Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172645 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Triharyadi Fibrianto Setyawan
"ABSTRAK
Untuk melakukan analisis di bursa saham, seorang investor bisa menggunakan 2 (dua) pendekatan/analisis. Pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan berdasarkan analisis fundamental. Dengan pendekatan ini, investor mengambil keputusan jual/tahan/beli berdasarkan data fundamental perusahaan. Sedangkan pendekatan- kedua menggunakan analisis teknikal. Pendekatan kedua ini digunakan oleh investor berdasarkan harga dan volume perdagangan di masa lalu.
Analisis teknikal - atau ada pula yang mengistilahkannya sebagai visual analysis atau chart analysis - meski secara teoritis agak bertentangan dengan metode analisis dan teori atau hipotesis yang telah ada dan lebih dipercaya sebelumnya - yakni analisis fundamental dan efficient market hyphotesis - para analis teknikal, atau dikenal juga dengan istilah technicians, meyakini bahwa jika metode tersebut jika diterapkan secara benar bisa memberikan keuntungan yang lebih optimal kepada pemodal di industri sekuritas manapun di dunia. Secara prinsip bahk:an oleh salah pakar analisis teknikal disebutkan bahwa "chartists are cheating, because it is a short cut form offundamental analysis".
Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan analisis teknikal sebagai salah satu tools dalam berinvestasi di pasar modal. Selain itu, output dari penelitian ini adalah agar adanya panduan bagi investor dalam melakukan investasi di pasar modal terkait dengan indikator analisis teknikal yang cocok diterapkan di Bursa Efek Jakarta.
Setelah melalui penyaringan, akhimya terpilih 3 saham yang digunakan sebagai objek penelitian. Ketiga saham tersebut adalah: saham PT Astra futemasioal Tbk. (ASII), saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Adapun indikator analisis teknikal yang digunakan adalah: simple moving average (SMA), weighted Moving average (WMA), exponential moving average (EMA), simple moving average crossover (2 garis), weighted moving average crossover (2 garis), exponential moving average crossover (2 garis), MACD centerline crossover, histogram MACD, RSI MACD dan aturan sebaran normal, RSI dan batasan oversold/overbought, RSI, batasan oversold/overbought berdasarkan aturan sebaran normal, directional movement (DM), directional indicator (DI), accumulation distribution dengan moving average.
Penelitian yang dilakukan memperoleh beberapa hasil. Hasil penelitian yang pertama didapatkan bahwa dengan menggunakan bantuan analisis teknikal dalam melakukan investasi di Bursa Efek Jakarta akan didapatkan hasil investasi yang lebih besar dibandingkan dengan hanya berpedoman pada strategi buy and hold saja.
Hasil penelitian kedua adalah bahwa 3 indikator yang memberikan return tertinggi untuk saham ASII berdasarkan pengamatan selama periode Januari 2001- Desember 2004 adalah: simple moving average crossover (2 garis) dengan periode jangka pendek sebesar 28 periode dan jangka panjang sebesar 45 periode dengan return sebesar 823,61% selama 4 tahun transaksi, weighted moving average crossover (2 garis) dengan periode jangka pendek sebesar 46 atau 47 periode dan jangka panjang sebesar 52 periode dengan return sebesar 816,68% selama 4 tahun transaksi dan exponential moving average crossover (2 garis) dengan periode jangka pendek sebesar 13 atau 12 periode dan jangka panjang sebesar 85 atau 88 periode dengan return sebesar 621,94% selama 4 tahun transaksi. 3 indikator yang memberikan return tertinggi untuk saham GGRM berdasarkan pengamatan selama periode Januari 2001- Desember 2004 adalah: RSI MACD dengan aturan sebaran normal dengan periode RSI sebesar 23 periode, periode deskriptif sebesar 49 periode dan Z sebesar 2,3 dengan return sebesar 114,33% selama 4 tahun transaksi; RSI dan batasan oversold/overbought dengan periode RSI sebesar 18 periode, periode pemulusan RSI sebesar 4 periode, batasan oversold sebesar 45 dan batasan overbought 60 dengan return sebesar 105,50% selama 4 tahun transaksi; RSI, batasan oversold/overbought dengan aturan sebaran normal dengan periode RSI sebesar 18 periode, periode pemulusan RSI sebesar 5 peri ode, peri ode deskriptif sebesar 100 peri ode dan nilai Z sebesar 2.3 dengan return sebesar 104,24% selama 4 tahun transaksi. 3 indikator yang memberikan return tertinggi untuk saham AALI berdasarkan pengamatan selama periode Januari 2001 - Desember 2004 adalah: RSI, batasan oversold/ overbought dengan aturan sebaran normal dengan periode RSI sebesar 15 periode, periode pemulusan RSI sebesar 5 periode, periode deskriptif sebesar 60 periode dan nilai Z sebesar 0,2 dengan return sebesar 1935,20% selama 4 tahun transaksi; RSI MACD dengan aturan sebaran normal dengan periode RSI sebesar 28 periode, periode deskriptif sebesar 48% dan Z optimal sebesar 0,4 dengan return sebesar 1092,07% selama 4 tahun transaksi; histogram MACD dengan peri ode RSI sebesar 14 periode, batasan oversold sebesar 39% dan batasan overbought adalah sebesar 97 atau 98% dengan return sebesar 854,58% selama 4 tahun transaksi.
Transaksi pada tahun 2005 yang dilakukan dengan indikator yang terpilih pada saham AALI memberikan hasil yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan hanya menggunakan strategi buy and hold saja, kecuali untuk indikator histogram MACD. Sedangkan transaksi pada tahun 2005 yang dilakukan dengan indikator yang terpilih pada saham ASII memberikan hasil yang lebih menguntungkan hanya pada satu indikator saja yaitu indikator exponential moving average crossover jika dibandingkan dengan hanya menggunakan strategi buy and hold. Di lain pihak, transaksi pada tahun 2005 yang dilakukan dengan indikatot yang terpilih pada saham GGRM semuanya memberikan hasil yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan jika hanya menggunakan strategi buy and hold.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anggis Rakhmi
"ABSTRAK
Hal yang perlu dilakukan oleh seorang investor adalah mengidentifikasi imbal basil (return) dan risiko yang rnengikat keputusan yang dilakukannya karena trade-off antara keduanya menggambarkan bahwa jika investor mengharapkan imbal basil yang lebih tinggi atas aset yang dipilihnya, rnaka ia hams bersedia rnenanggung kerugian yang lebib besar, dan sebaliknya. Model yang dikembangkan oleh Stephen A Ross (1976) yaitu model Arbitrage Pricing Theory (APT) merupakan salah satu model yang menganalisis hubungan antara return dengan risiko yang mengikatnya. Teori ini memperhitungkan berbagai sumber risiko sistematis, tidak hanya risiko pasar. Dalam model APT yang dikembangkan oleh Bremeister, Roll dan Ross (2003), model ini meneliti hubungan antara return dengan berbagai risiko makro, yaitu faktor risiko kepercayaan, horizon waktu, inflasi, siklus bisnis dan pasar.
Dalam model tersebut, return suatu saham terdiri dari dua bagian, yaitu expected dan unexpected return. Unexpected return berkaitan dengan pergerakan return terbadap berbagai surprises atau perbedaan antara faktor makro yang diperkirakan sebelumnya dengan keadaan aktual, sedangkan expected return merupakan imbal basil yang diperkirakan akan diterima dengan memperhitungkan premi terbadap perubahan faktor makro. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diteliti hubungan faktor-faktor makro yang secara apriori berpengaruh terhadap return suatu saham.
Penelitian dalam karya akhir ini rnenganalisis penerapan model APT tersebut
terhadap 20 saham yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta sejak bulan Januari 2000 sampai dengan Maret 2004, yaitu saham TLKM, ASII, BNBR, JNDF, ISAT, HMSP, BUMI, BNII, LPBN, GGRM, MLPL, BNGA, UNTR, LPLI, RMBA, MPPA, PNBN, AALI, GJTL dan ANTM.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model ini dapat menerangkan return 16 saham yang diteliti, berturut-turut dari goodness of.fit yang te1tinggi yaitu saham UNTR, TLKM, GGRM, ASII, ISAT, HMSP, MLPL, INDF, GJTL, MPPA, LPLI, RMBA, ANTM, PNBN, AALI dan BNBR. Nrunun demikian, faktor makro yang secara signifikan berpengaruh terhadap return sahrun yang diteliti hanyalah faJ..'tor risiko pasar, sementara beberapa faktor lairmya adalah faktor risiko inflasi dan siklus usaha untuk sahrun TLKM yang notabene merupakan sahrun paling aktif dalrun srunpel. Untuk empat sahrun dimana model ini tidak signifikan, tiga sahamnya merupakan sahrun dari empat sahrun yang diteliti pada sektor perbankan, yaitu saham LPBN, BNII dan BNGA Model diduga tidak signifikan karena faktor diluar model seperti masalah rekapitalisasi dan penambahan modal bank dimaksud.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abud Salim
"Perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami banyak hambatan dan kesulitan. Pasar modal mulai ada di Indonesia pada tahun 1912, yaitu didirikannya Bursa Efek Jakarta (Batavia). Kemudian disusul Bursa Efek di Surabaya (1925) dan di Semarang (1926). Karena perang yang berlanjut menjelang dan selama PO II, maka pasar modal tidak dapat tumbuh dan akhirnya tahun 1942 ditutup. Pada tahun 1952 dihidupkan lagi, tetapi akibat hubungan Indonesia-Belanda memburuk, maka pasar modal kembali ditutup untuk kedua kalinya pada tahun 1858.
Pada tahun 1977, secara resmi pasar modal diaktifkan kembali dengan keluarnya KEPPRES No.52/1976. Sampai tahun 1981 keadaan pasar modal tetap lesu. Baru dalam periode 1982-1983 mulai menunjukkan kemajuan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah perusahanan yang go public, yaitu dari 10 perusahaan pad a tahun 1984 menjadi 26 perusahaan pada 1984. Kemudian kembali merosot lagi sampai tahun 1987.
Kebijaksanaan deregulasi menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan pasar modal yang luar biasa. Deregulasi telah dapat mengh i 1 angkan hambatan-hambatan dan sekaligus memberi kemudahan-kemudahan pad a perkembangan pasar modal. Prosedur emisi disederhanakan, pembukaan bursa paralel,. pemberian kesempatan kepada investror asing berperan serta, batas kenai kan harga saham di hapus dan d1 serahkan pada kekuatan pasar dan penghapusan berbagai hambatan lainny. Jumlah perusahaan yang go public meningkat luar biasa: dari 24 perusahaan pada pertengahan 1989 menjadi 101 perusahaaan pada pertengaham 1990. Indeks Harga Saham Gabungan meningkat 1uar biasa dari 82,43 pada tahun 1987 meningkat menjadi 631,17 pada Juli 1990.
Suksesnya perkembangan pasar modal tersebut diatas, mendorong banyak investor me1akukan investasi dalam bentuk saham. Hasil investasi saham terdiri dari capital gains dan deviden. Karena hasil investasi itu baru akan diperoleh di masa depan, maka pada dirinya mengandung risiko. Risiko yang dimaksud adalah kemungkinan bahwa hasil sebenarnya menyimpang dari pada hasil yang diharapakan. Investor dapat memperkecil risiko atas saham apabi1a dia menerapkan prinsip diversifikasi: pemimi1ikan lebih dari satu saham (portofolio) 1ebih kecil risikonya dari pada risiko masing-masing saham.
Karya akhir ini mencoba untuk memecahkan masa1ah bagaimana investor membentuk. portofolio yang optimal. Teori portofolio modern mengajarkan bahwa keputusan investasi dipengaruhi oleh hasil yang diharapkan dan risiko investasi serta sikap innvestor terhadap risiko itu. Dengan menempatkan posisi sebagai ca1on investor, penulis akan mencoba menerapkan teori portofolio tsb. dengan meneliti 24 saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta periode sesudah deregulasi. Hasil penganalisaan atas 24 saham tersebut memperlihat kenyataan dan kesimpulan-kesimpulan dibawah ini.
1. Dengan menerapkan analisis Mean Variance maka dari 24 saham perusahaan yang diteliti, terpi1ih tiga saham perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan saharn pembentuk portofolio, yaitu saham PT. Sari Husada (HUS), saham PT.Tificorp (TIF) dan saham PT.Prodenta (PRO).
2. Dari ke tiga saham kandidat yang terpi1ih untuk dijadikan Portofolio (HUS, TIF dan PRO), penulis dapat membentuk empat portofolio saham yang terdiri dari kombinasi saham HUS, TIF dan PRO ; kombinasi saham HUS dan TIF ; kombinasi saham HUS dan TIF ; kombinasi saham TIF dan PRD.
Beranjak dari asumsi dasar tentang pemksimuman perolehan dan peminimuman risiko maka untuk setiap kombinasi penulis menetapkan tiga cara proporsi dana yang akan ditanamkan di masing-masing saham untuk melihat pengaruhnya terhadap portofolio yang di bentuknya dan untuk menentukan pilihan portofolio mana yang penulis anggap mempunyai return maksimum dengan risiko yang relatif kecil. Penentuan ke tiga cara dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Proporsi dana yang ditanamkan masing-masing sama pada tiap saham da1am pembentukan kornbinasi/ portofolio.
2. Proporsi dana yang ditanamkan besar pada saharn yang mempunyai E(r) besar sebaliknya proporsi yang ditanamkan kecil pada saham yang mempunyai' E(r) kecil. Penentuan besar kecilnya dana yang ditanamkan sesuai dengan proporsi besar kecilnya E( r) yang dimiliki saham pembentuk kombinasi/portofolio.
3. Proporsi dana yang ditanamkan besar pada saham yang mempunyai a kecil sebaliknya proporsi yang ditanamkan kecil pada saham yang mempunyai a besar. Penentuan besar kecilnya dana yang ditanamkan sesuai dengan proporsi besar kecilnya a yang dimiliki sa ham pembentuk kombinasi/portofolio.
Atas dasar patokan-patokan di atas, dan menggunakan rumus untuk mencari E(r),covariance, a2 dan a maka diperoleh 12 kombinasi/portopolio dari empat portofolio yang dibentuk dari ke tiga saham tersebut.
Akhir dari tulisan ini adalah memilih portofolio yang memberikan ni lai E( rp) maksimum dengan a tertentu. Seperti halnya pada pemilihan saham kandidat penulis juga menerapkan cara pemilihan yang sama untuk memilih portofolio saham. Penggambaran ke dalam grafik membantu memudahkan pemilihan. Dengan menggunakan analisa mean variance, dan berlandaskan sikap dasar penulis yang selalu berusaha mengambil risiko sekecil mungkin untuk memperoleh hasil maksimal maka dari ke dua belas portofolio yang terbentuk, diperoleh satu portofolio yang dianggap optimal. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Budi Widiyo Iryanto
"Pokok masalah penelitian ini ialah penetapan harga saham perdana di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan hubungannya dengan laba per saham. Secara rasional pihak emiten menginginkan harga saham perdana tinggi, agar mendapatkan agio saham yang besar. Sisi lain, pihak investor menginginkan harga saham perdana yang rendah, agar mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keeratan hubungan antara harga saham perdana dengan laba per saham; Dan untuk mengetahui apakah harga saham perdana perusahaan yang emisi sampai dengan tanggal 31 Juli 1994, baik ditinjau dari kelompok tahun emisi; penjamin emisi dam jenis industri dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah; Serta untuk mengetahui apakah dalam penetapan harga perdana, telah dikaji lebih dulu prospek dan resiko perusahaan.
Data diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan dalam propektus terutama perkembangan modal sendiri, laba bersih dan kebijakan deviden. Disamping itu mencatat harga saham perdana dan perkembangan harga saham bulanan di BEJ selama lima bulan setelah listing. Metode pengambilan sampel digunakan metode populasi, yaitu seluruh perusahaan yang listing terakhir sampai 31 Juli 1994 di BEJ.
Ada dua model analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Model 1 : Y=a+bX dimana Y = harga saham perdana dan X = laba per saham. Model 1 ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 : Dalam penetapan harga saham per dana penjamin emisi mengkaji lebih dulu prospoek emiten. Model 2 : PER = f(pertumbuhan laba, deviden payout ratio, deviasi standar pertumbuhan laba). Model ini digunakan untuk menguji hipotesis 2 sampai dengan hipotesis 5.
Hasil penelitian ditemukan bahwa baik ditinjau seluruh emiten, menurut tahun emisi, penjamin emisi maupun industri, harga saham perdana mempunyai hubungan dengan laba per saham dengan tingkat keeratan berkisar antara sedang sampai sangat tinggi, namun hanya sebagian kecil yang mempunyai hubungan yang signifikan. Dengan menggunakan model 2 ternyata hanya sebagian kecil menurut tahun emisi, industri maupun penjamin emisi yang signifikan untuk memprediksi PER yang diharapkan dan sebagian besar menolak hipotesisi 2, 3 dan 4. Berdasarkan PER yang diharapkan tersebut ternyata bisa membuktikan bahwa sebagian besar harga saham perdana dinilai terlalu tinggi. Ini berarti hipotesis 5 diterima."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T3083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Karlia
"Dari hasil analisis, secara umum dapat disimpulkan bahwa merger dan akuisisi dapat berpengaruh secara signifikan pada kinerja bank yang diproksikan dengan rasio keuangan. Sinergi yang diharapkan dapat terwujud dalam jangka waktu dua tahun.Walaupun kondisi bank-bank yang melakukan merger dan akuisisi masih dalam masa transisi menyamakan misi dan visi bank-bank hasil merger dan akuisisi,terjadi perubahan yang langsung bisa terlihat seperti meningkatnya aset bank hasil merger dan akuisisi walaupun di lain sisi juga peningkatan NPL dan BO/PO bank hasil merger yang berdampak buruk bagi kinerja bank hasil merger. Banyak bank-bank nasional melakukan merger dan akusisi selain faktor ekonomis dikarenakan adanya alasan going corncern, untuk menghindari dari penutupan bank atau yang dikenal likuidasi oleh Bank Indonesia (BI)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T23803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Anwar
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andrianus Koosherlan
"Pasar modal merupakan alternatif baru pembiayaan pembangunan yang mencakup segi-segi idealisme Pancasila.
Tetapi investasi dalam bentuk kepemilikan saham di pasar modal mengandung resiko yang besar karena kondisi ketidakpastian. Untuk itu perlu dilakukan diversifikasi
investasi dalam bentuk portofolio optimal saham. Data penelitian diperoleh dari Bursa Efek Jakarta, BAPEPAM dan studi kepustakaan. Portofolio optimal saham ditentukan
nielalui Single Index Model dan Mean Variance Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa portofolio optimal saham dapat mengurangi resiko investasi dalam bentuk kepemilikan
saham. Jadi portofollo optimal saham dapat meminimalisir resiko karena fluktuasi yang terjadi di pasar modal akibat systematic dan unsystematic risk.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Pramudya
"Perkembangan pasar modal yang cukup pesat pada dewasa ini membuat semakin maraknya masyarakat berinvestasi di lantai bursa. Karena investasi surat berharga di pasar modal lebih banyak menjanjikan keuntungan yang besar dibandingkan dengan investasi di tempat lain. Pada sisi lain pasar modal merupakan sarana alternatif untuk mencari dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melakukan pengembangan usaha.
Dalam melakukan suatu investasi tentunya mempertimbangkan adanya ketidakpastian/resiko. Dengan adanya hal itu para investor mensyaratkan adanya suatu tingkat pengembalian minimum dari suatu investasi. Tingkat pengembalian minimum ini merupakan biaya dari dana yang ditempatkan pada proyek investasi. Model yang umum dan sederhana yang digunakan adalah CAPM. Karena CAPM mempertimbangkan hanya pada return pasar. Selain model CAPM, arbitrage pricing theory ( APT ) dapat juga digunakan untuk menentukan suatu tingkat pengennbalian minimum suatu proyek investasi. Model APT tidak hanya mempertimbangkan return pasar tetapi juga variabel makro ekonomi yang berpengaruh pula terhadap besarnya return dari suatu investasi.
Penelitian ini menerapkan model APT di BEJ, untuk menguji pengaruh latar makro ekonomi terhadap return saham sektoral dengan menggunakan model regresi. Pengamatan dilakukan secara bulanan dari Januari 1995 sampai dengan Juni 1997. Sampel yang digunakan adalah saham-saham yang tergabung secara sektoral menurut usaha sebagaimana dikelampokkan pada BEJ. Selain meneliti mengenai APT, dalam penelitian juga mengamati hubungan indeks saham sektoral dengan indeks gabungan dan indeks DMA, STS, NKI, FTL dan, HSH.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa return saham sektoral di BEJ dipengaruhi secara signifikan oleh faktor-faktor makro ekonomi yaitu inflasi, tingkat bunga, return pasar, dan nilai tukar rupiah terhadap US$. Penggunaan beta yang distandarisir memberikan, informasi mengenai masing-masing faktor tersebut memiliki pengaruh dominan terhadap return saham sektoral tertentu, hanya variabel nilai tukar rupiah terhadap US$ memiliki pengaruh yang tidak dominan kecuali di sektor pertambangan.
Penelitian ini juga melakukan regresi secara cross section untuk mengetahui pengaruh beta faktor terhadap return saham sektoral, ternyata hasilnya signifikan. Teori APT menyatakan bahwa intersep pada regresi cross section ini merupakan return yang bebas resiko. Adapun intersep yang diperoleh ternyata tidak berbeda jauh dengan tingkat bunga riil dari SBI.
Indeks saham sektoral selain dipengaruhi oleh indeks domestic juga dipengaruhi oleh beberapa indeks bursa dunia. Dengan memperhatikan beta standirisir ternyata pengaruh dari indeks internasional yang lebih dominan adalah indeks DJIA, HSH dan NKJ dibanding dengan FTL,HSH.
Studi ini juga menggunakan pendekatan kointegrasi untuk melihat pengaruh variasi dari variabel makro ekonomi terhadap return saham sektoral dan pengaruh variasi dari indeks dunia terhadap indeks saham sektoral baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Ternyata hanya return dan indeks saham sektor perdagangan yang memenuhi syarat dalam pengujian kointegrasi dengan menggunakan error correction model (ECM)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>