Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30954 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Amarullah
"Latar Belakang: Seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan tindakan medis pada kedaruratan. Pada kondisi seperti resusitasi jantung paru, manajemen jalan nafas merupakan salah satu prioritas. Intubasi memiliki angka kegagalan tinggi bila dilakukan oleh bukan dokter anestesiologi. Sungkup laring (SL) sebagai alternatif manajemen jalan nafas memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemasangan SL pada pasien. Untuk mencapainya, Departemen Anestesiologi dan Intensive Care FKUI melakukan pengajaran rutin. Metode pengajaran yang direkomendasikan untuk pengajaran prosedur medis seperti pemasangan SL adalah metode empat langkah pengajaran. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan hasil pengajaran pemasangan SL oleh mahasiswa kedokteran yang mendapat metode empat langkah pengajaran dengan pengajaran rutin pada pasien dewasa yang menjalani anestesia umum di RSCM.
Metode: Penelitian ini adalah uji klinik Randomized Controlled Trial (RCT), dilakukan secara terbuka (tidak tersamar). Subyek dilakukan randomisasi untuk menentukan metode pengajaran pemasangan SL pada manikin yang akan diterima. Setelah menerima pengajaran, subyek melakukan pemasangan SL pada pasien dewasa yang menjalani anestesia umum. Keberhasilan pengajaran dinilai dari pengembangan dada pasien ketika dilakukan ventilasi, jumlah upaya pemasangan, serta nilai seal pressure.
Hasil: Sebanyak 46 subyek di awal penelitian, 3 orang masuk kepada kriteria pengeluaran. 43 subyek penelitian yang melakukan pemasangan SL pada pasien kemudian dianalisis. Pengembangan dada pasien ketika diventilasi didapatkan pada semua pasien di kedua kelompok. Kelompok metode empat langkah pengajaran membutuhkan jumlah upaya yang lebih sedikit, dan menghasilkan seal pressure yang lebih tinggi dibanding kelompok yang mendapatkan pengajaran rutin.
Kesimpulan: Hasil pengajaran pemasangan SL oleh mahasiswa kedokteran yang mendapat metode empat langkah pengajaran lebih baik dibandingkan dengan pengajaran rutin.

Background: A general physician is expected to perform medical procedures in emergency situations. in cardiopulmonary resuscitation, airway management is one of the priorities. Intubation has high failure rate when performed by non-anesthesiologist. Laryngeal mask (LM) as an alternative airway management has high success rate. In Faculty of Medicine University of Indonesia (FMUI), students are expected to perform the insertion of LM to patients. To achieve it, Department of Anesthesiology and Intensive Care FMUI perform regular teaching method. Teaching method that is recommended for teaching medical procedures such as the insertion of LM is a four stage teaching method. This study aims to compare the results of teaching LM insertion by medical students who get a four stage teaching method with regular teaching in adult patients undergoing general anesthesia in RSCM.
Study design: 46 subjects were included in the inclusion criteria for randomization to determine the insertion of LM teaching methods that will be accepted on a mannequin. After this course, every subject inserts LM in adult patients undergoing general anesthesia. The success of the teaching is assessed by the rising of patient's chest when ventilated, a number of attempts, and seal pressure.
Results: By 46 subjects in the initial study, 3 subjects have to exclude from this study. Then, the rest subjects inserting LM on patients are analyzed. The results of the study in both groups obtain 100% the rising of patient's chest when ventilated. Four stage teaching method's group requires less number of attempts than another and the shows higher in seal pressure than receiving regular teaching's group.
Conclusion: The result of the teaching LM insertion by medical students who get the four stage teaching method is better than the regular teaching method.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindhita Kusuma Dyah Putri Soekowati
"Media sosial telah menjadi sangat diperlukan, dan pengguna aktif terus meningkat, termasuk di sektor kesehatan. Profesional kesehatan harus dapat menggunakan media sosial secara profesional, seperti dapat memisahkan identitas pribadi dan profesional di media sosial. Kesadaran dan pengetahuan mengenai e-profesionalisme akan mengarah pada penggunaan media sosial yang efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan e-profesionalisme dan pemanfaatan media sosial di kalangan mahasiswa pendidikan kedokteran. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang memperoleh tanggapan secara daring. Penilaian pengetahuan profesionalisme pilihan ganda diadaptasi untuk mengukur pengetahuan e-profesionalisme. Instrumen berbasis perilaku dan TAM diadopsi untuk mengukur pemanfaatan media sosial. Survei ini didistribusikan ke 176 angkatan mahasiswa reguler FKUI tahun 2014. Sebanyak 136 siswa (tingkat respons 77,3%) berpartisipasi. Cronbach alfa dari pengetahuan e-profesionalisme dan kuesioner pemanfaatan media sosial masing- masing adalah .287 dan .899. Data kemudian dianalisis menggunakan Mann-Whitney. Antara 24 butir tentang pengetahuan e-profesionalisme dan nilai total penggunaan media sosial, satu perbedaan bermakna p 0,030 ditemukan pada butir yang membahas humanisme. Ketika dieksplorasi, terdapat hubungan yang signifikan antara item pada humanisme, altruisme, kaidah dasar bioetika, kompetensi, dan refleksi diri dengan subskala pemanfaatan media sosial.

Social media has become indispensable and active users continue to increase, including in health sector. Medical professionals should be able to use social media professionally, such as being able to separate personal and professional identity in social media. Cognition and knowledge of e-professionalism would lead to efficient social media usage. This research aims to identify the relationship between e-professionalism knowledge and social media utilization among undergraduate medical students. This study employed cross-sectional design that acquired responses online. A multiple-choice professionalism knowledge assessment was adapted to measure e-professionalism knowledge. Behavioral and TAM-based instruments were adopted to measure social media utilization. The survey was distributed to 176 FMUI regular class students batch of 2014. A total of 136 students response rate 77.3% participated. The Cronbach alpha of e-professionalism knowledge and social media utilization questionnaires were .287 and .899 respectively. The data were then analyzed using Mann Whitney. Between 24 items regarding e professionalism knowledge and the social media usage total score, one significant difference (p 0,030) was found on item discussing humanism. When explored, there are significant relationships between items on humanism, altruism, bioethics principle, competencies, and self reflection with social media utilization subscales."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Benarto
"ABSTRAK
Latar belakang : Angka Kematian Ibu (AKN) dan neonatal (AKN) di Indonesia
masih cukup tinggi walaupun sudah menunjukkan perbaikan,
demikian juga dengan angka morbiditasnya. Sebagian kematian
ibu dan neonatal adalah akibat pelayanan yang diberikan oleh RS,
dan ini disebut Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Sebagai
upaya untuk menurunkan AKI dan AKN, RS perlu belajar dari
kejadian kematian maupun morbiditas tersebut, terutama KTD
yang dapat dicegah. Untuk itu perlu metode untuk mengukur
tingkat insiden KTD maternal dan neonatal dengan lebih akurat,
mengingat sistem pelaporan wajib Insiden Keselamatan Pasien
yang ada cenderung underreporting.
Tujuan : Mengukur insiden KTD maternal ? perinatal, karakteristik dan
aspek preventabilitasnya, juga faktor-faktor yang berkontribusi
Metode : Desain deskriptif dengan cara telaah rekam medis menggunakan
Modifikasi IHI Perinatal Trigger Tool. Penentuan KTD
menggunakan algoritma khusus, level KTD mengikuti skala
keparahan yang dibuat oleh NCC MERP level E-I, dan penilaian
preventabilitas menggunakan skala likert 1-6.
Hasil : Didapatkan 27 KTD yang terjadi pada 16 (13.33%) dari 120
pasang sampel (ibu dan bayi) atau 22.5 per 100 admisi. 23(85%)
KTD pada neonatus dan 4 (15%) pada ibu. Tingkat keparahan
mayoritas adalah level ringan yaitu E 15 (55.55%), F 10
(37.03%), dan hanya 2 dengan level H 2 (7.42%) yang keduanya
adalah kasus asfiksia neonatus, tidak ada kasus meninggal. 56%
KTD dinilai dapat dicegah yang kesemuanya merupakan act of
omission. Faktor kontributor adalah ketidaklengkapan alat dan
desain ruangan transit bayi baru lahir di kamar operasi, dan belum
adanya kebijakan dokter ahli obstetri dan anestesi on site duty 24
jam
Kesimpulan : Angka insiden perinatal adalah 22.5 KTD per 100 admisi,
mayoritas adalah level ringan, 56% nya dapat dicegah.

ABSTRACT
Background : Indonesia has been making progress to decrease maternal
mortality and morbidity but the incidence remains considerably
high. Many of those could be categorized as adverse events
resulting from the care provided. There is need for a tool to
measure those incidents more accurately compare to the standard
mandatory reporting. Trigger tool is one method which has had
increasing attention globally
Objectives : To measure perinatal adverse events rate, it?s characteristics,
level of harm, and preventability
Method : A descriptive study through medical record review using IHI
perinatal trigger tool that had been modified in terms of trigger
descriptions and preventability assessment.
Results : 27 AE (Adverse Events) were identified from 120 pair samples
(mother and baby), during 6 months period of observation, or 22.5
per 100 admissions. Majority of them were low level harm (level
E: 15 (55.55%), F :10 (37.03%) namely hypothermia,
hypoglycemia, transient hyperbilirubinemia. Only two AE were
level H harm namely asphyxia neonatal, and no maternal or
neonate death. 56% of AE were deemed to be preventable, and all
of them involving act of omissions. Contributory factors found
were lack of equipment and facilities for preventing hypothermia
and delay in treatment of dystocia.
Conclusion : AE in perinatal identified by trigger tool were 22.5 per 100
admissions, majority was low level harm, and 56% was
preventable"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Fairuz Febriyanty
"Latar belakang: Saat ini Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) masih merasakan stigma
dan diskriminasi dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan walaupun
perkembangan virus HIV dapat dikendalikan berkat kemajuan teknologi di bidang
kesehatan. Stigma pada pelayanan kesehatan dapat menghambat ODHA untuk
mengakses perawatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Peningkatan
pengetahuan dan paparan klinis pada mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan sikap
positif pada ODHA. Belum pernah ada penelitian besar di Indonesia terkait stigma
mengenai ODHA pada tiga mahasiswa fakultas kesehatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif potong lintang pada 1400 mahasiswa
menggunakan kuesioner tentang stigma terhadap ODHA yang pernah dipakai
sebelumnya. Kuesioner ini telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia.
Hasil: Secara keseluruhan, mahasiswa mendapatkan skor yang tinggi pada skor
keyakinan pribadi/budaya tentang HIV (68,1%), skor pengetahuan mengenai HIV
(60,7%) dan skor interaksi klinis dengan pasien HIV-positif (80,9%). Terdapat perbedaan
bermakna antara usia, angkatan dan fakultas dengan masing-masing subskor. Terdapat
hubungan yang signifikan antara total subskor dengan keyakinan pribadi/budaya tentang
HIV, pengetahuan megenai HIV dan interaksi klinis dengan pasien HIV-positif.
Kesimpulan: Stigma mengenai ODHA pada mayoritas mahasiswa kesehatan di RIK UI
adalah rendah, namun masih ada sejumlah mahasiswa dengan stigma. Stigma mengenai
ODHA pada mahasiswa dalam penelitian ini dibedakan oleh usia, asal fakultas, dan tahun
masuk.

Background: Despite advances in treatment and development of health technologies
related to HIV, People Living With HIV/AIDS (PLWHA) still experience stigma and
discrimination from family, community and health professionals. The presence of stigma
from health professionals would restrain PLWHA to gain access to treatment and
influence their quality of life. Study showed that positive attitude towards PLWHA in
medical students could be gained by improving knowledge and increasing clinical
exposure. A study on stigma towards PLWHA in health sciences students in Indonesia is
lacking. This study aims to know the stigma towards PLWHA in students in Faculties of
Medicine, Dentistry and Nursing of Universitas Indonesia.
Methods: A descriptive cross-sectional study was conduct on 1400 healthcare students
using an adapted questionnaire that had been used in previous study.
Results: In general, students have high score in personal/culture beliefs on HIV (68.1%),
knowledge (60.7%), and clinical interaction with PLWHA (80.9%). Score of each domain
is significantly differed by students' age, year of university entry and faculty. The
differences in total score of the questionnaire are significantly differed by level of stigma
in personal/culture beliefs on HIV, knowledge, and clinical interaction with PLWHA.
Conclusion: This study shows that the majority students had low stigma towards
PLWHA, although there were still some students with stigma. The stigma towards
PLWHA differed by students' age, year of university entry and faculty.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keishi Nagi; ; ;
Tokyo: Bungei Shunju, 1993
JPN 895.63 NAG i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavinda Safitry
"Latar Belakang: Kompetensi "mengambil keputusan terhadap dilema etika yang terjadi pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat" tercantum dalam SKDI 2005 sehingga harus ada dalam kurikulum dan dilaksanakan di dalam modul. Penerapan proses pengambilan keputusan etis (PKE) berkaitan dengan manajemen pasien, karena itu pembelajaran pada tahap klinis pendidikan kedokteran menjadi keharusan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran pengambilan keputusan etis di tahap klinispendidikan kedokteran di FKUI.
Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan mengidentifikasi komponen Buku Kurikulum, Buku Rancangan Pengajaran modul praktik klinik, dan dokumen lain; wawancara mendalam pengelola program studi, pengelola modul, staf pengajar; serta Focus Group Discussion (FGD) pada mahasiswa.
Hasil: Tidak ada modul praktik klinik yang lengkap mencantumkan PKE dalam dokumen. Pengelola modul kurang memahami kompetensi PKE SKDI 2006. Sebagai klinisi, staf pengajar mampu mengidentifikasi dan mengambil keputusan penyelesaian dilema etika. Mahasiswa memahami PKE dan menemukan kasus berdilema etika dalam proses pembelajaran tahap klinik. Mahasiswa mendiskusikan dilema etika yang ditemui dengan residen dan/atau dokter penanggungjawab kasus. Mahasiswa memiliki prior knowledge yang didapat pada tahap preklinik.
Kesimpulan: Proses pembelajaran pengambilan keputusan etis di tahap klinis merupakan hidden curriculum.Perlu dilakukan peningkatan kapasitas staf pengajar di bidang teori etika kedokteran dan penyusunan modul agar PKE menjadi komponen tertulis dalam kurikulum.

Background: Ethical Reasoning is one of competency component stated in the ?2006 Indonesian Medical Doctor Competencies Standard? therefor it has to be taught in medical faculties. The competency should be stated in all documents related to the curriculum. The learning of ethical reasoning should be done in clinical years since it is related to patient's managements. This research was done to evaluate the ethical reasoning learning process in the clinical stage medical education in Faculty of Medicine University of Indonesia.
Method: This is a descriptive qualitative research which identifies the component of curriculum inside the curriculum documents; indepth interview to the module developer, module organizer, and teachers; and focus group discussion with clinical year medical students.
Result: Ethical Reasoning Competency was not written as the aim of any module, as seen in the Instructional Design of all documents. The module developer did not recognize this competency despite their daily practice of ethical reasoning. The students learnt ethical reasoning in clinical stage by observing the medical staff during their interaction with patient with ethical dilemma. The student were able to identify the cases based on their prior knowledge from previous stage.
Conclusion: Ethical reasoning learning process in clinical stage is part of hidden curriculum.Capacity building for faculty members in medical ethics theory and module development for the faculty member are needed to make the ethical reasoning process as a part of the curriculum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahd Abdurrahman
"Latar Belakang
Umpan balik menjadi salah satu bentuk interaksi yang penting antara staf pengajar dan mahasiswa. Untuk mendapatkan umpan balik tersebut, mahasiswa akan melewati suatu proses pencarian umpan balik yang dilakukan secara sadar demi mencapai tujuan yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencarian umpan balik antara lain motivasi dan strategi belajar. Motivasi dan strategi belajar memiliki dampak yang besar terhadap performa mahasiswa yang selanjutnya akan menentukan tercapai atau tidaknya tujuan yang dimiliki. Sampai saat ini, masih belum ada penelitian yang menjelaskan hubungan kompleks antara motivasi dan upaya pencarian umpan balik dan antara strategi belajar dengan upaya pencarian umpan balik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menilai upaya pencarian umpan balik pada mahasiswa tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ditinjau dari motivasi dan strategi belajar. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian mixed methods dengan desain sequential explanatory: rancangan analitik menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk komponen kuantitatif. Selanjutnya, pendekatan kualitatif menggunakan desain studi fenomenologi dengan tujuan mengeksplorasi pengalaman individu mahasiswa terkait pencarian umpan balik. Pengumpulan data di tahap ini dikumpulkan melalui Focus Group Discussion (FGD). Setelah pengumpulan data, dilakukan member checking dan analisis tematik berdasarkan transkripsi FGD yang dilakukan secara verbatim.
Hasil
Berdasarkan hasil kuesioner, diperoleh total 108 responden dengan rata-rata mahasiswa memiliki motivasi tinggi dan strategi belajar sedang. Tidak ditemukan satupun mahasiswa dengan motivasi yang rendah. Hasil uji korelasi ditemukan adanya hubungan yang kuat antara motivasi dan strategi belajar. Dari analisis kualitatif, diperoleh dua tema besar, yaitu (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa mencari umpan balik dan (2) Cara mahasiswa mencari umpan balik.
Kesimpulan
Motivasi dan strategi belajar mahasiswa memiliki hubungan yang kuat dan hal ini dapat mempengaruhi upaya pencarian umpan balik yang dilakukan oleh mahasiswa. Hasil studi ini menggarisbawahi pentingnya peningkatan lingkungan belajar yang kondusif,
vi
dukungan staf pengajar dan peran serta mahasiswa dalam mendukung proses belajar dan keberhasilan akademis mahasiswa.

Introduction
Feedback is one of the important interactions between teaching staff and students. In order to obtain feedback, students will go through a feedback-seeking process, which is done consciously to achieve the desired goals. There are several factors that influence the process such as motivation and learning strategies. Motivation and learning strategies have a significant impact on student performance, which will determine the goal achievement. To date, there is still limited research that explains the complex relationship between motivation and feedback-seeking effort as well as learning strategies and feedback-seeking efforts Therefore, this study aims to assess feedback- seeking behavior in 3rd year medical students in the Faculty of Medicine, University of Indonesia based on motivation and learning strategies.
Method
This study is a mixed methods research using a sequential explanatory design The quantitative part was conducted using a cross-sectional method. The qualitative approach was done with a phenomenological study design to explore the individual experiences of students in seeking feedback. Data collection was collected through Focus Group Discussions (FGDs). After data collection, member checking and thematic analysis was conducted based on the verbatim transcription of the FGD.
Results
Based on the questionnaire results, a total of 108 respondents were obtained with an average of students having high motivation and moderate learning strategies. No students with low motivation were found. The correlation test results revealed a strong relationship between motivation and learning strategies. From qualitative analysis, two major themes emerged: (1) Factors influencing students in seeking feedback, and (2) Ways in which students seek feedback.
Conclusion
The motivation and learning strategies of students have a strong correlation, and this can influence students' efforts in seeking feedback. The results of this study underscore the importance of improving a conducive learning environment, faculty support, and student engagement in supporting the learning process and academic success of students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prathama Wibisono
"ABSTRAK
Background Mental emotional disorder becomes one of among top five sources of premature death and disability in many countries around the globe. Several studies reveal that mental health problems are very common among the college student, resulting almost half of college students population having mental health problems. The aim of this study is to find out the prevalence of mental emotional disorder among the first year medical and also to identify whether or not the trend of mental emotional disorder is increase in medical student after 1 year of medical education.Methods The total population of this study is 44 people that consist of men and women aged range from 18 to 24 years from international class medical students in the third semester. This study used the pre post study design. In addition, this study rsquo s population is the international class medical students of Universitas Indonesia Batch 2015. They underwent SRQ 20 both in the beginning of medical education and after 1 year of medical education which is in 2015 and 2016 respectively. In addition, they also conducted Holme Rahes questionnaire and open questions in 2016 after 1 year of medical education.Results The prevalence of mental emotional disorder is 34.1 of total population after 1 year of medical education. Meanwhile, the frequency of mental emotional disorder in 2015 of this population is none. There are some changes comparing mental emotional disorders in 2015 and 2016 that the changes of differences in mean score of 5.909.

ABSTRAK
Gangguan mental-emosional menjadi salah satu dari 5 sumber penyebabnya kematian dini dan kecacatan di beberapa negara seluruh dunia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental sangat banyak ditemukan pada mahasiswa, yaitu hampir setengah dari setengah populasi mahasiswa mempunya masalah kesehatan mental. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan prevalensi gangguan mental-emotional pada mahasiswa kedokteran tahun pertama dan mengidentifikasi apakah kecenderungan gangguan mental-emosional akan bertambah pada mahasiswa kedokteran setelah menjalani satu tahun pembelajaran ilmu kedokteran.Metode: Total populasi dari penelitian ini adalah 44 mahasiswa yang terdiri atas pria dan wanita rentang umur mulai dari 18 sampai 24 tahun dari mahasiswa kedokteran kelas internasional semester tiga. Penelitian ini memakai pre dan post desain. Selanjutnya, populasi pada penelitian ini adalah mahasiwa kedokteran kelas internasional Universitas Indonesia angkatan 2015. Mereka telah melakukan pengisian kuisioner SRQ-20 saat mereka memulai pembelajaran kedokteran pada tahun 2015 dan setelah mereka melewati 1 tahun pertama pembelajaran kedokteran pada tahun 2016. Setelah itu, mereka juga telah mengisi kuisioner Holme-Rahes dan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada tahun 2016 setelah 1 tahun pertama pembelajaran kedokteran.Hasil: Prevalensi dari gangguan mental-emotional adalah 34.1 dari total populasi penelitian ini setelah menjalani 1 tahun pertama pembelajaran kedokteran. Selain itu, frekuensi gangguan mental-emosional pada populasi penelitian ini tahun 2015 tidak ada. Terdapat beberapa perubahan saat membandingkan gangguan mental-emosional pada tahun 2015 dan 2016, yaitu perubahan dari rata-rata nilai sebesar 5.909"
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Alexander Tjoa
"Latar Belakang
Tremor merupakan gangguan neurologis dengan prevalensi tinggi, tetapi masih sering terjadi misdiagnosis akibat kurangnya pengetahuan sejak masa mahasiswa kedokteran. Pengetahuan dapat dipengaruhi juga oleh tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Penelitian terkait ini pada kalangan mahasiswa kedokteran di Indonesia masih terbatas.
Metode
Penelitian ini membuat kuesioner Indonesian Medical Students' Tremor Knowledge Questionnaire (IMSTK-Q) dan menguji validitas serta reliabilitasnya pada 80 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dengan Corrected- Item Total Correlation dan Cronbach’s Alpha. Kuesioner yang telah diuji disebar ke 184 mahasiswa FKUI pada Juni-Agustus 2024 untuk menilai pengetahuan tentang tremor. Perbedaan skor pengetahuan berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan dianalisis menggunakan uji Independent T-test atau Mann-Whitney U test dan hubungan dengan tingkat pengetahuan diuji dengan Chi-Square atau Fisher’s exact test.
Hasil
IMSTK-Q dianggap valid dan reliabel dengan Corrected-Item Total Correlation >0.3 dan Cronbach's α 0.834. Dari 184 mahasiswa, 83 (45.1%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, 50 (27.2%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 35 (19.0%) memiliki pengetahuan yang rendah, 8 (4.35%) memiliki pengetahuan yang baik sekali, dan 8 (4.35%) memiliki pengetahuan yang sangat rendah. Dari 63 (34.2%) mahasiswa laki-laki dan 121 (65.8%) mahasiswa perempuan, tidak ada perbedaan skor dan hubungan yang signifikan pada tingkat pengetahuan terhadap tremor (p=0.248). Perbedaan skor dan hubungan yang signifikan ditemukan pada 82 (44.6%) mahasiswa Klinik yang mendapatkan skor yang lebih tinggi daripada 102 (55.4%) mahasiswa Preklinik (p=0.000).
Kesimpulan
Kuesioner ini terbukti valid dan reliabel. Pengetahuan mahasiswa FKUI mengenai tremor tergolong cukup, dengan perbedaan yang signifikan antara mahasiswa Klinik dan Preklinik, tetapi tidak berdasarkan jenis kelamin.

Introduction
Tremor is a neurological disorder with a high prevalence, but misdiagnosis still occurs frequently due to a lack of knowledge among doctors since medical school. Knowledge can also be influenced by education level and gender. Research on this topic among Indonesian medical students is still limited.
Method
This study developed the Indonesian Medical Students' Tremor Knowledge Questionnaire (IMSTK-Q) and tested its validity and reliability on 80 students from the Faculty of Medicine, University of Indonesia (FMUI), using Corrected-Item Total Correlation and Cronbach’s Alpha. The validated questionnaire was distributed to 184 FMUI students from June to August 2024 to assess their knowledge of tremor. Differences in knowledge scores based on gender and education level were analyzed using the Independent T-test or Mann-Whitney U test, while associations with knowledge levels were evaluated using the Chi-Square or Fisher’s exact test.
Results
IMSTK-Q was considered valid and reliable with Corrected-Item Total Correlation >0.3 and a Cronbach's α of 0.834. Out of 184 students, 83 (45.1%) had an adequate level of knowledge about tremor, 50 (27.2%) had good knowledge, 35 (19.0%) had a low knowledge, 8 (4.3%) had level of knowledge, and 8 (4.35%) had very low knowledge. From the 63 (34.2%) male students and 121 (65.8%) female students, no significant differences in scores or associations with knowledge levels were found (p=0.248). Significant differences were found among 82 (44.6%) clinical students who had better scores and knowledge levels compared to 102 (55.4%) preclinical students (p=0.000).
Conclusion
The questionnaire proved to be valid and reliable. FKUI students' knowledge of tremor is considered adequate, with significant differences between clinical and preclinical students but not between genders.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>