Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1292 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suparto Wijoyo
"On biodiversity and environmental management in Indonesia."
Surabaya : Airlangga University Press, 2012
577.598 SUP k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Lembaga studi pers dan pembangunan ( LSPP ), 1999
306.4 DAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Koentjaraningrat, 1923-1999
Djakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1970
306 KOE k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Koentjaraningrat, 1923-1999
Jakarta: Gramedia, 1974
306 KOE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Febriyanti
"Kualitas adalah totalitas dari ciri-ciri dan karakteristik suatu produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memuaskan keadaan dan memenuhi kebutuhan. Setiap pabrik obat memiliki stan dar sendiri yang mengacu pada Farmakope Indonesia dan Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memproduksi dan mengontrol kualitas obat. Standar kontrol tersebut ada dalam bentuk format kontrol. Salah satunya merupakan format kontrol keseragaman bobot tablet. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa apakah tablet yang diproduksi oleh suatu pabrik obat memiliki hobot yang sesuai dengan format kontrol keseragaman bobot pabrik. Untuk tujuan ini, lima tablet bermerek seperti Deksarnetason (0,5 mg), Salbutamol (2 mg), Vitamin B6 (10 mg), Isoniazid (300 mg) dan Antalgin (500 mg) dengan kadar dan bobot yang berbeda diarnbil sebagai sampel. Tiga batch dengan nomor batch yang berbeda diarnbil dari setiap merek, dimana tiap balch terdiri dari 300 tablet, diambil secara sampling acak sederhana. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada tablet yang memiliki bobot di luar rentang format kontrol keseragaman bobot pada tablet Deksametason sedangkan pada tablet Salbutamol 3,78% di luar batas atas dan 2% di luar batas bawah, tablet Vitamin B6 4,11 % di luar batas atas dan 0,67% di luar batas bawah, tablet Isoniazid 1,22% di luar batas atas dan 15% di luar batas bawah, dan tablet Antalgin 19,78% di luar batas atas dan 4,44% di luar batas bawah. Semua tablet ini masih berada dalam rentang hobot syarat Farrnakope Indonesia, kecuali beberapa tablet Antalgin.

Quality is the totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs. Each drug factory has the own standard that refers to Indonesia Pharmacopoeia and good manufacturing practice to produce and control the quality of drugs. The control standard exists in the form of control format. One of the control formats is the uniformity of tablet's weight control format. The aim of the research is to inspect whether the tablets that have been produced by a drug factory, has appropriate weight with factory's uniformity of tablets weight control format. For this aim, five branded tablets like Dexamethasone (0,5 mg), Salbutamol (2 mg), Vitamin B6 (10 mg), Isoniazid (300 mg), and Antalgin (500 mg) with different content and weight have been taken as samples. Three batches with different batch number have been taken from each brand that each batch consists of 300 tablets by simple random sampling. The result showed that there is no tablet which has weight outside the range of uniformity of weight control format at Dexamethasone tablet whereas Salbutamol tablet 3,78 % out of the upper limit and 2 % out of the lower limit, Vitamin B6 tablet 4,11 % out of the upper limit and 0,67% out of the lower limit, Isoniazid tablet 1,22% out of the upper limit and 15% out of the lower limit, and Antalgin tablet 19,78% out of the upper limit and 4,44% out of the lower limit. All of the tablets are still in the weight range of Indonesia Pharmacopoeia's requirement, except some of AntaLgin tablets."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Woro Pertiwi
"Industri mempunyai jenis yang beranekaragam dan keanekaragamannya itu berbeda-beda pada tiap wilayah. Dalam menilai letak industri di suatu wilayah sehubungan dengan tingkat keanekaragamannya di sini akan dikaitkan dengan Teori Struk yang menqatakan bahwa di wilayah perkotaan tingkat keanekaragaman industrinya cenderung tinggi dan semakin ke arah pinggiran kota tingkat keanekaragaman industrinya semakin rendah dan tingginya tinqkat keanekaraqaman industri itu lebih ditunjang oleh adanya kemudahan sarana transportasi Jalur Jakarta-Bogor mempunyai aksesibilitas yang tinggi dan letaknya terhadap Jakarta sangat menunjang untuk pertumbuhan lokasi industri di Kotamadya Bogor. Seat ini dan pusat sampai pinggiran terlihat adanya berbagai industri di wilayah tersebut.
Sehubungan dengan itu masalah yang akan dibahas adalah Bagaimana tingkat keanekaragaman industri di Kotamadya Bogor? Bagaimana hubungan antara tingkat keanekaragaman industri dan karakteristik wilayah Kotamadya Bogor dikaitkan dengan Teoni Struk ?
Hipotesa Tingkat keanekaragaman industri di wilayah inti kota cendenunq tinqgi den semakin ke arah pinqgiran kota tinqkat keanekaragaman industrinya semakin rendah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Bhakta Adhyatma
"Briket shisha splitting merupakan salah satu penyebab produk reject terbesar. Splitting merupakan fenomena terpecahnya briket shisha dalam keadaan terbakar, ketika dijatuhkan dari ketinggian 30 cm atau ketika dijepit dengan shisha tongs. Apabila terjadi splitting pada sampel briket shisha yang diuji, maka produk briket yang dihasilkan bersamaan dengan sampel dapat dikategorikan sebagai produk reject. Fenomena briket splitting diduga akibat kekuatan briket yang bervariasi dikarenakan tidak seragamnya proses produksi briket shisha. Mengingat masih sedikit standar dan riset terkait proses produksi briket shisha.
Pada studi ini, dilakukan eksperimen pengukuran dan pengujian terhadap variabel-variabel pada proses produksi briket shisha, untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya splitting pada briket shisha. Kemudian, diketahui bahwa splitting disebabkan oleh komposisi campuran tidak terukur dengan baik dan belum terdapat standar parameter dari hasil di setiap tahap proses produksi. Oleh karena itu dilakukan eksperimen perbaikan dengan membuat standar parameter proses produksi, dan dilakukan factorial design of experiment pada faktor-faktor penyebab briket splitting.
Lalu, diketahui ketika parameter proses produksi dijaga konsisten dan pada penambahan tepung tapioka sejumlah 4% (dari jumlah massa bubuk arang) serta dengan waktu mixing selama 10 menit, dihasilkan briket dengan keseragaman kekuatan terbaik dan tidak terjadi splitting. Karena pada kondisi ini menghasilkan kekuatan kompresi dengan range perbedaan kekuatan paling rendah sebesar 280,14 N dan rata-rata kekuatan sebesar 362,36 N (sudah melampaui kekuatan minimum sebesar 137 N agar tidak terjadi splitting).

Splitting shisha briquettes is one of the biggest causes of product rejects. Splitting is the phenomenon of shisha briquettes breaking apart while burning, when dropped from a height of 30 cm or when clamped with shisha tongs. If splitting occurs in the shisha briquette sample being tested, then the briquette product produced together with the sample can be categorized as a reject product. The splitting briquette phenomenon is thought to be due to varying briquette strengths due to the non-uniformity of the shisha briquette production process. Considering that there are still few standards and research regarding the shisha briquette production process.
In this study, experimental measurements and tests were carried out on variables in the shisha briquette production process, to determine the factors that cause splitting in shisha briquettes. Then, it was discovered that splitting was caused by the mixture composition not being measured properly and there were no standard parameters for the results at each stage of the production process. Therefore, improvement experiments were carried out by creating standard production process parameters, and factorial design of experiment was carried out on the factors causing briquette splitting.
Then, it was discovered that when the production process parameters were maintained consistently and with the addition of 4% tapioca flour (of the mass of charcoal powder) and with a mixing time of 10 minutes, briquettes were produced with the best strength uniformity and no splitting occurred. Because in this condition it produces compression strength with the lowest strength difference range of 280.14 N and an average strength of 362.36 N (already exceeding the minimum strength of 137 N to avoid splitting).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>