Ditemukan 90562 dokumen yang sesuai dengan query
Vidya Dwina Adianti
"
ABSTRAKFilm merupakan sebuah media yang memperlihatkan mentalitas masyarakat, sehingga seringkali menjadi penyampai aspirasi, salah satunya melalui konsep utopia. Arsitektur dan kota sebagai bagian dari mise-en-sc ne dalam film, menjadi salah satu cara untuk memberikan wujud fisik terhadap konsep utopis yang ingin direpresentasikan dalam film. Skripsi ini membahas seperti apa representasi utopia kota Jakarta yang digambarkan dalam film, serta perbandingan kota sebenarnya dengan kota dalam film. Pseudo-Jakarta dalam film ldquo;Supernova: Ksatria, Putri, Bintang Jatuh rdquo; menjadi studi kasus untuk melihat seperti apa representasi utopia Jakarta. Kemudian diketahui bahwa kota fiktif tersebut merepresentasikan Jakarta utopis yang serupa dengan visi dari kalangan tertentu mengenai pembangunan Jakarta sejak zaman pasca-kemerdekaan. Melalui sifat selektif dan parsial ditambah dengan unsur fisik dan non-fisik, film tersebut dapat membangun sebuah representasi kota yang utopis dalam satu narasi yang utuh.
ABSTRACTFilm is a media that portrays the mentality of society, thus it often pictures utopian concept as a way to deliver aspirations. Architecture and the city, as a part of film rsquo s mise en sc ne, become one of the ways to provide a physical form to represent a utopian concept in the film. This thesis discusses about how utopian Jakarta representation pictured in the film, and about the comparison between the real city and the city that exists in the film. Pseudo Jakarta in ldquo Supernova Ksatria, Putri, Bintang Jatuh rdquo film is the case study chosen to see how the utopian Jakarta represented in the film. It was found that the said fictional city represents utopian Jakarta which holds the same images as Jakarta rsquo s development visions that has been existed since post independent era, which came from a certain group of people. Through film rsquo s selective and partial characteristics, added with its physical and non physical elements, the film constructs a utopian city representation in one intact narrative."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Shonfield, Katherine
London: Routledge, 2001
791.436 2 SHO w
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Justina Olivia
"Konsep kota utopia telah menjadi ide ideal yang menarik perhatian sejak zaman kuno, dengan Atlantis sebagai salah satu representasi paling terkenal melalui kisah Plato. Atlantis digambarkan sebagai kota sempurna yang memiliki harmoni antara alam dan peradaban, namun tenggelam akibat kesombongan yang membawa kehancuran. Pada era modern, konsep ini dihidupkan kembali melalui berbagai media, termasuk film animasi Atlantis: The Lost Empire (2001). Film ini menginterpretasikan Atlantis sebagai kota ideal dengan tata ruang simetris, pusat energi kristal, dan perpaduan harmonis antara teknologi dan alam. Skripsi ini bertujuan menganalisis penggambaran Atlantis sebagai kota utopia dalam film tersebut dengan pendekatan teori semiotika Roland Barthes. Fokusnya adalah bagaimana mitos kota utopia diadaptasi dalam visual dan narasi sinematik, serta pesan yang disampaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui tanda-tanda visual dan narasi, film ini menyampaikan makna tentang keseimbangan peradaban dan bahaya keserakahan, sekaligus merepresentasikan konsep kota yang ideal berdasarkan interpretasi budaya dan teknologi modern.
The concept of a utopian city has been an ideal idea that has attracted attention since ancient times, with Atlantis as one of the most famous representations through Plato's story. Atlantis is depicted as a perfect city that has harmony between nature and civilization, but sank due to arrogance that brought destruction. In the modern era, this concept is revived through various media, including the animated film Atlantis: The Lost Empire (2001). This film interprets Atlantis as an ideal city with a symmetrical layout, a crystal energy center, and a harmonious blend of technology and nature. This thesis aims to analyze the depiction of Atlantis as a utopian city in the film using Roland Barthes' semiotic theory approach. The focus is on how the myth of the utopian city is adapted in cinematic visuals and narratives, as well as the messages conveyed. The results of the study show that through visual signs and narratives, this film conveys meaning about the balance of civilization and the dangers of greed, while also representing the concept of an ideal city based on the interpretation of modern culture and technology. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
London: British Film Institute, 1997
791.436 57 CIN
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
London: Academy Editions, 1994
791.436 57 ARC
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Renaldi Z.S.
"Kemajuan jaman clan tknologi turut mempengaruhi perkembangan arsitektur dalam pencarian konsep-konsep dan bentuk-bentuk yang baru. Kebutuhan manusia yang semaldn meningkat, dan pemikiran-pemikiran baru dapat mengubah berbagai cara pandang terhaclap pembangunan Iingkungan buatan dan bagaimana menyesuaikan din dalam suatu Iingl-cungan tempainya beracla.
Apa yang kita lihat sehari-hari mempunyai dampak yang cukup besar mengenai persepsi akan suaiu hal, temuasuk saat menonton sebuah Elm. Sebagai media perekaman audio visual yang padat teknologi, dan sarat inforrnasi gambar dan narasi, film seakan 'membanjiri' klta dengan berbagai gambaran cilra.
Lalu, bagaimana hubungan arsilektur dan film terbentuk ??. Faktor-falclor apa saja yang terkait dan yang membedakan '?. Eagaimana keberadaan kedua bidang ini dalam pandangan masyarakat '?. Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang berusaha untuk diungkapl-can dalam tulisan ini. Mungkin tidak ada jawal:-an akhir yang pasij, mungkin saja ini semua terlihat seperti mengada-ada. Tetapi proses dalam arsltelctur adalah kegialan terpadu yang ierluju untuk mempengaruhi masa depan daripada menjelaskan perisiiwa-peristiwa yang ielah lampau. Arsileklur tidak memilahkan bagian-baglan, tetapi mencemal-can dan memadukan berbagai macam unsur dalam cara-cara baru dan keadaan-keadaan baru, sehingga hasilnya hanya mengemukakan arah dan tidak selumhnya dapat diramalkan."
2000
S47892
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mirna Heradyani
"
ABSTRAKLanggam dalam film Anderson menjelaskan relasi antara ruang fisik dengan penggunanya. Pengguna ruang atau subjek memiliki peran penting dalam definisi ruang karena subjek yang akan mengaktifkan serta memberi pengertian terhadap ruang Tschumi, 1976 . Analisis mengenai ruang dan interioritas berdasarkan hubungan dengan representasi, okupasi ruang dan well-being subjek Power, 2014 . Definisi mengenai ruang memiliki keterkaitan dengan waktu karena waktu memberi modifikasi baik dalam level kultural maupun personal terhadap ruang.Anderson menggunakan visualiasasi berupa concept art dan storyboard sebelum diaplikasikan dalam montase akhir dunia film. Concept art Anderson menjelaskan elemen-elemen ruang yang dapat menjelaskan keadaan manusia dalam dunia film.Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara langgam Wes Anderson dan interioritas ruang sebagai media narasi cerita. Tulisan ini menggunakan film The Grand Budapest Hotel 2014 dan The Royal Tenenbaums 2001 sebagai studi kasus.
ABSTRACTThe use of style is to describe the relationship between physical space and its user. The portrayal of space are as something generated by movement and life Tschumi, 1976 . Explanation about space and interiority are based on its relation to representation, occupation and well being of the subject Power, 2014 . The definition of space itself is determined by time, as time give modification on both cultural and personal levels.Anderson used visualization in form of concept arts and storyboard before establishing the final montage in the film. His concept arts explain spatial elements which contribute to the representation of subject rsquo s relation to space.With this paper, the author described the relationship between Wes Anderson style with the interiority of space as a narration device of explaining his movie universe. This paper used The Grand Budapest Hotel 2014 and The Royal Tenenbaums 2001 as case studies."
2017
S69305
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
John Michael Redulla
"Tugas Akhir ini mengeksplorasi hubungan antara emosi dan gagasan tentang keberadaan kita di dunia melalui arsitektur atmosferik. Atmosfer menjadi cara untuk memahami esensi keberadaan kita dan membantu kita hidup secara autentik. Salah satu gagasan yang menjadi pusat proyek ini adalah gagasan Eigentlichkeit atau keberadaan autentik dan bagaimana kita seharusnya menjalani hidup kita secara autentik. Eksplorasi yang dilakukan dalam projek ini adalah menciptakan arsitektur melalui atmosfer sehingga seseorang dapat menemukan dirinya sendiri setelah mengalami serangkaian pengalaman ruang di dalamnya. Proyek ini mengusulkan Authen-City, sebuah mesin untuk kehidupan yang autentik dengan memicu dua tahap keaslian yang harus dialami oleh manusia tidak autentik, yaitu introspeksi dan ekspresi diri. Jika seseorang hidup sebagai manusia tidak autentik di dunia secara autentik, Authen-City menjadi cara bagi manusia yang tidak autentik untuk menjadi autentik. Dengan mengalami tiga fase—fase introspeksi, fase ekspresi diri pertama, dan fase ekspresi diri kedua, Authen-City menjadi media bagi seseorang untuk Berada di Dunia, memungkinkan dirinya menjadi makhluk autentik.
This Final Project explores the relationship between emotions and the idea of out Being in the world through creating atmospheric architecture. The atmosphere becomes a way to understand the essence of our beings and help us live authentically. One idea central to this project is the idea of Eigentlichkeit or authentic existence and how we should live our lives authentically. The exploration here is to create architecture through atmospheres so that one can find oneself after undergoing a series of spatial experiences inside. This project proposes Authen-City, a machine for authentic living by triggering two stages of authenticity to be experienced by Inauthentic Man, namely introspection and self-expression. If one lives as an Inauthentic Man to be authentic. By experiencing three phases—introspection, self-expression 1 and self-expression 2, Authen-City becomes a medium for one to Be in the World, allowing oneself into an authentic being."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Aisha Amanda
"Ruang arsitektur adalah wadah kehidupan yang terus berubah dan memiliki makna dan nilai subjektif, tergantung siapa yang membahasnya. Sifatnya yang dinamis menjadi bekal potensi kemajuan peradaban untuk kehidupan sosial yang adil dan layak. Narasi sejarah secara historis menunjukkan hubungan sebab-akibat dari pengambilan keputusan di masa lampau kepada eksistensi kota saat ini. Kebebasan pasca masa penjajahan mendorong keringin untuk membangun kembali negara sesuai nilai dan identitas sejatinya. Maka, fokusan isu dalam skripsi ini mengacu pada paradigma poskolonial dan hubungannya dengan proses perkembangan ruang yang turut mendasari identitas masyarakat di kota-kota bekas penjajahan seperti Jakarta. Dengan memadukan sejarah dengan arsitektur dan kajian sosial budaya, akan muncul kritik dan pemahaman dari penulis selaku individu yang mengalami transisi peradaban di era modern digital. Sebagaimana manusia dikoreografikan oleh arsitektur dan lingkungan, pun sebaliknya.
Architectural space is a medium of life that is constantly changing and has subjective meaning and value, depending on who is discussing it. Its dynamic nature is a provision for the potential progress of proper social life and civilization. Historical narratives historically show a causal relationship from decision making in the past to the existence of the city today. The post-colonial freedoms have encouraged people to rebuild the country according to its true values and identity. Thus, the focus of the issue in this thesis refers to the postcolonial paradigm and its relation to the process of spatial development, which also underlies the identity of people in former colonial cities such as Jakarta. By combining history with architecture and socio-cultural studies, criticism and understanding will emerge from the author as an individual who is experiencing a civilizational "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dewi Lestari, (Dee Lestari), 1976-
Yogyakarta: Bentang, 2012
808.83 DEE k
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library