Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chutima Wiranidchapong; Boonta Chutvirasakul
"Drug-polymer miscibility is a prerequisite for a stable solid dispersion. In this study, the miscibility of ibuprofen and the polymers, i.e., Eudragit® RL (ERL) and ethylcellulose (EC), were investigated by DSC. Ibuprofen in ERL solid dispersion at 0 - 100 %w/w was examined by the heating program: 25 - 140 °C, 10 K/min; 140 - (-60) °C, -10 K/min; and (-60) - 140 °C, 5 K/min. Solid dispersion of ibuprofen in EC at the same concentration range was examined by the heating program: 25 - 180 °C, 10 K/min; 180 - (-60) °C, -10 K/min; and (-60) - 180 °C, 5 K/min. The melting point depression and the variation of a single glass transition temperature (Tg) as a function of composition were presented in solid dispersion of ibuprofen in either ERL or EC, indicating the miscibility between blend components. Fitting the melting point of ibuprofen in either ERL or EC (Tmb) to Nishi-Wang equation by nonlinear regression analysis gave R2 equal to 0.8768 and 0.9667, respectively. Fitting experimental Tg to Gordon-Taylor and Kwei equations gave R2 equal to 0.9796 and 0.9851 for ibuprofen in ERL and 0.9753 and 0.9793 for ibuprofen in EC. The Kwei equation seemed to be better for describing the Tg of the blends, indicating the interaction between ibuprofen and the polymers, i.e., ERL and EC, which was confirmed by FTIR analysis. However, the non-randomness of residuals suggested that Nishi- Wang, Gordon-Taylor, and Kwei could not completely explain the Tmb and Tg of the blends."
Lengkap +
Thammasat Printing House, 2017
500 TIJST 22:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arry Yanuar
"Ibuprofen merupakan analgesik anti-inflamasi non steroid (AINS). Umumnya, ibuprofen memiliki sifat alir yang buruk karena sifat kohesifnya yang terlalu tinggi. Masalah lainnya dalam memformulasi bahan ini adalah kecenderungan yang tinggi untuk lengket pada cetakan. Disamping itu kekurangan sifat ibuprofen adalah memiliki laju disolusi yang buruk karena struktur hidrophobiknya. Untuk memperbaiki sifat-sifat tersebut dapat dilakukan metode kristalisasi dengan berbagai pelarut. Pada penelitian ini, dilakukan metode kristalisasi dengan cara pendinginan, penguapan dan penambahan air menggunakan pelarut metanol, etanol dan aseton. Dari seluruh hasil kristalisasi dihasilkan kristal berbentuk prisma yang berwarna putih. Metode kristalisasi terpilih yaitu metode pendinginan, lalu kristal yang dihasilkan dikarakterisasi dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), Difraksi sinar-X (X-ray diffractometry) dan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Dari karakterisasi tersebut menunjukkan terjadinya perubahan bentuk kristal hasil kristalisasi terhadap kristal bahan baku ibuprofen. Metode terpilih ini juga menghasilkan serbuk kristal yang bersifat nonkohesif dengan ukuran partikel 710µm, nilai indeks kompresibilitas: IBMD 14.2%, IBED 16.6%, IBAD 17.1%; nilai sudut istirahat: IBMD 28.1º, IBED 29.7º, IBAD 30.1º dan mempunyai angka kelarutan yang lebih tinggi dibandingkan bentuk kristal yang umum digunakan. Dengan dilakukannya penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode kristalisasi dapat memperbaiki sifat alir, indeks kompresibilitas, dan laju disolusi dari bahan baku ibuprofen."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Veny Kartika Yantie
"Latar belakang: Morbiditas akibat duktus arteriosus paten (DAP) pada neonatus cukup bulan (NCB) cukup tinggi. Peran prostaglandin E2 (PGE2), trombosit (immature platelet fraction, IPF), dan vascular endothelial growth factor (VEGF) pada penutupan DA secara fungsional dan anatomis pada NCB belum banyak diteliti. Patofisiologi terjadinya DAP dapat memengaruhi tata laksana farmakologi dini yang belum terstandardisasi pada NCB. Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen dimungkinkan dapat menghambat jalur sintesis prostaglandin dengan efek samping minimal.
Tujuan: Mengkaji peran prostaglandin E2, VEGF, IPF, dan efek pemberian ibuprofen oral dalam proses penutupan DA pada NCB.
Metode: Penelitian dilakukan di rumah sakit (RS) Sanglah Denpasar, RS Prima Medika Denpasar, dan RS Umum Daerah Wangaya Denpasar, dalam periode Maret sampai Agustus 2015. Penelitian terdiri dari 2 desain, pertama desain potong lintang pada pasien dengan DAP dan tanpa DAP secara consecutive sampling dan desain kedua uji klinis acak terkontrol ganda pada pasien DAP usia ≥ 48 jam. Pasien dengan DAP kemudian dimasukkan dalam uji klinis, dilakukan randomisasi untuk diberikan perlakuan ibuprofen oral dosis hari pertama 10 mg/kg, hari kedua dan ketiga 5 mg/kg atau plasebo. Pemantauan hemodinamik dan efek samping obat dilakukan selama pemberian perlakuan. Pemeriksaan ekokardiografi, PGE2, VEGF, IPF, dan kreatinin dilakukan pada hari pertama dan keempat pascapemberian perlakuan.
Hasil: Terdapat 64 subjek yang diteliti pada desain pertama dan 32 subjek pada desain kedua. Rerata kadar PGE2 lebih tinggi pada kelompok dengan DAP dibanding tanpa DAP, sedangkan rerata kadar VEGF dan IPF tidak berbeda. Ibuprofen oral tidak terbukti menurunkan diameter DA pascaperlakuan, tidak terdapat perbedaan rerata diameter pada kedua kelompok. Terdapat hubungan positif sedang terhadap perubahan kadar PGE2 dengan perubahan diameter DAP pascaperlakuan. Tidak terdapat perubahan hemodinamik atau efek samping akibat pemberian ibuprofen oral atau plasebo pada NCB dengan DAP.
Simpulan: Tingginya kadar PGE2 terbukti berperan dalam patensi DA pada NCB. Ibuprofen oral dosis 10 - 5 - 5 mg/kgBB tidak mengecilkan diameter DAP.

Background: Serious morbidity impact due to patent ductus arteriosus (PDA) in full-term neonates remains high. The functional role of prostaglandin E2 (PGE2), platelet (immature platelet fraction, IPF), and vascular endothelial growth factor (VEGF) has not been studied in the closure mechanism of ductus arteriosus (DA). Understanding of pathophysiology of PDA may influence early pharmacological treatments, which have not been standardized in full-term neonates. The use of non-steroidal anti-inflammatory drugs such as ibuprofen can be beneficial as a pharmacological agent in enhancing the closure of PDA with minimal adverse effects.
Objectives: To evaluate the role of prostaglandin E2, VEGF, IPF, and the effect of oral ibuprofen in the process of DA closure in full-term neonates.
Methods: This study was conducted in Sanglah General Hospital, Prima Medika Hospital, and Wangaya Hospital Denpasar. The study consisted of two designs, the first was cross-sectional design in subjects with and without PDA using consecutive sampling and the second was double blind randomized controlled trial in full-term infant aged ≥ 48 hours. Subjects with PDA were randomized to oral ibuprofen and placebo administration, in which ibuprofen was given consecutively 10 - 5 - 5 mg/kg. All subjects underwent echocardiography, PGE2, VEGF, and IPF assays. Hemodynamics monitoring was evaluated during trial and adverse effect due to ibuprofen was recorded by measuring urine volume and plasma creatinine level.
Results: From March to August 2015, there were 64 subjects recruited for the first design and 32 subjects in the second design. The mean level of PGE2 was higher significantly in the group with PDA than non PDA group, while the mean levels of VEGF and IPF showed no difference. In the second design, oral ibuprofen showed no effect in reducing DA diameter after treatment. There were no differences in mean diameter of DA in both groups before and after treatments. There was moderate positive relationship between levels of PGE2 and the change of PDA diameter. There were neither hemodynamic changes nor adverse effect due to the administration of oral ibuprofen or placebo.
Conclusions: A high level of PGE2 appears to play a pivotal role in DA patency of full-term neonates. Administration of oral ibuprofen in 10 - 5 - 5 mg/kg schedule could not induce PDA closure in full-term neonates.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwana Sari
"Ibuprofen merupakan jenis obat pereda sakit yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah sekitar 11 ug/mL. Akibat kelarutan yang rendah dalam air, ibuprofen memiliki bioavabilitas yang rendah pula. Dalam penelitian ini akan dilakukan sintesis mikroemulsi minyak dalam air M/A untuk meningkatkan kelarutan dan bioavabilitas ibuprofen. Saponin dari ekstrak buah lerak digunakan sebagai surfaktan, palm oil sebagai minyak dan span 20 sebagai kosurfaktan. Mikroemulsi optimum didapat dengan perbandingan Sm 9:1 Sm:oil 7:1 dengan ukuran droplet sekitar 3,6 nm ndash; 15,7 nm, tipe mikroemulsi minyak dalam air M.A . Mikroemulsi stabil dalam waktu penyimpanan selama 7 hari dan dalam larutan pH 1,2 sedangkan pada larutan pH 7,4 tidak stabil. Kelarutan ibuprofen dalam bentuk sediaan mikroemulsi meningkat menjadi 1,8 mg/mL dalam air. Studi interaksi ibuprofen dengan mikroemulsi dapat dilihat dengan FTIR. Ukuran mikroemulsi yang telah terloading ibuprofen juga meningkat menjadi 45,07 nm. Ibuprofen yang tersolubilisasi ke dalam mikroemulsi berada pada bagian mikroemulsi yang bersifat hidrofob. Persen disolusi ibuprofen pada larutan pH 1,2 suasana lambung sebanyak 4 selama 2 jam sedangkan, pada larutan pH 7,4 suasana usus sebanyak 82,6 selama 12 jam.

Ibuprofen is a type of painkiller that has a low solubility in water about 11 g mL. Due to low solubility in water, ibuprofen has a low bioavability as well. In this research will be synthesized microemulsion oil in water O W to increase solubility and bioavability of ibuprofen. Saponins from lerak fruit extracts are used as surfactants, palm oil as oil and span 20 as cosurfactants. The optimum microemulsion was obtained by Sm 9 1 Sm oil 7 1 with droplet size about 3.6 nm 15.7 nm and the type of microemulsion is oil in water O W . Microemulsions are stable for 7 days and in pH 1,2 was stable and unstable in pH 7.4. The solubility of ibuprofen in microemulsion increased to 1.8 mg mL in water. The interaction studies of ibuprofen with microemulsions characterizated with FTIR. The size of the microemulsion loaded ibuprofen also increased to 45.07 nm. Ibuprofen solubilized in hydrophobic part of microemulsion. The percentage dissolution of ibuprofen in pH 1,2 is 4 for 2 hours, in pH 7.4 is 82.6 for 12 hours. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goodman, Louis S.
New York: McGraw-Hill, 2011
615GODG001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar Agoes
Bandung: Angkasa, 1993
615.1 AZW k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sice, Jean
Philadelphia: W.B. Saunders, 1962
615.1 SIC g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Franciscus D. Suyatna
"Farmakologi yang merupakan suatu disiplin ilmu yang secara luas mempelajari sumber, aspek biokimia, biologi dan fisiologi, kinetik dan dinamik obat telah berkembang sangat cepat. Perkembangan luar biasa ini disebabkan karena farmakologi sejak 2-3 dekade terakhir telah menghilangkan sekat keilmuannya dan ikut mempelajari berbagai induk keilmuan lain; di antaranya kimia, biomedis dan klinis. Mengamati perkembangan ini, maka kita perlu berbenah diri dan bekerja keras agar dapat ikut berpartisipasi berkarya dalam dunia pengetahuan (kedokteran) yang semakin kompetitif ini. Salah satu cabang farmakologi yang perlu dikembangkan adalah Farmakologi Dasar dengan penekanan pada Farmakologi Biokimiawi dan Molekuler, karena cabang ilmu ini mempelajari banyak aspek fundamental dalam pengobatan.
Farmakologi Biokimiawi dan Molekuler menggunakan metode biokimia, biofisika, biologi seluler dan molekuler dalam upaya mengungkap mekanisme kerja obat dan memahami bagaimana sel bereaksi terhadap obat. Pemahaman farmakodinamik suatu obat dan patofisiologi penyakit merupakan ikhwal yang sangat panting untuk pemberian terapi obat yang optimal dan individual.

Dengan selesainya pemetaan genom manusia pada bulan April 2003, maka era baru kedokteran telah dimulai. Teknik biologi molekuler membantu kita dalam mengidentifikasi fungsi yang belum diketahui dari gen tertentu, peran gen pada penyakit, mensintesis protein manusia (seperti sitokin) yang diperlukan dalam kultur sel untuk pengobatan, diagnostik dan pengembangan obat. Berikut ini disajikan sejumlah perkembangan baru dalam farmakologi biokimia dan biologi molekuler serta pandangan ke masa depan farmakologi dasar dalam menyambut datangnya era kedokteran molekuler.
Saya mulai dengan pengembangan obat, karena segala penelitian yang dilakukan pada akhirnya bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan umat manusia, salah satunya adalah penyediaan obat yang efektif dan aman. Berikutnya saya akan membahas farmakogenetik karena pengetahuan ini merupakan landasan cara pengobatan yang lebih terarah dan efisien, terutama mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar dan variasi etnik yang tinggi. Terakhir akan dibahas perkembangan terapi gen sebagai salah satu alternatif pengobatan penyakit."
Lengkap +
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0158
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Hitner, Henry
Boston: McGraw-Hill, 1999
615.5 HIT b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Soemiati
Depok: UI-Press, 2009
PGB-Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>