Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116472 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Suhadi
Surabaya: Jaring Pena, 2012
387.15 ACH l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Kade Nirmala
"Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan demikian transportasi laut merupakan hal mutlak bagi Indonesia. Hal ini menjadi salah satu alasan betapa pentingnya mengembangkan transportasi laut dan prasarana pendukungnya. Upaya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pelabuhan yaitu menggunakan sistem kerjasama pemerintah dan badan usaha pelabuhan. Namun, sampai saat ini baru 5 lima pelabuhan yang sudah menerapkan sistem tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja investasi pelabuhan menggunakan pendekatan Game Theory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kinerja investasi pelabuhan dapat meningkat saat tanah disediakan oleh pemerintah, mengefisiensikan biaya OM, dan kenaikan tarif yang berkala.

As an archipelago country, Indonesia much depends on water transportation. Water transportation including marine transportation is a crucial facility for Indonesia. Thus, it is very important for Indonesia to develop marine transportation infrastructures and facilities. The way to accelerate ports infrastructure development is using a Public Private Partnership system. However, there are only five ports that have implemented the system. This study aimed to Increase Port Investment Performances using Game Theory approach. The result indicate, port investment performances can be increased when the land provided by the government, improving operational and maintenance cost efficiency and increase the tariff continuously."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arby Gunawan
"Pentamaran mulai diminati sebagai moda transportasi laut adalah karena tersedianya geladak yang lebih luas, hambatan total yang lebih kecil pada kecepatan tinggi dibanding kapal monohull. Pada umumnya kapal pentamaran mempunyai sarat air kapal yang lebih rendah daripada monohull sehingga memberikan keuntungan terhadap pengaruh hambatan gelombang dan cocok untuk kapal-kapal cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kecepatan, peletakan lambung asimetris inboard (sisi streamline menghadap ke arah mainhull) dan outboard (sisi streamline menghadap berlawanan arah dengan main hull) terhadap tahanan total kapal.
Eksperimen uji tarik ini dilakukan di rentang froude 0,3-0,7. Hasil eksperimen menunjukan konfigurasi dengan R/L : 0,45 (jarak mebujur antar midship) dan S/L : 0.13 (jarak melintang antar centreline) pada rentang Fr : 0,25-0,70 memiliki koefisien hambatan total (CT) terendah, konfigurasi lambung asimetris outboard lebih menguntungkan dibanding lambung asimetris inboard pada S/L : 0.13 dan 0.16 rentang Fr diatas 0.50 dan konfigurasi lambung asimetris yang berada di belakang main hull (Asymmetric sidehull backward position) lebih menguntungkan dibanding lambung asimetris yang berada di depan main hull (Asymmetric sidehull forward position) pada S/L : 0.11 0.13 dan 0.16 rentang Fr diatas 0.50.

Pentamaran become something that people interest for sea transportation because the deck was large and the total resistance is smaller than monohull at certain speed especially at high speed. Pentamaran usually has a smaller amount of draft rather than monohull so it give advantages for wave resistance effect and it suitable for high speed craft. The purpose of this research is to find the effect of the speed variation, asymmetric inboard side hull (which the streamline side facing towards the main hull side) and asymmetric outboard side hull (which the streamline side facing the opposite of the main hull side) to the total resistance of pentamaran.
This experiment used variations of Froude number from 0.2 to 0.7. The result shows that configuration with R/L : 0.45 (longitudinal distance between midship) and S/L : 0.13 (transverse distance between centreline) with Fr : 0.25-0.70 has the lowest total drag coefficient (CT), configuration with asymmetric outboard side hull is better than configuration with asymmetric inboard side hull with S/L : 0.13 and 0.16 which Fr greater than 0.50, and last Asymmetric side hull backward position is better than Asymmetric sidehull forward position with S/L : 0.11, 0.13 and 0.16 which the Fr greater than 0.50.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Susilowati
"ABSTRAK
Disertasi yang berjudul "Pasang Surut Pelayaran Perahu Rakyat di Pelabuhan Banjarmasin, 1880 - 1990" ini difokuskan pada aktivitas pelayaran perahu rakyat di pelabuhan Banjarmasin dalam jaringan pelayaran dengan pelabuhan-pelabuhan di sekitarnya. Disertasi ini mengkaji dua perrnasalahan utama. Pertama, bagaimana respon pelayaran perahu dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan jaman terutama berkaitan dengan perubahan teknologi dalam sarana pengangkutan laut, perubahan ekonomi, dan politik selama kurun waktu 1880 hingga 1990 dengan memfokuskan pada pelabuhan Banjarmasin sebagai daerah kajian utama. Kedua, disertasi ini juga membahas posisi pelabuhan Banjarmasin dalam perkembangan jaringan pelayaran perahu rakyat di kawasan sekitarnya.
Untuk mengungkapkan respon armada pelayaran perahu rakyat terhadap masuknya teknologi baru, yaitu dioperasikannya kapal uap dan peti kemas di pelabuhan Banjarmasin, akan digunakan konsep tentang dampak penyebaran teknologi baru bagi keberadaan teknologi lama dari à Campo. Menurut à Campo penyebaran teknologi baru pada dasarnya akan menimbulkan empat opsi bagi masyarakat pengguna teknologi lama yang sudah lebih dulu mapan. Opsi pertama adalah adopsi, yaitu orang berupaya untuk memperoleh alat dan keahlian untuk mengoperasikan teknologi baru yang tampak menguntungkan. Opsi ke dua adalah adaptasi, yaitu orang tetap mempertahankan teknologi tradisionalnya tetapi berusaha mengambil keuntungan dan meningkatnya produktivitas dan melimpahnya kesempatan yang muncul sebagai efek dari inovasi teknologi. Apabila kesempatan itu tidak muncul, maka orang akan memilih opsi ke tiga, yaitu relokasi. Dalam hal ini orang terpaksa harus merelokasi usahanya ke wilayah periferi. Opsi ke empat adalah menank diri. Hal itu terjadi bila tidak ada kemungkinan sama sekali untuk melanjutkan usahanya sehingga orang memilih mundur dan merintis usaha lainnya.
Berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan dalam disertasi ini, ada dua asumsi yang diajukan. Pertama, pelayaran perahu rakyat di Pelabuhan Banjarmasin masih tetap dapat eksis di tengah berbagai tantangan dan laju modernisasi karena didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut: (a) produksi dari wilayah hinterland berupa hasil hutan seperti karat, kayu, rotan, dan lain-lain serta hasil kerajinan penduduk seperti tikar purun dan barang anyaman lainnya yang cukup melimpah; (b) adanya pangsa pasar sendiri bagi armada perahu (para pedagang atau pengusaha kecil); (c) sifat fleksibel dalam pengangkutan maupun bongkar-muat barang (bisa mengangkut berbagai jenis barang, prosesnya mudah, dan ongkosnya murah).
Asumsi yang kedua, dalam menghadapi masuknya teknologi baru (alat transportasi modern) yang mengancam eksistensinya, respon armada pelayaran perahu rakyat adalah sebagai berikut: (a) adaptasi, yaitu berusaha mengambil keuntungan dari kesempatan yang muncul sehubungan dengan masuknya teknologi baru; (b) relokasi, yaitu memperluas aktivitasnya hingga ke wilayah pinggiran agar tetap dapat memperoleh muatan.
Pada tahun 1880-an hingga tahun 1942 eksistensi pelayaran perahu rakyat menghadapi berbagai tantangan dan perubahan, antara lain mulai berhadapan dengan teknologi pengangkutan yang lebih moderen yaitu kapal uap, perubahan ekonomi sebagai akibat dari krisis ekonomi dunia yang telah terasa sejak tahun 1920-an, dan mengalami kebangkitan kembali di bawah organisasi pelayaran yang dibentuk pada tahun 1935. Di akhir periode ini pelayaran perahu kembali mengalami kemunduran sebagai akibat dari invasi Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Dalam menghadapai tantangan perubahan teknologi yang terjadi sejak tahun 1880-an, khususnya berkaitan dengan ekspansi kapal uap KPM, armada perahu mula-mula meresponnya dengan ber"kompetisi" dengan KPM tetapi kemudian berubah dengan beradaptasi, karena kehadiran kapal uap KPM juga telah meningkatkan produksi yang bisa diangkut oleh perahu.
Selanjutnya ketika terjadi krisis ekonomi dunia, armada perahu justru tetap dapat bertahan hidup dan menjadi alternatif bagi sarana pengangkutan laut, sementara itu armada kapal uap justru collapse. Setelah masa krisis ekonomi berlalu, armada perahu mendapat semangat baru dan mulai bangkit kembali berkat berdirinya ROEPELIN (Roekoen Pelajaran Indonesia) pada tahun 1935. Pada akhir periode ini armada perahu kembali mendapat tantangan karena terjadinya perubahan politik di tanah air sehubungan dengan pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Meskipun pada awalnya armada perahu masih dapat bertahan hidup, namun pada akhir pendudukan Jepang tidak sedikit kerugian yang diderita oleh masyarakat pelayaran perahu, karena banyak armada perahu yang hilang dan rusak selama pendudukan Jepang.
Pada periode berikutnya yaitu dari tahun 1942 sampai dengan 1964 pelayaran perahu merespon perkembangan situasi ekonomi yang kurang kondusif sehubungan dengan kemerosotan ekonomi Indonesia yang antara lain disebabkan oleh pendudukan Jepang di Indonesia dan revolusi kemerdekaan Indonesia. Selain itu, kemerosotan ekonomi juga disebabkan oleh ketidakstabilan politik dan ekonomi Indonesia selama periode 1950-1957 yang sebenarnya pada saat itu perahu layar memiliki kesempatan emas untuk berkembang, namun kurang mendapatkan dukungan dari pemerintah. Walaupun kondisi ekonomi masih belum kondusif, namun antara tahun 1957 hingga 1964 pelayaran perahu mulai menunjukkan kebangkitan. Sayang pada waktu itu pemerintah belum memberikan perhatian yang serius karena pemerintah lebih mengutamakan pengembangan pelayaran dengan kapal bermesin dalam sistem angkutan laut di Indonesia.
Masa kejayaan armada pelayaran rakyat terjadi pada tahun 1964 hingga 1985. Dalam rentang waktu dua dasawarsa tersebut armada perahu mengejar ketertinggalannya antara lain dengan memodernisasi armada melalui motorisasi yang mulai dilakukankan sejak tahun 1970-an. Proses adaptasi ini terutama dimaksudkan untuk bertahan dari persaingan yang semakin keras. Ketika terjadi booming dalam perdagangan kayu sejak tahun 1970-an, armada perahu memegang peranan penting dalam pengangkutan kayu dari Banjarmasin ke pelabuhan-pelabuhan lain. Perkembangan yang luar biasa dalam perdagangan kayu domestik juga direspon secara lihai oleh pelayaran rakyat, sehingga armada pelayaran rakyat mencapai kejayaannya.
Pada periode 1985 sampai 1990 pelayaran rakyat mulai mengalami masa surut. Berbagai hal menjadi penyebabnya, antara lain kebijakan pemerintah yang kurang memperhatikan perkembangan pelayaran rakyat, dan semakin banyaknya pilihan alat transportasi dalam pengangkutan barang antarpulau. Persaingan yang ketat dengan armada pelayaran lokal dan masuknya teknologi peti kemas di pelabuhan Banjarmasin telah membawa dampak negatif bagi aktivitas pelayaran perahu rakyat pada sentra perahu tersebut. Respon armada pelayaran rakyat dalam menghadapi tantangan perubahan teknologi kali ini, meminjam konsep à Campo, adalah relokasi. Namun tidak seperti hasil penelitian a Campo, relokasi yang terjadi dalam pelayaran perahu di pelabuhan Banjarmasin lebih tepat dikategorikan sebagai semi relokasi, karena pelabuhan Banjarmasin tidak sepenuhnya ditinggalkan oleh armada perahu rakyat. Ketidakrnampuan armada perahu berhadapan dengan kemajuan teknologi menyebabkan pelayaran rakyat semakin mundur.
Disertasi ini menyimpulkan dua hal. Pertama, dalam merespon tantangan inovasi teknologi dan perubahan politik maupun ekonomi, armada pelayaran rakyat di .pelabuhan Banjarmasin mengambil pilihan adaptasi dan semi relokasi. Dengan demikian, konsep yang dikemukakan oleh à Campo mengenai adanya empat opsi berkaitan dengan penyebaran teknologi baru tidak semuanya berlaku di Banjarmasin. Kedua, secara historis pelayaran rakyat di pelabuhan Banjarmasin telah menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan. Pelayaran rakyat tidak akan punah begitu saja, karena pelayaran rakyat merupakan bagian integral dan kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya bangsa Indonesia. Selama pelabuhan Banjarmasin masih menjadi mata rantai penting dalam perdagangan antar pulau, pelayaran rakyat pasti masih akan tetap dibutuhkan, dan selama Indonesia masih merupakan negara kepulauan, selama itu Pula pelayaran rakyat masih akan terus hidup.

ABSTRACT
This study, titled "Pasang Surut Pelayaran Perahu Rakyat di Pelabuhan Banjarmasin, 1880- 1990" (The Ebb and Flow of Prahu Shipping in Banjarmasin Port, 1880-1990), is focused on the activities of prahu shipping in Banjarmasin port in its shipping network with surrounding ports. The objectives of this study are (1) to describe the responses of prahu fleets to the changes in technology of sea transportation (steam ship, motorization, container ship, and crane) which go along with the changes in economic and politic affairs and also with the government's policy between 1880 up to 1990 in Banjarmasin port, and (2) to describe the position of Banjarmasin port in the growth of prahu shipping network in surrounding area.
To describe the responses of prahu fleets to the technological as well as economical and political changes, I use a Campo's concept about the impacts of a new technology on the old one. According to him, the diffusion of a new technology will bring about four options to the users of the old one. The first, they try to adopt it. The second, they try to adapt to it: while using the old technology, they benefit from the rise in productivity and the spill-over of opportunities which often follow in the wake of technological innovation. The third, if there are no such opportunities, they maybe force to relocate their activities to some peripheral area The fourth, if there seem to be no such opportunities for continuation, they exit and try to do another enterprise.
In this study, I propose two assumptions. The first, prahu shipping in Banjarmasin port still exists in coping with challenges of modernization because of some enabling factors: (a) the productions from hinterland such as rubber, wood, rattan etc. and handicrafts like likar purun are plentiful, (b) prahu fleets have their own customers i.e. the small traders, (c) the flexibility of prahu fleets in loading and unloading cargo (it can load various cargo in a simple way and cheap cost. The second, the responses of prahu fleets to the new technology (steam ship, container, crane) are: (a) adaptation i.e. prahu fleets can benefit the chances the new technology brings, and (b) semi relocation i.e. prahu fleets expand their activity to the peripheral area, without retreat from the core area (Banjarmasin port), in order to get cargo.
In 1880s to 1942 the existence of prahu shipping faced some challenges and changes i.e. new technology (steam ship), crisis of world economy, and war politic of Japan. The responses were at first competition with the steam ships of KPM and then adaptation (1880s to 1920s). When the steam ships of -PM collapsed for a while in the early of 1930s because of Economic Depression, prahu fleets revived, especially when the prahu shipping organization (ROEPELIN) was established 1935. In the early of 1940s, however, it decreased because the invasion of Japan in Indonesia
In the period of 1942 up to 1964, the prahu shipping was not in good condition because of war (up to the end of 1940s) and the political and economical unrest (1950-1957). It had actually chance to revive at the end of this period, but the government gave top priority to the development of modem ships as the means of the sea transport.
The glory of prahu shipping took place in the period of 1964-1985. Motorization, since 1970s, was its adaptive strategy. Prahu fleets had a prominent role in timber trade booming. They transported timber from Banjarmasin to the main ports on the other islands.
In 1985-1990, technology of container and crane in Banjarmasin port, and the absence attention from the government side were the main factors that force prahu fleets to search for cargo to the peripheral area. Prahu shipping had to relocate (semirelocation) its activity.
This study concludes two things. The first, in responding to the challenges of the technological innovation, of the political and economical changes, and of the government policy, prahu fleets take the options of adaptation and semi relocation. Thus, a Campo's concept about the four options relating to the diffusion of a new technology does not fully occur in Banjarmasin port. The second, historically prahu shipping in Banjarmasin port has shown its strength in facing the challenges of change. It cannot just fade away because it is an integral part of the social, economical, and cultural life of the people of Indonesia. It still survives because of the archipelago condition and the maritime spirit of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
D501
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idham Harry Nugraha
"Jalur penyeberangan Merak-Bakauheni merupakan jalur terpadat di Indonesia, seringkali terjadi antrian panjang terutama saat libur panjang. Kebutuhan akan transportasi penyeberangan yang terus naik dari tahun ke tahun menuntut adanya peningkatan pelayanan, fasilitas, sarana dan prasarana. Untuk dapat mengakomodasi kebutuhan ini maka PT ASDP Indonesia Ferry berencana akan menambah satu dermaga di Pelabuhan Merak. Dengan mengestimasi banyaknya kendaraan yang akan melalui lintas Merak-Bakauheni maka digunakan teori analisis time series. Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Merak pada bulan September-November 2012. Data yang diperlukan yaitu data perjalanan Merak-Bakauheni beberapa tahun terakhir, data Pelabuhan Merak, dan data rencana pembangunan dermaga baru pelabuhan. Dari hasil penghitungan dengan penambahan dermaga kurang efektif untuk dapat mengakomodasi kebutuhan transportasi penyeberangan, hanya sampai sekitar tahun 2017-2018 Pelabuhan Merak mampu menampung jumlah kendaraan.

Merak-Bakauheni path is the most populous path in Indonesia, there is often a long queue especially during the long holiday. The need for the crossings transportation still continue to rise from year to year, demanding an increase in services, amenities, facilities and infrastructure. To accommodate this need, PT ASDP Indonesia Ferry plans to add a new pier in the port of Merak. By estimating the number of vehicles going through the cross Merak-Bakauheni then used the theory of time series analysis. Taking the data for this research was conducted at the port of Merak in September-November 2012. The required data is data traveling Merak-Bakauheni recent years, data port of Merak, and data plans to build a new dock port. From the calculation results with the addition of less effective pier to accommodate the transportation needs of the crossing, only until about the year 2017-2018 Merak able to accommodate the number of vehicles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annan Mikail Ramadhan Atmawidjaja
"Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang membentuk satu negara, dengan lima pulau utama dan 30 kepulauan yang lebih kecil dengan total lebih dari 18.110 pulau dan pulau kecil, di mana sekitar 6.000 di antaranya berpenghuni. Oleh karena itu, Pelayaran melalui jalur laut merupakan moda transportasi utama antar pulau di Indonesia. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan konektivitas antar pulau, terutama di daerah terpencil dan tertinggal. Pelayaran Perintis adalah layanan pelayaran publik yang didanai oleh pemerintah dengan tujuan utama untuk mendukung perekonomian di daerah terpencil dan tertinggal. Namun pada saat tulisan ini dibuat, kinerja pelayaran perintis dinilai masih belum memadai atau belum efisien untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini ditandai dengan lamanya round voyage pelayaran rute tersebut, yang dapat mencapai hingga 14 hari, dan rendahnya frekuensi pelayaran pelayaran perintis dapat menghambat pembangunan ekonomi. Akibatnya, efisiensi rute pelayaran perintis harus dievaluasi kembali. Re-routing dan mengoptimasi rute pelayaran perintis merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi rute pelayaran perintis. Penelitian ini direalisasikan dengan melakukan rerouting pelayaran perintis di wilayah Kepulauan Riau dengan terlebih dahulu melakukan clustering pelabuhan-pelabuhan menggunakan metode clustering DBSCAN (Density Based Spatial Clustering of Applications with Noise) dan optimalisasi dengan pendekatan metode penyelesaian TSP (Travelling Salesman Problem). Hasil yang diperoleh adalah terjadi penurunan rata-rata jarak tempuh pelayaran perintis sebesar 39,5% (dari 1.156,1 NM menjadi 699,5 NM) dan penurunan rata-rata lama durasi round voyage sebesar 66,9% (dari 12 hari menjadi 3,97 hari). Selain itu, terjadi penurunan ketimpangan antar rute yang terlihat dari nilai rentang jumlah pelabuhan, jarak tempuh, dan durasi round voyage pelayaran pada rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau.

Indonesia is the world's biggest archipelago to constitute a single state, with five main islands and 30 smaller archipelagoes totaling over 18,110 islands and islets, of which approximately 6,000 are inhabited. Hence, Shipping through sea is the main mode of inter-island transport in Indonesia. However, this creates its own challenge in realizing inter-island connectivity, especially in remote and underdeveloped areas. Perintis shipping is a government-funded publicly available shipping service with a primary objective of supporting the economy in remote and underdeveloped areas. However, as of this writing, the performance of perintis shipping is still inadequate or inefficient to achieve this goal. This is characterized by the lengthy round voyage duration of the routes, which can reach up to 14 days, and the low frequency of perintis shipping voyages could hinder economic development. As a result, the efficiency of perintis shipping routes must be assessed. Re-routing the perintis shipping routes is one way to increase the efficiency of the perintis shipping routes. This research reroutes perintis shipping in the Riau Archipelago region by first clustering the ports using the DBSCAN (Density Based Spatial Clustering of Applications with Noise) clustering method and optimizing with the TSP (Travelling Salesman Problem) solving method approach. The results obtained were that there was a reduction in the average mileage of pioneer shipping routes by 39.5% (from 1,156.1 NM to 699.5 NM) and a reduction in the average length of round voyage routes by 66.9% (from 12 days to 3.97 days). In addition, there was a decrease in inequality between routes as seen from the value of the range of the number of ports, distance traveled, and round voyage duration on pioneer shipping routes in the Riau Archipelago."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Alisha Nabila
"ABSTRACT
Knowledge is transferred in order to run specific goals. Sustainable wastewater infrastructure plays a significant role to the human needs especially the demand for clean and safe water. People rsquo s knowledge will also influence the process of treating water to be discharged to water bodies that support the sustainable wastewater infrastructure in Germany and Indonesia. The focus respondents in this research are the University Students in Germany and Indonesia who are considered to have a capability to gain and implement specific knowledge. Questionnaire method is used to indicate how well the University Students know about the wastewater knowledge, the knowledge transfer occurrence, and the correlation of some variables such as study background, degree program, and nationality of the University students with wastewater knowledge and knowledge transfer occurrence to support the sustainable wastewater systems and infrastructures in Germany and Indonesia. The wastewater knowledge of University Students in Germany and Indonesia is still low, the number of things that should not be flushed into the toilet sink are still high, and the correlation of some variables such as study background, degree program, and nationality of the University students with wastewater knowledge and knowledge transfer occurrence are still considered low.
ABSTRAK
Pengetahuan di tranfer untuk mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Infrastruktur air limbah yang berkelanjutan memainkan peran penting bagi kebutuhan manusia terutama dalam permintaan air bersih dan aman. Pengetahuan masyarakat juga akan mempengaruhi proses pengolahan air untuk dibuang kembali ke sungai yang akan mendukung infrastruktur air limbah berkelanjutan di Jerman dan Indonesia. Responden yang difokuskan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa di Jerman dan Indonesia yang dinilai memiliki kemampuan untuk mendapatkan dan menerapkan pengetahuan secara spesifik. Metode kuesioner digunakan untuk menunjukkan seberapa baik para Mahasiswa mengetahui pengetahuan tentang air limbah, terjadinya transfer pengetahuan, dan korelasi beberapa variabel seperti latar belakang studi, jenjang pendidikan, dan kewarganegaraan mahasiswa dengan pengetahuan limbah dan terjadinya transfer pengetahuan hingga mendukung sistem dan infrastruktur air limbah berkelanjutan di Jerman dan Indonesia. Pengetahuan air limbah Mahasiswa di Jerman dan Indonesia masih rendah, jumlah barang yang tidak boleh dibuang ke dalam toilet / saluran pembuangan masih tinggi, dan korelasi beberapa variabel seperti latar belakang studi, jenjang pendidikan, dan kebangsaan dari Mahasiswa dengan pengetahuan air limbah dan terjadinya transfer pengetahuan masih dianggap rendah di Jerman maupun di Indonesia. "
2017
S67796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswati Mindaryani
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2020
621.402 2 ASW o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Zuldi Hermawan
"Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni adalah jalur lintas penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Dengan perannya sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi antar pulau, diharapkan kelancaran pergerakan penumpang dan barang dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dan penerapan manajemen yang baik, maka akan mengurangi waktu dan banyaknya antrean karena harus menunggu kapal ferry Ro-Ro yang sedang bongkar muat. Bongkar muat yang lama/melebihi ketentuan akan membuat jarak tempuh/waktu tempuh menjadi panjang/lama . Oleh karena itu optimalisasi dari waktu bongkar muat perlu dilakukan untuk memperlancar arus penyeberangan dan antrean kendaraan. Dan juga perlunya penyeragaman kendaraan yang masuk ke dalam kapal Ro- Ro agar tata letak kendaraan di dalam kapal menjadi mudah dan cepat sehingga efisien terhadap waktu.

Merak - Bakauheni port is connecting pathway between Java and Sumatra Island. Consistent with its role as a driver of economic growth between islands, hopefully smooth movement of passengers and freight to be carried out effectively and efficiently. With the use of time as closely as possible and good management practices, it will reduce the time and number of queue because they have to wait for Ro-Ro ferry is loading and unloading. Loading and unloading of the old / excess provision will make the mileage / time period to be long / long. Therefore, optimization of loading and unloading time should be done to facilitate the crossing of currents and vehicle queue. And also the need for the standardization of vehicles into the ship Ro-Ro transport so that the layout of the craft to be easy and fast so efficient with time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James Austin Gunawan
"Invensi baru di suatu negara merupakan instrumen yang dapat meningkatkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan perekonomian nasional melalui investasi asing. Kedua perkembangan tersebut dapat terjadi apabila Indonesia mengembangkan marine autonomous surface ships (MASS), sebuah invensi baru yang dapat mendongkrak perkembangan pelayaran nasional. MASS memiliki tiga manfaat utama yang membedakannya dengan kapal konvensional dari segi komersial, yaitu pengurangan angka kecelakaan laut, pengurangan polusi lingkungan oleh kapal, dan peningkatan efisiensi operasional. Sayangnya, Indonesia belum siap menerapkan MASS tingkat ketiga dan keempat karena masih ada kewajiban bagi nakhoda dan awak kapal untuk berada di atas kapal selama pelayaran sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran beserta perubahannya dan turunannya. Untuk itu, Skripsi ini akan membahas perkembangan regulasi pelayaran di Norwegia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebagai dua negara yang pertama yang menggunakan MASS secara komersial di regional negara Eropa dan Asia. Berdasarkan hasil perbandingan hukum Indonesia dengan Norwegia dan RRT, terdapat beberapa aspek MASS yang dapat diatur di Indonesia dan beberapa tahapan perkembangan yang dapat diadopsi.

A new invention in a country is an instrument that can enhance the development of science and the national economy through foreign investment. Both developments can occur if Indonesia develops marine autonomous surface ships (MASS), a new invention that can boost the development of national shipping. MASS has three main benefits that differentiate it from conventional ships in commercial terms, namely a reduction in the number of marine accidents, a reduction in environmental pollution by ships, and an increase in operational efficiency. Unfortunately, Indonesia is not ready to implement the third and fourth levels of MASS because there is still an obligation for the skipper and crew to be on board during the voyage as stipulated in Law Number 17 of 2008 concerning Shipping along with its amendments and derivatives. For this reason, this thesis will discuss the development of shipping regulations in Norway and the People's Republic of China (PRC) as the first two countries to use MASS commercially in regional European and Asian countries. Based on the results of the comparison of Indonesian law with Norway and China, there are several aspects of MASS that can be regulated in Indonesia and several stages of development that can be adopted."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>