Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81606 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Coen Pramono Danudiningrat
"Odontektomi merupakan suatu tindakan bedah di bidang Kedokteran Gigi yang paling sering dilakukan, sehingga selalu menarik bagi klinisi untuk terus ingin melatih drinya agar dapat melakukan odontektomi dengan baik."
Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP), 2012
617.605 COE o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Yusuf
"ABSTRAK
Flap mukoperiosteal dan penutupannya sering dilakukan dalam praktek bedah mulut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh 2(dua) jenis bahan jahitan yaitu "synthetic absorbable polyester suture" dan "non absorbable suture" terhadap penyembuhan luka flap mukoperiosteal sesudah tindakan odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi kelas I posisi B mesioangular. Penilaian tingkat penyembuhan dari kedua kelompok, yang masing-masing terdiri dari 15(lima belas) dan 16(enam belas) sampel, didasarkan atas pengamatan klinis. Dengan menggunakan test Chi-square sebagai uji statistik, terungkap bahwa tidak ada perbedaan bermakna mengenai lama penyembuhan luka flap mukoperiosteal yang dijahit dengan benang "synthetic absorbable polyester" dan "non absorbable".
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The removal of impacted mandibular molar by surgery (odontectomi) is a common procedure done by the dentist in daily practice. A well and proper operation technique is required to avoid unexpected complication after odontectomy. A 48 years old women is reported with pathological sinistra mandible angle fracture after odontectomy of mandibular third molar done by Yordania Oral Surgeon two month ago. Patient was refered to Departemen of Oral Surgery RSCM. Reposition and fragmen fixation using plate-srew and arch bar. In this paper, writer try to discuss about the posible cause of complication. Hopefully,
dentists will be more careful in doing odontectomy procedure, to avoid unexpected complications."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Chandra
"Gigi molar tiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi. Distribusi dan frekuensi impaksi gigi molar tiga yang mengakibatkan karies pada gigi molar dua dapat diteliti lebih lanjut.
Tujuan : Melihat dan menganalisis distribusi frekuensi karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Bahan dan metode : Analisis dilakukan pada 442 kasus impaksi gigi pasien RSKGM FKG UI periode Januari 2014-Desember 2016 dengan melihat data sekunder pasien.
Hasil : Jumlah kasus karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah pada jenis kelamin perempuan lebih besar dibanding jenis kelamin laki-laki dengan perbandingan persentase 54.9 : 45.1 atau 1,2 : 1. Sedangkan untuk kelompok usia yang mengalami kasus karies terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah berturut-turut adalah sebagai berikut : kelompok usia 16-25 tahun 42.4, 26-35 tahun 42.4, 36-45 tahun 12.5, 46-55 tahun 2.2, 55-65 tahun 0 dan 66-75 0.5.
Kesimpulan : Kelompok usia 21-25 tahun berjenis kelamin perempuan lebih rentan mengalami karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga.

Impacted third molars often occur. Frequency and distribution of impacted third molars accociated with caries on second molars needs to be investigated.
Aim: To know and analyze the frequency distribution of caries on second molars associated with impacted mandibular third molars based on age group and gender.
Method: 442 Medical records of patients with impacted teeth in RSKGM FKG UI period of Januari 2014 December 2016 were analyzed.
Results: Female were more involved than male with percentage of 54.9 45,1 or 1,2 1. Based on age group, caries on second molars associated with impacted mandibular third molars are age group 16 25 years old 42.4, 26 35 years old 42.4, 36 45 years old 12.5, 46 55 years old 2.2, 55 65 years old 0 and 66 75 0.5.
Conclusion: Female within the age group of 21 25 years old have the highest risk in caries on second molars associated with thirs molars impaction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Odontektomi merupakan tindakan kedokteran gigi yang sering menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah parastesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui insidensi parastesia pasca odontektomi pada impaksi M3 rahang bawah di Klinik Spesialis RSGMP FKGUI periode Juni – Agustus 2015. Penelitian dilakukan dengan menggunakan studi deskriptif prospektif dengan metode pemilihan sample menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan insidensi parastesia pasca odontektomi pada impaksi M3 rahang bawah sebesar 12 % atau 5 orang yang mengalami parastesia dalam 24 jam, 2.4% atau sebesar 1 orang mengalami parastesia selama 2-7 hari dan 2.4% atau sebesar 1 orang yang mengalami parastesia selama >7 hari., Odontectomy is a regular surgical procedure that may have complications. Paresthesia is one of the least desired side effects of third molar mandibular surgery. The aim of this study is to know incidence paresthesia following thid molar mandibular surgery in RSGMP FKGUI on periode June – August 2015. To addres our research we designed descriptive prospective. The study sample was derived by used accidental technique sampling. Based on research results incindence paresthesia following third molar mandibular surgery in RSGMP FKGUI on period June – August 2015 shows 12% or 5 patients experience paresthesia in first 24 hours, 2.4% or 1 patient experience paresthesia for 1-7 days and 2.4% or 1 patient experience paresthesia for >7 days]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendi Utomo Suhandi
"Gigi impaksi merupakan kondisi patologis dimana gigi mengalami kegagalan untuk erupsi secara sempurna pada rongga mulut sesuai posisi fungsionalnya. Tatalaksana untuk gigi molar 3 impaksi adalah odontektomi, dapat dilakukan dalam anestesi lokal maupun anestesi umum atau narkose (general anesthesia). Edema merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi akibat adanya akumulasi cairan pada jaringan yang disebabkan karena pelepasan mediator inflamasi, vasodilatasi, dan peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah pasca odontektomi gigi molar 3. Edema pasca odontektomi biasanya memuncak pada 48 jam pasca tindakan odontektomi, dan akan menurun pada hari ke 7 hingga hari ke 10 pasca odontektomi. 3D Scanner ekstra oral ini mampu menghasilkan pengukuran linear dan pengukuran volumetrik yang akurat karena mampu menampilkan pengukuran baik dari bidang aksial, sagital, dan koronal. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dengan rentang waktu penelitian Januari 2024-Maret 2024. Berdasarkan analisa sampel pada penelitian ini memiliki responden terbanyak dengan interval usia 18 hingga 40 tahun. Scan pasien dilakukan pada hari pertama dilakukannya odontektomi (H0), hari ke-2 (H2) dan hari ke-7 (H7) sejak tindakan odontektomi dengan narkose dilaksanakan. Scan subjek dianalisis menggunakan software Simplify3D® 4.0 dan 3D Builder. 1. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan yang sangat signifikan (p<0.001) evaluasi edema pada wajah pasca odontektomi gigi molar tiga impaksi dengan narkose yang dinilai dengan 3D Scanner ekstra oral. Terjadi kenaikan pada hari ke-2 dibandingkan dengan hari ke-0, serta penurunan kembali di hari ke-7 bila dibandingkan dengan hari ke-2 hingga mendekati pengukuran awal di hari ke-0. Penelitian ini menjadi pilot study pengukuran dengan reliabilitas dan keakuratan tinggi menggunakan scanner 3D ekstraoral.

Impacted teeth are a pathological condition where teeth fail to erupt properly in the oral cavity in their functional position. The management for impacted third molars involves a procedure called odontectomy, which can be performed under local anesthesia or general anesthesia. Edema is one of the complications that may occur due to the accumulation of fluid in tissues caused by the release of inflammatory mediators, vasodilation, and increased capillary permeability post-odontectomy of third molar teeth. Edema post-odontectomy typically peaks at 48 hours after the procedure and decreases by days 7 to 10 post-odontectomy. Extraoral 3D scanner is capable of producing accurate linear and volumetric measurements because it can display measurements from axial, sagittal, and coronal planes. This study was conducted at the University of Indonesia Hospital (RSUI) within the timeframe of January 2024 to March 2024. Based on sample analysis in this study, the majority of respondents fell within the age range of 18 to 40 years old. Patient scans were performed on the day of odontectomy (H0), on day 2 (H2), and on day 7 (H7) following odontectomy with anesthesia. Subject scans were analyzed using Simplify3D® 4.0 and 3D Builder software. 1. According to the research findings, there was a very significant difference (p<0.001) in the evaluation of edema on the face post-odontectomy of impacted third molar teeth with general anesthesia as assessed by the extraoral 3D scanner. There was an increase on day 2 compared to day 0, followed by a decrease on day 7 compared to day 2, approaching the initial measurement on day 0. This study serves as a pilot study for measurements with high reliability and accuracy using an extraoral 3D scanner."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Wirdiawati
"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan clinical pathway dan biaya perawatan odontectomy M3 impaksi tanpa penyakit penyerta di RS Islam Jakarta Cempaka Putih pada tahun 2009, dengan melakukan riset operasional secara kualitatif dan kuantitatif dengan rancangan retrospective. Terdapat 72 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang diolah adalah data morbiditas tahun 2008- 2009 dan data keuangan tahun 2009.
Biaya odontectomy M3 impaksi tanpa penyakit penyerta dihitung dengan metode ABC (Activity Based Costing) dengan struktur biaya investasi, operasional, pemeliharaan dan biaya tidak langsung. Berdasarkan clinical pathway, biaya odontectomy M3 impaksi tanpa penyakit penyerta adalah Rp. 1.057.163,- (mesio angular), Rp. 1.241.810,- (horizontal), Rp. 1.445.210,- (terpendam) untuk odontectomy anesthesi lokal rawat jalan dan Rp. 6.540.846,- untuk odontectomy anesthesi umum one day care. Sedangkan CRR (Cost Revenue Rate) masing-masing adalah 72 % (mesio angular), 72 % (horizontal), 77 % (terpendam) dan 65 % (odontectomy anestesi umum-one day care).

This research is aimed to obtain clinical pathway and cost of treatment third-molar impaction odontectomy at RS Islam Jakarta Cempaka Putih in 2009, by doing operational research qualitatively and quantitatively, using retrospective methode. There are 72 samples which comply with included and excluded criteria. Data that used in this research are morbidity data in 2008-2009 and financial data in 2009.
The cost is accounted by ABC (Activity Based Costing) method, which the cost structures are investation, operational, maintainance and indirect cost. Based on clinical pathway at RS Islam Jakarta Cempaka Putih, costs of treatment third molar impaction odontectomy are Rp. 1.057.163,- (mesio angular), Rp. 1.241.810,- (horizontal), Rp. 1.445.210,- (embedeed) for local anesthesiaambulatory treatment and Rp. 6.540.846,- for general anesthesia- one day care treatment. In addition, CRR (Cost Revenue Rate) of each treatment are 72 % (mesio angular), 72 % (horizontal), 77 % (embedded) dan 65 % (odontectomy anestesi umum-one day care).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28449
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Ervina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan letak ramifikasi saluran akar yang ditemukan pada gigi molar. Penelitian ini menggunakan 56 gigi molar satu dan molar dua yang telah dicabut. Gigi-gigi ini terdiri dari 14 gigi molar satu rahang atas, 3 gigi molar dua rahang atas, 21 gigi molar satu rahang bawah dan 18 gigi molar dua rahang bawah.
Metode : gigi direndam dalam larutan saline sampai saat percobaan. Dilakukan pembukaan akses dan preparasi dengan k-file sampai no. 15 kemudian saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%. Setelah dikeringkan, gigi didekalsifikasi. Agar gigi terlihat bening gigi direndam dalam metil salisilat. Untuk mengidentifikasi ramifikasi, tinta cina diinjeksikan ke dalam sistem saluran akar. Masingmasing gigi diperiksa jumlah, tipe dan letak ramifikasi di bawah stereomikroskop.
Hasil : Dari 56 gigi molar satu dan molar dua, 60,7% memiliki ramifikasi (46,4% saluran lateral; 10,7% apical ramifications dan 10,7% isthmus saluran akar). Sebanyak 50% ramifikasi terletak di 1/3 apikal dan 19,6% terletak di 1/3 tengah.
Kesimpulan: Frekuensi ramifikasi saluran akar pada gigi molar satu dan molar dua cukup tinggi dan paling banyak terletak pada daerah 1/3 apikal."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Hidayat
"ABSTRAK
Impacted mandibular molars often caused by locking of the adjacent teeth, lack of space and many other reasons. Surgical extraction used to be the first choice in treating the severely impacted molars. In this article, firstly a horizontally impacted mandibular first molar and a mandibular second molar were diagnosed radiographically. By surgical crown exposure, combined with elastic traction, the teeth can be pulled occlusally into proper position. However, a thorough observation to control the position of the impacted molars during traction is still necessary."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus
"ABSTRAK
Latar belakang: Prakiraan usia untuk usia remaja dan dewasa muda penting dalam konteks hukum dan medikolegal. Pada periode usia ini hanya gigi molar tiga yang masih mengalami proses perkembangan.
Tujuan: mengetahui korelasi antara usia kronologis dengan perkembangan gigi molar tiga pada orang Indonesia menggunakan aplikasi metode Demirjian.
Metode: Jumlah sampel terdiri dari 407 radiograf panoramik orang Indonesia yang telah diketahui usia kronologis (8-25 tahun). Analisis atatistik menggunakan uji korelasi Pearson. Analisis regresi dilakukan untuk mendapatkan rumus regresi untuk perhitungan prakiraan usia.
Hasil: Hasil uji korelasi Pearson, korelasi antara masing-masing gigi molar tiga dengan usia sangat kuat (> 0,75) dan (P<0,05). Didapatkan hubungan regresi model penjumlahan empat gigi molar tiga, tiga gigi molar tiga, dua gigi molar tiga dan satu gigi molar tiga.
Kesimpulan terdapat korelasi yang sangat kuat antara usia kronologis dengan perkembangan gigi molar tiga pada orang Indonesia.

ABSTRACT
Background: Age estimation to adolescence and young adults is important in the context of law and medicolegal. At this age period only third molars are still a process of development.
Objective: To know the correlation between chronological age with the development of the third molars in Indonesia using Application method of Demirjian.
Material and Methods: The sample consisted of 407 panoramic radiographs Indonesian people who have known chronological age (8-25 years). Statistical analysis using Pearson correlation test. Regression analysis was performed to obtain the regression formula for the calculation of the age estimation.
Results: The results of the Pearson correlation test, the correlation between each of the third molars with a very strong age (> 0.75) and (P <0.05). Regression models obtained relationship summation four third molars, three molars three, two and one third molars third molars.
Conclusion: there is a very strong correlation between chronological age with the development of third molars on the Indonesian people.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>