Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58495 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mike Nurjana
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
907 PJKB 7:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar Abdillah
"Penelitian ini menganalisis prosedur penerjemahan bentuk-bentuk kata sapaan dalam novel Er Ist Wieder Da karya Timur Vermes yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris karya Jamie Bulloch berjudul Look Who's Back. Data dianalisis menggunakan teori prosedur penerjemahan oleh Newmark, Molina & Albir, Pertheghella dan Viney & Darbelnet. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan cara deskriptif kepustakaan karena korpus penelitian ini adalah novel. Jenis kata sapaan di dalam novel, seperti kata ganti lain, nama diri, gelar/pangkat, nomina + ku dan nomina lain. Bentuk sapaan dibagi berdasarkan prosedur, enam kasus menggunakan prosedur padanan budaya, dua kasus menggunakan prosedur ekuivalen fungsional, tiga kasus menggunakan prosedur peminjaman, tiga kasus menggunakan prosedur modulasi, dua kasus menggunakan prosedur couplet, enam kasus menggunakan prosedur amplifikasi, empat kasus menggunakan prosedur penerjemahan harfiah, kasus menggunakan prosedur literal, satu kasus menggunakan prosedur reduksi, dua kasus menggunakan prosedur lokalisasi dialek dan satu kasus menggunakan prosedur eksplisitasi.

This study analyzes the procedure of translating the forms of address in Timur Vermes's novel Er Ist Wieder Da translated into English by Jamie Bulloch titled Look who's back. The data was analyzed using the theory of translation procedures by Peter Newmark, Lucía Molina & Amparo Hurtado Albir, Pertheghella dan Viney & Darbelnet. This study was conducted using qualitative with means of descriptive literature because the corpus of this study is novel. Types of Address in the novel, such as other pronouns, personal names, titles/ranks, possessive adjective, and other nouns. The forms of address were divided based on the procedure, six cases used cultural equivalent procedure, two cases used functional equivalent procedure, three cases used borrowing procedure, three cases used modulation procedure, two cases used couplet procedure, six cases used amplification procedure, four cases used literal translation procedure, one case used reduction procedure, two cases used dialect localization procedure and one case used explicitation procedure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wieka Barathayomi
"Tesis ini adalah kritik atas strategi penerjemahan istilah budaya dalam novel Olive Kitteridge. Kritik disusun dengan menggunakan model analisis teks yang berorientasi pada penerjemahan dengan menggunakan pencapaian tujuan penerjemahan sebagai kriteria utama keberhasilan penerapan strategi penerjemahan. Pertama, analisis faktor ekstratekstual dan intratekstual teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa) dilakukan untuk menentukan tujuan penerjemahan. Kedua, menganalisis data untuk menemukan strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan istilah budaya. Ketiga, penilaian keberhasilan dan kegagalan penerapan strategi penerjemahan istilah budaya dipandang dari pencapaian tujuan penerjemahan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tujuan penerjemahan adalah untuk menyampaikan kisah Olive Kitteridge secara sesetia mungkin dengan maksud penulis TSu dengan tujuan memperkenalkan budaya sumber kepada pembaca sasaran. Terjemahan yang dihasilkan harus memenuhi kriteria tepat, wajar, dan mudah dipahami. Keberhasilan penerjemah yaitu menerjemahkan TSu sesetia mungkin dengan maksud penulis TSu, dengan harapan memperkenalkan budaya sumber kepada pembaca sasaran. Penerjemah juga menyadari adanya perbedaan latar belakang pengetahuan dan budaya yang dimiliki pembaca TSu dan TSa, yakni terlihat dari upaya menerapkan beberapa strategi penerjemahan untuk mengisi informasi yang dimiliki pembaca TSu tetapi tidak dimiliki pembaca TSa. Strategi yang terlihat jelas adalah pemberian catatan kaki dan penjelasan tambahan.
Kegagalan penerjemah yaitu demi menunjukkan kesetiaan pada maksud penulis TSu, penerjemah banyak menggunakan strategi transferensi dan penerjemahan harfiah untuk menerjemahkan istilah budaya yang akhirnya membuat terjemahan tidak tepat dan tidak wajar. Secara umum dapat dikatakan bahwa jika dikaitkan dengan tujuan penerjemahan, yakni terjemahan yang sesetia mungkin pada maksud penulis TSu dengan tujuan memperkenalkan budaya sumber kepada pembaca sasaran dan memenuhi kriteria tepat, wajar, serta mudah dipahami, strategi penerjemahan istilah budaya dalam novel Olive Kitteridge tidak cukup berhasil mencapai tujuan itu.

This thesis is a criticism to the application of translation strategies in translating cultural terms in Olive Kitteridge. The criticism is based on a model for translation-oriented text analysis by using translation purpose as the main criteria for successful application of translation strategies. First, analysis of extratextual and intratextual factors of source text (ST) and target text (TT) is conducted to determine translation purpose. Second, data analysis is conducted to find translation strategies applied by the translator in translating cultural terms. Third, assessing the application of translation strategies in translating cultural terms based on translation purpose.
This research shows that the purpose of translation is to deliver Olive Kitteridge story as faithful as possible to ST author intention, in order to introduce source language culture to target language readers. The translation must meet the appropriate criteria: accurate, natural, and readable. The translator is success in translating ST as faithful as possible to ST author intention, in order to introduce source language culture to the target language readers. The translator is also aware that ST and TT readers have different cultural background and knowledge. It is shown by her attempt in applying translation strategies, such as footnotes and additional explanation, to overcome translation problem.
Unfortunately, in order to show faithfulness to ST author intention, the translator use a lot of transference and literal translation strategies to translate culture terms that make the translation inaccurate and unnatural. In general, related to the translation purpose that is to be faithful to ST author intention in order to introduce source language culture to target language readers and meet the appropriate criteria of accurate and natural, the translation strategies of cultural terms in Olive Kitteridge failed in achieving translation purpose.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T31791
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono Susanto
"Subtitling atau takrir mempunyai tantangan bagi para pembuat subtitle ketika menerjemahkan sebuah film yang mempunyai perbedaan budaya antara Bahasa sumber dan Bahasa target, yang di mana dalam hal ini adalah Bahasa Inggris sebagai fokus dari diskusi ini. Artikel ini bertujuan untuk menganalisa lebih lanjut elemen-elemen yang mengandung referensi budaya dari film Aruna dan Lihdanya (2018), dan juga menjabarkan masalah-masalah yang timbul ketika membuat subtitle dan strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Beberapa langkah telah diambil, yaitu dari menonton film tersebut, mengoleksi data dalam bentuk gambar dan percakapan, sampai menganalisis konteks dari elemen-elemen tersebut untuk menjawab permasalahan referensi budaya ekstralinguistik. Penelitian ini mencoba untuk membahas strategi penerjemahan yang dipakai pada film tersebut dengan menggunakan metode subtitling milik Jan Pedersen dan juga parameter yang mempengaruhi. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa strategi penerjemahan subtitle yang digunakan pada sebuah film dapat bergantung pada elemen yang terkandung dalam film, yang dapat dikategorikan sebagai faktor kunci untuk memilih prosedur penerjemahan yang benar.

Subtitling presents a challenge when translating a movie that has cultural differences between the source language and the target language, which in this case is English, the focus of this paper's discussion. This article aims to further analyze the cultural-bound elements from Aruna dan Lidahnya, as well as to state the problems when making the subtitles and strategies that are used by the subtitle team to overcome those things. There are a few steps conducted; from watching the movie, collecting the data in the form of images and utterances, to analyzing the contextual aspect to answer the extralinguistic cultural references. This research attempts to examine subtitling strategies in an Indonesian Netflix film, Aruna dan Lidahnya, utilizing Pedersen's proposed subtitling methodologies and influencing parameters. The findings of this study indicate that the subtitling strategies that a subtitler uses in a movie can depend on the various elements shown in the movie, which are considered key factors for a subtitler to choose the correct procedures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hollander, H.W.
Jakarta : Pusat Bahasa Erasmus, 1988
418.02 HOL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Melodya Zefanya Supriyatno
"Penelitian ini membahas padanan Jugendsprache (bahasa remaja Jerman) dan bahasa gaul (bahasa remaja Indonesia) dalam takarir film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. Film ini merupakan film berbahasa Jerman yang mengisahkan kehidupan percintaan seorang Wanita yang bernama Lolle. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menganalisis teks subtitle (takarir) yang mengandung Jugendsprache. Data diambil dari takarir film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. Penelitian ini menganalisis karakteristik Jugendsprache yang digunakan dalam takarir film berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Bahlo, dkk dalam bukunya yang berjudul Jugendsprache: Eine Einführung (2019) dan menganalisis apakah terjemahan takarir dalam film ini sepadan dengan bahasa gaul bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 53 ujaran yang mengandung Jugendsprache dalam film Berlin, Berlin: Lolle On The Run dan terdapat dua ujaran yang sepadan dengan bahasa gaul bahasa Indonesia. Dalam proses penerjemahan takarir, padanan Jugendsprache dan bahasa gaul dapat ditemukan dengan memperhatikan konteks, situasi komunikasi, dan kesesuaian budaya. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pemahaman dan penerjemahan Jugendsprache dan bahasa gaul dalam film Jerman.

This research discusses the equivalence of Jugendsprache (German teen language) and Bahasa Gaul (Indonesian teen language) in the subtitles of the film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. This German-language film that tells the story of the love life of a woman named Lolle. The research method used is qualitative by analyzing the subtitle text containing Jugendsprache. The data is taken from the subtitles of the film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. This research analyze the characteristics of Jugendsprache used in film subtitles based on the characteristics proposed by Bahlo, et al in their book entitled Jugendsprache: Eine Einführung (2019) and analyze whether the subtitle translation in this film is equivalent to Bahasa Gaul. The results showed that there were 53 sayings containing Jugendsprache in the film Berlin, Berlin: Lolle On The Run and two sayings equivalent to Bahasa Gaul. In the process of subtitle translation, the equivalent of Jugendsprache and Bahasa Gaul can be found by paying attention to the context, communication situation, and cultural compatibility. This research contributes to the understanding and translation of Jugendsprache and Bahasa Gaul in German films."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cattleya Wahyu Pravitha
"Terjemahan beranotasi adalah terjemahan yang diberi catatan sebagai bentuk pertanggungjawaban penerjemah atas padanan yang dipilihnya. Bahan terjemahan beranotasi ini adalah dongeng. Banyak hal perlu dipertimbangkan bila mengingat pembaca sasarannya adalah anak-anak. Penerjemahan dilakukan dengan metode semantis agar unsur estetis TSu tetap muncul di dalam TSa dan metode komunikatif agar pembaca TSa tidak kesulitan memahami isi teks. Pelbagai kamus digunakan sebagai rujukan dan laman internet sebagai sumber informasi saat menerjemahkan. Permasalahan penerjemahan yang banyak ditemukan dalam penerjemahan dongeng ini adalah bahasa figuratif dan kata budaya. Berbagai prosedur penerjemahan diterapkan untuk memecahkan masalah yang ada dan unsur-unsur yang bermasalah dianotasi. Menerjemahkan untuk anak, yang berarti penerjemah harus memposisikan diri sebagai anak saat menerjemahkan, membuat penerjemahan dongeng ini menantang sekaligus memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan baru.

An annotated translation is a translation with a translator’s commentary on the chosen equivalence. This annotated translation uses a fairy tale as the source text. Various aspects should be considered because the target readers of the translation are children. While translating, semantic method is applied so that the esthetical element of the source text can be maintained. Communicative method is also applied to increase readability. Dictionaries and internet websites are used as information sources. Translation problems that were found during the translation process are figurative languages and cultural words. Various translation procedures are applied to solve the problems before they are annotated. Translating for children, which requires the translator to adopt a child’s point of view, gives some valuable experiences and new knowledge."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T38977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrina Azura
"ABSTRAK
Artikel ini menelaah strategi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan profanity dalam novel The Catcher in the Rye beserta efeknya pada penokohan si narator. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek dari strategi penerjemahan tertentu terhadap unsur penokohan. Penelitian semacam ini akan menghasilkan keuntungan akademis dan praktis. Penelitian ini akan berfokus pada Bab 25, bab kedua dari terakhir di mana klimaks cerita terjadi. Untuk meneliti jumlah strategi yang dipakai, artikel ini menggunakan statistic, sedangkan metode kualitatif-deskriptif digunakan untuk meneliti efek strategi tersebut terhadap penokohan si narator. Strategi tersebut diklasifikasin berdasarkan sistem Baker 1992 , sedangkan dalam menilai unsur penokohan, argument Nida mengenai pentingnya penokohan akan menjadi dasar penilaian. Penelitian ini menemukan bahwa penerjemah novel tersebut utamanya menggunakan strategi softening dan omission. Hal ini berdampak pada penokohan si narator yang jauh berbeda dari versi aslinya, di mana ia menjadi lebih santun dan taat pada norma sosial. Namun, dikarenakan cakupan penelitian yang terbatas, penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk dapat menarik kesimpulan yang lebih dalam.

ABSTRACT
This paper investigates the translation strategies used in translating profanity in the novel The Catcher in the Rye and their effects on the narrator rsquo;s characterisation. The purpose is to see the effects that certain translation strategies have on characterisation, an important literary element. Such a study will provide academic and practical benefits. This paper will focus on Chapter 25, the penultimate chapter where the climax takes place. This paper uses statistics to examine the number of translation strategies used and the qualitative-descriptive method to examine the effects on the narrator rsquo;s characterisation. The strategies will be classified based on Baker rsquo;s 1992 proposed strategies, while Nida rsquo;s 2000 argument regarding the importance of characterisation will be the framework for evaluating the characterisation. This paper finds that the Indonesian translator overwhelmingly used the strategies of softening and omission. This results in a significantly different characterisation of the narrator, in which he becomes less irreverent and more conscious of social norms. However, as the scope of this study is limited, a further study of the whole novel will be necessary."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hanissa Emiria
"Skripsi ini menganalisis penerjemahan judul film berbahasa Inggris ke dalam bahasa Jerman. Bagian pertama skripsi ini mengklasifikasikan 630 judul ke dalam lima kategori judul terjemahan berdasarkan teori Regina Bouchehri. Judul-judul yang diklasifikasi didapat dari sebuah buku berjudul 1001 Filme – die Sie sehen sollten, bevor das Leben vorbei ist. Bagian kedua skripsi ini mengklasifikasikan kategori berdasarkan pada jumlah judul terbanyak dan tersedikit dalam kategori tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan faktor-faktor internal maupun eksternal yang melatarbelakangi keputusan sebuah penerjemahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori yang memiliki judul terbanyak adalah kategori Titelidentität, dan kategori yang memiliki judul tersedikit adalah Titelinnovation.

This thesis takes a closer look at English to German film title translation. The first part of the thesis involves a classification of 630 titles into five categories of translated titles according to a theory from Regina Bouchehri. The classified titles are acquired from a book entitled 1001 Filme – die Sie sehen sollten, bevor das Leben vorbei ist. The second part of the thesis engages in the classification of categories based on the frequency of use in the titles.
The purpose of the thesis is to identify both the deciding internal and external factors in relation to film title translation. This thesis reports Titelidentität as the category with the most amount of translated titles, and Titelinnovation as the category with least amount of translated titles.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Eryadi Abdillah
"Penelitian ini termasuk dalam wilayah kajian penerjemahan dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis diterapkan untuk mengetahui ideologi penerjemah pada terjemahan karya sastra. Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu novel Bumi Manusia sebagai TSu dan The Earth of Mankind sebagai TSa. Ideologi penerjemah yang ditemukan akan dibandingkan dengan ideologi penulis untuk mencari tahu persamaan dan perbedaannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan model komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penulis dan penerjemah memiliki ideologi yang sama, yakni ideologi sosialis. Sementara itu, terdapat perbedaan intensitas dari ideologi penulis dan penerjemah. Penerjemah memiliki pandangan yang lebih kuat terhadap kaum pribumi dan kaum Eropa yang dapat dilihat dari penekanan kata-kata mengenai kaum pribumi dan Eropa yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan TSu. Tidak ada makna yang bergeser antara TSu dan TSa, sehingga baik pembaca TSu maupun TSa dapat memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Namun, penekanan yang dilakukan oleh Max Lane dapat memberikan efek yang berbeda pada pembaca TSa dalam hal memandang kaum pribumi dan kaum Eropa.

The field of this study is translation studies by using a critical discourse analysis approach. Critical discourse analysis is applied to determine the ideology of the translator in the translation of literary works. This study uses two data sources, namely the novel Bumi Manusia as ST and The Earth of Mankind as TT. The translator's ideology that has been found will be compared with the author's ideology to find out their similarities and differences. This research is a descriptive qualitative research using a comparative model. The results of this study indicate that the author and translator have the same ideology, namely socialism. Meanwhile, there are differences in the intensity of the ideologies of author and translator. The translator has a stronger view towards the natives and the Europeans, which can be seen from the emphasis on the words about the natives and Europeans by the translator in translating the ST. There is no shift in meaning between ST and TT, hence both ST and TT readers can understand the intention of the author. However, the emphasis on words made by Max Lane can result in different impact on TT readers in viewing the natives and the Europeans."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>