Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107992 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariefatul Rachmawati
"ABSTRAK
Proses hidrodesulfurisasi menggunakan katalis NiMo/ γ-Al 2O3 dengan 2 variasi kandungan fosfor yaitu katalis NiMo/ γ-Al 2O3 dengan 0,5% fosfor dan katalis NiMo/ γ-Al 2 O 3 dengan 2% fosfor. Aktivitas katalis diuji dalam flow reactor pada suhu 285-330 o C dan LHSV 4-6 h -1 dengan lube base oil ditambah senyawa dibenzothiophene sebagai feed atau umpan. Katalis dikarakterisasi menggunakan XRD yang menunjukkan bahwa kristal yang terbentuk adalah γ-Al 2 O 3 . Karakterisasi menggunakan XRF menunjukkan perbedaan kandungan Ni dan Mo. Pada katalis dengan 2% fosfor kandungan Ni dan Mo lebih tinggi dibandingkan dengan 0,5% fosfor. Karakterisasi menggunakan metode BET menunjukkan adanya penurunan luas permukaan dengan kandungan fosfor yang lebih tinggi.
Uji kekuatan mekanik katalis, semakin tinggi kandungan fosfor pada katalis kekuatan mekaniknya menurun. Produk reaksi hidrodesulfurisasi dianalisa menggunakan GC-Sulfur Breakdown, GC-MS, dan GC-SIMDIS (Simulated Distilation). Kinetika reaksi hidrodesulfurisasi merupakan pseudo orde 1. Energi aktivasi reaksi hidrodesulfurisasi pada katalis dengan 0,5% fosfor sebesar 16,66 kJ/mol dan katalis dengan 2% fosfor sebesar 38,550 kJ/mol.

ABSTRACT
Hydrodesulfurization process using a catalyst NiMo/ γ-Al 2 O 3 with two variations, namely phosphorus content of the catalyst NiMo/ γ-Al 2 O 3 w ith 0.5% phosphorus and catalyst NiMo/ γ-Al 2 O 3 with 2% phosphorus. The catalyst activity was tested in a flow reactor at a temperature of 285-330 o C and LHSV of 4-6 h -1 with a lube base oil plus dibenzothiophene compound as a feed. The catalyst was characterized using XRD indicating that crystals formed are γ-Al 2 O 3 .
Characterization using XRF showed differences in the content of Ni and Mo. At 2% phosphorus catalyst with Ni and Mo content higher than 0.5% phosphorus. Characterization using the BET method showed a decrease in the surface area with higher phosphorus content. Test the mechanical strength of the catalyst, the higher the content of phosphorus in the catalyst mechanical strength decreases Hydrodesulfurization reaction products were analyzed using GC-Sulfur Breakdown, GC-MS and GC-SIMDIS (Simulated Distilation). Hydrodesulfurization reaction kinetics is a pseudo first order. The activation energy hydrodesulfurization reaction on the catalyst with 0.5% phosphorus amounted to 16,667 kJ/mol and a catalyst with 2% phosphorus by 38.550 kJ/mol.
"
2017
S69996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Corbridge, D.E.C.
Amsterdam: Elsevier, 1974
546.712 COR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah
"Paduan aluminium silikon eutektik merupakan salah satu paduan aluminium yang paling banyak digunakan dalam dunia pengecoran. Selain karena memiliki temperatur lebur yang rendah, pada kondisi eutektik paduan aluminium silicon akan memiliki sifat mampu cor dan fluiditas yang sangat baik. Akan tetapi, pada paduan ini akan terbentuk struktur silikon eutektik yang dapat memberikan efek kurang baik pada sifat mekanis aluminium silikon tersebut. Efek tersebut dapat diperbaiki dengan penambahan unsur modifier yang diantaranya adalah unsure phospor. Penambahan phospor umumnya hanya dilakukan pada paduan aluminium silikon hipereutektik. Pada paduan aluminium silikon eutektik, diyakini bahwa unsur phospor dapat mempengaruhi struktur mikro dan sifat mekanis dari paduan ini.
Penelitian dilakukan dengan melebur ingot AC8H yang kemudian ditambahkan sejumlah silikon untuk mencapai kondisi eutektik. Phospor ditambahkan dalam bentuk serbuk flux dan dilakukan di dalam ladel. Jumlah phospor yang ditambahkan adalah sebesar 0%P, 0.002%P, 0.004%P dan 0.006%P. Masing-masing dari paduan tersebut kemudian dilakukan pengujian karakterisasi seperti komposisi kimia, struktur mikro, kekuatan tarik, kekerasan dan ketahanan aus.
Hasil penelitian menunjukkan kandungan phospor yang berbeda dengan yang direncanakan, yaitu sebesar 0.0037%P, 0.0039%P, 0.0041%P, dan 0.0045%. Meski demikian, pengaruh penambahan phospor masih dapat diamati. Pada kandungan 0.0039%P didapatkan struktur silikon eutektik dan sifat mekanis yang terbaik. Kemudian kandungan phospor yang semakin tinggi akan menghasilkan struktur silikon eutektik yang semakin kasar dan sifat mekanis yang semakin menurun.

Eutectic aluminum silicon alloy is one of the aluminum alloys which used most in the world of casting. It?s because at eutectic condition, this alloy will have very low melting temperature, give good fluidity and castability. However, at eutectic condition this alloy will tend to form eutectic silicon structure that unfavourable effect for mechanical properties of aluminum silicon alloy. This effect can be impreoved by the addition of modifier element, the phosphorus element. Generally, the phosphorus?s addition only used in aluminum silicon hypereutectic alloy. In eutectic aluminum silicon alloy, it?s believed that phosphorus element can influence the microstructure and mechanical properties of this alloy.
This research is done by melting the AC8H ingots with enough of silicon content to reach the eutectic condition. Phosphorus was added in the form of flux powder into the treatment ladle. The amount variable of phosphorus additions is 0%P, 0.002%P, 0.004%P and 0.006%P. Eeach of that phosphorus contents has passed the characterization test including chemical composition, microstructure, tension strength, hardness and wear resistance.
The results show different phosphorus content with what have been planned, 0.0037%P, 0.0039%P, 0.0041%P, and 0.0045%. However, the influence of phosphorus additions can still be analyzed. At 0.0039%P, it?s shows best eutectic silicon structure and mechanical properties. Later, the more phosphorus content (0.0041% and 0.0045%) will cause the coarsening of the eutectic silicon structure and reducing the mechanical properties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41673
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Breslow, David S.
New York: Interscience, 1966
547.59 BRE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Angel Mutiara
"Kandungan maksimum sulfur pada jenis solar dengan angka setana 51 di Indonesia adalah sebesar 300 ppm. Kandungan sulfur tersebut masih jauh di bawah standar internasional berdasarkan standar Euro VI, yaitu mencapai hingga 10 ppm, atau dikenal sebagai ultralow-sulfur diesel. Senyawa sulfur pada solar harus diturunkan karena memiliki dampak negatif terhadap mesin, lingkungan, maupun kesehatan manusia. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi kandungan sulfur pada solar adalah dengan menggunakan desulfurisasi oksidatif katalitik (Cat-ODS). Metode Cat-ODS dapat mengoksidasi sulfur menjadi sulfon yang lebih polar sehingga dapat lebih mudah dihilangkan pada proses pemisahan berikutnya, yaitu sentrifugasi. Selama ini, proses Cat-ODS dan sentrifugasi dilakukan di dalam alat yang terpisah. Pada penelitian ini, proses Cat-ODS akan dilakukan di dalam prototipe reaktor-sentrifugasi yang merupakan gabungan dari CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor) dan sentrifugal ekstraktif sehingga proses dapat berlangsung secara kontinu. Penelitian ini dilakukan untuk menguji ODS pada prototipe reaktor-sentrifugasi dengan menggunakan solar Pertamina Dex, katalis asam asetat, dan oksidator kalium permanganat. Variabel yang akan divariasikan pada penelitian ini adalah suhu oksidasi 30, 50, 70 oC, rasio volume solar dengan katalis (V/V) 5:1, 10:1, 15:1, 20:1, kecepatan pengadukan 200, 300, 400, 500 rpm, serta waktu tinggal 2, 3, 4, 5 menit. Setelah itu, solar akan dianalisis kandungan sulfurnya dengan menggunakan metode Fourier Transform Infrared (FTIR). Hasil persentase desulfurisasi terbaik pada penelitian ini adalah 19,67% yang diperoleh pada kondisi suhu oksidasi 70 oC, rasio volume solar dengan katalis 20:1, kecepatan pengadukan 300 rpm, dan waktu tinggal 5 menit.

The maximum sulfur content in diesel fuel with a cetane number of 51 in Indonesia is 300 ppm. That sulfur content is still far below international standards based on Euro VI standards, which reach up to 10 ppm, otherwise known as ultralow-sulfur diesel. Sulfur compounds in diesel fuel must be reduced because they have a negative impact on engines, the environment, and human health. One method that can be used to reduce the sulfur content in diesel fuel is by using catalytic oxidative desulfurization (Cat-ODS). The Cat-ODS method can oxidize sulfur to become a more polar sulfone so that it can be more easily removed in the next separation process, which is centrifugation. So far, the Cat-ODS and centrifugation processes have been carried out in separate equipment. In this study, the Cat-ODS process will be carried out in a prototype centrifugation reactor which is a combination of a CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor) and an extractive centrifuge so that the process can take place continuously. This research was conducted to test the ODS on a prototype centrifugation reactor using Pertamina Dex diesel fuel, acetic acid catalyst, and potassium permanganate oxidizer. Variables that will be varied in this research are the oxidation temperature of 30, 50, 70 oC, volume ratio of diesel fuel and catalyst (V/V) 5:1, 10:1, 15:1, 20:1, stirring speed of 200, 300, 400, 500 rpm, and residence times of 2, 3, 4, 5 minutes. After that, diesel fuel will be analyzed for its sulfur content using the Fourier Transform Infrared (FTIR) method. The best desulphurization percentage result in this study was 19.67% which was obtained at an oxidation temperature of 70 oC, a volume ratio of diesel fuel and catalyst of 20:1, a stirring speed of 300 rpm, and a residence time of 5 minutes."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Adriana
"Senyawa belerang merupakan salah satu jenis senyawa
nonhidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi. Senyawa
belerang dapat membawa dampak negatif, bila masih terkandung
dalam minyak bumi. Dampak negatif tersebut antara lain: hujan
asam, korosi, dan gangguan terhadap kesehatan manusia.
Hidrodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi yang
telah biasa dilakukan, namun teknik ini hanya dapat
berlangsung apabila tersedia energi (panas dan tekanan) yang
tinggi. Biodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi baru
yang sekarang sedang dikembangkan yang diharapkan dapat
diterapkan dengan lebih baik, efisien, ramah lingkungan, dan
menguntungkan dibandingkan teknik Hidrodesulfurisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar
belerang yang terkandung dalam. Iranian Crude Oil dengan
menggunakan teknik biodesulfurisasi. Bakteri yang digunakan
adalah Thiobacillus thioparus dan Thiobacillus neapolitanus.
Kondisi optimum dari teknik biodesulfurisasi ditentukan untuk
meningkatkan aktivitas bakteri memetabolisme senyawa belerang,
sehingga dapat memperbesar persentase penurunan kandungan
belerang dalam minyak bumi Hasil persentase penurunan kandungan belerang dalam minyak
bumi berkisar antara 1,35%-11,74%. Penurunan kandungan
belerang juga terjadi pada media yaitu berkisar antara 4,90%-
22,34%. Pemberian aerasi secara simultan dalam jumlah ± 5
L/menit dapat meningkatkan penurunan kandurigan belerang baik
dalam minyak bumi maupun dalam. media dibandingkan dengan
perlakuan aerasi lain (penggojokan dan pengadukan). Pemberian
komponen nutrisi tambahan (N dan P dari NH 4NO3 dan (NH4)2HPO4)
sebanyak 1% (b/v) ke dalam media dapat meningkatkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam. media dari 4,90% menjadi
9,42% (Thiobacillus neapolitanus) dan dari 18,57% menjadi
22,34% (Thiobacillus thi pparus). Sedangkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam minyak bumi meningkat dari
5,08% menjadi 11,74% (Thiobacillus thioparus) dan dari 1,35%
sampai 6,88% (Thiobacillus neapolitanus). Dengan memperpanjang
waktu inkubasi dapat meningkatkan persentase penurunan
kandungan belerang, waktu inkubasi yang digunakan hanya selama
2 hari (48 jam). Data di atas menunjukkan bahwa Thiobacillus
thi pparus dan Thiobacillus neapolitanus cukup potensial untuk
melakukan biodesulfurisasi pada minyak bumi. Pemberian kondisi
yang paling optimum untuk proses biodesulfurisasi akan
meningkatkan persentase penurunan kandungan belerang. Hasilhasil
yang didapat dari penelitian ini hanya merupakan satu
langkah dari serangkaian studi guna menyempurnakan teknik
biodesulfurisasi. Penyempurnaan tersebut diperlukan agar
biodesulfurisasi dapat diterapkan sama baiknya dengan
hidrodesulfurisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London : Taylor and Francis, 1996
570.1 BIO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Al Reka Reo
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghidrodearomatisasi senyawa naftalena pada fraksi gas oil dengan menggunakan katalis NiMo-P/γ-Al2O3 tersulfidasi. Pada katalis dilakukan variasi penambahan fosfor dengan kadar 0,5% dan 2,0% untuk melihat efek fosfor terhadap reaksi hidrodearomatisasi dan proses sulfidasi untuk mengganti oksida logam menjadi sulfida logam. Karakterisasi dilakukan terhadap katalis NiMo-P/γ-Al2O3 [P:0,5%] (C5P05) dan Katalis NiMo-P/γ-Al2O3 [P:2,0%] (C5P20). Karakterisasi dilakukan berdasarkan 4 parameter uji, yaitu analisa luas permukaan, volume dan diameter pori, kekuatan mekanik, fasa kristalitas, dan kadar logam yang terkandung pada katalis. Katalis C5P20 memiliki luas permukaan sebesar 184,8 m2/g yang lebih rendah dibandingkan C5P05 sebesar 188,3 m2/g, C5P20 memiliki volume pori 0,4422 cm3/g yang lebih besar dari C5P05 yaitu 0,4198 cm3/g, dan C5P20 memiliki diameter pori sebesar 9,57 nm yang lebih besar dibandingkan Katalis C5P05 yaitu 8,917 nm. Katalis C5P05 memiliki kekuatan mekanik yang lebih besar dibandingkan C5P20, nilainya berturut-turut 9,43 kg/mm dan 7,45 kg/mm. Analisa fasa kristalitas Katalis C5P05 dan C5P20 menunjukkan kristal γ-Al2O3. Analisa kadar logam terhadap katalis C5P05 dan C5P20 menunjukkan C5P05 memiliki kadar fosfor yang terikat sebesar 0,36% dan C5P20 sebesar 1,09%. Hasil aktivitas katalitik C5P05 dan C5P20 ditunjukkan berdasarkan energi aktivasi (Ea) yang didapat dari masing-masing katalis, nilai Ea berturut-turut 124,90 kJ/mol dan 92,63 kJ/mol. Pada reaksi hidrodearomatisasi menggunakan katalis C5P05 dan C5P20 tidak menunjukkan pergeseran titik didih yang signifikan antara umpan dan produk yang menandakan tidak terjadi perengkahan hidrokarbon dari hasil reaksi hidrodearomatisasi.

ABSTRACT
This study aims to hydrodearomatization naphthalene compound on gas oil fraction by using catalyst NiMo-P/γ-Al2O3 sulphided. Phosphorus addition to the catalyst with variations levels of 0,5% and 2,0% to see the effects of phosphorus to the hydrodearomatization reaction and sulfidation process to replace the metal oxides into metal sulphides. Catalyst characterization carried out on the NiMo-P/γ-Al2O3 [P : 0,5%] (C5P05) and NiMo-P/γ-Al2O3 [P : 2,0%] (C5P20). Characterization conducted by four parameter tests, analysis of surface area, volume and pore diameter, mechanical strength, cristalline phase, and the metal content in the catalyst. C5P20 has a surface area of 184,8 m2/g lower than C5P05 is 188,3 m2/g, C5P20 has a pore diameter of 9,57 nm higher than C5P05 is 8,917 nm. C5P05 has higher mechanical strength than C5P20, respectively 9,43 kg/mm and 7,45 kg/mm. Analysis of cristalline phase on the C5P05 and C5P20 showed crystals formed γ-Al2O3. Analysis of the metal content on the C5P05 and C5P20 showed phosporus content on C5P05 is 0,36% and C5P20 is 1,09%. The result of catalytic activity C5P05 and C5P20 indicated by the activation energy (Ea) that obtained from each catalyst, the value of Ea respectively 124,9 kJ/mol and 92,63 kJ/mol. In the hydrodearomatization reaction using catalysts C5P05 and C5P20 did not show a significant shift in boiling point between the feed and product that indicates cracking of hydrocarbons is not occur from the hydrodearomatization."
2016
S64104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanuddin
"Permintaan sulfur dalam negeri semakin meningkat hingga 220 ribu ton pada 2014 atau setara dengan 72 juta US dollar. 70% sulfur yang ada saat ini merupakan by product dari minyak bumi. Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dunia dan juga terbatasnya eksplorasi untuk penambangan sulfur menjadi pertimbangan untuk meningkatkan produksi sulfur dalam negeri. Proses pemurnian sulfur alam dengan sistem kontiniu dan tekanan tinggi yang telah ada, proses Frasch, membutuhkan modal dan biaya operasional yang besar. Proses Frasch membutuhkan air hingga 57 m3 untuk setiap ton sulfur yang dihasilkan dan juga biaya yang mahal. Pada penelitian sebelumnya dilakukan modifikasi proses produksi sulfur menggunakan autoclave dengan sistem batch untuk mereduksi biaya operasional dan dapat dilakukan pada skala kecil. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses ini dapat memurnikan batuan dengan kemurnian tinggi tetapi yield yang dihasilkan kurang optimum Pada penelitian ini dilakukan injeksi gas karbondioksida ke dalam sistem sebagai media transfer panas tambahan. Karbondioksida juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan difusifitas uap air untuk penetrasi ke dalam formasi batuan yang membantu untuk melelehkan sulfur sehingga meningkatkan yield sulfur yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi operasi untuk proses pemurnian adalah pada suhu 140oC, tekanan injeksi karbondioksida sebesar 30 psi, rasio air dan batuan sebesar 10ml/g, serta lama waktu operasi 6 menit dengan yield dan kemurnian yang didapatkan masing-masing sebesar 86,8% dan 99,82%.

Demand of sulfur in Indonesia is increasing throughout the years reaching 220 thousand tones equivalent with 72 millio US Dollar in 2014. Nowadays, 70% of sulfur is coming from byproduct of petroleum industry. As long as the depletion of oil and gas resoources and the limited of exploration of sulfur mining as the consideration to enrich the production of sulfur in domestic.The existing sulfur purification process with continue system and high pressure, Frasch process, requires high capital and operational cost. Frasch process needs water up to 57 m3 in order to get one tone of sulfur. On the previous research, modified sulfur production process used autoclave in batch system to reduce the operational cost in order to use by small industry. The result is that process can purify sulfur with high purity but, the yield itself is not optimal. In this research, carbondioxyde is injected as an addition of heat transfer. In addition, carbon dioxide has an ability to enrich the diffusivity of steam to penetrate rock formations. The injection of carbon dioxide in this system can help in melting sulfur faster in order to increase the yield itself. Based on this research, the operation condition to purify sulfur is 140 oC of temperature, 30 psi of CO2 injection, 10 ml/g of ratio between water and native sulfur ore with 6 minutes of process. The result of yield and purity are 86,8% and 99,82%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syahrial Akbar
"ABSTRAK
Hidrogen banyak diproduksi oleh teknologi modern seperti steam reforming, oksidasi parsial dan metode gasifikasi batubara. Namun, proses ini memanfaatkan bahan bakar fosil sebagai bahan baku mereka, yang dapat menyebabkan penipisan pada bahan bakar fosil secara global. Dari situasi ini, permintaan untuk menciptakan metode alternatif dalam memproduksi hidrogen menjadi meningkat. Siklus termokimia sulfur-iodin S-I adalah salah satu metode alternatif untuk memproduksi hidrogen. Ini adalah metode yang menarik untuk menghasilkan hidrogen tanpa menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan baku dan memproduksi emisi gas rumah kaca. Pada siklus termokimia S-I, bagian dekomposisi HI memiliki sistem dinamis yang kompleks karena suhu proses yang tinggi yang terlibat dan adanya molekul azeotrop homogen dalam fase Hix. Dalam penelitian ini, simulasi dinamika melalui strategi Model Predictive Control diimplementasikan untuk mengontrol proses siklus termokimia S-I. Kemudian, kinerja Model Predictive Control diperiksa dan dibandingkan dengan strategi Proportional Integral Derivative dalam hal set point tracking dan disturbance rejection. Berdasarkan hasil, strategi Model Predictive Control menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan strategi kontrol Proportional Integral Derivative.

ABSTRACT
Hydrogen is widely produced by advanced technologies such as steam reforming, partial oxidation and coal gasification method. However, these processes utilize fossil fuels as their feedstock, which can cause the depletion on fossil fuels globally. From this situation, the demand for creating alternative methods of producing hydrogen has been emphasized. The sulfur iodine S I thermochemical cycle is one of the alternative methods for producing hydrogen. It is an attractive method to produce hydrogen without using fossil fuels as the feedstock and producing emission of any greenhouse gas. In the S I thermochemical cycle, HI decomposition section has complex dynamic systems due to the high process temperature involved and the presence of a homogenous azeotrope in the HIx phase. In this research, the dynamic simulation through the design of Model Predictive Control strategy were implemented to control the process of S I thermochemical cycle. Then, the performance of the Model Predictive Control was examined and compared with the Proportional Integral Derivative control strategy in terms of set point tracking and disturbance rejections. Based on the results, Model Predictive Control strategy has presented better performance as compared to the Proportional Integral Derivative control strategy."
2016
S66737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>