Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73361 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Nahla Karima
"ABSTRAK
Bisphenol A BPA merupakan bahan kimia yang banyak digunakan dalam bahan kemasan pangan. Manusia rentan terhadap paparan BPA karena BPA dapat bermigrasi ke dalam makanan dan minuman yang tersimpan dalam kemasan yang mengandung zat tersebut. Pada lingkungan biologis BPA dapat memicu terjadinya stress oksidatif seluler yang berkontribusi dalam pembentukan radikal. Selain itu paparan logam berat dari lingkungan juga dapat menyebabkan kelebihan kadar Cu II di dalam tubuh yang berkontribusi menambah jumlah radikal. Radikal yang terbentuk dapat menyerang DNA menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif dan menghasilkan senyawa 8-OHdG yang merupakan biomarker risiko karsinogenis. Studi pembentukan DNA adduct berupa 8-OHdG dilakukan secara in vitro terhadap DNA Calf thymus dan basa DNA 2-dG yang direaksikan dengan senyawa bisphenol A dengan adanya reaksi Fenton-like oleh logam Cu II . Pada pengujian ini dilakukan variasi pH 7,4 dan 8,4 , pada suhu 37? C dan 60?, serta waktu inkubasi selama 7 dan 12 jam. DNA adduct 8-OHdG yang terbentuk dianalisis menggunakan HPLC kromatografi fasa terbalik dengan detektor UV/Vis pada panjang gelombang 254 nm. Kondisi optimum untuk menganalisis 8-OHdG menggunakan eluen dengan campuran buffer fosfat pH 6,7 10 mM dan metanol pada rasio 90:10. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi 8-OHdG akibat adanya paparan BPA dan adanya reaksi Fenton-like meningkat. Bertambahnya suhu dan waktu inkubasi memberikan efek sinergis terhadap kenaikan konsentrasi 8-OHdG. Kenaikan pH tidak memberikan efek sinergis terhadap konsentrasi 8-OHdG yang dihasilkan.

ABSTRACT
Bisphenol A BPA is a chemical widely used in food packaging materials. Human are susceptible to BPA exposure because BPA can migrate into foods and beverages stored in packs containing these substances. In the biological environment BPA can overcome cellular oxidative stress that contributes to radical formation. In addition, exposure to heavy metals from the environment can also lead to excess levels of Cu II in the body that increase the amount of radical. The formed radicals can attack the DNA causing oxidative damage and formed 8 OHdG compound as a biomarker of carcinogenic risk. The study of DNA formation of 8 OHdG was performed in vitro with Calf thymus DNA and DNA base 2 dG reacted with bisphenol A through Fenton like reaction in the presence of Cu II . The variations used are pH 7,4 and 8,4, temperature at 37 C and 60 , and incubation time for 7 and 12 hours. The DNA adduct 8 OHdG formed was analyzed using HPLC reverse phase chromatography with UV Vis detector at a wavelength of 254 nm. The optimum condition for analyzing 8 OHdG is using buffer phosphate mixture pH 6.7 10 mM and methanol at 90 10 ratio as eluent. The results obtained the 8 OHdG concentration is increase due to BPA exposure and Fenton like reaction. Incubation time and temperature rise give synergistic effect of 8 OHdG concentration increase. The increase in pH does not have a synergistic effect on the 8 OHdG concentration."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afdila
"Malondialdehyde (MDA) telah banyak dilaporkan sebagai biomarker, produk genotoksik endogen yang terbentuk dari hasil lipid peroksidasi dan stress oksidatif dapat mengikat dan memodifikasi protein, phospholipid maupun DNA membentuk adduct yang stabil. Peningkatan stress oksidatif memicu dalam pembentukan adduct telah dikaitkan dengan berbagai pola penyakit seperti kanker, penyakit kardiovaskular dan neurodegeneratif. Studi ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui efek sinergis pembentukan DNA Adduct (8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG) secara in vitromakibat reaksi dari malondialdehyde (MDA) dan/atau paparan Cr (VI) dengan bantuan H2O2 melalui reaksi Fenton terhadap DNA murni 2’-deoxyguanosine (dG) pada variasi suhu 37oC dan 60oC, pH 7,4 dan 8,4 serta lama inkubasi 3 dan 16 jam. Sedangkan studi in vivo dilakukan dengan treatment pada kelompok tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar dengan paparan MDA (10 mg/kgBB), dan kelompok tikus dengan paparan campuran MDA (10mg/kgBB) dan Cr(VI) (0,4mg/kgBB) selama 28 hari. Sampel urin dikumpulkan setiap minggu. Pembentukan 8-OHdG secara in vitro dianalisis dengan HPLC, sedangkan pembentukan 8-OHdG pada sampel urin tikus dianalisis dengan menggunakan LC-MS/MS dengan kromatografi fasa terbalik. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai validasi instrumen UHPLC dengan nilai regresi linier (R) 0,9973 dengan LOD adalah 11,03 μg/L dan nilai LOQ adalah 36,77 μg/L. Pada perlakuan secara in vitro paparan senyawa MDA pada kondisi suhu inkubasi 60oC selama 3 jam, pH 7,4 dihasilkan konsentrasi 8-OHdG paling tinggi yaitu 404,09 μg/L. Pada penelitian secara in vitro juga diperoleh data bahwa terdapat efek sinergis peningkatan konsentrasi 8-OHdG yang dihasilkan dari reaksi in vitro 2’deoksiguanosin dengan MDA + Cr (VI) sebagai senyawa radikal bebas yang memicu terjadinya kerusakan DNA. Pada pengamatan secara in vivo terhadap tikus percobaan yang dipaparkan senyawa xenobiotik (MDA dan Cr (VI) juga ditemukan gejala klinis penurunan berat badan sebelum dan sesudah paparan. Hasil analisis sampel urin perlakuan in vivo dengan instrument LCMS/MS terlihat adanya efek sinergis pada paparan MDA + Cr (VI).

Malondialdehyde (MDA) has been widely reported as a biomarker, an endogenous genotoxic product that is formed from the results of lipid peroxidation and oxidative stress that can bind and modify proteins, phospholipids and DNA to form stable adducts. Increased oxidative stress triggers in adduct formation have been linked to various disease patterns such as cancer, cardiovascular and neurodegenerative diseases. One of the purposes of this study is to determine the synergistic effect of the formation of DNA Adduct (8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG) in vitro due to the reaction of malondialdehyde (MDA) and /or exposure to Cr (VI) with the presence of H2O2 through the Fenton reaction to DNA. 2'-deoxyguanosine (dG) at various temperatures of 37oC, 60oC, pH 7.4 and 8.4 and incubation time of 3 and 16 hours. In vivo study has been carried out on exposed groups of rat (10 mg / kgBW) MDA, and Cr (VI) (0.4mg / kgBW) for 28 days. Urine samples were collected every week. 8-OHdG formation in vitro was analyzed by HPLC, while the formation of 8-OHdG in rat urine samples was analyzed using LC-MS / MS with reverse phase chromatography. The results of this study obtained the validation value of the UHPLC instrument with a linear regression value (R) 0.9973, LOD was 11.03 μg/L and the LOQ value is 36.77 μg/L. In in vitro treatment, exposure to MDA compounds at an incubation temperature of 60oC for 3 hours, pH 7.4 resulted in the highest 8-OHdG concentration of 404.09 μg / L. In in vitro studies, data also showed that there was a synergistic effect of increasing the concentration of 8-OHdG resulting from the in vitro reaction of 2'deoxiguanosine with MDA + Cr (VI) as free radical compounds that trigger DNA damage. In vivo observations of rat exposed to xenobiotic compounds (MDA and Cr (VI) also found clinical symptoms of weight loss before and after exposure. The results of the analysis of urine samples treated in vivo with the LCMS / MS instrument showed a synergistic effect on MDA + Cr (VI) exposure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afdila
"Malondialdehyde (MDA) telah banyak dilaporkan sebagai biomarker, produk genotoksik endogen yang terbentuk dari hasil lipid peroksidasi dan stress oksidatif dapat mengikat dan memodifikasi protein, phospholipid maupun DNA membentuk adduct yang stabil. Peningkatan stress oksidatif memicu dalam pembentukan adduct telah dikaitkan dengan berbagai pola penyakit seperti kanker, penyakit kardiovaskular dan neurodegeneratif. Studi ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui efek sinergis pembentukan DNA Adduct (8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG) secara in vitromakibat reaksi dari malondialdehyde (MDA) dan/atau paparan Cr (VI) dengan bantuan H2O2 melalui reaksi Fenton terhadap DNA murni 2’-deoxyguanosine (dG) pada variasi suhu 37oC dan 60oC, pH 7,4 dan 8,4 serta lama inkubasi 3 dan 16 jam. Sedangkan studi in vivo dilakukan dengan treatment pada kelompok tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar dengan paparan MDA (10 mg/kgBB), dan kelompok tikus dengan paparan campuran MDA (10mg/kgBB) dan Cr(VI) (0,4mg/kgBB) selama 28 hari. Sampel urin dikumpulkan setiap minggu. Pembentukan 8-OHdG secara in vitro dianalisis dengan HPLC, sedangkan pembentukan 8-OHdG pada sampel urin tikus dianalisis dengan menggunakan LC-MS/MS dengan kromatografi fasa terbalik. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai validasi instrumen UHPLC dengan nilai regresi linier (R) 0,9973 dengan LOD adalah 11,03 μg/L dan nilai LOQ adalah 36,77 μg/L. Pada perlakuan secara in vitro paparan senyawa MDA pada kondisi suhu inkubasi 60oC selama 3 jam, pH 7,4 dihasilkan konsentrasi 8-OHdG paling tinggi yaitu 404,09 μg/L. Pada penelitian secara in vitro juga diperoleh data bahwa terdapat efek sinergis peningkatan konsentrasi 8-OHdG yang dihasilkan dari reaksi in vitro 2’deoksiguanosin dengan MDA + Cr (VI) sebagai senyawa radikal bebas yang memicu terjadinya kerusakan DNA. Pada pengamatan secara in vivo terhadap tikus percobaan yang dipaparkan senyawa xenobiotik (MDA dan Cr (VI) juga ditemukan gejala klinis penurunan berat badan sebelum dan sesudah paparan. Hasil analisis sampel urin perlakuan in vivo dengan instrument LCMS/MS terlihat adanya efek sinergis pada paparan MDA + Cr (VI).

Malondialdehyde (MDA) has been widely reported as a biomarker, an endogenous genotoxic product that is formed from the results of lipid peroxidation and oxidative stress that can bind and modify proteins, phospholipids and DNA to form stable adducts. Increased oxidative stress triggers in adduct formation have been linked to various disease patterns such as cancer, cardiovascular and neurodegenerative diseases. One of the purposes of this study is to determine the synergistic effect of the formation of DNA Adduct (8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG) in vitro due to the reaction of malondialdehyde (MDA) and /or exposure to Cr (VI) with the presence of H2O2 through the Fenton reaction to DNA. 2'-deoxyguanosine (dG) at various temperatures of 37oC, 60oC, pH 7.4 and 8.4 and incubation time of 3 and 16 hours. In vivo study has been carried out on exposed groups of rat (10 mg/kgBW) MDA, and Cr (VI) (0.4mg/kgBW) for 28 days. Urine samples were collected every week. 8-OHdG formation in vitro was analyzed by HPLC, while the formation of 8-OHdG in rat urine samples was analyzed using LC-MS/MS with reverse phase chromatography. The results of this study obtained the validation value of the UHPLC instrument with a linear regression value (R) 0.9973, LOD was 11.03 μg/L and the LOQ value is 36.77 μg/L. In in vitro treatment, exposure to MDA compounds at an incubation temperature of 60oC for 3 hours, pH 7.4 resulted in the highest 8-OHdG concentration of 404.09 μg/L. In in vitro studies, data also showed that there was a synergistic effect of increasing the concentration of 8-OHdG resulting from the in vitro reaction of 2'deoxiguanosine with MDA + Cr (VI) as free radical compounds that trigger DNA damage. In vivo observations of rat exposed to xenobiotic compounds (MDA and Cr (VI) also found clinical symptoms of weight loss before and after exposure. The results of the analysis of urine samples treated in vivo with the LCMS/MS instrument showed a synergistic effect on MDA + Cr (VI) exposure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Nurhidayat
"Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi pembentukan DNA adduct 8-hidroksi deoksiguanosin (8-OHdG) sebagai biomarker penyebab kanker yang terbentuk dari paparan trikloro etilen dan ion logam Cu (II) secara in vitro dan in vivo. Paparan TCE 200 ppm terhadap deoksiguanosin terbukti dapat memicu pembentukan 8-OHdG setelah inkubasi selama 6 jam. Penambahan ion Cu (II) dan H2O2 dalam inkubasi terbukti meningkatkan pembentukan 8-OHdG. Pada Studi in vivo, DNA adduct 8-OHdG Terdeteksi pada urin seluruh tikus percobaan. Paparan TCE terbukti meningkatkan kadar 8-OHdG yang diamati. Kadar DNA adduct dalam urin juga terlihat meningkat secara signifikan pada kelompok tikus yang diberikan paparan TCE dan Cu (II). Penelitian ini memberikan pemahaman baru pada pembentukan DNA-adduct dari senyawa kimia yang umum dipakai masyarakat.

In this study, The formation of DNA adduct 8-hydroxy deoxiguanosin (8-OHdG) as a cancer-causing biomarker formed from exposure to trichloro ethylene and Cu (II) metal ions in vitro and in vivo was identified. Exposure to TCE 200 ppm to deoxiguanosin has been shown to trigger the formation of 8-OHdG after 6 hours of incubation. The addition of Cu (II) and H2O2 was shown to increase the formation of 8-OHdG. DNA adduct 8-OHdG was detected in the urine of all mice, including the control group. This phenomenon indicates that oxidative stress conditions occur naturally in the metabolic system. exposure to TCE was shown to increase the 8-OHdG levels. The levels of DNA adduct in urine were also seen to be significantly increased in the group of mice exposed to TCE and Cu (II). This research provides a new understanding on the formation of DNA-adducts from chemical compounds commonly used by the public.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Silva Putri Hindarsyah
"ABSTRACT
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan DNA Adduct 8-OHdG akibat kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan formaldehida dan logam Cu (II). Studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi paparan formaldehida (82 mg/kg BB) dan Cu (II) (10 mg/kg BB) selama 28 hari. Sampel urin diambil setiap minggunya. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2-deoksiguanosin dengan formaldehida, logam Cu (II), dan H2O2 melalui reaksi Fenton-like. Reaksi dilakukan pada suhu 37°C dengan variasi pH (7,4 dan pH 8,4) serta waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Analisis pembentukan 8-OHdG secara in vivo dan in vitro dilakukan menggunakan instrumen LC-MS/MS dengan kromatogafi fasa terbalik. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran amonium asetat 20 mM pH 4 dan asetonitril dengan gadien elusi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa paparan formaldehida dan logam Cu (II) dapat menyebabkan terbentuknya DNA Adduct 8-OHdG. Pada studi in vivo, ditemukan kadar 8-OHdG tertinggi pada kelompok paparan formaldehida dengan Cu (II). Pada studi in vitro, terbentuk 8-OHdG dengan konsentrasi paling tinggi pada kelompok variasi formaldehida, Cu (II) dan H2O2.

ABSTRACT
This research was conducted to analyze the formation of DNA Adduct 8-OHdG due to oxidative DNA damage caused by exposure formaldehyde and Cu (II). In vivo studies were conducted using a group of rat (Rattus norvegicus) which were exposed to formaldehyde (82 mg/kg BW) and Cu (II) (10 mg/kg BW) for 28 days. Urin samples were taken every week. In vitro studies were carried out by reacting 2-deoxyguanosine with formaldehyde, Cu (II) and H2O2 through a Fenton-like reaction. The reaction was carried out at 37°C with variation in pH (7,4 and 8,4) and incubation time (7 and 12 hours). Analysis of the formation DNA Adduct 8-OHdG with in vivo and in vitro studies using LC-MS/MS with reverse phase chromatogaphy. The mobile phase used was a mixture of 20 mM ammonium acetate pH 4 and acetonitrile with elution gadient. The results of the study show that exposure of formaldehyde and Cu (II) can cause the formation of a DNA Adduct 8-OHdG. In vivo study showed that the highest levels of 8-OHdG were found in the group that exposed to formaldehyde with Cu (II). In vitro study showed that 8-OHdG was formed with the highest concentration in the formaldehyde, Cu (II) and H2O2 variation groups."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrika
"DNA adduct dapat menjadi suatu biomarker dari senyawa kimia
genotoksik. Pembentukan adduct merupakan salah satu indikator awal
terjadinya mutagenesis dan karsinogenesis. Penelitian ini dilakukan untuk
mempelajari potensi formaidehid dan benzaldehid dalam menyebabkan
terbentuknya adduct pada basa-basa DNA. Sebagai basa DNA digunakan 2-
deoksiguanosin (dG) dan 2-deoksiguanosin-5-monofosfat (dGMP). Analisis
dilakukan dengan mbnggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
fase terballk kolom 018 dan 08, eiuen larutan dapar fosfat: metanol (9;1).
Has!! yang diperoieh menunjukkan formaidehid terbukti mampu membentuk
adduct dengan dG dan dGMP, sedangkan benzaldehid belum terbukti. Dari
sampling lapangan yang dilakukan, diketahui terdapat penggunaan
formaidehid (formalin) sebagai bahan pengawet dalam makanan. Penelitian
mengenai peranan formaidehid dan benzaldehid dalam menyebabkan
mutagenesis dan karsinogenesis perlu dilakukan"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcello Mikhael Kadharusman
"

Pendahuluan: Sebuah karakteristik penuaan adalah penurunan kepuncaan, sebuah kondisi yang disebabkan oleh proliferasi dan diferensiasi sel punca yang berlebihan. Alhasil, risiko penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes, dan penyakit neurodegenerative, meningkat dengan usia. Salah satu terapi regeneratif untuk penyakit tersebut adalah pembatasan diet, khususnya puasa, karena penelitian telah menunjukkan manfaatnya terhadap kepuncaan lokal. Namun, hubungan pembatasan diet dengan pluripotensi masih belum jelas. Studi terbaru menunjukkan bahwa octamer-binding transcription factor 4 (Oct4), faktor transkripsi pluripotensi, bersama dengan hepatocyte nuclear factor 4 alpha (Hnf4a) memiliki peran dalam regenerasi sel punca dan diferensiasi menjadi sel hati. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kapasitas regeneratif puasa dengan cara membandingkan ekspresi Oct4 dalam sel hati kelinci puasa dengan kelinci diet ad libitum.

Metode: Kelinci dirawat dengan 3 diet yang berbeda. Kelompok pertama menjalani diet ad libitum, kedua menjalani puasa intermiten (16 jam), dan ketiga menjalani puasa berkepanjangan (40 jam). Kemudian, RNA diekstraksi dari jaringan hati dari masing-masing kelinci, dan dianalisis melalui qRT-PCR. Metode Livak digunakan untuk mengukur ekspresi relatif gen Oct4.

Hasil: Dibandingkan dengan kelinci dengan diet ad libitum, terdapat peningkatan secara tidak signifikan di ekspresi relatif gen Oct4 di hati kelinci yang melalui puasa intermiten dan penurunan secara signifikan di kelinci yang melalui puasa berkepanjangan.

Kesimpulan: Berdasarkan penurunan yang signifikan, puasa berkepanjangan mungkin menyebabkan kerusakan jaringan hati dan menurunkan kepuncaan. Penelitian lebih lanjut harus menjelaskan pengaruh ekspresi protein Oct4 terhadap regenerasi sel hati.


Introduction: A characteristic of aging is stem cell exhaustion, a condition caused by excessive proliferation and differentiation of stem cells. Consequently, the risk of non-communicable diseases, e.g. cancer, diabetes, and neurodegenerative diseases, increases with age. A regenerative therapy for these pathologies is dietary restriction (DR), specifically fasting, as studies have demonstrated benefits on local stemness. However, the relationship of DR towards pluripotency remains unclear. Recent studies show that octamer-binding transcription factor 4 (Oct4), a vital pluripotent transcription factor, with hepatocyte nuclear factor 4 alpha (Hnf4a) has a role in the self-renewal of stem cell and differentiation to hepatocytes. Therefore, this research aims to investigate the regenerative ability of fasting by comparing the expression of Oct4 in liver cells of fasted rabbits with rabbits fed ad libitum.

Methods: The rabbits were conditioned into 3 different groups. The first was subjected to ad libitum diet, second to intermittent fasting (16- hours fasting), and third to prolonged fasting (40-hours fasting). Afterward, the RNA was extracted from the liver tissues of each rabbit and analyzed via real-time quantitative reverse transcriptase polymerase chain reaction (qRT-PCR). The relative expression was calculated using the Livak method.

Results: In comparison to the ad libitum diet, there was a statistically insignificant increase in the relative expression of Oct4 in the liver of intermittent fasted rabbits, and a statistically significant decrease in prolonged fasted rabbits.

Conclusion: Prolonged fasting possibly leads to starvation-induced liver injury and decreased stemness, as seen from the decreased expression of Oct4. Future studies should highlight the effect of different expression of Oct4 proteins towards liver cell regeneration.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Firyal Suhendra
"Pada penelitian ini dilakukan analisis pembentukan DNA adduct 8-hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OHdG) sebagai biomarker kerusakan DNA yang disebabkan oleh penambahan bisfenol A (BPA) dan ion logam Cu(I) secara in vitro. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan BPA, ion logam Cu(I), dan H2O2 melalui reaksi Fenton-Like. Variasi yang digunakan pada penelitian ini meliputi pH (7,4 dan 8,4), suhu (37) dan waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Analisis DNA adduct 8-OHdG dilakukan dengan menggunakan UHPLC fasa terbalik. Pada metode UHPLC digunakan fasa gerak buffer natrium fosfat dan metanol (85:15) dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 254 nm. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi 8-OHdG pada sebagian besar variasi sampel pada pH 8,4 lebih tinggi dari pH 7,4. Pada suhu 60 besar sampel memiliki konsentrasi 8-OHdG lebih tingi dari suhu 37. Sebagian besar variasi sampel dengan waktu inkubasi 12 jam memiliki konsentrasi 8-OHdG lebih tinggi dari sampel dengan waktu inkubasi 7 jam. Konsentrasi tertinggi diperoleh pada variasi sampel dG pH 8,4 dengan penambahan BPA, Cu(I), dan H2O2 pada suhu 60 dan waktu inkubasi 12 jam, yaitu sebesar 92,438 ppb.

This in vitro study was conducted to determine the formation of DNA adduct 8-hydroxy-2-deoxiguanosine (8-OHdG) as biomarker of DNA damage caused by bisphenol A, metal ion Cu(I) exposure in the presence of H2O2  as oxidizing agent on 2-deoxiguanosine via Fenton-Like reaction.  Samples with different variation of pH (7.4 and 8.4) temperature (37 and 60) and incubation times (7 and 12 hours) were analyzed by using UHPLC reverse phase technique and mobile phase sodium phospate buffer and methanol (85:15) with UV-Vis detector at wavelength 254 nm. The results showed that mostly 8-OhdG levels at alkaline pH (8.4) are higher than acidic pH (7.4). Samples with higher temperature (60) mostly have higher 8-OHdG levels than lower temperature (37). Samples with longer incubation time (12 hours) mostly have higher 8-OHdG levels than shorter incubation time (7 hours). The highest 8-OHdG concentration found on a sample that contains mixture of dG, BPA, Cu(I), and H2O2 at alkaline pH (8.4), higher temperature (60) and longer incubation time (12 hours) equal to 92.438 ppb."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrissy Fransisca Olivyana Rugian
"Bisphenol A BPA merupakan bahan kimia sintetis yang digunakan sebagai monomer pembuatan plastik polikarbonat yang dapat ditemukan dalam produk seperti wadah penyimpanan makanan, kertas termal serta penambal gigi. Selain itu, logam Nikel II merupakan logam berat yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika terpapar kepada manusia, kedua zat toksik tersebut dapat membentuk spesies oksigen reaktif yang dapat berinteraksi dengan DNA dan menimbulkan kerusakan, sehingga berisiko menyebabkan kanker. DNA adduct yang terbentuk akibat paparan zat toksik dapat menjadi biomarker kerusakan DNA. 8-hidroksi-2 deoksiguanosin 8-OHdG merupakan salah satu bentuk adduct yang telah umum digunakan sebagai biomarker kerusakan oksidatif pada DNA. Penelitian dilakukan dengan memaparkan senyawa BPA dan Ni II kepada tikus Sprague-Dawley selama 28 hari. Pembentukan 8-OHdG yang ditemukan pada urin tikus dianalisis dengan instrumen Liquid Chromatography ndash;Mass Spectrometry LC-MS/MS. Hasil penelitian menunjukkan 8-OHdG terbentuk akibat paparan BPA dan Ni II pada tikus. Kadar 8-OHdG pada kelompok tikus yang dipaparkan BPA maupun BPA dan Ni II mengalami peningkatan setiap minggunya. Namun, kadar 8-OHdG pada tikus yang diberikan paparan BPA dan Ni II lebih kecil dibandingkan tikus yang hanya dipaparkan BPA. Hal ini dapat terjadi karena Ni II yang diberikan dalam keadaan tidak berlebih sehingga belum menunjukkan efek sinergis dalam pembentukan 8-OHdG.

Bisphenol A BPA is a synthetic chemical used as monomers for synthesis of polycarbonate plastics. It is widely found in products such as storage containers, thermal papers, and dental sealants. Furthermore, Nickel II metals are some of many heavy metals found in daily lives. If human are exposed to those substances, it can form Reactive Oxygen Species ROS that can interact with DNA causing DNA damage leading to cancer. DNA adduct formation of toxic substances can be a biomarker of DNA damage. 8 hydroxy 2 39 deoxyguanosine 8 OHdG is one of many adducts used as biomarker. This research was conducted by exposing BPA and Ni II metals to Sprague Dawley rats for 28 days. The formation of 8 OHdG found in urine of rats were analysed using Liquid Chromatography ndash Mass Spectrometry LC MS MS . The research shows that 8 OHdG is formed and detected. Levels of 8 OHdG in rats exposed to BPA and BPA Ni II increase every week. However, levels of 8 OHdG in rats exposed by BPA Ni II is less than levels of 8 OHdG in rats exposed by BPA only. This can happen because Ni II given to rats are not in the excessed levels, therefore the synergical effect of BPA and Ni II is not yet seen.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haickel Franklyn
"Bisphenol A BPA merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai monomer dari polikarbonat dan resin epoksi yang dapat ditemukan dalam bahan kemasan makanan. BPA dapat dengan mudah bermigrasi dari material dan diketahui dapat membentuk spesies oksigen reaktif yang menyerang molekul biologis seperti DNA. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan DNA adduct 8-OHdG karena kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan senyawa kimia BPA dan Cr VI. Studi in vivo dilakukan pada kelompok tikus Rattus norvegicus dengan paparan BPA 2 mg/kg BB dan kelompok tikus dengan paparan campuran BPA 2 mg/kg BB dan Cr VI 1,28 g/kg BB selama 28 hari. Sampel urin dikumpulkan setiap minggu. Pembentukan 8-OHdG dianalisis menggunakan LC-MS/MS dengan kromatografi fase terbalik. Fase gerak yang digunakan dalam percobaan ini adalah campuran amonium asetat pH 4,0 20 mM dan asetonitril dengan gradien elusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA dan campuran BPA dengan Cr VI dapat menyebabkan pembentukan 8-OHdG yang terdapat pada urin tikus. Waktu pemaparan yang lebih lama menghasilkan peningkatan kadar pembentukan 8-OHdG. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsentrasi 8-OHdG urin meningkat yang dapat disebabkan oleh efek sinergis antara paparan BPA dengan Cr VI.

Bisphenol A BPA is a chemical compound that used as the monomer of polycarbonate and epoxy resin that can be found in food packaging materials. BPA can easily migrate from the material and renowned to form reactive oxygen species which attack the biological molecular such as DNA.This study was conducted to analyze the formation of DNA adduct 8 OHdG due to oxidative damage of DNA caused by exposure to chemical compounds BPA and chromium VI. The in vivo study was conducted in the rat Rattus norvegicus group with exposure of BPA 2 mg kg BW and the rat group with exposure of the mixture BPA 2 mg kg BW and Cr VI 1.28 g kg BW for 28 days. Urine samples were collected every week. The formation of 8 OHdG was analyzed using LC MS MS with reverse phase chromatography. The mobile phase used in this experiment was a mixture of ammonium acetate pH 4.0 20 mM and acetonitrile with an elution gradient. The results showed that exposure of BPA and the mixture of BPA with Cr VI may cause the formation of urinary 8 OHdG in rats. The longer exposure time resulted in the increased levels of urinary 8 OHdG formation. The study also showed that urinary 8 OHdG concentration increased due to synergistic effect between BPA exposure with Cr VI.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>