Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165864 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dea Amalia Andhika Putri
"Kepercayaan dari publik merupakan hal yang penting untuk kelancaran proses pemerintahan. Penelitian ini menganalisis kegiatan humas politik yang menggunakan media sosial sebagai alat dalam mempengaruhi tingkat kepercayaan generasi millennials. Kegiatan humas politik dalam konteks ini adalah kegiatan humas politik yang menunjukkan gaya kepemimpinan seorang pemimpin. Penelitian kuantitatif ini menggunakan kuesioner online sebagai teknik pengumpulan data teknik sampel purposive dalam menentukan responden, yaitu generasi millennials di wilayah Jabodetabek. Pengujian data dilakukan dengan uji analisis faktor dan uji regresi linear yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kegiatan humas politik dengan tingkat kepercayaan.

Trust from the public is important for the government process. This study analyzes political public relations activities using social media as a tool affects millennials generation rsquo s trust levels. Political public relations activities in this context are political public relations activities that show leadership style of a leader. This quantitative research uses an online questionnaire as a data collection technique and using purposive sampling in determining the respondents that are the millennials generation in the Jabodetabek area. The data test is done by factor analysis test and linear regression test which shows that there is influence between political relations activities and the level of trust."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dinta
"Kehadiran Web 2.0 merevolusi kegiatan humas politik dalam membangun komunikasi dan interaksi dengan khalayak luas. Humas pemerintah meninggalkan cara konvensional untuk berkomunikasi dengan menggunakan berbagai bentuk media komunikasi berbasis internet seperti membuat vlog yang diunggah ke akun Youtube Presiden Joko Widodo. Penelitian ini menganalisis bagaimana tingkat efektivitas penggunaan vlog sebagai bentuk dari kegiatan digital political public relations. Penelitian kuantitatif ini menggunakan kuesioner online yang diambil menggunakan teknik simple random sampling pada generasi millennials yang merupakan penonton vlog Presiden Joko Widodo. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan vlog ini tidak terlalu efektif karena tingkat interaksi penonton terhadap vlog masih rendah sehingga perlu ada perbaikan agar penggunaan vlog menjadi efektif.

The presence of Web 2.0 revolutionized the activities of political public relations in building communication and interaction with a wide audience. Public relations left the conventional way to communicate by using various forms of internet based communication media such as creating a vlog that is uploaded to President Joko Widodo rsquo s Youtube account. This study analyzes how the effectiveness of the use of vlog as a form of digital political public relations activity. This quantitative research uses an online questionnaire taken using simple random sampling technique on millennials generation which is also the viewer of President Joko Widodo rsquo s vlog. The results showed that the use of vlog is not very effective because the level of audience rsquo s interactivity is still low so there needs to be some improvements in order to make it effective"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Langi
"Penelitian ini membahas mengenai gaya kepemimpinan politik Joko Widodo dan faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan gaya kepemimpinannya tersebut. Pemimpin sebagai sosok sentral memainkan peran kunci dalam penyelenggaraan pemerintahan. Publisitas media yang tinggi terhadap kepemimpinan Jokowi disebabkan karena gaya kepemimpinan dan kinerjanya selama menjabat sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta yang dinilai baik. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Kepemimpinan Populis oleh John Lukacs dan teori Sosialisasi Politik oleh Rush dan Althoff. Penulis menemukan bahwa munculnya kepemimpinan populis Jokowi disebabkan oleh konteks politik dan latar belakang kehidupannya. Gaya kepemimpinan politik Jokowi yang populis diidentifikasi berdasarkan tingginya popularitas Jokowi di mata publik, kebijakan yang kerakyatan, dan gaya politik yang tidak berjarak dengan massa.

This research discusses about the political leadership style of Joko Widodo and the role factors of its establishment. A leader, as a central actor, plays a key role in the implementation of a government. High media publicity towards Jokowi`s leadership is caused by his good leadership and track record during his time in holding the office as a Mayor of Solo and a Governor of DKI Jakarta. The theory that is used to analyze Jokowi`s political track record in this research is the populist leadership style by John Lukacs and political socialization theory by Rush and Althoff. I find that environmental factor and political context are the main factors that establish Jokowi`s political leadership style. His high popularity with his populist policy and close to the society makes him as a leader with a populist leadership style."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S57713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Surdiasis
"Penelitian ini membahas penggunaan media sosial dalam membentuk narasi politik dengan meneliti postingan video blog vlog Presiden Jokowi di Youtube, dengan pertanyaan: Bagaimana Presiden Jokowi menggunakan postingan Vlog-nya untuk membangun narasi politik tentang dirinya maupun kepresidenannya? Sumber semiotik apa yang digunakan Presiden Jokowi dalam postingan vlognya? Penelitian ini menggunakan analisis multimodal dengan pendekatan Sistemik Fungsional Systemic Functional Multimodal Discourse Analysis . Penelitian ini menyimpulkan Presiden Jokowi telah menggunakan postingan vlog-nya untuk membangun narasi politik tentang kemajuan dan pembaharuan, yang mengukuhkan kepresidenan Jokowi sebagai era yang akan membawa akhir yang baik bagi Indonesia, serta memperkuat legitimasi politik Presiden Jokowi sebagai pemimpin yang rendah hati, sederhana dan dekat dengan rakyat. Dalam membangun narasi politiknya, Presiden Jokowi telah menggunakan sejumlah sumber semiotik sebagai elemen pembentuk makna seperti partisipan, kinesics action, locative circumstance, visual collocation maupun speech. Penelitian ini menegaskan perubahan pada demensi isi komunikasi politik, sekaligus memperlihatkan pentingnya analisis multimodal dalam memahami secara komprehensif komunikasi politik kontemporer. Penelitian ini menyimpulkan para politisi dapat menggunakan vlog sebagai medium bernarasi dalam lingkungan komunikasi politik yang baru.

This research aims to investigate the use of social media in constructing political narrative by examining the video blogs of President Jokowi in Youtube as study case. How does President Jokowi use his video blog postings to construct political narrative on his own personal and presidency What kind of semiotic resources he deployed in his vlogs This research applies Systemic Functional Multimodal Discourse Analysis and concludes that President Jokowi has used his vlogs to build his political narrative with underlying theme on progress and reform, stating his presidency as one that will lead Indonesia to a better situation. The political narrative in his vlogs strengthens his political legitimacy as a leader who is humble, modest and closed to people. In building his political narrative, President Jokowi has used a variety of semiotic resources, among them participants, process or kinesics action, locative circumstance, visual collocation, speech, and text. This research confirms the change of political communication in content dimension and shows the importance of applying multimodal analysis in understanding the contemporary political communication. This research recommends that politicians can use video blog to build their political narrative in this new political environment"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Hapsari Gunawan
"

Salah satu ciri-ciri negara yang menganut sistem demokrasi adalah segala keputusan dan kebijakan dalam pemerintahan dibuat semata-mata dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kedaulatan negara yang menganut sistem demokrasi jelas terlihat bertumpu kepada rakyat. Hal ini dibuktikan dengan diselenggarakan nya pemilu sebagai bentuk pesta demokrasi. Pemilihan umum di Indonesia bersifat langsung, termasuk juga dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, yang pada praktik nya masih berlangsung hingga tahun 2019 ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap secara komperhensif adanya komodifikasi terhadap aktor politik yang memiliki brand dan karakteristik yang kuat di masyarakat pada masa pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019, yang dalam hal ini adalah pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan K.H Maruf Amin. Metode analisis teks dan semiotika teks, digunakan pada penelitian ini untuk membongkar adanya praktik komodifikasi aktor politik. Penelitian ini menunjukkan bahwa praktik politik identitas pada kontestasi politik di Indonesia masih relevan, dengan adanya praktik komodifikasi aktor politik sebagai salah satu upaya untuk membentuk branding politik.


The main characteristic from democracy country is all decisions and policies in the government are made solely from the people, by the people, and for the people. The sovereignty of democracy country are clearly seen is in the people, that shown by general election as a democracy party that held by the country itself. General elections in Indonesia are direct to the people, including the presidential elections, which in practice are still ongoing until 2019. This research reveals comprehensively the commodification of political actors who have strong brand and characteristics in society during the 2019 presidential election, which in this case are Joko Widodo and K.H Maruf Amin. Text analysis and text semiotics, are used in this research to dismantle the practice of commodification of political actors. This research shows that the practice of identity politics in political contestation in Indonesia is still relevant, with the practice of political actor commodification as a form of political branding.

 

"
2019
T53095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Kartika Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti ada atau tidaknya pengaruh pengelolaan piutang
terhadap profitabilitas suatu perusahaan. Dalam penelitian ini menggunkan riset
dekriptif dengan metode pengumpulan data melalui data sekunder yang diperoleh dari
database aplikasi Thomson Reuters Eikon dan laporan keuangan perusahaan dengan 67
sampel perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan pada tahun 2009 dan
2014. Olah data kemudian dilakukan dengan menggunakan Eviews 9 dan IBM SPSS
Statistics 22. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa terjadi perbedaan pada masingmasing
variabel pada awal dan akhir tahun periode pertama Presiden Joko Widodo.
Serta perputaran piutang berpengaruh positif signifikan sedangkan periode penagihan
rata-rata dan rasio piutang tak tertagih berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas.

The study examines whether account receivable management influence the company’s
profitability. This study used descriptive research method and secondary data collected
through Thomson Reuters Eikon database and company’s financial report conducted on
67 companies which met the determined criteria on period 2014 and 2019. The data
was processed and carried out using Eviews 9 and IBM SPSS Statistics 22. The study’s
results indicate that there are differences in each variable at the beginning and end of
President Joko Widodo’s first term. Account receivable turnover has a positively
significant effect, while the average collection period and bad debts to account
receivable has a negatively significant effect on profitability.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esthi Maharani
"Ujaran kebencian (hate speech) adalah tindakan komunikasi yang dilakukan seorang individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, atau hinaan terhadap individu atau kelompok lain terkait berbagai aspek, di antaranya yaitu warna kulit, etnis, gender, orientasi seksual, agama atau lainnya. Di Indonesia, ujaran kebencian semakin masif terjadi terutama di tahun 2017 yang disebut sebagai tahun ujaran kebencian. Di tahun yang sama, aparat pemerintah pun semakin serius untuk menangani ujaran kebencian, terutama di media sosial Facebook yang menjadikan Presiden Joko Widodo sebagai sasaran utama. Oleh karena itu, penelitian ini fokus pada penanganan ujaran kebencian terhadap Presiden Joko Widodo di Facebook pada 2017 berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Penelitian ini menggunakan teori implementasi kebijakan publik Merilee S Grindle yang menekankan bahwa keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan konteks implementasi (context of implementations). Dengan metode kualitatif, penelitian ini fokus pada sepak terjang kelompok Saracen yakni kelompok yang merupakan sindikat penyebar ujaran kebencian dan hoaks. Ada tiga kasus ujaran kebencian terkait kelompok Saracen yang diteliti. Ketiga kasus tersebut menggambarkan implementasi UU 19/2016 tentang ITE lewat regulasi turunan yang dibuat oleh Polri dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dari penelitian ini dapat diketahui adanya persoalan teknis dalam penanganan ujaran kebencian di 2017. Selain itu, penelitian ini memperlihatkan adanya pesan politis lebih besar yakni memberikan peringatan sekaligus rasa takut pada para pengunggah ujaran kebencian tetapi disaat yang sama justru memunculkan ancaman terhadap hak kebebasan berpendapat. 

Hate speech is speech which attacks others on grounds of their race, nationally, religious identity, gender, sexual orientation or other group membership, where this group membership is a morally arbitrary distinguishing characteristic. In Indonesia, hate speech is increasingly massive occurring especially in 2017. The year even referred to as the year of hate speech. In the same year, government officials become more serious to tackle hate speech. Especially in social media such as Facebook who targeting President Joko Widodo. Thus, this study focuses on the managing of hate speech against Joko Widodo on Facebook in 2017 under Law No. 19 of 2016 on Electronic Information and Transactions (UU ITE). With qualitative methods, this study focuses on Saracens group who had known as a syndicate of hate speech and hoax in Indonesia. There are three cases of hate speech related to the Saracen group being researched with politic of policy implementations theory. It described how Law 19/2016 of the ITE is implemented through derivative regulations created by the National Police and the Ministry of Communication and Informatics. This study also described technical issues about how government officials mistreated hate speech in 2017. Moreover, it showed bigger political messages about how government officials can be threatening freedom of expression.                                                                                                         "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T55266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Komanda Yogyantara
"Penelitian ini membahas upaya Presiden Joko Widodo memperkuat posisi eksekutif dengan menggalang dukungan partai di luar koalisi pemerintah pasca pemilihan umum untuk menghindari potensi kebuntuan antara eksekutif dan legislatif. Fokus studi kasus yang diangkat adalah upaya yang dilakukan Presiden Joko Widodo menarik Partai Golkar ke dalam koalisi pemerintahan. Asumsi penelitian ini adalah Presiden Joko Widodo menggunakan ldquo;kotak alat eksekutif rdquo; yaitu seperangkat kewenangan yang dimiliki eksekutif untuk menarik Partai Golkar bergabung ke dalam koalisi pemerintah tahun 2016 untuk menjadikan koalisi pemerintah mayoritas di legislatif dan mencegah terjadinya kebuntuan antara eksekutif dan legislatif. Dengan menggunakan teori presidensialisme multipartai dan konsep presiden koalisional, penelitian ini membuktikan Presiden Joko Widodo menggunakan ldquo;kotak alat eksekutif rdquo; dalam menarik partai Golkar begabung ke dalam koalisi pemerintah, alasannya karena dengan jumlah kursi Partai Golkar di legislatif yang berjumlah 91 kursi berhasil mengubah posisi koalisi pemerintah yang awalnya 37.1 menjadi mayoritas yakni 68.9 . Kotak alat eksekutif yang digunakan berupa coalition goods yakni pembagian kursi menteri, serta porks yakni kebijakan-kebijakan seperti dana talangan Lapindo, SK Menkumham terkait pengesahan kubu Agung Laksono, dukungan terhadap calon ketua partai di dalam Musyawarah Luar Biasa Partai Golkar, serta dukungaan pengembalian kursi Ketua DPR untuk Setya Novanto.

This study discusses the efforts of President Joko Widodo to strengthen the executive position by raising party support beyond the post election government coalition to avoid potential deadlock between the executive and legislative. The focus of the case study is the efforts by President Joko Widodo to draw the Golkar Party into the government coalition. The assumption of this research is that President Joko Widodo use the executive toolbox , a set of executive owned powers, to draw the Golkar Party into the 2016 government coalition to make the government 39 s coalition majority in the legislative and prevent deadlocks between the executive and the legislative. Using the theory of multiparty presidentialism and the concept of coalitional president, this study proves that President Joko Widodo use an executive tool box to draw Golkar parties into the coalition of government, the reason is that the number of seats in Golkar Party in legislative is 91 seat managed to change the position of the government coalition which originally 37.1 to the majority of which is 68.9 . The executive tool box used in the form of coalition goods is the act of giving ministerial seats, as well as porks such policies such as Lapindo bailout, SK Menkumham related to endorse Agung Laksono administrator, support for candidate party chairman in Musyawarah Luar Biasa Golkar Party, as well as support for Setya Novanto as the chairman of Indonesian legislative body."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suca Nur Alam
"Feminisasi migrasi merupakan salah satu fenomena yang telah menjadi isu global. Pergerakan migrasi yang dilakukan oleh perempuan didorong oleh berbagai faktor, salah satunya kemiskinan. Sebagian besar perempuan yang bermigrasi memilih untuk bekerja menjadi pekerja rumah tangga (PRT). Posisi pekerjaannya yang berada dalam ranah perseorangan membuat PRT migran sulit untuk diawasi dan rentan mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan yang dialami pekerja perempuan migran merupakan bentuk kekerasan berbasis gender. Kondisi tersebut yang seharusnya dapat menjadi catatan bagi setiap negara agar memberikan perlindungan terhadap pekerja perempuan migran. Hal ini dapat diwujudkan melalui pembuatan kebijakan yang bersifat responsif gender. Kebijakan responsif gender menunjukan adanya kesadaran bahwa terdapat perbedaan kondisi yang dialami oleh pekerja perempuan dan laki-laki di lapangan. Indonesia dalam hal ini merupakan salah satu negara yang mengalami sejumlah dinamika dalam upaya perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI). Perubahan dan perkembangan sumber hukum terus terjadi hingga masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo di tahun 2014-2019. Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo mengeluarkan beberapa kebijakan sebagai respon dan upaya perlindungan terhadap PMI. Termasuk upaya perlindungan bagi PMI yang mengalami berbagai permasalahan di Arab Saudi sebagai salah satu negara penempatan. Berdasarkan pemahaman dengan menggunakan kerangka feminisme sosialis, menunjukan bahwa opresi yang terjadi masih dilandasi oleh pengaruh sistem kapitalisme. Serta, pendekatan What’s The Problem (WPR) juga menunjukan bahwa kebijakan yang dibuat masih bersifat netral gender. Kondisi ini ditunjukan melalui belum adanya sejumlah pasal dan/atau peraturan yang membahas secara khusus perlindungan bagi pekerja perempuan, khususnya PRT migran. Realitas feminisasi migrasi cenderung masih diabaikan karena kebijakan yang dihasilkan masih belum merepresentasikan permasalahan di lapangan
.....Feminization of migration is one of the phenomena that has become a global issue. The movement of migration carried out by women is driven by various factors, one of them is poverty. Most of women who migrate choose to work as domestic workers. However, their job position makes migrant domestic workers difficult to monitor and increase their potential to experience various problems. The problems experienced by women migrant workers are a form of gender-based violence. This kind of condition should be a priority for every country in order to provide protection for women migrant domestic workers. Each government should be able to make gender responsive policies related to migrant workers, especially domestic workers. Gender responsive policies shows an awareness that there are different conditions experienced by male and female workers in the field. Indonesia is one of the countries that experiences a number of dynamics in the protection of Indonesian migrant workers. Changes and developments in legal sources continued to occur until the presidency of President Joko Widodo in 2014-2019. During the administration of President Joko Widodo, numbers of policies were made in response to and efforts to protect PMI. Including protection for PMI who experiences various problems in Saudi Arabia as one of the placement countries. Based on the understanding using the framework of socialist feminism, it shows that the oppression that occurs is still based on the influence of the capitalist system. What's The Problem (WPR) approach also shows that the policies made are still gender neutral. This condition is because there are several specific issues that have not been addressed in the policy, especially about migrant domestic workers.The reality of the feminization of migration tends to be neglected because the policies produced do not represent problems in the field."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Harry Douglas
"Tesis ini membahas tentang bagaimana brand politik mempengaruhi partisipasi masyarakat, khususnya proses penggalangan dana kampanye yang terjadi dalam sebuah ajang pemilu presiden di Indonesia. Dimana, penulis membatasi penelitian ini pada proses penggalangan dana yang secara regulasi dikategorikan sebagai sumbangan dana kampanye dari pihak lain, yang terdiri dari sumbangan dana perorangan, sumbangan dana kelompok masyarakat, dan sumbangan dana badan usaha non pemerintah. Objek dari penelitian ini adalah proses pendanaan pihak lain yang dilakukan oleh Tim Kampanye Joko Widodo dalam pemilu 2014 dan 2019. Penelitian ini menggunakan paradigma post positivist, dengan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian ini adalah diketahuinya peran penting brand kandidat dalam menggalang dana kampanye berdasarkan pengalaman best practice dari Tim Kampanye Joko Widodo yang berhasil mencatatkan namanya sebagai penerima sumbangan dana kampanye dari pihak lain terbesar di 2014 dan 2019. Penelitian ini juga mengulas tentang faktor-faktor dan kendala yang ada dalam melakukan proses penggalangan dana kampanye.

This thesis discusses how political brands affect the political participation, especially in fundraising process that occurs in a presidential election in Indonesia. The limitation of this research is in the fundraising process from third parties, which consist of individual donations, community group donations, and non-government business entity donations. The aim of this research is to understand how third parties funding process conducted by the Joko Widodo Campaign Team in 2014 and 2019 presidential elections. This research uses a post positivist paradigm, with qualitative methods and a case study approach. The results of this study are the important role of political brand in campaign funding process based on Joko Widodo Campaign Team experienced who made them self as the largest recipient donations from third parties in 2014 and 2019. This research also examines the factors and constraints that was involved in the campaign fundraising process."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>