Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86824 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Handayani
"Pada tahun 2015 Litbang Kemenkes melaksanakan riset implementasi model Pemicuan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Berbasis Masyarakat P2TMBM di delapan kabupaten/kota. Model ini bertujuan untuk mengendalikan penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, kencing manis dan jantung koroner melalui pengendalian perilaku berisiko yaitu merokok, pola makan tidak sehat dan kurang aktivitas fisik. Implementasi model dilakukan dengan cara melakukan pemicuan terhadap 20 orang agen perubahan di setiap desa yang terdiri dari tokoh masyarakat dan kader kesehatan. Tujuan tesis ini adalah untuk mengetahui pentingnya modal social dalam implementasi model P2TMBM di Desa Benda. Penelitian dengan desain kualitatif telah dilakukan di Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Metode pengumpulan data adalah wawancara mendalam dan observasi. Hasil dari penelitian ini adalah model P2TMBM terlalu berfokus kepada perubahan perilaku kesehatan individu dan belum memperhitungkan faktor di luar individu seperti konteks sosial. Peran modal sosial di dalam implementasi model P2TMBM di Desa Benda tidak terlalu signifikan. Model P2TMBM diimplementasikan tanpa terlebih dahulu mengetahui struktur dan jaringan sosial di Desa Benda. Implementasi model P2TMBM di Desa Benda kurang relevan untuk dilaksanakan karena masyarakat belum menganggap PTM adalah suatu masalah penting. Implementasi model P2TMBM di Desa Benda kurang efektif karena hasil dari implementasi model ini hanya berlangsung dalam jangka pendek. Sustainabilitas dalam model ini juga belum dapat tercapai karena terbatasnya kemampuan dan sumber daya agen perubahan untuk membuat implementasi model terus berkelanjutan. Potensi modal sosial komunitas juga belum dimanfaatkan untuk menunjang sustainabilitas. Untuk penyempurnaan model P2TMBM diperlukan skema model yang memperhitungkan pengaruh konteks sosial terhadap perubahan perilaku pola hidup sehat individu dan skema model yang bertumpu pada modal sosial komunitas yaitu jaringan sosial, kepercayaan serta pengetahuan dan nilai-nilai lokal masyarakat.

In 2015, National Health Research and Development Ministry of Health of Indonesia has implemented NCD rsquo s community based prevention model in 8 Indonesia regency. The objective of this model is to control NCD rsquo s such as hypertension, stroke, diabetes, coronary heart through community empowerment. 20 people were trained as agents of change in every village. Agents of change were expected to encourage people to do healthy lifestyles such as not smoking, eating healthy food and increasing physical activity. This study aims to understand the importance of social capital in the implementation of NCDs prevention model in Benda village. A qualitative research design has been conducted in Benda village, Sukabumi Regency. The methods for data collection were in depth interview and observation. The result of this study is NCDs prevention model too much focus on individual health behavior change. The influence of social context hasn rsquo t been noticing in this model. The role of social capital in Benda village wasn rsquo t significant in the implementation of NCD rsquo s prevention model. This model has implemented without knowing the structure and social network of Benda village community. People in Benda village also haven rsquo t put NCD rsquo s as their main problem. As a result, this model wasn rsquo t relevance implemented in this village. The implementation of this model was less effective because the health behavior change only occurs temporarily. The sustainability of this model hasn rsquo t reached yet due to less capacity and resources of agents of change. The potential of social capital has not been utilized to support the sustainability of non communicable disease prevention model in Benda village. To improve NCDs prevention model needs a model scheme which considers the influence of social context on healthy lifestyles behavior change. The NCDs prevention model also developed based on social capital such as social networks, trust and local knowledge and values.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T49050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Yusra
"Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian tertinggi baik di dunia maupun di Indonesia. Berbagai upaya pengendalian PTM telah banyak dilakukan, namun masih dihadapkan dengan tantangan tingkat retensi perilaku hidup sehat yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Edukasi Keperawatan Monitoring Perilaku Sehat untuk membentuk perilaku sehat mencegah PTM pada pekerja minyak dan gas. Penelitian terdiri dari dua tahapan, yaitu pengembangan model dan pengujian efektifitasnya. Tahap pengembangan model diawali dengan identifikasi masalah secara kuantitatif, integrasi hasil identifikasi masalah, studi literatur dan konsultasi pakar. Tahap dua menguji efektifitas model untuk meningkatkan kepatuhan perilaku sehat dan mengendalikan risiko PTM, menggunakan kuasi eksperimen dengan desain pre-test post-test control group, melibatkan 149 subjek. Hasil penelitian tahap satu diperoleh Model Edukasi Keperawatan Monitoring Perilaku Sehat beserta perangkat model untuk pekerja. Hasil penelitian tahap dua membuktikan bahwa peningkatan kepatuhan perilaku sehat lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terlihat juga bahwa penurunan risiko PTM seperti IMT, HDL dan tekanan darah lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Kesimpulan hasil penelitian yaitu Model Edukasi Keperawatan Monitoring Perilaku Sehat efektif meningkatkan kepatuhan dan mengendalikan beberapa komponen risiko PTM.

Non-communicable diseases (NCDs) are the leading cause of death both in the world and Indonesia. Various efforts to control NCDs have been made, but they are still facing the challenge of low levels of healthy behavior retention. This study aims to develop a nursing education and monitoring for healthy behavior model to establish healthy behavior to prevent NCDs in oil and gas workers. The research consists of two stages: model development and testing its effectiveness. The model development stage begins with quantitative identification of problems, integration of problem identification results, a literature study, and expert consultation. The second stage is to test the effectiveness of the model to improving compliance with healthy behaviors and controlling the risk of NCDs using quasi-experimental pre-test post-test with control group designs, involving 149 subjects. The the first stage of the research obtained a Nursing Education and Monitoring for Healthy Behavior Model along with a model device for workers. The results of the second stage of the study proved that the increase in adherence to healthy living behaviors was higher in the intervention group compared to the control group. The results also showed that the reduced risk of NCDs such as BMI, HDL, and blood pressure, was higher in the intervention group compared to the control group. The conclusion of the study is that the Nursing Education and Monitoring for Healthy Behavior Model effectively improves compliance and controls some of the risk components of NCDs."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yetti Syafridawita
"Coronavirus Disease 2019 adalah virus yang telah menjadi krisis kesehatan dunia. Orang dengan usia lanjut yang memiliki penyakit tidak menular (PTM) diketahui sangat berisiko tinggi tertular COVID-19. Keluarga merupakan orang terdekat dengan lansia dan berperan penting dalam merawat lansia penderita PTM di masa pandemi Covid-19. Kesadaran keluarga terhadap beberapa tugas kesehatan merupakan aspek penting bagi keluarga untuk menjalankan fungsi kesehatan dan meningkatkan kualitas kesehatan anggota keluarga guna mencegah penyebaran Covid-19 di kalangan lansia penderita PTM. Keluarga berperan besar dalam menjaga lansia yang menderita PTM, peran keluarga sebagai motivator, educator dan fasilitator. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan peran keluarga dalam merawat lansia dengan penderita PTM di wilayah kerja Puskesmas Kacang Pedang Kota Pangkalpinang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian adalah sebanyak 152 keluarga dengan langsia yang ditentukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki hubungan dengan peran keluarga dalam merawat lansia penderita penyakit tidak menular (PTM) di masa pandemi Covid-19, sedangkan perilaku ditemukan tidak memiliki hubungan dengan peran keluarga merawat lansia di Kota Pangkalpinang. Rekomendasi penelitian ini diharapkan perawat perkesmas dapat membuat strategi untuk mengatasi masalah keluarga dalam merawat lansia.

Coronavirus Disease 2019 is a virus that has become a world health crisis. Elderly people who have non-communicable diseases (NCDs) are known to be at very high risk of contracting COVID-19. The family is the closest person to the elderly and plays an important role in caring for the elderly with PTM during the Covid-19 pandemic. Family awareness of several health tasks is an important aspect for families to carry out health functions and improve the health quality of family members to prevent the spread of Covid-19 in elderly people with PTM. The family plays a big role in caring for the elderly who suffer from PTM, the role of the family as a motivator, educator, and facilitator. This study aims to analyze the relationship between knowledge, attitudes, and behavior with the role of families in caring for the elderly with PTM patients in the working area of ​​the Peanut Sword Health Center in Pangkalpinang City. This research is a descriptive correlation study with a cross-sectional approach. The research sample was 152 families with elderly who were determined by using a non-probability sampling technique, namely sampling based on considerations and by inclusion and exclusion criteria. The results showed that knowledge and attitudes had a relationship with the role of the family in caring for the elderly with non-communicable diseases (PTM) during the Covid-19 pandemic, while the behavior was found to have no relationship with the role of the family in caring for the elderly in Pangkalpinang City. This research recommends that it is hoped that the health care nurses can make strategies to overcome family problems in caring for the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahar Santoso
"Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang memiliki klaim pembiayaan tertinggi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) pada tahun 2016. Direktorat Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular (Dit. PPTM) mempunyai program untuk pemberdayaan masyakat atau Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang bernama Posbindu PTM. Posbindu PTM merupakan kegiatan berbasis masyarakat dalam upaya menjaga kesehatan dari PTM. Dalam pelaksanaanya Posbindu PTM mencatat data faktor risiko PTM yang melalui wawancara seperti merokok, konsumsi buah dan sayur, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik, pemeriksaan gula darah, tekanan darah, indeks masa tubuh (IMT), dan beberapa pemeriksaan penunjang lain. Pemeriksaan tersebut dicatat dalam sistem informasi surveilans Posbindu PTM. Saat ini belum ada visualisasi data untuk sistem tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memvisualisasikan data faktor risiko PTM dari sistem tersebut. Penelitian ini mengambil data faktor risiko PTM di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016. Hasil penelitian ini adalah adanya visualisasi data faktor risiko PTM yang dapat membantu melihat data menjadi informasi berbasis wilayah.

Non-communicable disease (PTM) is a disease that has the highest financing claim from the Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) in 2016. The Directorate of Prevention and Non-Communicable Diseases (Dit. PPTM) has a program for community empowerment or Community Based Health Unit (UKBM ) named Posbindu PTM. Posbindu PTM is a community-based activity in an effort to maintain the health of PTM. In the implementation of Posbindu PTM recorded data on PTM risk factors through interviews such as smoking, fruit and vegetable consumption, alcohol consumption, and physical activity, examination of blood sugar, blood pressure, body mass index (BMI), and several other investigations. The examination was recorded in the Posbindu PTM surveillance information system. At present there is no data visualization for the system. The purpose of this study is to visualize PTM risk factor data from the system. This study took the PTM risk factor data in East Java Province in 2016. The results of this study were the visualization of PTM risk factor data that could help see data into region-based information.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurkarti Azni
"Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular P2PTM ,merupakan salah satu Upaya Kesehatan Masyarakat esensial yang dilaksanakan olehPuskesmas. Akreditasi Puskesmas adalah bentuk program menjaga mutu dan bentukstandarisasi terhadap pelayanan Puskesmas agar dapat memberikan pelayananberkualitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dilakukan pada bulan April-Mei 2018, bertujuan untuk melihat pengaruh akreditasi terhadap kinerja puskesmaskhususnya pada Penyelenggaraan Program P2PTM.
Hasil penelitian, secara umum Output penyelenggaraan program P2PTM pada Puskesmas terakreditasi lebih baikdibandingkan Puskesmas belum terakreditasi. Kegiatan kemitraan dan dana ygbersumber dari masyarakat belum berjalan, Skrining Iva test dan CBE dan skrining DMmasih sekitar 5 , hal ini menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat dan kurangefektifnya pemberdayaan masyarakat. Komponen Input SDM, dana, sarana danpetunjuk Pelaksanaan belum memadai. Komponen Proses perencanaan P1 ,Pengorganisasian dan penggerakkan P2 pada Puskesmas terakreditasi lebih baikdibandingkan Puskesmas belum terakreditasi, P3 sudah berjalan walaupun belumoptimal di beberapa Puskesmas. Perlu meningkatkan kerjasama lintas sektor dan upayapemberdayaan masyarakat untuk mendukung Program P2PTM. Perlu mendorongPuskesmas untuk meningkatkan pennerapan Manajemen Puskesmas dan melakukanContiniously Quality Improvement untuk mencapai peningkatan kualitas sebagai tujuanutama Akreditasi Puskesmas.
he Non Communicable Disease NCD`s Prevention and Control Program is one ofthe essential Community Health Efforts implemented by the Puskesmas. Puskesmasaccreditation is a form of program to maintain the quality and form of standardizationto Puskesmas services in order to provide quality services. This research usesqualitative method, conducted in April May 2018, aim to see improvement ofperformance at puskesmas especially at NCD`s Prevention and Control Program.
Result of research, in general Output of program of implementation of NCD`s atPuskesmas accredited better than Puskesmas not yet accredited. Community basedpartnership and funding activities have not been implemented, Iva test and CBEscreening and DM screening are still around 5, indicating the community and thelack of effective community empowerment. Input components of human resources, facilities, funds, screening instruction implementation are not adequated. Componentsof Planning Process P1, Organizing and Moving P2 at Accredited Puskesmas betterthan Puskesmas not yet accredited, P3 has been run even though not optimal in somePuskesmas. Need to improve community empowerment to support NCD`s Preventionand Control Program. It is necessary to encourage the Puskesmas to improve theimplementation of Puskesmas Management and conduct Continuous Improvement ofQuality to achieve quality improvement as the main basis of Puskesmas Accreditation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elsi Novnariza
"Disabilitas merupakan indikator penting dalam perencanaan kesehatan. Lansiamerupakan kelompok yang memberikan kontribusi terbesar terhadap beban disabilitasyang ditimbulkan dimana penyakit tidak menular merupakan salah satu faktor risikoutama terjadinya disabilitas pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui risikopenyakit tidak menular terhadap disabilitas pada lansia berdasarkan data Riskesdas tahun2013 Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional. Sampel pada penelitian ini adalahseluruh lansia yang berhasil diwawancarai pada Riskesdas 2013 yaitu sebanyak 90.079orang lansia. Data dianalisis dengan regresi logistik multinomial. Persentase lansia yangtidak mengalami disabilitas 55.21. Lansia yang mengalami disabilitas lebih banyakpada kategori disabilitas sedang sampai sangat berat 27.04 dibandingkan padakategori disabilitas ringan 17.75. Risiko RRR untuk mengalami disabilitas ringanpada masing ndash; masing penyakit yaitu : PJK 2.0, Diabetes Perempuan :1.2 Laki ndash; laki:1.8, Hipertensi 1.2, Stroke 3.2, Gagal ginjal kronis 1.6, Penyakit sendi 1.8. Risiko RRR untuk mengalami disabilitas sedang sampai sangat berat pada masing ndash; masingpenyakit yaitu : PJK 2.4, Diabetes Perempuan: 1.5 ; Laki ndash; laki : 1.8, Hipertensi 1.2 ,Stroke 10.6, Gagal ginjal kronis 2.5, Penyakit sendi 2.0. Penyakit tidak menularberhubungan dengan peningkatan risiko disabilitas dimana stroke merupakan PTMdengan risiko untuk mengalami disabilitas tertinggi.

Disability is an important indicator of health planning. The elderly are the groups thatcontribute the most to the burden of disability which non communicable diseases is oneof the main risk factors for disability in the elderly. The aim of sthis study was to knowthe risk of non communicable diseases to disability in the elderly based on Riskesdas datain 2013.This study design was cross sectional. The sample in this study was all of elderlythat interviewed in Riskesdas 2013 90,079 elderly. Data were analyzed by multinomiallogistic regression. Percentage of elderly with none disability 55.21. Elderly withmoderate very severe disability category 27.04 and higher than elderly with milddisability category 17.75. The risk RRR for mild disability for each disease are CHD 2.0, Diabetes Female 1.2 Male 1.8, Hypertension 1.2, Stroke 3.2, ChronicRenal Failure 1.6, Disease joints 1.8. The risk RRR for moderate to very severedisability in each disease is CHD 2.4, Diabetes female 1.5 Male 1.8, Hypertension 1.2, Stroke 10.6, Chronic Renal Failure 2.5, joint disease 2.0. Non communicablediseases were associated with an increased risk of disability in which stroke was a Noncommunicabledisease with the highest risk for disability."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Meylina Puspitasari
"ABSTRAK
Skrining Penyakit Tidak Menular PTM dapat menurunkan risiko PTM.Skrining PTM di balaikota Depok merupakan program kegiatan yangdisediakan oleh pemerintah Kota Depok yang ditujukan untuk Pegawai NegeriSipil PNS di lingkungan balaikota Depok tahun 2016, namun cakupan yangbaru mengikuti pelayanan skrining PTM sebesar 46,3 dan 75,6 PNStersebut berisiko terkena PTM. Penelitian ini bertujuan mengetahui peranfaktor kebutuhan dalam pemanfaatan pelayanan skrining PTM pada PNS dibalaikota Depok. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari studisebelumnya yang menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebesar350 PNS. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan regresi logistikganda. Hasil penelitian menunjukkan faktor kebutuhan berperan dalampemanfaatan pelayanan skrining PTM OR = 2,08; 95 CI: 1,30-3,35 . PNSyang membutuhkan skrining PTM mempunyai kecenderungan untukmemanfaatkan pelayanan skrining PTM sebesar dua kali dibandingkan PNSyang tidak membutuhkan setelah dikontrol oleh dukungan teman. Agarcakupan pemanfaatan skrining PTM meningkat perlu dilakukan sosialisasiskrining PTM dan jenis pengukurannya kepada seluruh PNS baik yang bekerjapada Organisasi Perangkat Daerah OPD di lingkungan balaikota Depokmaupun di luar lingkungan balaikota Depok.

ABSTRACT
NCDs screening can reduce the risk of getting NCDs. NCDs screening inBalaikota Depok is the programme which has been provided by the DepokLocal Goverment targeting civil servants of Depok City in the year 2016,however the participation to this program is only 46,3 , and from those whoparticipated in the screening, 75,6 had risk of getting NCDs. This study wasaimed to identify the roles of need factor on utilizing the NCDs screeningprogramme among civil servants in Balaikota Depok. This research is furtheranalysis from the previous study using cross sectional study with total sampleof 350 civil servants. Data were analyzed by using chi square and multiplelogistic regression test. The result shows that the need factor has a role inutilizing the NCDs screening programme OR 2,08 95 CI 1,30 3,35 .Civil servants who has need factor is twice more likely to engage thescreening programme compare to those who do not have the need factor aftercontrolling variable of friend support. To improve the rate of participation ofNCDs screening, it needs to promote and educate the importance of NCDsscreening and its measurement for all civil servants in Balaikota Depok andothers government institutions in Depok City Local government"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi kerentanan terhadap penyakit dan self-efficacy dalam perilaku sehat dengan perilaku sehat mahasiswa Universitas Indonesia yang memilki keluarga inti dengan penyakit kardiovaskular, kanker, atau diabetes. Penelitian ini diikuti oleh 215 mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki keluarga inti dengan penyakit kardiovaskular, kanker, atau diabetes.
Penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda dari beberapa penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian ini ditemukan bahwa semakin individu merasa rentan terhadap penyakit, individu justru cenderung memiliki perilaku yang kurang sehat.
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa self-efficacy dalam perilaku sehat berkorelasi secara positif dan signifikan dengan perilaku sehat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin individu merasa yakin akan kemampuannya untuk menerapkan perilaku sehat, individu cenderung memiliki perilaku sehat yang lebih baik. Selain itu, self-efficacy juga menjadi faktor yang paling kuat dalam menentukan perilaku sehat individu jika dibandingkan dengan persepsi kerentanan terhadap penyakit.

The objective of this study was to examine wether perceived susceptibility and health behavior self-efficacy predict health behavior among students of Universitas Indonesia with familial risk of cardiovascular diseases, cancer, or diabetes. The correlational study was conducted on 215 students with familial risk of the diseases.
Contrary to some previous studies, this study shows that perceived susceptibility correlates negatively significant with health behavior, which means that when people perceive themselves at higher risk for developing cardiovascular diseases, cancer, or diabetes, they tend to have lower health behavior.
This study also found that self-efficacy correlates positively significant with health behavior, which means that the more people believe in their capabilities to perform health behavior, they tend to have better health behavior. Moreover, self-efficacy also the strongest predictor among the other variable.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>