion, the recommendation is: Regulatory of H2S had intake above reference concentration, avoid recommending re-investigate and necessary to integrated study of environment risk assessment."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24962
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Dwi Susanto
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
PGB-PDF
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
"Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu terdiri dari sepuluh Puskesmas, dengan cakupan ISPA menempati urutan yang pertama dari sepuluh besar penyakit sebesar 30,53% pada tahun 2009. Jumlah kasus Pneumonia Balita masih di bawah angka Nasional yaitu 1,81% pada tahun 2009 dari target 10%. Pada tahun 2009 pengelola program P2ISPA yang terlatih di Puskesmas sebesar 60%, cakupan Rumah Sehat pada tahun 2009 sebesar 79,99% dari target 80%.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kondisi rumah, kepadatan hunian, dan pencemaran udara dalam rumah. Disain penelitian kasus kontrol dengan jumlah responden 240 orang yang terdiri atas kasus 120 orang dan kontrol 120. Sampel adalah seluruh balita usia 12- 59 bulan yang tinggal di seluruh wilayah Puskesmas Kabupaten Pringsewu.
Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan kondisi rumah dengan kejadian Pneumonia di Kabupaten Pringsewu. Balita dengan Kondisi Rumah yang tidak memenuhi syarat berisiko 4,65 (95% Cl: 1,99 – 10.86) kali terkena Pneumonia dibandingkan dengan balita yang kondisi rumahnya tidak memenuhi syarat setelah dikontrol dengan variabel Pencemaran Udara, Berat Bayi Lahir, Status Gizi Balita, dan interaksi antara kondisi rumah dan pencemaran udara dalam rumah. Pencemaran udara dalam rumah berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Kabupaten Pringsewu tahun 2010. Balita dengan adanya Pencemaran Udara dalam rumah berisiko 7,73 (95% CI: 2,99-20,01) kali terkena Pneumonia dibandingkan dengan balita yang tidak ada pencemaran udara dalam rumah setelah dikontrol dengan variabel confounding kondisi rumah, pendidikan Ibu dan interaksi antara pencemaran udara dalam rumah dengan kondisi rumah. Upaya yang dilakukan untuk pengendalian penyakit Pneumonia Balita di Kabupaten Pringsewu adalah promosi dan preventif kepada masyarakat tentang penyakit pneumonia dan rumah sehat."
610 JKY 20:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>