Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11137 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sundari Mardjuki
"Genduk adalah sebuah fiksi yang diceritakan dengan gaya memoar. Berkisah tentang seorang bocah perempuan berumur sebelas tahun, yang tinggal di desa paling puncak Gunung Sindoro, Temanggung. Setting dibuat pada tahun 1970-an ketika petani tembakau sudah mulai mengolah tembakau yang masuk kualitas atas di dunia ini untuk dipasok ke pabrik-pabrik rokok."
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017
899.221 3 SUN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, 1929-1999
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019
899.221 3 MAN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fatkhu Zahra Aminati Putri
"ABSTRAK
Novel Genduk karya Sundari Mardjuki bertema suka duka kehidupan petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah. Novel ini memfokuskan pembicaraannya pada tokoh utama, yakni seorang anak berusia 11 tahun bernama Genduk. Anak perempuan ini telah kehilangan ayahnya sejak ia masih bayi. Dalam situasi demikian, pengarang menggambarkan secara dramatis bagaimana Genduk menghadapi kehidupannya di lingkungan petani tembakau yang miskin tahun 1970-an. Penelitian ini menggunakan unsur intrinsik dan ekstrinsik sebagai acuan. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini bagaimana pengaruh Peristiwa Kanigoro 1965 terhadap kehidupan masyarakat petani tembakau di Temanggung seperti tergambar melalui tokoh Genduk dan Ibunya. Peristiwa Kanigoro 1965 ternyata memberikan dampak kemelaratan dan kesedihan bagi Genduk dan Ibunya yang kehilangan sosok kepala keluarga. Namun, akibat peristiwa tersebut, Genduk berhasil terlahir sebagai sosok anak perempuan yang kuat, mandiri, dan berani akibat ketidakhadiran sosok ayahnya dalam hidupnya. Dampak yang ditimbulkan akibat kekerasan PKI ternyata juga dirasakan oleh keluarga korban yang ditinggalkan.

ABSTRACT
Genduk is a novel by Sundari Mardjuki with the theme of grief on the life of tobacco farmers in Central Java. The novel focuses on the main character, an 11 year old girl named Genduk. This girl has lost her father since she was a baby. In such situation, the author dramatically illustrates how Genduk faced his life in the poverty stricken tobacco farm of the 1970s. This study uses intrinsic and extrinsic element as a reference. The expected result of this reasearch is how the influence of Kanigoro rsquo s Event on the life of the tobacco farmer community in Temanggung as illustrated through figures Genduk and her mother. The event of Kanigoro 1965 turned out to give the effects of poverty and sadness for Genduk and her mother who lost the head of the family. However, due to these events, Genduk successfully born as a strong girl figure, independent, and courageous due to the absence of her father figure in his life. The impact caused by PKI violence was also felt by the families of abandoned victims."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, 1929-1999
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994
899.221 3 Man g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Fransiscus
"Pengeksplorasian sebuah fakta sejarah menjadi sebuah roman sejarah merupakan sebuah keniscayaan apabila sekat-sekat penulisan sejarah secara jujur dan profesional sudah tertutup. Mengingat hakekat sastra lebih terpusat pada unsur estetiknya maka wajar pulalah sebuah kisah sejarah yang menjadi bahan penulisan roman sejarah penuh dengan bias atau dramatisasi fakta. Bagi seorang yang mencintai dunia kusastraan, dramatisasi kisah sejarah itu bukanlah hal yang harus dicibir. Bagaimanapun seorang penulis roman sejarah yang baik bukanlah sekedar mendramatisasi kisah yang diambilnya. Roman sejarah yang ditulis tidaklah sekedar dicomot begitu saja dari hamparan fakta sejarah yang ada. Dalam kisah sejarah yang diambil oleh Mangunwijaya terdapat sebuah tendesi yang begitu jelas. Fenomena tentang terlihatnya hubungan yang jelas antara fakta masa kini dan masa lalu menjadi landasan bagi Mangunwijaya menetapkan sejarah Mataram II sebagai bahan penulisan romannya. Kekuasaan yang semena-mena, kemunafikan, pengingkaran hak azasi manusia, dan kekejaman yang luar biasa masa lalu ternyata masih berlangsung terus hingga di zaman yang kita klaim sebagai era modern ini. Mangunwijaya mendramatisasi fakta sejarah Mataram II itu dengan fokus cerita pada adanya perlawanan-perlawanan yang sangat radikal dari sosok-sosok yang melambangkan kekurangberdayaan, yaitu kaum wanita. Dengan cerdik dan sinis, Mangunwijaya mengambil contoh perlawanan yang dilakukan para wanita itu dan strata terbawah di masyarakat. Roro Mendut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri merupakan simbol perlawanan itu. Secara sinis Mangunwijaya memperlihatkan pada kita ternyata sikap ksatria itu bukan datang dari masyarakat yang mengakui mewarisi darah biru (para bangsawan). Sikap ksatria ternyata dapat dimiliki oleh siapa saja dan dari golongan masyarakat mama saja selama insan itu menyadari dan berani menyuarakan suara hati nuraninya. Sebab bukankah ada sebuah kalimat filosofis yang berbunyi, Cogito Ergo Sum? Saya berpikir maka saya ada."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saksono Prijanto
"Tulisan ini membahas sebuah trilogi Y.B. Mangunwijaya yang terdiri dari tiga novel, yaitu Roro Mendut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri. Trilogi ini melukiskan peristiwa pada masa kejayaan sampai dengan kejatuhan Kerajaan Mataram. Novel Roro Mendut (pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo), novel Genduk Duku (pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo), dan novel Lusi Lindri (pemerintahan Amangkurat I).
Analisis terhadap trilogi ini dimaksudkan untuk menemukan (1) persamaan struktur, (2) perkembangan struktur, dan (3) gagasan yang terkandung dalam trilogi. Karena trilogi merupakan karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai medianya, metode yang dipilih ialah pendekatan semiotik menurut teori Ferdinand de Saussure, yang menganggap bahasa sebagai sistem tanda. Dengan pemilihan metode semiotika dan anggapan bahwa karya sastra memiliki sifat otonom, diterapkan teori sintaksis naratif (Greimas), teori semantik naratif (Todorov), dan teori isotopi (Greimas).
Hasil analisis membuktikan bahwa ketiga novel itu memiliki keutuhan sebagai sebuah trilogi, baik dari unsur sintaksis naratif maupun semantik naratif. Di samping itu, masing-masing novel secara tematis memiliki perkembangan gagasan. Pokok permasalahan novel Roro Mendut bersifat individual (konflik pribadi antara Roro Mendut dan Tumenggung Wiroguno). Pokok permasalahan novel Genduk Duku melukiskan penderitaan Genduk Duku, yang dapat dianggap sebagai metafor kaum kecil yang tidak berdaya). Pokok permasalahan novel Lusi Lindri mencerminkan idealisme Lusi Lindri terhadap situasi dan kondisi sekitarnya.

The following passage is aimed to get know about the three ideology (Trilogy) that is found in the novels of Y.B. Mangunwijaya's. These 3 novels are Roro Mendut, Genduk Duku, and Lusi Lindri. The Trilogy in these 3 novels illustrate the events which occured during the golden era of Mataram until the age of its collapse. The events happened during the goverment of Sultan Agung Hanyokrokusumo are ilustrated in Roro Mendut and Genduk Duku, meanwhile Lusi Lindri ilustrates the events during the government of Amangkurat I.
The study of these 3 novels is meant to analyze (1) its structural similarities its, (2) its development as well as, (3) Trilogy ideas. As Trilogy is a literature uses a language as a media semiotic approach is then used as the method (semiotic approach by Ferdinand de Saussure), in any case, semiotic approach regards a language a sign system. As semiotic method is picked out as the method, and as the literature creations have an otonom character, the theory of narrative syntax (Greimas), the theory narrative semantic (Todorov), and the theory of isotopi (Greimas) are then applied.
The last analyses indicate that these 3 novels have a whole criteria as a Trilogy either in the syntax narrative element or semiotic narrative, besides each novel systematically has developing ideas. Conflict in Roro Mendut has an individual character (conflict between Roro Mendut and Tumenggung Wiroguno) meanwhile, the main point in Genduk Duku describes the pain that Genduk Duku experiances, this is regarded a methapor of little people who is hopeless. The main point in Lusi Lindri is focused on her ideal towards the situations and conditions around.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djenar Maesa Ayu
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006
808.83 DJE c (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrul R.U.N.
Jakarta: Artoncode, 2014
899.221 FAC w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dad Murniah
"Tesis ini meneliti salah satu dari karya-karya Ahmad Tohari yang berjudul Bekisar Merah. Ahmad Tohari dikenal sebagai seorang pengarang yang selalu menceritakan kehidupan masyarakat desa. Masalah pedesaan merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena dunia pedesaan mempunyai bentuk yang mapan dan lukisan alam serta budaya yang dapat menambah wawasan pemikiran.
Dari hasil analisis, tesis ini dapat disimpulkan bahwa konflik-konflik yang terdapat dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari terbangun dari konflik-konflik yang terjadi pada individu dengan alam, individu dengan individu, dan individu dengan masyarakat. Konflik itu terlihat pada satuan-satuan isi cerita berupa tindakan dan deskripsi yang menyebabkan alur bergerak. Konflik juga terlihat pada analisis tokoh yaitu dengan adanya penokohan yang berbeda secara mencolok, baik fisik maupun psikis antara tokoh Lasi (tokoh utama) dengan tokoh-tokoh lain. Konflik juga terlihat pada analisis latar, yaitu dengan adanya pelukisan alam yang sulit untuk dikuasai manusia yang menyebabkan manusianya pasrah dengan keadaan yang sudah ada tanpa berusaha mengubahnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Pemahaman tentang alur, tokoh, dan latar membantu memahami makna sebuah karya sastra. Permasalahan yang dapat diketahui dari analisis alur, tokoh, dan latar novel Bekisar Merah dirumuskan dalam sebuah tema yaitu pencarian jati diri manusia yang menyebabkan setiap individu tokoh tiba-tiba mengedepankan sebuah kepentingan yang untuk ukuran sebuah desa yang selama ini mempunyai rasa kebersamaan yang tinggi, tenggang rasa, serta gotong-royong adalah hal yang baru dan hal yang mengakibatkan terjadinya konflik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T11700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resa Handayani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas unsur intrinsik, yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, serta
latar dalam novel Sleep With The Devil karya Santhy Agatha dan novel Secret Fire
karya Johanna Lindsey. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan persamaan
dan perbedaan dalam novel Sleep With The Devil dan Secret Fire. Berdasarkan
penelitian, penulis melihat bahwa kedua novel memiliki banyak persamaan. Dengan
demikian, penulis menyimpulkan novel Sleep With The Devil terpengaruh novel
Secret Fire.

ABSTRACT
This thesis compares the intrinsic elements, namely theme, character and
characteristic, plot and background in Sleep With The Devil by Santhy Agatha and
Secret Fire by Johanna Lindsey. This research aims to compare the similrities and
differences in Sleep With The Devil and Secret Fire. Based on the research, the writer
concludes that both novels have many similarities and Sleep with the Devil is
influenced by Secret Fire."
2016
S64936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>