Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154421 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahfa Rahman Syah
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas konflik identitas antara NU dan Muhammadiyah serta strategi eksistensi masing-masing kelompok dalam novel Kambing dan Hujan 2015 karya Mahfud Ikhwan. Dengan pendekatan struktural, ditemukan bahwa konflik dan strategi eksistensi adalah unsur dominan dalam struktur naratif teks. Hasil analisis menunjukkan perbedaan pandangan keagamaan dan karakter fanatik menjadi penyebab konflik. Berbagai bentuk konflik dan strategi eksistensi yang kemudian dilakukan kedua pihak melibatkan kepemilikan dan konstelasi kapital dalam pertarungan arena. Kapital budaya yang dimiliki kelompok Muhammadiyah menjadi alat utama eksistensi dan negosiasi menembus dominasi kelompok NU yang lebih memiliki kapital simbolik dan sosial yang dihasilkan dari kekuasaan dan otoritas yang dimiliki. Analisis struktur naratif juga memberikan temuan bahwa unsur-unsur NU dan Muhammadiyah hadir di dalam teks dengan seimbang dan proporsional. Hal ini disimpulkan sebagai ketidakberpihakan teks pada satu ideologi tertentu. Akhir cerita berupa pernikahan dari tokoh utama yang berasal dari dua ideologi berbeda NU dan Muhammadiyah menjadi metafora penyatuan kedua kelompok tersebut yang bersedia hidup bersandingan dan berbaur.

ABSTRACT
This research discusses about conflicts and strategies used by NU and Muhammadiyah in striving for their existence in Mahfud Ikhwan rsquo s Kambing dan Hujan 2015 . Using structural approach, it is found that conflicts and strategies in striving for existence are dominant story element in the narrative text structure. The analysis shows that the difference in religious thoughts and sense of fanaticism has become factors to conflicts. The conflicts and strategies used has involved the distribution of different kinds of capital. Muhammadiyah rsquo s cultural capital become the main resource and negotiation tool to penetrate the domination of NU in which valued the symbolic and social capital. The analysis also shows that the elements of NU and Muhammadiyah in the text are presented fairly and proportionally in which indicates the independence of text between two opposite ideologies. The marriage between two different character of NU and Muhammadiyah in the ending of the story become a metaphor of unity or integration. "
2017
T49692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khuswatun Hasanah
"ABSTRAK
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai dua Ormas yang memiliki dan mengelola lembaga pendidikannya masing-masing di Indonesia memperjuangkan kepentingannya masing-masing terlibat dalam konflik kepentingan implementasi Permendikbud 23/2017 tentang Hari Sekolah. NU sebagai kelompok yang menolak aturan lima hari sekolah menganggap aturan tersebut berpotensi menggerus eksistensi Madrasah Diniyah sebagai lembaga pendidikan yang dikelola NU. Sementara Muhammadiyah menyetujui aturan yang dikeluarkan oleh Mendikbud Muhadjir yang juga merupakan kader terbaik Muhammadiyah. Selain itu, kebijakan lima hari sekolah telah lama diterapkan di
sekolah-sekolah Muhammadiyah. Tesis dengan metode penelitian kualitatif ini berupaya menganalisis bagaimana konflik kepentingan terjadi di antara kedua kelompok penekan ini dan bagaimana keduanya memperjuangkan kepentingan masing-masing hingga lahir Perpres 87/2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Penelitian ini menemukan bahwa konflik kepentingan yang terjadi diakibatkan oleh adanya ideologi penyelenggaraan pendidikan yang berbeda antara NU dan Muhammadiyah serta ancaman kebijakan bagi NU. Pada akhirnya, NU menjadi kelompok yang memiliki kekuatan lobbying paling besar sehingga memengaruhi pembuat kebijakan untuk melahirkan Perpres 87/2017 yang banyak mengakomodasi kepentingan NU. Hal ini sekaligus mengonfirmasi teori grup Earl Latham. Penelitian ini juga menemukan bahwa isu sentimen terkait erat juga dengan polemik ini mengiringi konflik realistis berupa perebutan aturan hari sekolah. Hal ini juga mengonfirmasi pandangan Lewis A. Coser terkait teori konflik kelompok.

ABSTRACT
Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah as the two CSOs owning and managing their respective educational institutions in Indonesia are fighting for their respective interests involved in the conflicts of interest in the implementation of Permendikbud 23/2017 on School Day. NU as a group that reject the rule of five school days consider the rule has the potential to erode the existence of Madrasah Diniyah as an educational institution managed
by NU. While Muhammadiyah approved the rules issued by Mendikbud Muhadjir who is also the best cadre of Muhammadiyah. In addition, the five-day school policy has been implemented in Muhammadiyah schools before the Permendikbud issued. This qualitative research analyzes how the conflict of interest takes place between these two pressere groups and how the two struggle for their respective interests until the birth of Presidential Decree
87/2017 on Strengthening Character Education.
This study found that the conflict of interest that occurred due to the different
ideology of education between NU and Muhammadiyah and also the threat of policy for NU. In the end, NU became the group with the greatest lobbying power that influenced policy makers to issue the Presidential Regulation 87/2017 which accommodated NU's interests. This study confirms Earl Latham group theory. This study also found that the issue of sentiment is closely related to this polemic accompanying realistic conflict in the form of school day rule. This also confirms Lewis A. Coser's view of the theory of group conflict."
2018
T50081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahfud Ikhwan
Yogyakarta: Bentang, 2016
899.221 32 MAH k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zainuddin Fananie
Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2000
297.65 ZAI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung : Mizan, 1999
923.159 8 GUS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985
297.7 CIT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Thufail
"Pada tanggal 30 September tahun 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) dinyatakan bertanggung jawab dalam gerakan pengambilalihan kekuasaan dengan kekerasan. Peristiwa tersebut tentunya mendapatkan reaksi berupa penolakan terhadap kelompok komunis dari masyarakat. Peristiwa besar tersebut menjadi inspirasi untuk sastrawan di Indonesia. Salah seorang sastrawan yang terinspirasi peristiwa tersebut adalah Mahfud Ikhwan yang menulis novel Kambing dan Hujan. Dalam novel itu dikisahkan mengenai penolakan masyarakat terhadap komunis. Bagaimana penolakan itu digambarkan dalam novel kiranya menarik untuk dikaji. Penelitian ini mendeskripsikan dan mengungkapkan penolakan masyarakat terhadap komunis dalam novel Kambing dan Hujan (2015) karya Mahfud Ikhwan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan struktural dan sosiologi sastra. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penolakan masyarakat dilukiskan melalui anggapan-anggapan buruk (stigmatisasi) masyarakat mengenai kaum komunis.

The Indonesian Communist Party (PKI) was blamed for the violent takeover movement on September 30, 1965. The incident undoubtedly elicited a reaction in the form of community rejection of the communist group. This fantastic event served as an inspiration for Indonesian writers. Mahfud Ikhwan, author of the novel Goat and Rain, was one of the writers who was inspired by this event. The novel tells the story of society's rejection of communism. It would be interesting to investigate how the rejection is described in the novel. This paper examines Mahfud Ikhwan's novel Kambing dan Hujan (2015), which depicts society's rejection of communism. This study employs a qualitative approach with a structural approach and literature sociology. According to the findings of this study, the public's stigmatization of communists reflects the community's rejection.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli Adi
"Analisis dalam makalah ini difokuskan pada dinamika yang terjadi pada Muhammadiyah di Indonesia baik pada masa sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Banyak perubahan penting yang terjadi pada masa sebelum kemerdekaan, terutama pada masa kepemimpinan K. H. Ahmad Dahlan, K. H. Mas Mansur, dan pada masa kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo. Pada masa sesudah kemerdekaan perubahan juga terjadi yang merupakan pintu awal masuknya Muhammadiyah dalam dunia politik atas gagasan Amien Rais.

Analysis of this paper focused on the dynamics of Muhammadiyah in Indonesia before and after the proclamation day. Important changes occurred before the Independence Day, especially at the time when K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Mas Mansur, and Ki Bagus Hadikusumo lead Muhammadiyah. After the proclamation day, other changes occurred and Amien Rais’ notions made Muhammadiyah stepped into political scene.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kang, Young Soon
"Penelitian ini bermaksud mengetahui gambaran kepolitikan NU sejak Muktamar ke-27 NU tahun 1984, yang telah memutuskan kembali ke Khittah '26 untuk tidak berpartisipasi politik secara struktural. Sejauh mana PKB yang difasilitasi oleh PBNU, telah menjadi partai politik yang signifikan melalui kekuatan massa NU dalam perolehan suara sewaktu pemilu 1999. Sejauh mana kekuatan tradisi NU sejak Khittah '26 hingga memasuki era sistem multipartai, pemilu, dan suksesi. Kemudian menganalisis prakondisi perubahan dan konflik kepolitikan NU, terutama melalui PKB dan berbagai partai pendukung lainnya, serta interaksi antara berbagai kekuatan politik dalam sukseksi kepemimpinan nasional.
Dengan permasalahan penelitian tersebut, maka digunakan kerangka teori; Pertama, tradisi pesantren, yaitu nilai-nilai hubungan antara santri dan kyai, hubungan antara kyai dan politik, dalam bentuk budaya patron-klien yang bersifat paternalistik. Hubungan antara kyai dan santri, atau pemimpin NU dan pengikut tetap bersifat patron-klien, tetapi masalah pertukaran tidak hanya berbentuk materi yang ditegaskan dalam teori patron-klien. Imbalan santri terhadap kyai berupa kepatuhan dan ketaatan. Dalam hubungan kyai-santri, yang diberikan kyai tidak hanya kebutuhan hidup, tetapi juga berbagai ilmu pengetahuan dan pengajaran, terutama pelajaran agama Islam, sedangkan para santri dituntut untuk taat pada ajaran-ajaran kyai sebagai bentuk imbalan. Nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku para kyai dan santri dalam berpolitik. Kedua, konflik, yaitu perbedaan pendapat, pertentangan, dan persaingan antar dua kelompok atau lebih dalam bentuk non-fisik atau fisik konflik dalam NU terjadi antara kyai, antara elite NU, dan konflik karena intervensi pemerintah. Ketiga, reformasi yang di dalamnya terdapat isu demokratisasi merupakan kondisi eksternal yang juga berpengaruh terhadap kepolitikan NU, yaitu pembentukan wadah politik NU yang kemudian bermuara terpilihnya KH. Abdurrahman Wahid sebagai presiden.
Penelitian ini menggunakan metode analisis proses perkembangan politik NU dalam konteks NU sejak kembali ke Khittah '26 pada tahun 1984 sampai terpilihnya K.H. Abdurrahman Wahid sebagai Presiden tahun 1999. Untuk memperoleh data-data mengenai NU dari tahun 1984 sampai 1999, digunakan studi dokumen, wawancara, dan pengamatan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi NU. Unit pengamatannya adalah individu. Setelah data diperoleh kemudian dianalisis dengan mengkategorikan, mengelompokkan, dan memberi tafsiran makna-maknanya. Melalui cross check dan wawancara yang mendalam dengan key informan diharapkan diperoleh verifikasi data.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi pesantren (Jama ah) begitu kuat mempengaruhi perilaku orang-orang NU, misalnya dalam hubungan antara kyai dan santri dalam bentuk paternalisme dan patron-klien. Hubungan antara kyai dan santri penuh dengan kepatuhan, keterikatan, kewibawaan kyai dalam hal ini kekuasaan keturunan kyai, sehingga kewibawaan dan pengaruh kyai yang dorninan sudah membudaya di NU. Oleh karena itu, dimensi individu dalam NU lebih menonjol dibandingkan dengan dimensi lembaga atau sistem.
Reformasi berpengaruh terhadap organisasi (Jam'iyyah) NU. Reformasi merupakan peluang bagi NU untuk terlibat dalam percaturan politik nasional secara organisatoris. Tanpa mengesampingkan Khittah '26, bahwa secara organisasi, NU tidak boleh berpolitik maka orang-orang NU kemudian mendirikan partai politik. Ada empat partai politik yang didirikan oleh orang-orang NU, yaitu PKU, PNU, SUNI, dan PKB. Beragamnya partai politik dari orang-orang NU merupakan refleksi adanya perbedaan pandangan atau pendapat. Perbedaan pandangan yang kemudian memunculkan pluralisme merupakan suatu kenyataan. Perbedaan pandangan tersebut merupakan konflik. Konflik internal NU selain karena perbedaan pandangan juga karena perebutan kekuasaan, sumber-sumber ekonomi, dan aliansi politik.
Tradisi dan konflik dalam wujud perilaku warga NU ternyata cenderung berperanan dalam kepolitikan NU, baik secara internal maupun unsur eksternal (politik nasional). Ini bisa dilihat NU dalam pemilu dan ketokohan individu Gus Dur dalam pencalonan Presiden. Sejalan dengan perubahan politik nasional, NU tetap menjadi organisasi sosial keagamaan tetapi mempunyai wadah perjuangan politik, yaitu PKB. Konflik politik nasional telah mendorong NU ke posisi puncak politik nasional dengan terpilihnya Ketua Umum PBNU sebagai Presiden.
Implikasi teoritiknya adalah membangun jaringan antara tradisi pesantren, konflik internal, dan reformasi dengan isu demokratisasi yang berperan dalam kepolitikan NU. Kepolitikan NU dilihat sebagai suatu kontinuitas, pada masa Orde Baru kepolitikan NU cenderung menekankan pada level individu, sedangkan pada masa reformasi kepolitikan NU lebih pada level organisasi. Pergeseran politik tersebut karena kondisi eksternal, yaitu keadaan politik nasional juga berubah, selain peranan paham keagamaan Ahlus-sunnah walyama'ah, yang merupakan landasan berpikir dan bertindak warga NU."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
D507
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erik Muhammad Rizkia
"Proyek akhir ini menjelaskan upaya Muhammadiyah dalam menormalisasi kehidupan masyarakat Tamansari Yogyakarta pasca peristiwa G30S/PKI tahun 1965-1980. Muhammadiyah telah melakukan perubahan sosial bagi masyarakat Tamansari yang pernah berafiliasi dengan PKI. Muhammadiyah melakukan normalisasi agar peristiwa G30S/PKI 1965 tidak akan terulang kembali. Re-Islamisasi adalah salah satu media normalisasi Muhammadiyah yang dilakukan untuk menormalisasi masyarakat di Tamansari. Permasalahan yang diangkat dari penelitian ini yaitu, mengapa Muhammadiyah menormalisasi kehidupan masyarakat Tamansari Eks- PKI. Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis antara lain, (1) menentukan topik/ tema, heuristik (pencarian sumber), (2) kritik (kritik atau verifikasi data), (3) interpretasi (kemampuan menafsirkan sejarah yang berlandaskan teknik accepted history), (4) historiografi (rekonstruksi/ penulisan sejarah). Sumber yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sumber primer dan sekunder yang termuat dalam arsip, jurnal, wawancara, majalah dan buku. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, Muhammadiyah menginginkan perubahan politik dengan cara membentuk agency yang berfungsi merubah struktur sosial masyarakat PKI di Tamansari. Perubahan struktur itu dilakukan melalui tiga cara antara lain: (1) melakukan Re-Islamisasi, (2) Penggunaan dakwah humanis, (3) Pembangunan Masjid Soko Tunggal sebagai sarana ibadah umat Islam di Tamansari.

This final project describes Muhammadiyah's efforts to normalize PKI members after the G30S/PKI in Tamansari Yogyakarta 1965-1980. Muhammadiyah has made significant changes to the lives of former PKI who were repatriated around 1970. Muhammadiyah carried out normalization so that the 1965 G30S/PKI incident would not be repeated. ReIslamization is one of the normalization media for Muhammadiyah that was carried out on the former PKI in Tamansari. The problem raised from this research is why Muhammadiyah normalizes the former PKI in Tamansari Yogyakarta. This study uses critical historical methods, among others, (1) determining the topic/theme, heuristics (search for sources), (2) criticism (criticism or data leveraging), (3) interpretation (the ability to analyze history based on accepted techniques), (4) historiography (reconstruct tion /history writing). The sources used in this study are primary and secondary sources contained in books, journals, interviews, magazines and archives. The conclusion of this study is that Muhammadiyah wants political change by creating an agency that works to change the social structure of the former PKI in Tamansari. The changes were carried out in the following three ways: : (1) carry out re-Islamization, (2) use humanist da'wah (3) construction of the Soko Tunggal Mosque as a means of worship for Muslims in Tamansari.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>