Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146960 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Affalia Maydi Hatika
"ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya industri dan banyaknya aktivitas manusia di perairan, perlu adanya tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan khususnya di wilayah perairan. Akibat dari penangganan limbah yang kurang baik dari adanya kandungan toksik senyawa kimia logam berat. Ekosistem yang telah terlihat akibat pencemaran limbah dari logam berat yakni laut sebagai tempat akhir dari akumulasi toksikan. Fitoplankton merupakan produsen utama dalam memproduksi energi dan termasuk salah satu bentik yang berdampak langsung terhadap cemaran logam berat di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas logam berat kadmium Cd dan tembaga Cu terhadap pertumbuhan sel dari fitoplankton Chaetoceros gracilis dan Tetraselmis sp. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi logam berat, densitas sel dari fitoplankton akan semakin menurun. Berdasarkan penelitian, diperoleh nilai IC50-96 jam kadmium Cd dan tembaga Cu terhadap pertumbuhan Chaetoceros gracilis 2,39 mgCd/L dan 0,09 mgCu/L serta Tetraselmis sp adalah 5,37 mgCd/L dan 0,21 mgCu/L. Logam berat tembaga Cu memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan kadmium Cd, sehingga tembaga Cu lebih toksik dari pada kadmium Cd terhadap kedua fitoplakton uji Chaetoceros gracilis dan Tetraselmis sp.

ABSTRACT
The development of industry and the number of human activities in the waters, the need for responsibility for environmental damage, especially in the territorial waters. As a result of unsubstantiated waste subscribers from the toxic content of heavy metal chemical compounds. Ecosystems that have been seen due to pollution of waste from heavy metals such as the sea as the end of the toxic accumulation. Phytoplankton is a major producer of energy production and is one of those benthic impacts on heavy metal contamination. This study aims to determine the toxicity of heavy metals cadmium Cd and copper Cu to cell growth from phytoplankton Chaetoceros gracilis and Tetraselmis sp. The results show that the higher the concentration of heavy metals, cell density of phytoplankton will decrease. Based on the research, IC50 96 hours cadmium Cd and copper Cu were obtained on growth of Chaetoceros gracilis 2,39 mgCd L and 0,09 mgCu L and Tetraselmis sp was 5,37 mgCd L and 0,21 mgCu L. Copper heavy metal Cu has a smaller value than cadmium Cd, so copper Cu is more toxic than cadmium Cd against both test phytopathtons Chaetoceros gracilis and Tetraselmis sp."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seti Listiani
"Logam berat Cu dan Cd yang berlebihan memberikan dampak negatif bagi tanaman. Mikoriza adalah simbiosis antara akar dan fungi mikoriza yang dapat meningkatkan kemampuan tanaman bertahan di bawah cekaman logam berat dan mengurangi dampak toksisitasnya. Berdasarkan penlitian sebelumnya, mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Paraserianthes falcatariadi bawah cekaman Pb.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan P. falcatariapada media tanam yang mengandung logam berat Cu (tembaga) dan Cd (kadmium). Tanaman P. falcatariadiinokulasi mikoriza dengan dosis 0, 15, dan 25 gram dan diberi perlakuan logam berat dengan dosis CuSO4150 mg/kg dan CdSO415 mg/kg pada media tanam. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, berat basah, dan warna daun pada usia 43 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman P. falcatariapada perlakuan Cu dan Cd. Pengukuran berat basah pada perlakuan Cu dan Cd menunjukkan bahwa kelompok perlakuan yang diberi mikoriza memiliki berat basah lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi mikoriza.
Berdasarkan hasil pengamatan warna daun, ditemukan tanaman mati pada kelompok perlakuan tanpa mikoriza pada kedua perlakuan logam berat tersebut. Selain itu, ditemukan perubahan warna pada hampir semua daun terbawah tanaman pada perlakuan Cu yang diinokulasi mikoriza dan tanpa mikoriza. Pada perlakuan Cd, tanaman yang daunnya berwarna normal jumlahnya semakin banyak pada dosis mikoriza yang semakin tinggi. Pemberian mikoriza dapat membantu meringankan dampak toksisitas yang ditimbulkan oleh konsentrasi logam berat Cu dan Cd berlebih.

Excessive heavy metals Cu and Cd has negative effect on plants. Mycorrhizae is a symbiosis between roots and mycorrhizal fungi which can improve plant’s ability to survive under heavy metal stress and reduce its toxicity. Based on previous study, mycorrhizae can increase the growth of Paraserianthes falcatariaunder Pb stress.
The aim of this study is to reveal the effect of mycorrhizae on growth of P. falcatariain artificial growing media containing heavy metals Cu (copper) and Cd (cadmium). P. falcatariainoculated with 0, 15 and 25 grams of mycorrhizae and treated with 150 mg/kg of CuSO4and 15 mg/kg of CdSO4. Parameters observed in this study were plant height, fresh weight, and leaf color at 43 days after planting. The results showed that mycorrhizal inoculation did not significantly increase the height of P. falcatariatreated with Cu and Cd. Fresh weight of P. falcataria in Cu and Cd treatment showed higher in mycorrhizal plants than without mycorrhizae.
Based on observation of leaf color, there were dead plants that were without mycorrhizal inoculation in both heavy metal treatment. Discoloration also found in most of the lowest leaves in Cu treatment plants inoculated with mycorrhizae and without mycorrhizae. Plants with normal colored leaves in Cd treatment increased at higher mycorrhizal amount. The inoculation of mycorrhizae can improve plant’s ability to alleviate the effects of toxicity caused by excessive concentrations of heavy metals Cu and Cd.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penutupan tambang inkonvensional di Teluk Klbat, Bangka diduga berpengaruh tehrhadap kondisi lingkungan perairan setempat. Informasi ini bisa dipelajari dari karakterisasi sedimen yang meliputi konsentrasi logam berat, toksisitas sedimen terhadap diatom, Chaetorceros gracilis dan korelasi antara logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) dalam sedimen terhadap pertumbuhan diatom, C. gracilis. Sampel sedimen diambil dari 16 stasiun pengamatan pada bulan Maret dan Juni 2007 dengan menggunakan Smith Mc Intryre Grab 0,5 meter persegi. Konsentrasi logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) diukur dengan menggunakan alat Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS). Diatom dipaparkan pada sedimen yang diambil dari perairan Teluk Klabat untuk uji penghambatan perptumbuhan selama 96 jam. Konsentrasi logam berat dalam sedimen secara umum masih di bawah standar dari Canadian Environmental Quality Guidelines kecuali di Stasiun 9 di mana konsentrasi Pb-nya mencapai 32,54 ppm. Uji toksisitas sedimen menunjukkan ada efek penghambatan sedimen terhadap pertumbuhan C. gracilis pada bulan Juni. tidak ada korelasi yang signifikan antara konsentrasi logam berat dalam sedimen dengan toksisitas terhadap diatom pada tingkat kepercayaan alfa=0,01."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sediment toxicity test are becoming increasingly important in regulation and assessment programs throughout the world. Sediment toxicity testing using planktonic diatom, chaetoceros gracilis has been developed to determine the suitability of the diatom as sediment test organism...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Muhammad Basyir
"Pada pemerosesan industri tekstil banyak menggunakan air, zat pewarna juga bahan kimia campuran yang berdampak pada timbulnya limbah cair tekstil [1]. Salah satu komponen limbah berbahaya yang terkandung dalam limbah cair tekstil adalah logam-logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), tembaga (Cu), dan seng (Zn) [1]. Contoh langkah untuk mencegah pencemaran logam berat cair adalah menggunakan material mesopori silika seperti SBA-15 karena memiliki luas permukaan, diameter, serta volume pori yang besar serta struktur heksagonal teratur sehingga dapat diaplikasikan sebagai adsorben logam berat. Pada penelitian ini, dilakukan analisis studi kepustakaan sintesis mesopori SBA-15 dengan metode sol-gel serta fungsionalisasi CPTMS yang telah berhasil dilakukan dan dilanjutkan menganalisis kemampuan serapannya pada logam berat kadmium (Cd), tembaga (Cu), seng (Zn), dan timbal (Pb). Tipikalnya, menyintesis SBA-15 dilakukan menggunakan Tetraethyl Orthosilicate (TEOS) sebagai prekursor dan Triblock Copolymer Pluronic 123 (P-123) sebagai surfaktan. Kemudian, hasil produk SBA-15 dilakukan fungsionalisasi CPTMS dengan metode post grafting. Hasil karakterisasi memperlihatkan, pada perhitungan BET dibanding sampel SBA-15 murni, sampel SBA-15 CPTMS mengalami penurunan parameter diameter pori dari 29,203 menjadi 28,521 Å, volume pori dari 265,161 menjadi 199,694 cm3/gr dan luas permukaan spesifik dari 831,996 menjadi 711,061 m2/gr, pada pengujian SAXS, sampel SBA-15 CPTMS tidak terdapat perbedaan signifikan dengan SBA-15 dengan tetap memperlihatkan puncak bidang (100), bidang (110) dan bidang 200, pada pengamatan TEM, sampel SBA-15 CPTMS tetap mempertahankan bentuk heksagonalnya, dan pada pengujian FTIR, terlihat adanya gugus klorida (-Cl) pada gelombang 500 cm 1 yang menunjukkan proses fungsionalisasi CPTMS berhasil dilakukan. Sementara, hasil pengujian serapan logam berat dengan AAS memperlihatkan fungsionalisasi CPTMS tidak memiliki selektivitas yang baik pada logam berat kadmium (Cd) dan seng (Zn) karena penurunan nilai persentase penyerapan. Namun, perhitungan kapasitas adsorpsi memperlihatkan bahwa diseluruh sampel pengujian logam berat terjadi peningkatan kapasitas adsoprsi sampel SBA-15 CPTMS bila dibandingkan dengan SBA-15 murni.

In the textile industry, production process is widely used water, dyes and chemicals that have an impact on the emergence of textile liquid waste [1]. Examples of hazardous waste components contained in textile liquid waste are heavy metals mainly derived from colouring agents such as cadmium (Cd), lead (Pb), copper (Cu), and zinc (Zn) [1]. Efforts that can be made to prevent the water pollution containing liquid heavy metals is to use silica mesoporous materials such as SBA-15 because it has a large surface area, pore diameter, pore volume and ordered hexagonal structure so that it can be applied as heavy metals adsorbents. In this research, an analysis of the literature review of SBA-15 mesoporous materials synthesis using sol-gel method and CPTMS functionalization has been successfully carried out and continued by analysing its adsorption ability in heavy metals such as cadmium (Cd), copper (Cu), zinc (Zn), and lead (Pb). Typically, synthesizing SBA-15 is carried out using Tetraethyl Orthosilicate (TEOS) as a precursor and Triblock Copolymer Pluronic 123 (P-123) as a surfactant. Then, the results of the SBA-15 product were carried out CPTMS functionalization with the post grafting method. The characterization results show, in the BET calculation compared to pure SBA-15 samples, SBA-15 CPTMS samples decreased pore diameter parameters from 29,203 to 28,521 Å, pore volume from 265,161 to 199,694 cm3/gr and specific surface area from 831,996 to 711,061 m2/gr, in the SAXS test, the SBA-15 CPTMS sample was not significantly different from the SBA-15 while still showing peak plane (100), plane (110) and plane (200), on TEM observations, SBA-15 CPTMS samples remained maintaining its hexagon shape, and in the FTIR test, a chloride group (-Cl) in the 500 cm-1 wave showed a successful CPTMS functionalization. Meanwhile, the results of heavy metal adsorption testing with AAS showed that CPTMS functionalization did not have good selectivity on cadmium (Cd) and zinc (Zn) heavy metals due to a decrease in the percentage of adsorption. However, the adsorption capacity calculation shows that throughout the heavy metal test sample there is an increase in the adsorption capacity of the SBA-15 CPTMS sample when compared to the pure SBA-15."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selviana Putri
"Fenomena Urban Sprawl di Jabodetabek menjadi pemicu adanya aktivitas antropogenik yang menjadi ancaman manusia karena secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan, khususnya pencemaran air. United States Environmental Protection (EPA) mengkategorikan adanya priority pollutant yang perlu ditinjau lebih utama dalam mendeteksi komponen kimia dalam air, yaitu logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Deteksi logam total dilakukan dengan Spot Sampling dan logam labil dilakukan dengan metode Diffusive Gradient in Thin Film (DGT). Penelitian dilakukan di Sungai Ciliwung Hilir pada 3 titik sampling, yaitu Pintu Air Manggarai, Pintu Air Istiqlal, dan Pintu Air Jembatan Merah. Selama 9 hari penelitian, device DGT diletakkan untuk mengakumulasi logam labil. Setelah proses penempatan, dilakukan pengujian sampel dengan menggunakan instrument ICP-OES untuk unsur logam Cu dan Zn, dan instrumen ICP-MS untuk unsur logam Cd. Konsentrasi logam total Cd (Ctotal-Cd) pada Sungai Ciliwung Hilir pada Titik A, Titik B, dan Titik C secara berturut-turut adalah 0,25 x 10-3 mg/L; 0,28 x 10-3 mg/L; dan 0,24 x 10-3 mg/L. Ctotal-Cu pada Sungai Ciliwung Hilir pada Titik A, Titik B, dan Titik C secara berturut-turut adalah 10,46 x 10-3 mg/L; 10,63 x 10-3 mg/L; dan 9,24 x 10-3 mg/L. Ctotal-Zn pada Sungai Ciliwung Hilir pada Titik A, Titik B, dan Titik C secara berturut-turut adalah 47,31 x 10-3 mg/L; 85,18 x 10-3 mg/L; dan 32,27 x 10-3 mg/L. Efisiensi resin Chelex-100 pada device DGT dalam mengerap massa logam Cd, Cu, dan Zn dalam waktu kontak selama 5 hari secara berturut-turut adalah 16,95%; 41,51%, dan 98,5%. Dengan kemampuan tersebut, device DGT dapat menyerap kosentrasi logam labil pada air Sungai Ciliwung Hilir dengan konsentrasi logam labil Cd (Clabil-Cd) pada Titik A, Titik B, dan Titik C berturut-turut adalah 0,02 µg/L; 0,04 µg/L; dan 0,09 µg/L. Clabil-Cu pada Titik A, Titik B, dan Titik C berturut-turut adalah 1,36 µg/L; 1,08 µg/L; dan 0,45 µg/L. Clabil-Zn pada Titik A, Titik B, dan Titik C berturut-turut adalah 39,36 µg/L; 195,92 µg/L; dan 38,71 µg/L. Maka dari itu, rasio logam labil dan logam total (Clabil/Ctotal) untuk unsur Cd, Cu, dan Zn berturut-turut adalah 8,36-37,55%; 4,83-13,05% dan 83,18-230,02%.

The Urban Sprawl phenomenon in Jabodetabek is the trigger for anthropogenic activities that pose a threat to humans because they can directly or indirectly pollute the environment, especially water pollution. United States Environmental Protection (EPA) categorizes the priority pollutant that needs to be reviewed more primarily in detecting chemical components in water, namely cadmium (Cd), copper (Cu), and zinc (Zn) metals. In detecting the presence of heavy metal contamination, this research was carried out by spot sampling to detect total metals and Diffusive Gradient in Thin Film (DGT) to detect labile metals. This research was conducted on the Ciliwung River Downstream at 3 sampling points, Manggarai Sluice Gate (Point A), Istiqlal Sluice Gate (Point B), and Jembatan Merah Sluice Gate (Point B). During the 9 days of research, DGT devices adsorb and accumulate labile metals. After the deployment process, testing was carried out for both samples from the three points using the ICP-OES instrument for Cu and Zn metal elements, and the ICP-MS instrument for Cd metal elements. The total metal concentration of Cd (Ctotal-Cd) in the Ciliwung River Downstream at Point A, Point B, and Point C is 0,25 x 10-3 mg/L; 0,28 x 10-3 mg/L; and 0,24 x 10-3 mg/L, respectively. Ctotal-Cu in the Ciliwung River Downstream at Point A, Point B, and Point C is 10,46 x 10-3 mg/L; 10,63 x 10-3 mg/L; and 9,24 x 10-3 mg/L, respectively. Ctotal-Zn in the Ciliwung River Downstream at Point A, Point B, and Point C 47,31 x 10-3 mg/L; 85,18 x 10-3 mg/L; and 32,27 x 10-3 mg/L, respectively. Chelex-100 resin on DGT device can absorb mass of the Cd, Cu, and Zn metals in contact time for 5 days is 16.95%; 41.51%; and 98.5%, respectively. With this capability, the DGT device can absorb labile metal concentrations in the water of the Ciliwung Hilir River with the labile metal concentration of Cd (Clabile-Cd) at Point A, Point B, and Point C was 0,02 µg/L; 0,04 µg/L; dan 0,09 µg/L , respectively. Clabile-Cu at Point A, Point B, and Point C was 1,36 µg/L; 1,08 µg/L; dan 0,45 µg/L , respectively. Clabile-Zn at Point A, Point B, and Point C was 39,36 µg/L; 195,92 µg/L; dan 38,71 µg/L , respectively. Thus, the ratio of labile metal per total metal (Clabile/Ctotal) for Cd, Cu and Zn is 37,55%; 4,83-13,05% and 83,18-230,02%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amara Sausan Qotrunnada
"Tambak Blanakan merupakan kawasan budidaya perikanan yang berada di daerah pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kawasan di sekitar tambak merupakan tempat padat aktivitas yang berpotensi menyebabkan kontaminasi logam berat masuk ke dalam perairan tambak. Logam berat yang masuk dapat memengaruhi organisme akuatik seperti ikan. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan salah satu ikan budidaya yang dikonsumsi oleh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) pada sedimen dan ikan mujair Oreochromis mossambicus, serta menentukan nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam Cd dan Cu pada ikan mujair di tambak Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penentuan lokasi pengambilan sampel dengan metode purposive sampling pada tiga stasiun dengan tiga titik, yaitu inlet, midlet, dan outlet. Sampel sedimen diambil sebanyak 500 g pada setiap titik dari ketiga stasiun dan sampel ikan mujair diambil sebanyak 5 ekor pada tiap stasiun dengan berat berkisar antara 50–150 g. Sampel sedimen dikeringkan sebanyak 200 g dan sampel bagian daging ikan mujair diambil sebanyak 100 g/stasiun sebelum dianalisis kandungan logam berat. Logam berat kadmium pada sedimen dan ikan mujair dianalisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) dan Inductively Coupled Plasma (ICP), sedangkan logam berat tembaga pada kedua sampel dianalisis dengan AAS. Hasil analisis kandungan logam tembaga pada sedimen rata-rata berkisar antara 5,54–8,31 ppm, sedangkan analisis logam tembaga pada ikan mujair rata-rata sebesar 2,05 ppm. Hasil analisis kandungan logam kadmium baik pada sedimen maupun ikan mujair tidak terdeteksi (not detected). Nilai BCF logam tembaga adalah BCF<1, menunjukkan bahwa ikan mujair di tambak Blanakan termasuk dalam kategori dekonsentrator.

Blanakan ponds is an aquaculture area located in the coastal area of Subang Regency, West Java. The area around the pond is a dense place of activity that has the potential to cause heavy metal contamination to enter the pond waters. Heavy metals that enter can affect aquatic organisms such as fish. Mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus) is one of the cultivated fish that is consumed by humans. This study aims to determine the content of heavy metals cadmium (Cd) and copper (Cu) in sediment and Mozambique tilapia Oreochromis mossambicus, as well as determine the value of the Bioconcentration Factor (BCF) of Cd and Cu metals in Mozambique tilapia in Blanakan ponds, Subang Regency, West Java. Determination of the sampling location by purposive sampling method at three stations with three points, namely inlet, midlet, and outlet. Sediment samples were taken as much as 500 g at each point from the three stations and samples of Mozambique tilapia were taken as many as 5 fish at each station with a weight ranging from 50–150 g. Sediment samples were dried as much as 200 g and samples of Mozambique tilapia meat were taken as much as 100 g/station before being analyzed for heavy metal content. Cadmium heavy metal in sediment and Mozambique tilapia was analyzed by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) and Inductively Coupled Plasma (ICP), while copper heavy metal in both samples was analyzed by AAS. The results of the analysis of copper metal content in sediments averaged between 5.54–8.31 ppm, while the analysis of copper metal in Mozambique tilapia averaged 2.05 ppm. The results of the analysis of the metal content of cadmium in both sediment and Mozambique tilapia were not detected. The BCF value of the copper metal is BCF <1, indicating that the Mozambique tilapia in the Blanakan ponds are included in the deconcentrator category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian Utami Wulaningsih, Author
"Logam berat yang mencemari sungai dapat mengontaminasi air dan hasil tangkapan pada tambak. Tambak Blanakan merupakan tempat budidaya hasil tangkapan perairan yang terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan sumber air laut dan air tawar yaitu sungai Blanakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat tembaga (Cu) dan kadmium (Cd) pada sedimen dan kepiting bakau Scylla serrata, serta menentukan nilai bioconcentration factor (BCF) pada kepiting bakau di tambak Blanakan. Sampel sedimen diambil pada tiga stasiun secara purposive sampling pada tiga titik yaitu inlet, midlet, dan outlet sebanyak 500 g, sedangkan kepiting bakau diambil pada tiga stasiun sebanyak 5 ekor tiap stasiun. Sampel sedimen dipanaskan menggunakan oven selama 48 jam di suhu 60oC dan kepiting (yang sudah dipisahkan jaringan lunaknya). Analisis logam berat tembaga (Cu) pada sedimen dan kepiting bakau dilakukan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), sedangkan logam kadmium (Cd) pada sampel sedimen dianalisis menggunakan Inductively Coupled Plasma (ICP). Hasil analisis kandungan tembaga (Cu) pada sampel sedimen memiliki rata-rata sebesar 5,5367 – 8,31 ppm, sedangkan analisis tembaga (Cu) pada sampel kepiting bakau memiliki rata-rata sebesar 27,98 ppm. Hasil analisis kandungan kadmium (Cd) pada sedimen tidak terdeteksi, sedangkan kandungan kadmium (Cd) di kepiting bakau memiliki rata-rata 0,12 ppm. Nilai BCF tembaga (Cu) pada kepiting bakau adalah BCF > 2 yang menunjukkan bahwa kepiting bakau di tambak Blanakan merupakan konsentrator makro.

Heavy metals that pollute rivers can contaminate water and catches in ponds. Blanakan pond is a place for cultivating water catches located in Subang Regency, West Java, with sources of sea water and fresh water, namely the Blanakan river. This study aims to analyze the content of heavy metals copper (Cu) and cadmium (Cd) in sediments and mud crabs Scylla serrata, and determine the value of bioconcentration factor (BCF) in mud crabs in Blanakan ponds. Sediment samples were taken at three stations by purposive sampling at three points, namely inlet, midlet, and outlet as much as 500 g, while mud crabs were taken at three stations with 5 fish per station. Sediment samples were heated using an oven for 48 hours at 60oC and crabs (which had been separated from the soft tissue). Analysis of heavy metal copper (Cu) in sediments and mud crabs was carried out using the Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, while metal cadmium (Cd) in sediment samples was analyzed using Inductively Coupled Plasma (ICP). The results of the analysis of the copper (Cu) content in the sediment samples had an average of 5.5367 – 8.31 ppm, while the copper (Cu) analysis in the mud crab samples had an average of 27.98 ppm. The results of the analysis of the content of cadmium (Cd) in the sediment was not detected, while the content of cadmium (Cd) in mud crabs had an average of 0.12 ppm. The BCF value of copper (Cu) in mangrove crabs is BCF > 2 which indicates that the mangrove crabs in Blanakan ponds are macro concentrators."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Alifiana Aziz
"Kerang hijau Perna viridis merupakan makan laut favorit, yang memiliki kandungan protein yang baik dan harga yang ekonomis. Kekhawatiran mengkonsumsi kerang hijau karena habitat kerang hijau telah tercemar logam berat akibat aktivitas industri. Dilakukan studi bioakumulasi logam berat untuk mengetahui proses akumulasi logam berat pada biota dengan menggunakan dosis tertentu. Digunakan logam berat kadmium untuk paparan pada biota Kerang Hijau sebanyak setengah LC50 yaitu 0.1 ppm. Dilakukan proses depurasi untuk mengurangi kadar logam kadmium pada kerang hijau.
Digunakan metode depurasi pengaliran air selama tujuh hari, perendaman asam asetat dan asam sitrat dengan variasi konsentrasi 0.75 , 1.5 , dan 2.25 dalam variasi waktu 24, 48, 72, 96, 120 menit. Kadar kadmium pada kerang hijau dilakukan pengukuran menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom. Didapatkan penurunan konsentrasi terendah pada depurasi pengaliran air 3,05 mg.Kg-1, depurasi perendaman asam asetat 1,7 mg.Kg-1, perendaman asam sitrat 0,65 mg.Kg-1.

Green mussel Perna viridis is a favorite seafood, which has good protein content and economical price. Concerns consume green mussel due to the habitat of green mussels have been polluted heavy metals due to industrial activity. Bioaccumulation heavy metal study was conducted to determine the process of heavy metal accumulation in biota by using a certain dosage. Used heavy metals cadmium for exposure to biota as much as half LC50 is 0.1 ppm.
Perform depuration process to reduce the levels of cadmium metal in green mussel. A seven day drainage depuration method was used, immersing acetic acid and citric acid with variations of concentration 0.75 , 1.5 , and 2.25 in 24, 48, 72, 96, 120 minute variations. Levels of cadmium in green mussel were measured using Atomic Absorption Spectrophotometry. The lowest concentration decrease in depuration of water drainage was 3.05 mg.Kg 1, deposition of immersion of acetic acid 1,7 mg.Kg 1, soaking of citric acid 0,65 mg.Kg 1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>