Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jojor Sinta Marito
"Latar Belakang: Diabetes melitus DM telah ditetapkan sebagai faktor risiko terjadinya periodontitis kronis. Namun demikian, penelitian mengenai distribusi elemen gigi yang mengalami periodontitis kronis pada penderita DM tipe-2 belum pernah dilakukan.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi elemen gigi yang mengalami periodontitis kronis pada penderita DM tipe-2.
Metode: Penelitian deskriptif retrospektif ini dilakukan dengan menggunakan data yang diambil dari 107 rekam medis periodontal subjek periodontitis kronis dengan DM tipe-2 di RSKGM FKG UI periode 2006 sampai dengan 2016.
Hasil: Frekuensi periodontitis kronis pada penderita DM tipe-2 lebih tinggi pada gigi-gigi rahang bawah 51,5. Regio dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada penderita DM tipe-2 adalah rahang bawah anterior 26,5. Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada penderita DM tipe-2 adalah kelompok gigi insisif 32,4. Elemen gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada subjek dengan DM tipe-2 adalah insisif sentral kanan rahang bawah 4,7. Frekuensi tertinggi poket periodontal pada penderita periodontitis kronis dengan DM tipe-2 adalah pada sisi mesial gigi 32 1,15. Frekuensi tertinggi resesi gingiva pada penderita periodontitis kronis dengan DM tipe-2 yaitu pada sisi labial gigi 32 1,05. Frekuensi kehilangan perlekatan klinis pada penderita periodontitis kronis dengan DM tipe-2 yaitu pada gigi 42 pada sisi mesial 0,78.
Kesimpulan: Periodontitis kronis pada penderita DM tipe-2 paling sering terjadi pada gigi-gigi anterior rahang bawah. Kelompok elemen gigi yang paling sering terjadi periodontitis kronis adalah kelompok gigi insisif. Elemen gigi yang paling sering terjadi periodontitis kronis adalah gigi insisif sentral kanan rahang bawah. Frekuensi tertinggi poket periodontal pada penderita periodontitis kronis dengan DM tipe-2 adalah pada sisi mesial gigi 32. Frekuensi tertinggi resesi gingiva pada penderita periodontitis kronis dengan DM tipe-2 yaitu pada sisi labial gigi 32. Frekuensi kehilangan perlekatan klinis pada penderita periodontitis kronis dengan DM tipe-2 yaitu pada gigi 42 pada sisi mesial.

Background: Evidence consistently shows that type 2 diabetes mellitus is a risk factor for chronic periodontitis. However, no study has evaluated the distribution of teeth affected by chronic periodontitis among subjects with type 2 DM.
Objective: This study aims to evaluate the distribution of teeth affected by chronic periodontitis in type 2 diabetic subjects.
Methods: This retrospective descriptive study was conducted using data obtained from 107 periodontal medical records of chronic periodontitis subjects with type 2 DM in RSKGM FKGUI periode of 2006 to 2016.
Result: Chronic periodontitis in type 2 diabetic subjects showed higher frequency in lower teeth 51,5 . Anterior lower teeth showed higher chronic periodontitis frequency than other mouth regions with frequency of 26,5 . Type of tooth most frequently affected by chronic periodontitis was incisors 32,4. Teeth most frequently affected by chronic periodontitis in type 2 diabetic subjects were lower right central incisor 4,7. Pocket formation showed highest frequency in mesial surface of lower left lateral incisor 1,15. Gingival recession showed highest frequency in labial surface of lower left lateral incisor 1,05. Mesial surface of lower right lateral incisor was the most frequent teeth with clinical lost of attachment with frequency of 0,78.
Conclusion: Mandibular anterior teeth were the most frequently affected with chronic periodontitis in type 2 diabetic subjects. Type of tooth most frequently affected by chronic periodontitis was incisors. Teeth most frequently affected by chronic periodontitis in type 2 diabetic subjects were lower right central incisor. Pocket formation showed highest frequency in mesial surface of lower left lateral incisor. Gingival recession showed highest frequency in labial surface of lower left lateral incisor. Mesial surface of lower right lateral incisor was the most frequent teeth with clinical lost of attachment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Natasya Putri Saraswati
"Latar Belakang: Rokok merupakan salah satu faktor risiko utama periodontitis dengan peningkatan resiko sebesar 2 hingga 8 kali lipat lebih tinggi terkait resiko kehilangan perlekatan klinis. Namun, belum ada penelitian mengenai distribusi elemen gigi yang mengalami periodontitis kronis pada perokok terutama di Indonesia.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui distribusi elemen gigi yang mengalami periodontitis kronis dengan parameter kehilangan perlekatan klinis pada perokok.
Metode: Penelitian observasi deskriptif retrospektif menggunakan data sekunder dari 138 rekam medik dengan subjek periodontitis kronis yang merokok di klinik integrasi RSKGM FKG UI periode 2010 sampai 2017.
Hasil: Subjek merupakan 56 perokok ringan, 45 perokok sedang, dan 37 perokok berat. Frekuensi periodontitis kronis tertinggi terjadi pada rahang bawah pada perokok ringan (54,4%), serupa pada perokok sedang (53,34%), serta perokok berat (51,48%). Posterior maksila mengalami periodontitis kronis tertinggi pada perokok ringan (31,21%), sedang (28,44%), dan berat (30,28%). Premolar mengalami periodontitis kronis tertinggi pada perokok ringan (30,24%), sedang (30,29%) dan berat (31,21%). Elemen gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi adalah gigi 33 pada perokok ringan (4,68%), gigi 43 pada perokok sedang (4,79%), dan pada perokok berat adalah gigi 34 (4,59%). Frekuensi kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada perokok ringan adalah sisi mesial gigi 42 (1,44%), pada perokok sedang adalah sisi mesial gigi 41 (1,45%), dan pada perokok berat adalah sisi mesial gigi 43 (1,39%).
Kesimpulan: Periodontitis kronis pada perokok paling banyak terjadi pada rahang bawah, regio posterior maksila, dan kelompok gigi premolar. Elemen gigi dengan periodontitis kronis terbanyak terdapat pada gigi 33, gigi 43, dan gigi 34. Sisi dengan frekuensikehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis adalah sisi mesial gigi 42, sisi mesial gigi 41, dan sisi mesial gigi 43.

Background: Cigarette smoking is one of the main risk factors for periodontitis with an increased risk of 2 to 8 times higher in clinical attachment loss. However, no study has examined the distribution of each element of tooth that has chronic periodontitis in smokers, especially in Indonesia.
Objective: Determine the distribution of affected teeth with chronic periodontitis in smoker with clinical attachment loss as a parameter.
Method: This retrospective descriptive observational study was conducted using 138 periodontal medical records of smokers chronic periodontitis subjects in RSKGM FKG UI periode of 2010 to 2017.
Results: Subjects consisted of 56 light smokers, 45 moderate smokers, and 37 heavy smokers. The frequency of chronic periodontitis is higher in lower jaw teeth (54,4%), and similar to moderate smokers (53,34%), and heavy smokers (severe category) (51,48%). Posterior maxilla is the highest frequency in light smokers (31,21%), also in moderate smokers (28,44%), as well as in heavy smokers (30,28%). The premolar group (30,24%) has highest periodontitis in light smokers, as in moderate smokers (30,29%) and in heavy smokers (31,21%). The most frequent tooth affected by chronic periodontitis in light smokers is lower left canine (4,68%), while in moderate smokers is lower right canine (4,79%), and in heavy smokers is lower first premolar (4,59%). The highest frequency of clinical attachment loss in light smokers patient is the mesial surface of lower right lateral incisor (1,44%), in moderate smokers is the mesial surface of lower right central incisor (1,45%), and in heavy smokers is the mesial surface of lower right canine (1,39%).
Conclusion: Chronic periodontitis in smokers mostly occurs in the lower jaw, posterior maxilla region, and in the premolar group. Element of tooth most frequently affected by chronic periodontitis are lower left canine, lower right canine, and lower first premolar. The surface of the teeth with most clinical attachment loss are mesial surface of lower right lateral incisor teeth, the mesial side of lower right central incisor, and the mesial side of lower right canine.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Annisa Sophia
"ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti cekat dapat mempersulit pembersihan gigi karena komponen alat ortodonti cekat mampu melindungi plak gigi dari pembersihan mekanis. Akibat dari buruknya oral hygiene, lingkungan rongga mulut dapat berisiko mengalami kondisi patologis pada jaringan periodontal, salah satunya periodontitis kronis. Tujuan penelitian: Mengetahui evaluasi gigi geligi yang mengalami periodontitis kronis pada kasus pemakai alat ortodonti cekat. Metode: Penelitian deskriptif retrospektif pada 76 subjek yang mengalami periodontitis kronis serta memakai alat ortodonti cekat, menggunakan data kartu status rekam medik Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2008-2017. Hasil: Frekuensi periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah (51,3%), khususnya regio rahang bawah posterior (28,1%). Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif (31,3%), khususnya elemen gigi 11 (4,6%). Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal (32,6%). Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal (32,6%). Kesimpulan: Periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah, khususnya regio rahang bawah posterior. Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif, khususnya elemen gigi 11. Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal. Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal.

ABSTRACT
Background: Usage of fixed orthodontic appliances could cause difficulty on oral cleansing because its components could protect dental plaque from mechanical cleansing. The consequence of bad oral hygiene leads to an oral environment that could be at risk for pathological conditions in periodontal tissues, such as chronic periodontitis. Objective: To understand the dental evaluation of chronic periodontitis in cases of fixed orthodontic patients. Method: This retrospective descriptive study was conducted on 76 subjects that have chronic periodontitis and also using fixed orthodontic appliances, by using medical records of Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI in period of 2008 - 2017. Result: The frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in the mandibular teeth (51.3%), especially the posterior mandibular region (28.1%). The group of teeth with the highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances was the incisors (31.3%), especially the 11 tooth element (4.6%). The side with highest frequency of periodontal pocket and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the distal side (32.6%). The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the buccal side (32.6%). Conclusion: Chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in mandibular teeth, especially the posterior mandibular region. The group of teeth with highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontics is the incisor tooth group, especially the 11 tooth element. The side with highest frequency of periodontal pockets and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the distal side. The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the buccal side."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladiola Alifa Putri
"Latar belakang: Diabetes Melitus tipe-2 dan penyakit periodontal merupakan penyakit dengan frekuensi tinggi di Indonesia. Diabetes Melitus tipe-2 diketahui dapat memperberat penyakit periodontal, dan juga sebaliknya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan status periodontal pada penderita periodontitis kronis dengan Diabetes Melitus tipe-2 dan tanpa Diabetes Melitus tipe-2.
Tujuan penelitian: Mengetahui perbedaan status periodontal pada penderita periodontitis kronis dengan Diabetes Melitus tipe-2 dan tanpa Diabetes Melitus tipe-2, dengan batasan penelitian pada kedalaman poket, resesi gingiva, dan kehilangan perlekatan klinis.
Metode: Penelitian cross-sectional pada 97 subjek Diabetes Melitus tipe-2 dan 97 subjek tanpa Diabetes Melitus tipe-2 menggunakan data kartu status rekam medik Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2007-2016. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna dari rerata kedalaman poket, resesi gingiva, dan kehilangan perlekatan klinis subjek Diabetes Melitus tipe-2 dibandingkan dengan subjek tanpa Diabetes Melitus tipe-2.

Background: Type 2 Diabetes Mellitus and periodontal are high frequency diseases in Indonesia. Type 2 Diabetes Mellitus has known for the effect that can worsen periodontal diseases, and vice versa. Therefore, further researches are needed on the difference of periodontal status between chronic periodontitis patient with and without type 2 Diabetes Mellitus.
Objective: To understand the periodontal status differences between chronic periodontitis patient with and without type 2 Diabetes Mellitus, with limitation spesifically on pocket depth, gingival recession, and loss of attachment.
Method: Cross sectional study of 97 subjects with type 2 Diabetes Mellitus and 97 subjects without type 2 Diabetes Mellitus sourced from medical record status cards in Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI during 2007 2016. It was statistically analyzed by Mann Whitney test.
Result: There were statistically significant differences in the mean values of pocket depth, gingival recession, and loss of attachment on subjects with type 2 Diabetes Mellitus compared with subjects without type 2 Diabetes Mellitus p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferinda Putri Utami
"Latar belakang: Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko periodontitis kronis. Penelitian mengenai perbedaan kedalaman poket dan resesi gingiva pasien periodontitis kronis perokok dan bukan perokok belum banyak dilakukan.
Tujuan penelitian: Mengetahui perbedaan kedalaman poket dan resesi gingiva pasien periodontitis kronis perokok dan bukan perokok.
Metode: Penelitian potong lintang pada masing-masing 101 subjek periodontitis kronis perokok dan bukan perokok yang diambil dari rekam medik klinik integrasi RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2010-2015.
Hasil: Berdasarkan uji Mann-Whitney terdapat perbedaan bermakna p < 0,05 rerata kedalaman poket dan resesi gingiva antara perokok dan bukan perokok.
Kesimpulan: Rerata kedalaman poket dan resesi gingiva perokok lebih besar daripada bukan perokok.

Background: Smoking is one of the risk factors of chronic periodontitis. Studies that shows the difference of pocket depth and gingival recession of chronic periodontitis patient between smokers and nonsmokers are still rare.
Objective: Knowing the difference of pocket depth and gingival recession between smokers and nonsmokers chronic periodontitis patient.
Methods: A cross sectional study was conducted using medical records of 101 smokers and 101 nonsmokers who suffered chronic periodontitis in integration clinic RSKGM FKG UI during 2010 2015.
Results: Mann Whitney test showed that there were significant differences in the average of pocket depth and gingival recession (p<0,05) between smokers and nonsmokers.
Conclusions: The average of pocket depth and gingival recession in smokers is higher than nonsmokers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling umum diderita oleh penduduk dunia. Ada peningkatan keparahan penyakit periodontal seiring dengan meningkatnya usia, disertai dengan terjadinya peningkatan akumulasi debris dan kalkulus. Data epidemiologi penyakit periodontal dapat menjadi sumber informasi dalam penyusunan rencana strategis dalam pencegahan dan penanganan penyakit periodontal pada masing-masing kelompok usia. Di Indonesia, data tersebut masih kurang. Tujuan: Mengetahui distribusi penyakit periodontal berdasarkan kelompok usia pasien di Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode 2004-2014. Metode: Penelitian cross sectional dengan subjek 2.069 kartu rekam medik. Hasil: Penyakit periodontitis kronis merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh kelompok usia remaja (59%), dewasa (73%), lansia, dan manula (82%). Status kebersihan rongga mulut pasien mayoritas buruk, pada masing-masing kelompok usia yaitu baik pada remaja akhir (35%), sedang pada dewasa awal (41%), buruk pada remaja awal (47%), dewasa akhir (47%), lansia awal (46%), lansia akhir (46%), dan manula (46%). Hasil uji korelasi Spearman’s rho antara penyakit periodontal dan status kebersihan rongga mulut dengan kelompok usia menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p<0,05), dengan nilai koefisien korelasi positif (r=0,251; r=0,102). Kesimpulan: Penyakit periodontal yang paling banyak diderita oleh seluruh kelompok usia adalah periodontitis kronis dengan status kebersihan rongga mulut pasien mayoritas buruk. Terdapat hubungan antara penyakit periodontal dan status kebersihan rongga mulut dengan kelompok usia, dengan arah hubungan positif dan kekuatan hubungan lemah, Background: Periodontal diseases is one of the most common oral diseases suffered by world’s population. There is the tendency of increasing of disease’s severity also debris and calculus accumulation with an increasing of age. Epidemilogy data of periodontal diseases can be a source of consideration in creating strategic plan of treatment and prevention of periodontal disease based on age group. In Indonesia, these data are still indaequate. Objective: Discover the distribution of periodontal disease based on age group at Periodontal Clinic RSKGM FKG UI 2004-2014. Methods: The study design is cross sectional using 2,069 medical records. Results: Chronic periodontitis is the most common disease in teens (59%), adults (73%), and the elderly (82%). The majority of oral hygiene status is poor, spesifically good in late teens (35%), moderate in early adult (41%), poor in early teens (47%), late adult (47%), early elder (46%), late elder (46%) and seniors (46%). The result of Spearman's rho correlation test between periodontal disease and oral hygiene status based on age group shows significant differences (p <0.05), with a positive coefficient of correlation (r = 0.251; r = 0.102). Conclusion: The most common periodontal disease in every age group is chronic periodontitis with majority of poor oral hygiene status. There are a positive-weak-correlation between periodontal disease and oral hygiene status based on age group.]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Nathania
"Latar belakang: Diabetes mellitus dan penyakit periodontal adalah salah satu penyakit yang paling sering ditemukan pada manusia. Periodontitis disebabkan oleh plak gigi dan diperberat oleh faktor risiko seperti DM. Diabetes memperburuk kondisi periodontal, namun periodontitis juga memperburuk kontrol glikemik pada pasien diabetes. Perawatan periodontal rutin pada pasien diabetes dapat membantu memelihara kontrol glikemik. Diabetes merupakan salah satu komorbid yang sering ditemukan pada pasien COVID-19, oleh karena itu diperlukan edukasi kesehatan gigi dan mulut dan kesadaran penyakit periodontal bagi pasien diabetes selama pandemik. 
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk menilai hubungan tingkat kesadaran dan tingkat pengetahuan terhadap status periodontal pada pasien diabetes disertai periodontitis selama masa pandemik COVID-19. 
Metode: Survei kuesioner dalam Bahasa Indonesia dibagikan kepada pasien baru yang dirujuk ke Klinik Periodonsia di RS Khusus Gigi dan Mulut UI, selama masa pandemik COVID-19, dari bulan Januari hingga Juni 2021. Hasil: Total 84 subjek penelitian, dengan 34,5% pasien diabetes disertai periodontitis. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada tingkat kesadaran dan tingkat pengetahuan pada pasien periodontitis dengan pasien DM periodontitis. Terdapat korelasi antara tingkat kesadaran dan pengetahuan dengan status periodontal pasien yang menunjukkan tingkat keparahan dan laju perkembangan periodontitis yang dideritanya. 
Kesimpulan: Kesadaran dan pengetahuan mengenai periodontitis dan DM masih sangat minim dan kurang. Edukasi mengenai periodontitis, dan DM sangat diperlukan untuk meningkatkan pengertian dan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut serta bagaimana dampaknya terhadap kesehatan sistemik.

 Diabetes mellitus and periodontal disease are among the most common diseases found in humans. Periodontitis is caused by dental biofilm but can be aggravated by risk factors, such as, diabetes mellitus. Diabetes worsens the periodontal condition, but periodontitis also worsen glycemic control in diabetic patients. Periodical periodontal maintenance in diabetics could help maintain good glycemic control. Diabetes is also among one of the most found comorbid diseases in Covid-19 patients, therefore dental health education and periodontal disease awareness is crucially needed for diabetic patients during pandemic. 
Objectives: This study aims to assess the relationship between level of awareness and knowledge on periodontal status in diabetic patients with periodontitis during Covid-19 pandemic. 
Methods: A close-ended questionnaire in local language (Indonesia) was distributed among new patients that were referred to Periodontology Clinic in Dental Hospital of Universitas Indonesia. Patients were collected during cov-19 pandemic from January to June 2021.
Results: A total of 84 patients were collected, with 34.5% of diabetic patients with periodontitis. Statistically, significant differences (p<0,05) were found between the level of awareness and knowledge of periodontal disease in diabetic patients and non-diabetic patients with periodontitis. The level of awareness and knowledge of periodontal disease was found correlated to their present clinical periodontal status which showed the severity and progression of periodontitis.
Conclusion: Awareness and knowledge of periodontal disease and diabetes mellitus are still minimal and lacking. Further dental health education is needed to improve better understanding and awareness of the mutual relationship between periodontal disease and diabetes mellitus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrani Rahma Lukman
"

Latar Belakang: Periodontitis adalah kondisi inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi yang memiliki ciri kehilangan perlekatan klinis serta penurunan tinggi tulang alveolar. Periodontitis diketahui menjadi penyebab utama kehilangan gigi pada orang dewasa. Prevalensi periodontitis secara global diketahui meningkat dan di Indonesia sendiri, 74% masyarakatnya terdiagnosis periodontitis. Penelitian sebelumnya mengenai hubungan indeks massa tubuh dengan periodontitis memiliki hasil yang beragam, beberapa di antaranya menyatakan adanya hubungan sementara ada pula yang tidak.   Tujuan: Mengidentifikasi hubungan antara indeks massa tubuh dengan periodontitis di RSKGM FKG UI. Metode: Studi observasional analitik potong lintang dengan pendekatan retrospektif. Sampel diperoleh dari data sekunder Rekam Medis Unit Spesialis Periodonsia di RSKGM FKG UI tahun 2019—2023 sesuai kriteria penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel non-probability sampling dengan metode consecutive sampling. Hasil penelitian: Sebanyak 504 rekam medis status awal didapatkan dan terdapat 298 yang memenuhi kriteria penelitian. Uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh dengan staging dan grading periodontitis (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan periodontitis di RSKGM FKG UI.


Background: Periodontitis is a chronic inflammatory condition of the tooth-supporting tissue characterized by clinical attachment loss and loss of alveolar bone height. It is known as the main cause of tooth loss in adults. Globally, the prevalence of periodontitis increases, and in Indonesia, 74% of the population is diagnosed with periodontitis. Previous research on the relationship between body mass index and periodontitis concluded various results, with some stating that there is a relationship while others did not. Objective: To identify the relationship between body mass index and periodontitis. Methods: An observational analytical cross-sectional study with a retrospective approach. Samples were obtained from secondary data retrieved from medical records at the Periodontology Clinic of the Dental Hospital of Universitas Indonesia from 2019 to 2023 using a non-probability sampling technique with the consecutive sampling method according to research criteria. Results: A total of 504 initial status medical records were obtained and 298 met the research criteria. Body weight, height, and body mass index had no significant relationship with the stage and grade of periodontitis (p>0.05). Conclusion: There is no statistically significant relationship between body mass index and periodontitis at the Periodontology Clinic of the Dental Hospital of Universitas Indonesia.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurul Aziziah
"Latar belakang: Periodontitis kronis merupakan jenis penyakit periodontal yang umum ditemukan pada orang dewasa, dengan prevalensi mencapai angka 74,1% di Indonesia menurut Riskesdas 2018. Tantangan utama pada perawatan periodontitis adalah waktu dan ketepatan dari diagnosis. Periodontitis kronis tidak menyebabkan timbulnya rasa sakit, sehingga pasien sering tidak mencari perawatan untuk penyakit tersebut. Menurut penelitian Grover et al. (2013), keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang datang untuk perawatan gigi dan mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, berkaitan dengan estetik, serta berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut. Melalui penelusuran berbagai penelitian, ditemukan berbagai macam keluhan utama pada pasien dengan periodontitis kronis dengan proporsi yang berbeda-beda, dan belum pernah dilakukan studi serupa di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deksriptif untuk distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang didapat dari data sekunder berupa 588 rekam medis RSKGM FKG UI dalam rentang tahun kunjungan 2016 - 2018. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat menggunakan SPSS untuk menggambarkan distribusi.
Hasil: Secara umum, keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang paling sering ditemukan adalah keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (39,8%), diikuti dengan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik (39,1%), dan keluhan utama yang berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut (0,9%). Ditemukan kelompok keluhan utama lainnya sebesar 20,2% yang sebagian besar meliputi rujukan (6,8%) dan sakit gigi (5,6%). Pada jenis kelamin laki-laki, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (20,2%), sedangkan pada jenis kelamin perempuan adalah keluhan yang berkaitan dengan estetik (21,6%). Pada kelompok usia remaja awal, lansia awal, dan lansia akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, dan pada kelompok usia remaja akhir, dewasa awal, dan dewasa akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik.
Kesimpulan: Terdapat gambaran distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang berbeda menurut usia dan jenis kelamin. Keluhan berkaitan dengan gejala penyakit periodontal paling sering ditemukan pada laki-laki, serta pada kelompok usia remaja awal dan lansia, sedangkan keluhan berkaitan dengan estetik paling sering ditemukan pada perempuan, serta pada kelompok usia remaja akhir dan dewasa. Keluhan berkaitan dengan kegawatdaruratan ditemukan di beberapa kelompok usia dan kedua jenis kelamin.

Background: Chronic periodontitis is one of the common periodontal diseases found on adults. The prevalence of chronic periodontitis in Indonesia is 74,1% according to Indonesian Health Survey 2018. The main challenge on treating chronic periodontitis is a proper time of diagnosis. Chronic periodontitis is a painless disease and is often undiagnosed until it has reached moderate to advanced stage, and many patients rarely seek care. A research by Grover et al. describes the common chief complaint in chronic periodontitis patients based on three major groups; periodontitis symptoms related, esthetic related, and dental emergency related. Other researches describe different distribution on patients’ chief complaints, and currently there are no similar research in Indonesia.
Objectives: To describe the distribution of chief complaints in patients with chronic periodontitis in RSKGM FKG UI.
Methods: A descriptive study using secondary data from 588 periodontal medical records of chronic periodontitis subjects in RSKGM FKG UI throughout 2016 - 2018.
Result: The highest distribution of chief complaint found in patients with chronic periodontitis is periodontitis symptoms related (39,8%), followed by esthetic related (39,1%), and dental emergency (0,9%). Patients with other chief complaints (20,2%) found mainly came through referral (6,8%) and pain (5,6%). In male, the common chief complaint found is periodontitis symptoms related (20,2%), while in female is esthetic related (21,6%). According to age, periodontitis symptoms related complaints were mainly found in early adolescents and elderly, while esthetic related complaints were mainly found in late adolescents and adults.
Conclusion: There are different distributions of chief complaint in patients with chronic periodontitis according to gender and age. Periodontitis symptoms related complaints were mainly found in males, and found in early adolescents or elderly. Esthetic related complaints were mainly found in females, and found in late adolescents and adult. Dental emergency related complaints were found in various age group and both genders equally.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Mutia
"Latar Belakang: Salah satu perawatan yang dilakukan untuk penanganan pasien periodontitis kronis adalah scaling dan root planing. Setelah dilakukannya perawatan, maka tingkat perdarahan gingiva akan mengalami perubahan. Penelitian yang mengaitkan pengaruh scaling dan root planing terhadap tingkat perdarahan gingiva pada pasien periodontitis kronis di RSKGM FKG UI belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh scaling dan root planing terhadap tingkat perdarahan gingiva pasien periodontitis kronis. Metode: Penelitian dengan pendekatan analitik ini dilakukan dengan menggunakan data sebanyak 213 rekam medik yang di dapat dari data sekunder rekam medik periodonsia Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2014-2018. Data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) nilai OHIS dan PBI dari subjek sebelum dan sesudah dilakukan perawatan scaling dan root planing.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, perawatan scaling dan root planing berpengaruh terhadap tingkat kebersihan mulut dan perdarahan gingiva. Nilai OHIS dan PBI akan lebih rendah setelah dilakukan perawatan scaling dan root planing daripada sebelumnya.

Background: One of the treatments that performed for the patients with chronic periodontitis is scaling and root planing. After treatment, the level of gingival bleeding will change. Research that links the effect of scaling and root planing on the level of gingival bleeding in patients with chronic periodontitis in RSKGM FKG UI has never been done. Objective: This study aims to determine an effect of scaling and root planing on the level of gingival bleeding in patients with chronic periodontitis. Method: Analytic approach study was conducted using 213 medical records sourced from the secondary medical records of Periodontal Integration Clinic RSKGM FKG UI from 2014 to 2018 year of visit. Data were analyzed using Wilcoxon test. Result: There were significant differences (p <0.05) between OHIS and PBI values of the subjects before and after scaling and root planing treatment. Conclusion: Based on the results of the study, scaling and root planing treatment affect the level of oral hygiene and gingival bleeding. OHIS and PBI values will be lower after scaling and root planing treatments than before.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>