Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI, 2016
R 610 INT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
610 UND
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Resda Akhra Syahrani
"Latar Belakang: Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan angka kejadian paling tinggi yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Doksorubisin merupakan antibiotik antrasiklin yang menginduksi kematian sel kanker dengan berbagai mekanisme, salah satunya dengan pembentukan spesi oksigen reaktif. Walaupun kanker payudara termasuk ke dalam tumor padat yang kemosensitif, sebagian besar tetap mengalami kekambuhan dan resistensi terhadap obat, bahkan terhadap doksorubisin yang dianggap sebagai obat yang paling kuat dalam terapi kanker. Dalam dekade terakhir ini telah ditemukan bahwa dalam jaringan kanker payudara terdapat subpopulasi sel yang jumlahnya hanya sedikit tetapi bersifat resisten terhadap pengobatan. Populasi minor ini dikenal dengan sel punca kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sensitivitas sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ terhadap doksorubisin serta efeknya pada status stres oksidatif.
Metode: Sel punca kanker payudara diinduksi dengan doksorubisin selama 14 hari. Kemudian dilakukan analisis viabilitas, analisis stress oksidatif melalui label DHE dan DCFH-DA serta ekspresi dan aktivitas spesifik MnSOD serta pengukuran terhadap GSH intraseluler maupun ekstraseluler.
Hasil: Viabilitas sel punca kanker payudara yang diinduksi dengan doksorubisin menurun pada hari kedua dan kemudian akan mulai naik kembali pada hari kedelapan. Hal ini berkorelasi dengan analisis stress oksidatif dimana kadar ROS yang rendah dan aktivitas spesifik antioksidan yang tinggi pada hari kedelapan. Selain itu, terjadinya penurunan kadar GSH intraselular dan peningkatan kadar GSH ekstraseluler dari hari kedua sampai hari ke-14.
Kesimpulan: Pemaparan doksorubisin berulang selama 14 hari menyebabkan penurunan sensitivitas sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ mulai hari kedelapan. Penurunan sensitivitas sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ terhadap doksorubisin berulang disebabkan oleh penurunan ROS dan peningkatan aktivitas antioksidan MnSOD. Transpor effluks doksorubisin ditunjukkan dengan terjadinya penurunan GSH intraselular dan peningkatan GSH ekstraselular.

Background: Breast cancer by far has been the highest incidence among other cancers in worldwide. Doxorubicin is an anthracycline antibiotic which induces cancer cell death by many mechanisms, most importantly by generation of radical oxygen species (ROS). Although breast cancer is considered one of the most chemosensitive solid tumors, most initially tumors relapse and develop resistance to drugs, even to doxorubicin which is considered as the most active drug available for the treatments of breast cancer. It has been found that solid tumors contain a small number of population that are highly resistant to drug treatment, known as cancer stem cells (CSCs). The aim of this study is to analyze the sensitivity of breast CSCs CD24-/CD44+ to doxorubicin and the effect to oxidative stress status.
Methods: Breast CSCs were treated with doxorubicin for 14 days. The effect of doxorubicin was examined by oxidative stress analysis DHE label and probe and also expression and activity antioxidant MnSOD and measurement of intracellular and extracellular GSH.
Results: The viability of breast CSCs treated with doxorubicin was first decreased on the second day and started to increase on the eight day of treatment, indicating reduced sensitivity of breast CSCs to doxorubicin after eight days of treatment. This was associated with the low ROS level and the high specific activity MnSOD on the eight day. On the other hand, the intracellular GSH was decreased and the extracellular GSH was increased from the second day to the fourteenth day.
Conclusion: Doxorubicin treatment for 14 days causing the reduced sensitivity of breast CSCs CD24-/CD44+ starting on the eight day of treatment. The reduction of breast cancer stem cell CD24-/CD44+ sensitivity caused by the lowering of ROS and the enhancement of specific activity of MnSOD. Doxorubicin efflux transport showed by the lowering of intracellular GSH and also the enhancement of extracellular GSH.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Arga Wiranata
"Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker mematikan dengan terjadinya kasus paling banyak di dunia. Mutasi gen yang terjadi pada sel organ paru menjadi penyebab utama terjadinya kanker paru. Salah satu gen yang berpengaruh terhadap pembelahan sel kanker, yaitu ferritin mitokondria (FTMT). Mekanisme yang diatur oleh gen FTMT yaitu dengan memodulasi metabolisme zat besi (Fe2+) didalam mitokondria yang diinduksi oleh adanya stres oksidatif. Mekanisme yang diatur oleh gen FTMT dengan jumlah ekspresi yang tinggi akibat adanya stres oksidatif berupa H2O2 didalam sel kanker. Senyawa stres oksidatif berupa H2O2 merupakan senyawa toksik yang dapat menghasilkan Reactive Oxygen Spesies (ROS) dan berperan penting dalam proses pengaturan sistem fisiologis dalam sel. Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang dihasilkan dengan jumlah tinggi akan mengarah ke mekanisme kematian sel (ferroptosis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi gen FTMT dan viabilitas sel pada cell line A549 (non-small cell lung carcinoma) yang diinduksi oleh senyawa H2O2 sebagai stres oksidatif dengan perlakuan berbagai konsentrasi, yaitu 50 μM, 100 μM, 150 μM, 200 μM, dan 300 μM dengan menggunakan metode qRT-PCR. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan ekspresi gen FTMT dan penurunan viabilitas sel secara signifikan pada perlakuan H2O2 dengan rentang konsentrasi 50 μM sampai 100 μM. Dengan demikian, perlakuan stres oksidatif H2O2 mempunyai peran penting dalam meregulasi gen FTMT yang berkaitan dengan morfologi dan viabilitas sel A549 kanker paru.

Lung cancer is a type of deadly cancer with the most cases occurring in the world. Gene mutations that occur in lung organ cells are the main cause of lung cancer. One of the genes that influences cancer cell division is mitochondrial ferritin (FTMT). The mechanism regulated by the FTMT gene is by modulating iron (Fe2+) metabolism in mitochondria which is induced by oxidative stress. The mechanism regulated by the FTMT gene with high levels of expression is due to oxidative stress in the form of H2O2 in cancer cells. Oxidative stress compounds in the form of H2O2 are toxic compounds that can produce Reactive Oxygen Species (ROS) and play an important role in the process of regulating physiological systems in cells. Reactive Oxygen Species (ROS) produced in high amounts will lead to a cell death mechanism (ferroptosis). This study aims to determine the expression of the FTMT gene and cell viability in the A549 (non-small cell lung carcinoma) cell line which was induced by H2O2 compounds as oxidative stress with various concentrations of treatment, namely 50 μM, 100 μM, 150 μM, 200 μM, and 300 μM using the qRT-PCR method. The results of this study showed an increase in FTMT gene expression and a significant decrease in cell viability in H2O2 treatment with a concentration range of 50 μM to 100 μM. Thus, H2O2 oxidative stress treatment has an important role in regulating the FTMT gene which is related to the morphology and viability of lung cancer A549 cells."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dama Aliya Izza
"Pajanan radikal bebas yang terlalu tinggi pada tubuh dapat menyebabkan keadaan stres oksidatif. Stres oksidatif mengarah pada timbulnya berbagai penyakit terutama penyakit tidak menular yang saat ini menduduki prevalensi penyakit tertinggi di Indonesia. Untuk mencegah penyakit tersebut, dibutuhkan agen protektif berupa antioksidan. Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan tumbuhan yang memiliki kandungan antioksidan salah satunya adalah flavonoid. Pada penelitian ini, ekstrak daun pandan wangi digunakan untuk melihat efek hepatoprotektif dengan mengukur aktivitas alkali fosfatase (ALP) dan alanin aminotransferase (ALT) pada plasma tikus jantan yang diberi CCl4. Dua puluh empat ekor tikus Sprague-Dawley dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan yaitu kontrol normal, kelompok CCl4, kelompok pandan, dan kelompok pandan + CCl4. Pemberian pandan dilakukan selama 7 hari dengan dosis 85- mg/kgBB dan CCl4 diberikan pada hari ke 8 dengan dosis 0,55 mg/kgBB. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian ekstrak daun pandan wangi tidak menunjukkan penurunan pada aktivitas ALP, namun menunjukkan penurunan pada aktivitas ALT hanya saja penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik (p < 0,05). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun pandan wangi dengan dosis 85 mg/kgBB selama 7 hari tidak memberikan efek hepatoprotektif pada hati tikus jantan yang diberi CCl4 karena dosis terlalu rendah.

Too much exposure of free radicals in the body can cause oxidative stress. Oxidative stress leads to some non communicable diseases which currently occupy the highest prevalence in Indonesia. To prevent the disease, protection agent, namely antioxidant is required. Fragrant pandan leaves (Pandanus amaryllifolius) is a plant which have antioxidant content, one of which is flavonoid. In this research, fragrant pandan leaves extract is used to see the hepatoprotective effect by measuring the activity of alkaline phospatase (ALP) and alanine aminotransferase (ALT) in plasma rats given CCl4. 24 Sprague-Dawley rats divided into four groups of treatments, namely normal control, CCl4 group, pandan group and pandan + CCl4 group. Pandan extract was given for 7 days at a dose 85 mg/kgBW and CCl4 was given on the 8th days at a dose 0,55 mg/kgBW. Based on the result of this reasearch, fragrant pandan leaves extract did not lower ALP activity. However, it lowered ALT activity, although it was not statistically significant (p < 0,05). In conclusion, the administration of fragrant pandan leaves extract at a dose 85 mg/kgBW had not proved to give hepatoprotective effect on the liver of in male rats given CCl4 because the dosage is too low."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Ariyani
"Paparan zat toksik di Iingkungan dapat berkontribusi pada
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Paparan zat toksik ini dapat berasal
dari uap bensin, asap rokok, sinar UV dan radiasi. Dalam Iingkungan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum, banyak terdapat paparan uap bensin yang
banyak mengandung zat-zat karsinogenik yang dapat menghasilkan spesies
oksigen reaktif setelah mengalami metabolisme dalam tubuh. Spesies
oksigen reaktif ini dapat menyebabkan kerusakan DNA, yang mengacu pada
terealisasinya risiko kanker. Salah satu biomarker kerusakan DNA yang
umum dipelajari adalan 8-nidroksi-7,8-clinidro-2’-deoksiguanosin (8-OHc|G).
8-OHCIG ini dapat terekskresikan melalui urin dan dapat digunakan sebagai
biomarker kerusakan DNA. Pada penelitian ini dilakukan studi deteksi 8-nidroksi-7,8-diniclro-21
deoksiguanosin sebagai biomarker oksidatif stress akibat spesies oksigen
reaktif. Dalam Studi ini dilakukan pencarian kondisi optimum pengukuran 8-
nidroksi-7,8-clinidro-2’-deoksiguanosin, serta validasi dan verifikasi metode
dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi peralatan yang
digunakan Kondisi optimum yang diperoleh adalah dengan komposisi eluen
metanol: buffer fosfat pH 6,7 = 10:90. Sampel urin diambil dari petugas
SPBU dan kontrol yang tidak bekerja di SPBU dan tidak terpapar banan-
banan toksik dari Iingkungan kerja Sampel urin ditentukan kadar kreatininnya
dengan UV-Vis (λ=486 nm) dan diukur konsentrasi 8-OHCIG dengan instrumentasi HPLC-detektor UV (λ=254 nm). Hasil pengukuran 8-hidroksi-
7,8-clihidro-2’-deoksiguanosin dibagi dengan hasil pengukuran kreatinin untuk
mengetahui kadar 8-OH-CIG dalam kreatinin Limit deteksi (LOD) pengukuran
8-OHCIG dengan instrumentasi HPLC adalah 5.74 pg/L. Bates kuantitasinya
(LOQ) adalah 19.12 pg/L. Konsentrasi 8-OHCIG yang terukur pada sampel SPBU adalah 701,78-21.571,17 sedangkan pada sampel urin kontrol adalah 62,73-7_322,57 pg/g
kreatinin Jadi dapat disimpulkan bahvva kadar 8-OHCIG pada sampel petugas
SPBU Iebih tinggi daripada kontrol"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30466
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan Untuk mengevaluasi efek ekstraks Sargassum echinocarpum sebagai pencegahan disfungsi sel endotel aorta torasis tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin. Metode Hewan uji dibagi lima kelompok, kelompok normal, diabetes dan diabetes yang diberi ekstrak rumput laut coklat (150, 300, dan 450 mg/kg BB per hari) diberikan selama 12 minggu setelah tikus mengalami diabetes. Diabetes diinduksi dengan streptozotocin (45 mg kg-1, i.p.) yang terlarut 0,1 M bufer sitrat, pH 4,5. Hewan uji dinyatakan diabetes pada hari kesepuluh setelah injeksi dan kadar gula darah menunjukkan > 200 mg dL-1. Setelah masa perlakuan, serum darah diambil untuk uji antioksidan enzim dan aorta torasis untuk uji relaksasi. Hasil Aktivitas superoksida dismutase (SOD), katalase (Kat), dan Glutation peroksidase (GSH-px) serum menurun. Pada tikus diabetes (3,31+ 0,12;67,17 + 0,62;35,10 + 0,83) dibanding kontrol (9,97 + 0,12;185,31 + 0,23;116,38 + 0,88).Pemberian ekstrak pada tikus diabetes meningkatkan aktivitas SOD, Kat, dan GSH-px serum. Respons vasodilatasi terhadap asetil kolin mengalami penurunan signifikan dibanding tikus kontrol. Perbaikan respon terlihat pada tikus diabetes yang diberi ekstrak Sargassum echinocarpum . Kesimpulan Ekstrak Sargassum echinocarpum memperbaiki stres oksidatif dan mencegah disfungsi endotel diabetes. Hal ini berkaitan sifat antioksidan ekstrak.

Abstract
Aim This study aimed to elicit the protective effect of Sargassum echinocarpum extract on endothelial dysfunction in thoracic aorta of streptozotocin-induced diabetic rats. Methods The animals were divided into 5 groups. The first was normal, the second was diabetic non treated animals. The third to fifth groups were the diabetic animals which given Sargassum echinocarpum extract (150; 300, and 450 mg kg-1 body weight, respectively) by oral gavage and extract treatment was given for 12 weeks. Diabetes was induced by single administration of streptozotocin (45 mg kg-1, i.p.), dissolved in freshly prepared 0.1 M citrate buffer, pH 4.5. Diabetes was confirmed ten days latter in streptozotocin induced animals showing blood glucose levels > 200 mg dL-1 (11.1 mmol L-1) as monitored in the blood from tail vein using glucometer. After the treatment period, the blood serum acquired was used for antioxidant enzymes assays and the thoracic aorta was used for vasorelaxation assay. Results There was a significant decrease in the activity of superoxide dismutase (SOD), catalase (CAT) and glutathione peroxidase (GSH-px) in diabetic rats (3.31+ 0.12;67.17 + 0.62;35.10 + 0.83) comaped to control rats (9.97 + 0.12;185.31 + 0.23;116.38 + 0.88). Administration of Sargassum extract increased the activity of SOD, CAT, and GSH-px. The diabetic rats exhibit endothelial dysfunction as shown by loss of vasodilatory response to acethylcholine (ACH). This was restored by administration of Sargassum extract. Conclusion Sargassum echinocarpum extract ameliorates oxidative stress and reverses the endothelial dysfunction associated with diabetes. This effect appears to be due to its antioxidant properties"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muncieto Andreas
"Stres oksidatif merupakan keadaan penumpukan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel terjadi sampai munculnya berbagai penyakit, seperti penuaan, kanker, dan neurodegeneratif. Antioksidan berperan mencegah stress oksidatif dengan mereduksi radikal bebas menjadi bentuk yang lebih stabil. Antioksidan dimiliki secara natural dalam tubuh manusia dan juga didapatkan melalui diet, termasuk buah jeruk Bali. Buah jeruk Bali memiliki kandungan antioksidan, seperti vitamin C, karotenoid, tokoferol, dan fenol. Namun, buah jeruk Bali produksi dalam negeri masih belum diketahui aktivitas antioksidannya. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada air perasan, ekstrak daging buah, dan ekstrak kulit buah jeruk Bali produksi dalam negeri. Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif eksploratif di Laboratorium Departemen Farmasi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia selama Mei sampai Juni 2013. Daging buah dan kulit buah diekstraksi dengan methanol. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan pengukuran DPPH dan ditampilkan dalam nilai EC50. Nilai EC50 ditentukan berdasarkan analisis regresi linear nilai absorbansi masing-masing bagian buah menggunakan Microsoft Office Excell 2007. Hasil penelitian pada air perasan, ekstrak daging, dan kulit buah jeruk Bali adalah nilai EC50 DPPH masing-masing secara berurutan adalah 7.25 % v/v, 11.12 % v/v, dan 9.54 % v/v. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat aktivitas antioksidan pada masing-masing bagian buah jeruk Bali.

Oxidative stress is condition which free radicals is accumulated in body. This condition could cause cellular damage and take a role in mechanism of various diseases, such as cancer, neurodegenerative disease, and aging. Antioxidant reduces free radicals and converts into stable molecule. Antioxidant naturally found in human body but also in diet, such as Pomelo fruit. Pomelo fruit has antioxidant content, such as vitamin C, carotenoid, tocopherol, and phenol. However, domestic pomelo fruit have not been researched for its antioxidant activity. Therefore, research to find the antioxidant activity of pomelo fruit?s juice, pulp extract, and peel extract of pomelo fruit. Research design of this research is explorative descriptive study in Medical Pharmacy Laboratory during 2013 May until June. Peel and pulp were extracted by methanol. Antioxidant activity was determined by DPPH measurement and showed in EC50 value. EC50 values were based on the absorbance from each sample from the equation of linear regression with Microsoft Office Excell 2007. The result from the juice, pulp extract, and peel extract shown in DPPH EC50 value is 7.25 % v/v, 11.12 % v/v, and 9.54 % v/v, respectively. The result showed that there is different antioxidant activity from different parts of pomelo fruit."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Zaini Kadhafi
"Atlet melakukan aktivitas fisik secara terus menerus dengan intensitas tinggi. Keadaan ini diduga dapat mencetuskan terjadinya stres oksidatif yang diketahui berperan dalam mekanisme terjadinya beberapa penyakit. MDA diketahui sebagai salah satu marker terjadinya stres oksidatif. Sedangkan aktivitas SOD eritrosit dapat menggambarkan adaptasi sistem antioksidan terhadap latihan.
Tujuan: Mengetahui gambaran kadar MDA plasma dan aktivitas SOD eritrosit saat istirahat pada kelompok atlet sepakbola profesional Indonesia dan pengunjung pusat kebugaran sebagai kontrol.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan subyek kelompok atlet dan kelompok kontrol. Subyek kelompok atlet adalah pesepakbola dari salah satu klub peserta kompetisi sepakbola tertinggi di Indonesia, sedangkan kelompok kontrol dipilih secara acak dari pengunjung salah satu pusat kebugaran di Jakarta. Dari kedua kelompok akan dikumpulkan data karakteristik fisik, kebiasaan olahraga dan tingkat aktivitas fisik, diikuti dengan pengambilan darah untuk mengetahui kadar MDA dan aktivitas SOD, setelah subyek berpuasa 12 jam dan tidak melakukan aktivitas fisik berat (olahraga) sejak 24 jam.
Hasil: Karakteristik fisik kedua kelompok secara statistik tidak berbeda kecuali pada rerata nadi istirahat (P < 0,01). Hasil GPAQ menunjukkan kelompok atlet 100% tergolong tingkat aktivitas fisik tinggi, sedangkan kelompok kontrol hanya 57%. Kadar MDA kelompok atlet lebih tinggi daripada kontrol (P < 0,01), dan aktivitas SOD eritrosit kelompok atlet lebih rendah daripada kontrol (P < 0,05).
Kesimpulan: Kadar MDA plasma lebih tinggi dan aktivitas SOD eritrosit lebih rendah saat istirahat pada kelompok atlet dibandingkan kontrol. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan intensitas dan jenis aktivitas fisik yang biasa dilakukan.

Athletes perform continuous physical activity in high intensity. This situation expected to trigger oxidative stress, which is known to play a role in the mechanism of many diseases. MDA is known as one of oxidative stress markers and the activity of erythrocyte SOD illustrates the adaptation of antioxidant system to exercise.
Objective: To determine the plasma MDA level and erythrocyte SOD activity at rest on a group of Indonesian professional football athletes and fitness center visitors as control.
Methods: This is a cross sectional study with athlete and control group. The subject in athlete group were taken from one club participating in highest league of football competition in Indonesia, while the control group was randomly selected from visitors of one fitness center in Jakarta. Data of physical characteristics, exercise habits and physical activity levels, followed by blood sampling after 12-hours fasting and 24-hours refrain from high intensity physical activity (exercise) for 24 hours were collected from both group.
Results: The physical characteristics of both groups were not statistically different, except the resting heart rate of athlete group lower than controls (P < 0.01). The GPAQ analysis showed that the athletes physical activity level are all high, compare to 57% of control group . Mean plasma MDA in athlete group is higher than controls (P < 0.01), and erythrocyte SOD activity in athlete group is lower than controls (P < 0.05).
Conclusion: Plasma MDA were higher and erythrocyte SOD activity were lower in athletes compare to controls, during rest condition. This might be caused by the differences in the intensity and type of their usual physical activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Yakub
"Penelitian ini membahas tingkat karbonil sebagai penanda dari stress oksidatif di ginjal akibat terpapar oleh hipoksia hipobarik akut interminten. Hipoksia hipobarik rentan terjadi kepada penerbang (pilot) yang sering terpapar oleh kondisi ini. Sebagai salah satu organ penting, ginjal rentan terpapar oleh stress oksidatif akibat hipoksia hipobarik. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental. Sampel jaringan yang dipakai adalah jaringan ginjal tikus jantan galur wistar. Sampel ini lalu dikelompokkan ke dalam empat perlakuan dengan perbedaan frekuensi paparan hipoksia hipobarik dari hypoxia chamber dan satu kelompok kontrol. Metode Cayman?s Protein Carbonyl Assay yang telah dimodifikasi oleh departemen biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia digunakan dalam percobaan ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya tingkat perbedaan karbonil yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p<0.05). Bedasarkan hasil pada penilitian ini, dapat disimpulkan terdapat peningkatan stres oksidatif secara signifikan pada keadaan hipoksia hipobarik akut intermiten di jaringan ginjal tikus.

This study discussed about carbonyl concentration level as marker of stress oxidative in kidney due to acute intermittent hypobaric hypoxia exposure. Hypobaric hypoxia is prone to occur in aviators (pilots) who usually expose to this condition. As one of important organs, kidney is prone to be exposed by stress oxidative due to hypobaric hypoxia. This study uses experimental design. The sample used in this study was kidney tissue from male rats wistar. This sample then grouped into four different exposed groups which is differed in frequency of hypobaric hypoxia given in hypoxic chamber and a control group. The method used to measure carbonyl concentration was the method from Cayman's Protein Carbonyl Assay Procedure which then modified by biochemistry department Universitas Indonesia. The result from this experiment revealed that there was a significant difference of carbonyl concentration between exposed and control group (p<0.05). This study concluded that there was a significant increase of stress oxidative in acute intermittent hypobaric hypoxia condition in kidney tissue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>