Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146665 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anton Sastrahudiah
"Suatu bentuk perencanaan strategis dalam menjalankan suatu usaha sangatlah penting. Strategi memberikan pedoman umum mengenai langkah inisiatif strategis yang harus dilakukan untuk bertahan, tumbuh dan berkembang selaras dengan visi, misi dan tujuan. Manfaat lain yang dapat diperoleh adalah memberikan stabilitas arah dan fokus pengelolaan atau pengembangan usaha yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan lingkungan dan tingkat persaingan usaha. Dalam penerapannya, perencanaan strategis ini dapat bersifat jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Krisis nilai tukar rupiah pada pertengahan tahun 1997 membawa dampak negatif bagi perekonomian nasional, salah satunya adalah perbankan. Problem yang dirasakan pada sektor ini pada umumnya adalah Negative Spread, Non Performing Loan yang tinggi, ketatnya likuiditas dan berbagai masalah lainnya. Sebagai salah satu bagian dari industri perbankan nasional, Bank X juga tidak terlepas dari lingkungan permasalahan tersebut.
Dalam situasi seperti sekarang ini, sebuah Bank tidak boleh hanya menunggu dan menerima apa yang akan terjadi apabila usaha perbankannya yang dijalankannya ingin terus ada. Langkah-langkah strategis harus dilakukan untuk mengimbangi keadaan yang tidak pasti tersebut. Perencanaan .strategis yang fleksibel dan adaptif dapat membantu bank dalam melewati masa-masa sulit seperti ini sehingga pada akhirnya bank dapat terus eksis di dalam bidang usahanya.
Untuk mengatasi krisis likuiditas, perlu dilakukan antisipasi di mana diperlukan langkah-langkah strategis. Langkah-langkah strategis ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan meningkatkan pelayanan kepada nasabah, meningkatkan produk yang dijual, menciptakan produk baru yang pada keseluruhannya ditujukan untuk mempertahankan nasabah yang ada dan menambah nasabah baru. Pada akhirnya diharapkan langkah-langkah strategis tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap bank X dan dapat memperbaiki kinerja keuangan.
Mencermati pandangan tersebut, langkah strategis yang cukup menarik untuk dikaji adalah langkah-langkah yang diambil oleh Cabang X, dimana pada kesempatan ini Cabang X menciptakan suatu fasilitas baru yaitu Layanan Prima yang diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif solusi untuk meningkatkan kinerja keuangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Wahyudi
"Pada masa sekarang ini, industri perbankan nasional mulai melakukan recovery setelah beberapa dekade sebelumnya mengalami krisis sejak pertengahan tahun 1997, diawali dengan terjadinya krisis moneter, akibat dari jatuhnya nilai rupiah terhadap valuta asing sehingga neraca pembayaran menjadi negatif, lalu diikuti krisis perbankan, krisis ekonomi, krisis sosial, krisis kepercayaan dan akhirnya krisis politik.
Selanjutnya di bidang perbankan Pemerintah melakukan suatu kebijakan untuk mengatasi krisis perbankan tersebut, antara lain : melikuidasi 16 bank, membentuk BPPN untuk menyehatkan bank-bank, tindakan membekukan bank-bank bermasalah, take over bagi bank yang masih bisa diselamatkan, merger dsb. Diantara kebijakan pemerintah tersebut yang dianggap menarik bagi penulis adalah Pengumuman Pemerintah pada tanggal 21 Agustus 1998 mengenai mergernya empat bank pemerintah menjadi Bank Mandiri, Kredit bermasalah empat bank tersebut diserahkan ke AMU-BPPN, sementara Bank BRI khusus menangani KUK dan bisnis ritel banking untuk mendukung pengembangan usaha kecil dan koperasi. Seperti kita ketahui bersama bahwa pangsa pasar ritel banking saat ini merupakan pasar bagi semua perbankan, mengingat ketangguhannya pada saat krisis moneter, sehingga menjadi pasar yang menarik minat bagi seluruh perbankan nasional, bahkan bank yang berstatus "corporate banking" pun masuk juga ke pasar ritel.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dituntut untuk bersaing, mengembangkan bisnisnya dan tetap eksis dalam percaturan bisnis ritel banking terutama dalam meningkatkan kredit ritelnya. Untuk melakukan strategi pemasaran kredit ritel tersebut, maka di sini Bank BRI perlu melakukan suatu analisis. Analisis SWOT akan memberi informasi mengenai : kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, setelah dilakukan tabulasi dengan menggunakan bobot dan skala, maka akan didapatkan posisi dalam matrik SWOT untuk menentukan grand strategy apa yang harus dilakukaa Dengan melakukan analisis kinerja industri perbankan nasional, seperti : CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR dan rasio-rasio lainnya, maka akan didapatkan posisi Bank BRI dalam peta persaingan perbankan nasional. Selanjutnya dengan melakukan analisis STP (Segmentation, Targeting, Positioning), akan didapatkan suatu gambaran mengenai segmen, target serta posisi apa dan bagaimana produk kredit ritel Bank BRI di benak calon nasabah maupun nasabahnya, sehingga pemasaran kredit ritel tersebut - sebagai implementasi strategi fungsional, dapat mencapai tepat pada sasarannya

In this time, national banking industry starts to recover after hit by crisis since the middle of the year 1997 a few decades before, in which started by monetary crises caused by the fall of rupiah value to the foreign currency until the balance of payment become negative. The crises then followed by banking crisis, economy crisis, social crisis, believe crisis, and then politic crisis.
Then in the banking field, the government make a regulation to overcome the banking crises, which are: liquidate 16 banks, create BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional - Indonesian Banking Restructuring Agency) to recover the banks, liquidate banks with problems, take over for the banks that can still be saved, merger, and so on. Between those regulations, one that interesting to the writer is that the government announcement on 21 August 1998 about the merger of four public banks to become Bank Mandiri. Credit problem of those four banks was given to AMU (Asset Management Unit) BPPN, while Bank BRI handle KUK (Kredir Usaha Kecil - small business credit) and banking retail business to carry the developing of small business and cooperation. As we know together that nowadays, the segment of retail banking market is a market for all banking, considering that its strength during monetary crisis, hence become an interesting market for all national banking, in fact banks with status as "corporate banking" also get in to this retail market.
Based on above condition PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk is demanded to compete, developing its business and still exist in the field of banking retail business, especially in increasing its retail credit To implement the strategy of the retail credit marketing, Bank BRI need to make an analysis. SWOT analysis will give information about strength, weakness, opportunity, and threat. After doing tabulation using weight and scale, will be drawn a position in SWOT matrix to decide what grand strategy to be done. By doing national work industry banking analysis, such as: CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, and others ratio, so would be got Bank BRI position in national banking competitiveness map. Then, by doing STP (Segmentation, Targeting, Positioning) analysis, will be resulted a picture about segment, target, and what position, and how Bank BRI retail credit product seen by applicant customer or its customer, until the retail credit marketing, as functional strategy implementation, can reach its real target.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arbelly Noor
"ABSTRAK
Perkembangan bank di Indonesia diwamai dengan persaingan yang ketat, baik dalam bidang
produk maupun jasa pelayanan. Bank terus mengalami transformasi untuk menjadi batik yang
dinamis serta siap bersaing secara global dengan meningkatkan mutu pelayanan perbankan
melalui pencapaian kinerja yang baik dan memuaskan.
Suatu bentuk perencanaan strategis dalam menjalankan suatu usaha sangatlah penting.
Strategi memberikan pedoman umum mengenai Iangkah inisiatif strategis yang harus
dilakukan untuk bertahan, tumbuh dan berkembang selaras dengan visi, misi dan tujuan.
Manfaat lain yang dapat diperoleh adalah memberikan stabilitas arah dan fokus pengelolaan
atau pengembangan usaha yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan lingkungan dan
tingkat persaingan usaha. Dalam penerapannya, perencanaan strategis ini dapat bersifat
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Dalam perkembangan situasi perekonomian Indonesia pada saat ini masih belum membaik,
sebagai implikasi dari meningkatnya dampak krisis moneter yang berawal pada tahun 1997.
Gejolak mata uang Rupiah dan kebijakan suku bunga yang tinggi menyulitkan hampir semua
perusahaan yang dalarn kaitan ¡ni semakin banyak perusahaan yang menghentikan
kegiatannya untuk sementara waktu. Sedangkan perusahaan yang mampu bertahan
dihadapkan pada Iingkungan usaha yang sangat sulit.
industri perbankan nasonal merupakan salah satu sektor yang paling merasakan dampak dari
krisis tersebut. Marjin bunga negarif. kemerosotan modal, likuiditas ketat. biaya usaha yang
tinggi dan kredit bermasalah yang terus meningkat telah menghambat kegiatan operasional
dan pertumbuhan laba perbankan nasonal. Sebagai salah satu bagian industri perbankan
nasional. Bila juga tìdak terlepas dari lingkungan permasalahan tersebut.
OIeh karena itu. BU tidak dapat tinggal diam untuk menunggu dan menerima apa saja yang
akan terjadi apabila usaha perbankan yang dijalankan ingin terus ada dan bertahan. BU harus
mengambil langkah-langkah strategis untuk mengimbangi keadaan yang tidak pasti itu.
Dengan melakukan perencanaan strategis yang fieksibel dan adaptif dapat membantu bank
dalam meÌewati masa-masa sulit seperti ini sehingga pada akhìmya bank dapat terus eksis di
dalam bidang usahanya.
Diperlukan langkah-langkah strategis sebagai antìsipasi untuk mengatasi krisìs likuiditas.
Adapun iangkah-langkah strategis ini dapat dilaksanakan dalam berbagai cara, antara lain.
peningkatan pelayanan terhadap nasabah meningkatkan ragam produk dan layanan yang
diberikan. melakukan inovasi produk yang pada intinya ditujukan untuk mempertahankan
nasabah yang sudah ada dan sekaligus menambah nasabah baru. Pada akhirnya diharapkan
langkah-langkah strategis tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap BU
sehingga dapat memperbaiki kinerjanya.
Berdasarkan pandangan terebut menarik untuk mengkaji Langkah strategIs yang diambil BII
dalam menciptakan suatu fasilitas Iayanan baru, yaitu, Layanan Internet Banking yang
diharapkan dapat menadi alternatif solusi untuk meningkatkan pelayanan
"
2002
T4980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arda Raisuli
"Serangkaian deregulasi di bidang Perbankan disatu pihak memberi dampak positip dalam perbankan nasional, Namun dipihak lain juga menimbulkan sejumlah masalah bagi bank-bank yang tidak siap menerima perubahan perubahan tersebut. Permasalah tersebut antara lain adalah:
1. Besarnya rasio kredit bermasalah (non performing loans) akibat pemberian pinjaman yang overlending, banyaknya credit exceptions, tertalu collateral
approach dan ekspansi kredit yang tak hati-hati.
2. Kondisi ekonomi, dimana mencîutnya wilayah pasar yang dilayani bank akibat meningkatnya peran produk substitusi, kegagalan bisnis (business failure) nasabah, menurunnya penjualan bisnis nasabah dan sebagainya.
3. Belum efìsiennya lembaga perbankan nasional yang ditandai dengan lebarnya margin antara bunga pinjaman dengan bunga dana masyarakat.
4. Adanya kolusi (insider trading) antara manajemen, staf, pemegang saham dan kepada kelompok bisnis tertentu yang menurunkan keprcayaan masyarakat kepada lembaga perbankan.
5. Diabaikannya prosedur audit dan pengendalian oleh sejumlah bank.
Akibatnya sejumiah bank yang mengalami rnasaiah diatas menderita penurunan kinerja yang drastis. ini ditandai dengan menurunnya Kualitas Aktiva Produktif (KAP), rendahnya koiektibilitas, ROE, Profit Margin, dan secara keseluruhan menurunnya tingkat kesehatan bank. Kondisi penurunan kinerja ini sangat dirasakan oieh Bank X. Untuk itu sejumlah prioritas upaya pemulihan segera disiapkan, untuk kemudian
ditaksanakan serta dfevaiuasj keefektifannya Tentunya upaya-upaya tersebut diarahkan pada usaha yang dapat meningkatkan pendapatari, dapat menekan dan mengendalikan biaya, dan tidak berpengaruh Iangsung pada ekspansi aktiva.
Berdasarkan kondisi tersebut karya akhir ini disusuri dengan maksudmencari suatu strategi yang tepat untuk memulihkan kondisi Bank X agar menjadi bank yang sehat seperti sediakala. Dan sejumlah upaya yang dilakukan Bank X dewasa ini penelitian ditujukan untuk melihat kemungkinan pengembangan jasa feebased dan pemanfaatan kredit sindikasi sebagai salah satu alternatif perbaikan kinerja Bank X.
Pengembangan kredit sindikasi diintensifkan karena merupakan salah satu upaya menjual kredit-kredit yang telah existing namun sekarang mempunyai masalah pencianaan kalau dibiayai sendini oleh Bank X atau karena terkena peraturan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK), disamping sejumlah keuntungan Iainnya. Sedang pengembangan jasa feebased ditingkatkan karena
aktivitas ¡ni merupakan salah satu alternatif strategi meningkatkan kinerja tanpa melalui ekspansì aktiva, mempunyai resiko rendah, serta diharapkan akan meningkatkan loyalitas nasabah.
Namun pengembangan kedua macam aktivitas tersebut tidak mudah karena menuntut peran SDM yang kapabel, inovatif, produktif, efisien dan berkualitas sesuai tuntutan nasabah, disamping tersedianya faktor penunjang lainnya seperti teknologi informasi dan fasilitas lainnya.
Dari hasil analisis eksternal dan internal perusahaan, terlihat bahwa peluang untuk mengembangkan kedua aktivitas tersebut masih terbuka luas. Namun sejumlah kelemahan internal dan kendala ekternal masih merupakan pekerjaan rumah manajemen yang harus diatasi untuk dapat memanfaatkan
peluang diatas.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
TA6142
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Anggraini
"Pertumbuhan industri jasa konstruksi yang diikuti dengan pertumbuhan pangsa pasarnya telah menyebabkan berjamurnya perusahaan konstruksi di Indonesia. Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang ketat, perusahaan harus memiliki strategi pemasaran. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT XYZ dan hambatan dalam penerapannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang diterapkan adalah strategi yang berbasis pada penekanan sembilan elemen hasil elaborasi service marketing mix dan competitive priorities, yaitu keunggulan mutu, keunggulan waktu, fleksibilitas pelayanan, keunggulan harga, promosi, tempat, sdm, proses, dan bukti fisik. Hambatan yang terjadi ada pada penerapan elemen keunggulan waktu dan fleksibilitas pelayanan.

The growth in the construction industry followed by the growth of its market share has led to a large number of construction companies in Indonesia. In order to survive in the fierce competition, the company must have a marketing strategy. This thesis aims to determine the marketing strategy implemented by PT XYZ and the barriers to implementation. This research used a qualitative approach. Data collection method used is in-depth interviews and direct observation.
The result showed that applied marketing strategy is a strategy that is based on emphasis of nine elements as the result of elaboration theory between service marketing mix and competitive priorities, consist of : quality excellence, time excellence, service flexibility, price advantage, promotion, place, people, process, and physical evidence. Barriers to implementation the strategy are the application of time excellence and service flexibility.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susan Herawaty
"PT. "X" adalah salah satu Produsen vaksin hewan Indonesia yang menganut pola manajemen yang sederhana dan kekeluargaan. Produk yang dihasilkan adaìah vaksin untuk unggas, anjing dan hewan besar seperti sapi dan sebagainya. Adapun pemagaran produk PT. "X" adalah untuk konsumsi dalam negeri. Masih yang dihadapi oleh PT. "X" adaiah bagaimana pangsa pasar di dalam negeri dalam menghadapi persaingan yang tajam dengan produk-produk impor. Untuk mengatasi masalah yang ada harus segera dibentuk pola manajemen yang profesional.
PT. "X" dari sejak berdiri masih sangat tergantung pada pihak penyalur dana yaitu pihak perbankan dalam operasionalnya., berhubung dari hasil operasional belum dapat mengembalikan semua hutang-hutangnya, malah hutangnya bertambah terus. Perusahaan ini merencanakan program penyehatan perusahaan sekaligus dengan program peningkatan aktivitas pemasaran agar volume penjualan dapat meningkat dan mencapai tingkat di mana dengan laba yang diperoleh dapat membayar hutang-hutang, sehingga break even point dapat lekas tercapai.
Kebijakan uang ketat yang dilaksanakan pemerintah Indonesia sejak tahun 1991 juga berpengaruh terhadap aektor peternakan. Akibatnya secara tidak langsung volume penjualan PT."X" juga ikut terpengaruh. Hal ini menjadi hambatan bagi pihak pemasaran untuk mendapatkan hal yang lebih balk. Berarti PT. "X" harus memiliki strategi bersaing yang unggul untuk menghadapi pesalng-pesaIngnya. Tekad untuk meningkatkan penjualan produk harus diimbangi dengan perbaikan di segala hal yang berkaitan dengan produk tersebut. Ada beberapa metode analisis guna pengambilan keputusan untuk membentuk strategi bersaing dalam menghadapi pesaing. Metode analisis yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis lingkungan remut, analisis industri, analisis internal perusahaan, analisis SWOT, analisis matriks BCG.
Dari analisis industri terlihat bahwa dari 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri, yang terutama berperanan besar terhadap PT.?X? adalah : persaingan antar perusahaan dalam industri, kekuatan tawar menawar pembeli dan ancaman pendatang baru. Persaingan antar perusahaan dalam industri, terutama dari perusahaan vaksin impor yang jumlahnya cukup banyak dan masing-masing mempunyai strategi pemasaran yang cukup berhasil merebut pangsa pasar tertentu.
Kekuatan tawar menawar pembeli dan golongan pembeli menengah ke atas
adalah cukup besar mengingat bahwa:
  • Produk vaksin merupakan produk yang termasuk relatif standar (diferensiasi tidak terlalu nyata).
  • Pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil (kecuall bila terjadi wabah).
  • Pembeli seri gkali termasuk dalam suatu kelompok peruasahaan yang melakukan integresi vertikal, sehingga ada keterbataaan dalam memilih.
  • Produk yang akan digunakan, biasanya Iebih mengutamakan untuk memakai produk dari perusahaan yang termasuk kelompok sendiri. Integrasi vertikal dapat terdiri dari usaha peternakan, usaha pakan ternak, usaha impor dan distribusi obat hewan, termasuk vaksin.
    Ancaman pendatang baru perlu diantisipasi mengingat barrier to entry yang kecil dan kelompok perusahaan di Indonesia untuk melakukan integrasi vertikai maupun horizontal. dengan melihat bahwa persaingan dalam industri adalah cukup tajam dan dengan meflhat sifat?sifat produksi maka pilihan strategi generik bagi PT. "X" adalah strategi biaya rendah-pasar luas.
    Dari hasil analisis SWOT terlihat bahwasanya sekalipun PT. "X" menghadapi ancaman lingkungan yang tidak kecil, tapi peluangnya adalah cukup besar, sedangkan PT.?X? sendiri belum sepenuhnya dapat memanfaatkan peluang yang ada berhubung dengan kelemahan internalnya yang perlu ditangani segera. Dengan demikian strategi yang sesuai adalah strategi turn around, yaitu dengan fokus perbaikan fungsional internal secara terkonsolidasi.
    Dari hasil analisis BCG dapat diambil kesimpulan bahwasanya PT."X" sebagai SBU harus berhati-hati, karena dilihat dari pertumbuhan pasar vaksin (yang relatif tumbuh rata-rata 15 %/tahun) dan pangsa pasar relatif PT.?X? terhadap para pesaingnya (rendah), waka PT. "X" dapat dikategorikan sebagai SBU question mark. SBU seperti ini mempunyai dua kemungkinan, yaltu tumbuh menjadi SBU star atau turun menjadi SBU dog. Bila PT.?X? berhasil membenahi kekuatan ínternalnya, dan perekonomlan Indonesia terus membaik, maka pertumbuhan pasar akan Ieblh dari 10 %, ini memberikan kesempatan kepada PT. "X" untuk tumbuh menjadi star.
    Dari segi pemasaran PT. "X" perlu memiliki strategi pemasaran yang kompetitif baik dalam menghadapl produk-produk impor maupun Lokal. Untuk menghadapi produk impor, PT. "X" pentu memperbaiki kualitas Produk-produknya baik dalam hal efektivitas maupun kenyamanan Pemakaiannya (misalnya : setelah vaksinasi tidak terjadi pembengkakarn di tempat penyuntikan). Selain itu yang perlu diperhatikan lagi adalah masalah harga. PT. "X" harus dapat mencapai skala ekonomi dalam Produksinya, sehingga dari segi harga dapat Iebih kompetitif lagi. Hal ini mengingat akhir-akhir ini produk pesaing dapat menurunkan harganya hingga dapat menurunkan harga produk PT. "X", bahkan ada yang lebih murah dari harga PT. "X". Untuk menumbuhkan brand awareness dan brand image yang balk, promosi yang tepat guna sangat diperlukan. Dengan brand image yang baik akan mempermudah PT "X" dalam usaha memperbesar jumlah permintaan melindungi pangsa pasar dan memperbesar pangsa pasar. Sedangkan distribusi yang perlu diperhatikan adalah Indonesia bagian timur yang belum dicover dengan intensif. Jadi strategi pemasaran kompetitif yang dapat dijalankan antara lain : strategi mutu, efisiensi manufaktur, armada penjual yang agresif, promosi penjualan yang optimal dan efektif, distribusi yang Iuas. Strategi tersebut disesuaikan dengan tujuan dan sumber daya perusahaan."
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Busdar Bustaman
    "Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro adalah Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan usaha pelayanan yang meliputi pengiriman berita berupa surat, warkatpos, dan kartupos, pengiriman uang berupa weselpos dan giropos/cek-pos, pengiriman barang berupa paketpos, serta pelayanan lain-lain. Sebagai perusahaan milik negara Perum Pos dan Giro mempunyai misi ganda, disatu pihak adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum, sedangkan difihak lain hams mampu memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
    Jasa paketpos adalah salah satu jenis pelayanan jasa yang disediakan oleh Perum Pos dan Giro yang tidak dilindungi oleh monopoli pos, yang berarti bahwa perusahaan swasta yang umum disebut perusahaan jasa titipan (perjastip) dapat melakukan usaha pengiriman suratpos jenis teitentu yaitu barang cetakan, suratkabar, sekogram, bungkusan kecil, paketdan uang. SeJakkeluarnyaKeputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor : KM.56/HK 207/MPPT-85. tentang Pengusahaan Jasa Titipan, perusahaan jastip berkembang dengan pesat dan pelayanan jasa paket di Indonesia berkembang menjadi industri.
    Untuk itu Perum Pos dan Giro perlu merumuskan strategi bersaing jasa paketpos yang pada dasarnya adalah mengembangkan formula umum bagaimana bisnis akan bersaing, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan kebijaksanaan apa yang akan diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pada tingkat yang luas perumusan strategi bersaing harus mempertimbangkan empat faktor utama yang menentukan batas-batas yang dapat dicapai oleh perusahaan dengan berhasil, yaitu kekuatan dan kelemahan perusahaan yang dikombinasikan dengan nilai-nilai pribadi organisasi yang menentukan batas intern bagi perusahaan, dan batas-batas ekstern perusahaan yang menentukan peluang dan ancaman industri dalam lingkungan persaingan yang lebih luas.
    Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan permainan persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan. Keadaan persaingan dalam industri jasa paketpos tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok yaitu ancaman pendatang baru potensial, tingkat rivalitas di antara para pesaing yang ada, tekanan dari produk pengganti, kekuatan tawar menawar pembeli dan kekuatan tawar menawar pemasok. Jadi dalam hal ini kelima kekutan persaingan itu turut mempengaruhi jalannya persaingan pada perusahaan jasa paketpos.
    Penempatan posisi persaingan merupakan strategi keunggulan bersaing yang perlu dikembangkan perusahaan berdasarkan identifikasi kebutuhan pelanggan, karena sasaran yang hams dicapai perusahaan, baik dalam jangka pendek ataupun dalam jangka panjang adalah bagaimana memberi kepuasan kepada pelanggan (customer satisfaction). Hal ini dapat dilakukan melalui strategi bersaing generik yang merupakan tiga pendekatan dalam usaha untuk mencapai suatu posisi penempatan yang tepat yang dapat dipakai mengungguli perusahaan lain dalam industri jasa paket, yaitu keunggulan biaya menyeluruh, diferensiasi dan fokus.
    Lebih lanjut dapat diterapkan keunggulan bersaing yang merupakan jabaran berbagai ciri khas yang membedakan Perum Pos dan Giro dengan perusahaan lain yang terlibat dalam persaingan industri jasa paket. Pada umumnya, setiap perusahaan mempunyai keandalan produknya (product reliability) yang mungkin merupakan faktor kunci dalam industri jasa paket. Namun jika semua produk pesaing sama-sama andal, tak satupun yang akan unggul dalam persaingan. Dalam hal ini terdapat identifikasi lima belas keunggulan bersaing yang penting dan umum pada industri yang dapat digunakan sebagai evaluasi tiap unsur keunggulan dibandingkan dengan pesaing, dan dapat dipakai sebagai acuan keunggulan bersaing mana yang paling bisa diterapkan dalam bisnis jasa paket yang dijalankan, sehingga menjadi pusat perhatian pada analisis pesaing, terutama pada saat mengkaji para pesaing yang paling kuat dalam tiap bidang tertentu.
    Kelima belas keunggulan bersaing tersebut adalah diferensiasi, skala ekonomi, keunggulan biaya lainnya, distribusi, mutu produk, teknologi, strategi penetapan harga, integrasi, geografl, penggantian biaya, akses modal, manajemen, organisasi, campur tangan pemerintah dan pelayanan. Setelah melihat identifikasi keunggulan bersaing tersebut diatas, maka perlu segera ditetapkan keunggulan bersaing yang cocok untuk jasa paketpos.
    Agar jasa paketpos dikenal oleh pelanggan dan untuk meningkatkan citra yang baik atas produk jasa yang dihasilkan oleh Perum Pos dan Giro, perusahaan perlu membangun konsep pemasaran yang merupakan orientasi pengelolaan yang menganut pandangan bahwa tugas kunci perusahaan adalah menetapkan kebutuhan dan keinginan pasar yang menjadi sasaran kepuasan yang diinginkan dengan lebih efektif dan efisien daripada yang diberikan oleh para pesaing. Dalam hal ini perusahaan jasa paketpos harus berorientasi kepada pelanggan (customer oriented) dan berusaha lebih cepat menyesuaikan produknya dengan perubahan yang terjadi pada pelanggan.
    Setelah mempunyai suatu konsep pemasaran yang berorientasi pada pelanggan, maka diperlukan suatu strategi pemasaran guna menyesuaikan din terhadap perubahan lingkungan. Strategi pemasaran merupakan serangkaian sasaran, kebijaksanaan dan aturan yang memberi arah usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, tingkat, susunan dan alokasinya sebagai tanggapan terhadap Hngkungan yang berubah dan kondisi-kondisi persaingan.
    Untuk menjalankan strategi pemasaran, perlu adanya variabel-variabel pemasaran yang lebih dikenal sebagai bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran merupakan kontribusi dari empat kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang disebut 4P yaitu kebijaksanaan produk (product), strategi penetapan harga (price), kebijaksanaan promosi (promotion) dan saluran distribusi (place). Disamping keempat variabel strategi pemasaran tersebut diatas, untuk jasa paketpos masih terdapat dua variabel lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu pemasaran internal dan pemasaran interaktif.
    Peluang dan ancaman industri jasa paketpos yang jelas terlihat disamping pertumbuhan perusahaan jastip, adalah pertumbuhan penduduk serta pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wisatawan. Melalui strategi bersaing yang tepat Perum Pos dan Giro akan dapat memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman persaingan."
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Jusup Karuniamulia
    "Masalah kesehatan adalah masalah pokok bagi setiap manusia, bangsa dan negara. Hampir identik dengan masalah pangan karena hal tersebut menyangkut hidup dan keberadaan manusia dan bangsa itu sendiri. Oleh sebab itu industri farmasi menempati posisi strategis di setiap negara. Karena itu pula industri ini tidak begitu terpengaruh oleh resesi atau situasi ekonomi yang buruk.
    Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, terletak di daerah katulistiwa yang beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang begitu banyak. Hal ini mempengaruhi pola penyakit yang ada di masyarakat. Pendapatan per kapita sekitar US$600 mengakibatkan konsumsi obat per kapita sekitar US$ 3 per tahun, merupakan yang terendah di Asean.
    pemerintah memainkan peranan yang cukup besar dalam perkem bangan industri farmasi di Indonesia. Ijin investasi PMA dan PMDN tahun 1967 dan 1968 mengawali bangkitnya industri farmasi di Indonesia. Paket deregulasi Mei 1990 serta peraturan-peraturan mengenai iklan, standar CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), pembuatan dan pemakaian obat generik serta penggalakan self mediciatlon, menunjukan komitmen pemerintah dalam membangun kese hatan masyarakat.
    Tetapi masih terdapat beberapa kendala utama dalam industri farmasi di Indonesia yang sampai saat ini belum dapat di atasi secara baik. Kendala-kendala tersebut antara lain : ketinggalan teknologi di bidang pembuatan bahan baku menyebabkan hampir seluruh bahan baku yang dipakai harus diimpor. Dilain pihak kegiatan penelitian dan pengembangan masih sangat ketinggalan sehingga perusahaan farmasi di Indonesia umumnya hanya memproduk si me too product (produk yang telah berumur 15 - 20 tahun diniana masa patennya telah berakhir). Selain itu beredarnya obat palsu dan selundupan masih susah untuk diberantas secara tuntas.
    Pertumbuhan pasar obat?obatan di Indonesia masih cukup baik, yaitu sekitar 13,57 %. Tetapi dengan adanya 257 perusahaan farma si yang aktif, 1104 pedagang besar farmasi, 2507 apotik dan 2130 toko obat dapat dirasakan betapa ketat persaingan yang terjadi dalam industri farmasi Indonesia.
    Kegiatan penelitian dan pengembangan serta kegiatan promosi merupakan dua faktor yang sangat menentukan dalam industri farmasi. Ketatnya persaingan yang ada memaksa setiap perusahaan farma si untuk memulih strategi yang sesuai dengan tuntutan perusahaan dan kondisi internal perusahaan tersebut. Biasanya perusahaan yang menekankan pada bidang penelitian dan pengembangan serta promosi mempunyai kesempatan sukses yang lebih besar.
    Salah satu perusahaan farnasi yang akan dijadikan penelitian pada karya akhir ini adalah PT Sunrise Farma. perusahaan yang didirikan tahun 1957 ini termasuk salah satu perusahaan farmasi perintis. Ditengah ketatnya persaingan yang ada, Sunrise Farma dengan segala kekuatan dan kelemahannya berkeinginan untuk dapat tetap bertumbuh secara sehat. Untuk itu diperlukan suatu analisa yang komprehensif untuk dapat merumuskan strategi bauran pemasa ran yang tepat."
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Dedy Tri Hudaya
    "Hanya memperhatikan keberadaan pelanggan sebagai end user tetapi ada satu pihak yang ikut berperan aktif dalam memasarkan kartu prabayar yaitu front liner. Front liner yang bekerj a di outlet-outlet menjual berbagai macam kartu sim card dan voucer isi ulang dengan harga yang beragam. Keadaan mulai berbalik arah dimana para frontliner mendapatkan prioritas untuk diberikan program-program yang menarik sehingga berpartisipasi pada kesempatan tersebut. Salah satu program yang dijalankan IM3 yaitu menjadikan front liner bergabung ke dalam Smart Crew dengan reward berupa insentif Rp 5000.
    Program yang dibuat sesuai dengan tujuannya yaitu menjalin kerja sama jangka panjang, mempererat hubungan kedua belah pihak dan mempercepat aktifasi kartu perdana IM3. Program yang diselenggarakan diharapkan dapat memacu para frontliner menjual lebih banyak dan berpartisipasi kepada program yang diselenggarakan. IM3 melihat front liner sebagai aset yang bermanfaat untuk kelangsungan jangka panjang. Penanganan ini akan terbantu dengan CRM (Customer Relationship Management) dimana anggota Smart Crew dapat dilayani dengan cara yang efektif.
    Tujuan penelitian ini mendeskripsikan program Smart Crew dengan insentif Rp 5000 dapat meningkatkan penjualan kartu IM3 Smart. Pemberlakuan CRM diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada anggota Smart Crew sehingga mereka berpatisipasi kepada program tersebut. Dipilihnya penelitian deskriptif karena peneliti ingin mendapatkan gambaran dengan jelas dan memaparkan apa yang terjadi sebenamya dilapangan. Selain ilu penelitian deskripsi dapat melukisikan secara sistematis atau karateristik suatu pemasalahan tertentu.
    Hasil temuan dilapangan menunjukan bahwa anggota Smart Crew sering mengalami kegagalam dalam sms. Kegagalan yang terus menerus menyebabkan partisipasi mereka sangat kurang sehingga tingkat aktifasi perdana menjadi ikut berkurang juga. Selain itu, anggola Smart Crew pada saat mcngecek claim point yang dikumpul ternyata berbada dengan yang tercatat pada sistem komputer. Disisi lain, pengaduan-pengaduan dari anggota Smart Crew harus dilayani dan berjalan dengan sistem CRM. Secara keseluruhan IM3 masih perlu menambahkan dan menyempurnakan program Smart Crew khususnya yang berkaitan dengan sistem, sumber daya manusia dan administrasi. Utamanya komitmen yang kuat dari semua pihak yang terkait.

    In the future, all cellular operator not only give attention for end user but the other side is frontlines of hand phone because they are active marketing IM3 Sims card Prepaid. Frontlines who is work in outlet sales a few gsm prepaid and refill voucher with different price. Now condition is change which are frontlines have priority and IM3 give frontlines many program with interesting prize so they can participation in this program. The one of the program IM3 offer to frontlines is joint in Smart Crew and they get reward incentive Rp 5000 each active IM3 prepaid.
    The program create its similar with IM3 objective that is make relationship for long term goal, serious relationship each other and make fast activation for prepaid IM3. Program create by 1M3 it hope stimulate front liner to sales much more and active for these program. 1M3 look at frontline as important asset for the use long term goals. The way of services it will help by CRM (Customer Relationship Management) which are Smart Crew members can feel effective service by 1M3.
    Objective these research to descript Smart Crew with incentive Rp 5000 program it can increase prepaid IM3 sales. Using CRM it can give good service for Smart Crew members so that they can participation in this program. Researcher choose description research because want get describe clearly and introduce the reality. Beside that, description research can descript with systematically the one problem.
    The result of research in the field showing that Smart Crew members often claim sms was failed. To failed continue it can cause Smart Crew member a minimum participation so that activation prepaid IM3 it will minimum. And then Smart Crew members when they check claim point collected but the reality not the same computer system. Beside that, the Smart Crew complain service and able with CRM system. From all, IM3 must improve and innovation Smart Crew program especially it connecting with aplication system, human resources and administration. Mainingly the good commitmen from all units by internal department.
    "
    Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
    T14035
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
    S18072
    UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
    <<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>