Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94312 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurlaili Lathifa
"Pertambahan jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan di Kecamatan Citeureup mendorong peningkatan kebutuhan tanah, sehingga menyebabkan perubahan penggunaan tanah. Lahan pertanian sawah tahun 2012 - 2017 mengalami perubahan penggunaan seluas 46,13 hektar. Potensi sumber daya alam yang hilang dihitung menggunakan metode valuasi ekonomi lahan pertanian sawah dengan satuan rupiah. Lahan pertanian sawah yang jauh dari kawasan pemukiman dan industri berdasarkan perhitungan tersebut mempunyai valuasi ekonomi yang tinggi daripada lahan pertanian sawah yang dekat dengan kawasan pemukiman dan industri. Valuasi ekonomi tersebut dihitung didasarkan pada Nilai Fungsi Penghasil Pertanian NFPP sebesar 1,6 milyar, Nilai Fungsi Tenaga Kerja NFTK sebesar 246 milyar.
Nilai Fungsi Ketahanan Pangan NFKP sebesar 2 milyar dan Nilai Fungsi Pengendali Erosi NFPE sebesar 260 milyar. Kontribusi penilaian lahan pertanian sawah berdasarkan hasil perhitungan valuasi ekonomi dan nilai tanah di Kecamatan Citeureup adalah sebesar 7 pada lahan pertanian sawah yang dekat permukiman dan industri sampai dengan 94 pada lahan pertanian sawah yang jauh dari permukiman dan industri. Oleh karena itu lahan pertanian sawah mempunyai kontribusi yang signifikan pada penentuan nilai tanah berdasarkan valuasi ekonomi lahan pertanian sawah.

Citeureup sub district has an increasing number of people and rapid development causes the land to increase. Farmland fields of 2012 2017 underwent a change in use of an area of 46.13 hectares. The lost natural resources potential is calculated using the economic valuation method of paddy field farming with rupiah units. Rice fields that are far from residential areas and industries based on these calculations have a high economic valuation than wetland farms close to residential and industrial areas. The economic valuation is calculated based on the Value of Agricultural Commodities Producing Function Value NFPP of 1.6 billion, Value of Labor Function NFTK of 246 billion.
Value of Food Stability Function NFKP of 2 billion and Erosion Control and Sedimentation Function Values NFPE of 260 billion. The contribution of the assessment of paddy fields based on the calculation of economic valuation and the value of land in Kecamatan Citeureup is 7 in the rice fields near settlements and industry up to 94 in wetland farms far from settlements and industry. Wetland farming has a significant contribution to the determination of land value based on economic valuation of paddy fields.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Rio Christiawan
"Lahan adalah sumber daya yang sangat penting dan utama pada sektor pertanian bagi petani dan bagi pembangunan pertanian. Kecamatan Jatisari berstatus sebagai kawasan pertanian tanaman pangan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karawang Tahun 2011-2031. Tingginya pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan akan lahan permukiman semakin tinggi ditambah terdapat jalur arteri yang melintasi wilayah Kecamatan Jatisari yang menyebabkan semakin tinggi potensi perubahan penggunaan dan/atau tutupan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tutupan lahan sawah pada tahun 1999, 2011, dan 2023 serta memprediksi perubahan tutupan lahan sawah pada tahun 2031 yang kemudian akan dianalisis dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang yang berakhir pada tahun 2031 dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Wilayah Kecamatan Jatisari. Model spasial dihasilkan dengan metode Celullar Automata-Markov Chain yang dibangun berdasarkan perubahan tutupan lahan tahun 1999, 2011, dan 2023 serta faktor pendorong (driving factors) berupa jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari permukiman, jarak dari POI (Point of Interest). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spasial terjadi perubahan tutupan lahan pertanian sawah yang sebagian besar menjadi tutupan lahan permukiman dan terjadi di bagian tengah yang disebabkan oleh adanya jalan arteri, jalan kolektor, maupun jalan lokal. Hasil  prediksi tutupan lahan  pertanian sawah tahun 2031 juga menunjukkan bahwa tutupan lahan sawah mengalami perubahan yang sebagian besar menjadi tutupan lahan permukiman dan terdapat di bagian tengah wilayah Kecamatan Jatisari dimana permukiman berkembang oleh karena jalan arteri, jalan kolektor, maupun jalan lokal. Peta RTRW memiliki tutupan lahan permukiman yang lebih luas dibanding peta prediksi tutupan lahan tahun 2031. Luasan LP2B lebih kecil dibanding lahan sawah keseluruhan ada peta prediksi tutupan lahan tahun 2031. Secara keseluruhan, peta prediksi tutupan lahan sawah pada tahun 2031 dapat menjadi saran bagi Pemerintah Kabupaten Karawang dimana lahan sawah yang ada dan lahan sawah berkelanjutan harus tetap dipertahankan.

Land is a very important and main resource in the agricultural sector for farmers and for agricultural development. Jatisari Sub-district has the status of a food crop agricultural area according to the Karawang Regency Spatial Plan (RTRW) 2011-2031. The high population growth makes the need for residential land higher plus there is an arterial route that crosses the Jatisari District area which causes a higher potential for changes in land use and/or cover. This research aims to analyze the changes of paddy field land cover in 1999, 2011, and 2023 and predict the changes of paddy field land cover in 2031 which will then be analyzed with the Karawang Regency Spatial Plan which ends in 2031 and the Sustainable Food Agricultural Land of Jatisari District. The spatial model was generated using the Celullar Automata-Markov Chain method which was built based on land cover changes in 1999, 2011, and 2023 and driving factors such as distance from roads, distance from rivers, distance from settlements, distance from POI (Point of Interest). The results showed that spatially there was a change in the land cover of paddy fields, most of which became residential land cover and occurred in the central part caused by the presence of arterial roads, collector roads, and local roads. The results of the prediction of rice field agricultural land cover in 2031 also show that rice field land cover has changed mostly to residential land cover and is found in the central part of the Jatisari Sub-district area where settlements are developing due to arterial roads, collector roads, and local roads. The RTRW map has a wider settlement land cover than the 2031 land cover prediction map. The LP2B area is smaller than the total paddy fields in the 2031 land cover prediction map. Overall, the prediction map of paddy field land use in 2031 can be a suggestion for the Karawang Regency Government where existing paddy fields and sustainable paddy fields must be maintained."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidya Rismayatika
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan lahan pertanian yang luas. Namun produksi lahan pertanian terancam akibat adanya perubahan penggunaan lahan serta fenomena perubahan iklim. Salah satu faktor perubahan iklim yang mempengaruhi lahan pertanian adalah fenomena El Nino. Sejak tahun 2002, El Nino terjadi setiap dua tahun sekali. Kejadian El Nino dapat menyebabkan tanaman di lahan pertanian mengalami kekeringab. Kabupaten Magetan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap kekeringan. El Nino dapat menyebabkan kemarau yang berkepanjangan dan mengakibatkan kekeringan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial wilayah kering lahan pertanian menggunakan salah satu indeks penginderaan jauh yakni Normalized Difference Drought Index pada tahun El Nino yakni 2015 dan 2019 Wilayah kering kemudian dikaitkan dengan kondisi fisik. Hasil dari pengolahan data diketahui wilayah kering pada tahun 2015 (El Nino Kuat) lebih luas dibandingkan luas wilayah kering pada tahun 2019 (El Nino Lemah) yakni 3.031,00 ha (tahun 2015) dan 2.214,68 ha (tahun 2019). Pola spasial kekeringan membentuk pola berkelompok. Pola spasial wilayah kering di Kabupaten Magetan adalah semakin ke barat semakin sedikit wilayah kering, mendekati lereng Gunung Lawu. Hasil analisis menunjukkan wilayah kering banyak terjadi di lahan pertanian dengan kondisi fisik ketinggian 200-500 mdpl, lereng 8%-15%, dan jenis tanah asosiasi mediteran coklat kemerahan dan grumusol kelabu.
Indonesia is a country with vast agricultural land. However, agricultural land production is threatened due to land use change and climate change. One of climate change phenomenon affecting agricultural land is the El Nino. Since 2002, El Nino occurs every two years. El Nino events can cause crops on agricultural land to experience drought. Magetan Regency is one of the districts in East Java Province that has a high level of vulnerability to drought. El Nino can cause prolonged drought and cause drought. This study aims to explain the spatial pattern of dry areas of agricultural land using one of the remote sensing indices, Normalized Difference Drought Index in El Nino years (2015 and 2019). Then, dry areas will be associated with physical conditions. The result of data processing is the dry area in 2015 (Weak El Nino) is wider than the dry area in 2019 (Weak El Nino) namely 3,031.00 ha (2015) and 2,214.68 ha (2019). Spatial patterns of dry areas form a group pattern. The spatial pattern of dry areas in Magetan Regency is that to the west the less dry areas, approaching the slopes of Mount Lawu. The results of the analysis showed that many dry areas occur in agricultural land with physical conditions altitude of 200-500 meters above sea level, slopes of 8% -15%, and types of soil associated with reddish brown mediterranean and gray grumusol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syarif
"Alih fungsi lahan sawah telah terjadi di Kabupaten Pringsewu sebagai bentuk peningkatan kebutuhan akan lahan bagi perkembangan kemajuan Kabupaten Pringsewu. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi lahan sawah sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan (LPPB) serta model yang menggambarkan fenomena alih fungsi lahan tersebut. Metode yang digunakan yaitu analisis tumpang susun dan model Clue-s. Hasil analisis menunjukan bahwa Potensi lahan pertanian pangan berkelanjutan (LPPB) di Kabupaten Pringsewu 22,02% dari luas Kabupaten Pringsewu, LPPB tersebar di Kecamatan Pardasuka, Ambarawa, Pringsewu, Gadingrejo, Sukoharjo, Banyumas, Adiluwih dan Pagelaran bagian selatan dan LPCPPB hanya terdapat di Pagelaran dibagian utara.
Laju alih fungsi lahan sawah pada periode Tahun 1997-2013 mencapai -1,47%/tahun terjadi disekitar sarana aksebilitas. Model spasial Clue-s perubahan LPPB di Kabupaten Pringsewu menggunakan 17 faktor pendorong dengan skenario bebas dan skenario RTRW menghasilkan tingkat akurasi model mencapai 78,63 % atau validitas tinggi, dimana prediksi luas lahan sawah tahun 2031 pada skenario bebas mencapai 10.412,28 ha sedangkan pada skenario RTRW mencapai 12.425,55 ha. Evaluasi penerapan kebijakan RTRW di Kabupaten Pringsewu pada prediksi skenario bebas tahun 2031 mencapai tingkat minimal yaitu 6861,6 Ha atau 47,79% sedangkan pada skenario RTRW mencapai tingkat moderat yaitu 10958.07 Ha atau 76,463%.

Wetland conversion has occurred in the District Pringsewu as a form of increased demand for land for development progress Pringsewu district. Therefore, this study aims to determine potential wetland as a agricultural sustainable food land (LPPB) and a model that describes the phenomenon of land conversion. The method used is overlay analysis and model of Clue-s. The results of the analysis showed that the potential of sustainable agricultural food land (LPPB) is 22.02% of the area in the District Pringsewu, LPPB spread in subdistrict Pardasuka, Ambarawa, Pringsewu, Gadingrejo, Sukoharjo, Banyumas, Adiluwih and southern Pagelaran and LPCPPB only found in the north Pagelaran.
The rate of conversion of wetland in the period 1997-2013 reached -1.47%/year occur around accessibility. Clue-s spatial model LPPB changes in District Pringsewu using 17 driving factors with free scenarios and scenario RTRW produce accuracy rate reaches 78,63% or higher validity, where extensive wetland predictions 2031 free scenario to reach 10.412,28 ha, while in scenario Spatial reach 12.425,55 ha. Evaluation of the implementation of RTRW policy in the District Pringsewu on 2031 predictions free scenario is that a minimum level of 6.861,6 hectares or 47,79% whereas in the RTRW scenarios that moderate levels of 10958.07 hectares or 76.463%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T41915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Angga Niko Safaryanto
"Banjir lahar dingin Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2011 menyebabkan kerusakan lahan pertanian di Kecamatan Salam. Peristiwa ini menyebabkan penduduk yang mayoritas bergantung pada lahan pertanian melakukan adaptasi terhadap lahan pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk adaptasi dan pola yang terjadi pada lahan pertanian terdampak banjir lahar. Penelitian ini menggunakan metode grid dengan ukuran 20 x 20 meter. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Daerah penelitian adalah wilayah terdampak banjir lahar dibagi berdasarkan jarak dari jalan utama tiap 500 meter.
Hasil penelitian ini adalah terdapat dua bentuk adaptasi lahan pertanian yaitu diversifikasi dan intensifikasi. Pola adaptasi penduduk terhadap kondisi lahan pertanian yang terjadi tergantung pada jarak terhadap jalan utama. Semakin dekat dengan jalan utama maka diversifikasi semakin besar dan intensifikasi semakin kecil.

Mount Merapi cold lava flood that occurred in 2011 caused damage to agricultural land in the district Salam. These events led to the majority of the population depends on agricultural land to adapt to agricultural land.
This study aims to determine the shape and pattern of adaptation that occurs in agricultural land affected by flooding lava. This study uses a grid with a size of 20 x 20 meters. Sampling was done by purposive sampling. The study area is a lava flood affected areas divided by the distance from the main road every 500 meters.
Results of this research is that there are two forms of adaptation of farmland namely diversification and intensification. Pattern adaptation of the population to agricultural land condition that occurs depending on the distance to the main road. The closer to the main road, the greater the diversification and intensification of getting smaller.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari
"Penelitian ini mempelajari posisi perempuan kepala keluarga sebagai petani penggarap tak bertanah yang mengalami eksklusi berlapis dan posisinya dalam perjuangan atas tanah di lahan eks HGU Perkebunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan kerangka teori ekologi politik feminis, teori kuasa atas eksklusi, dan teori feminis tentang keadilan sosial. Subyek utama penelitian ini adalah perempuan kepala keluarga tak bertanah di Desa Nanggung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar petani di desa ini adalah petani penggarap. Situasi di Desa Nanggung merupakan representasi terjadinya ketimpangan struktur kepemilikan dan penguasaan sumber-sumber agraria dimana tanah yang dimiliki masyarakat, termasuk di dalamnya area pemukiman, sesungguhnya hanya 23 persen dari total wilayah desa. Sebagian besar tanah di desa ini merupakan tanah negara yang penguasaan pengelolaannya berada di tangan perusahaan swasta pemegang HGU perkebunan PT. Hevindo dan pengusahaan negara bidang kehutanan Perhutani.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan kepala keluarga tak bertanah mengalami eksklusi berlapis yakni pada ranah keluarga inti, keluarga besar, komunitas, warga desa, organisasi pendamping, dan negara. Eksklusi berlapis di tingkat keluarga inti, keluarga besar, dan komunitas menyebabkan perempuan kepala keluarga tak bertanah ditinggalkan dalam perjuangan memperoleh akses atas tanah yang diupayakan organisasi tani setempat dengan memanfaatkan program Tanah Obyek Reforma Agraria TORA . Di sisi lain, program yang merupakan bagian dari kebijakan nasional tentang reforma agraria tidak menempatkan petani perempuan, apalagi petani perempuan kepala keluarga tak bertanah sebagai subyek kebijakan.

This research studied the position of women heads of household as landless peasants who faces multi layer exclusions and their position within struggle over land in the ex plantation concession land. This research used qualitative approach and adopts feminist political ecology theory, the power of exclusion theory, and feminist theory of social justice. Primary subjects of this research are landless women heads of household in Nanggung Village, Nanggung Sub District, Bogor Regency, West Java Province. Most of villagers are tillers. Situation in Nanggung Village is representation how agrarian injustice where only 23 percent of total village lands owned by its inhabitants in form of housing area. The rest of lands in this village is considered by state lands, controlled by private plantation company namely PT. Hevindo and state forestry company namely Perhutani.
This research showed that landless women heads of household face multi layer exclusions on main family, large family, community, villagers, NGOs, and state. Multi layer exclusions on main family, large family, and community ignored on struggle over land by local peasants organization which used Land Object of Agrarian Reform TORA program. On the other hand, program that is part of national government policy of agrarian reform have neglected women peasants, especially landless women heads of household as subject of these policy. "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rahmatdhoni
"Kecamatan Cisarua dan Megamendung merupakan salah satu daerah yang ada di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor memegang peranan yang sangat vital bagi banyak daerah yang berada di bawahnya. Seluruh daerah Puncak di Kabupaten Bogor merupakan hulu dari empat Daerah Aliran Sungai (DAS) besar, yaitu Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, dan Citarum. Perubahan tutupan lahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur masyarakat. Saat ini pembangunan di kedua kecamatan ini terus berjalan. Kecamatan Cisarua dan Megamendung merupakan kawasan puncak yang memiliki suhu yang sejuk dan memiliki banyak tempat wisata. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pola perubahan tutupan lahan berdasarkan dari jumlah penduduk, kemiringan lereng dan jaringan jalan. Objek penelitian ini yaitu Kecamatan Cisarua dan Megamendung Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat pada Citra Lansat 8 OLI/TIRS. Hasil diperoleh berupa perubahan tutupan lahan dari tahun 2000 ke 2018. Perubahan tutupan lahan pertanian menjadi permukiman dan tempat kegiatan terjadi secara linier mengikuti jalan raya puncak yang menghubungkan Kota Bogor dengan Kota Cianjur serta memiliki jumlah penduduk tinggi dan kemiringan lereng landau hingga agak curam.

Cisarua and Megamendung Districts are one of the areas in Bogor Regency, West Java Province. The Puncak area in Bogor Regency plays a very vital role for many of the areas under it. The entire Puncak area in Bogor Regency is the upstream of four major watersheds (DAS), namely Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, and Citarum. Changes in land cover are carried out to meet community infrastructure needs. Currently, development in these two sub-districts is continuing. Cisarua and Megamendung Districts are peak areas that have cool temperatures and have many tourist attractions. This study aims to analyze patterns of land cover change based on population, slope and road network. The objects of this research are Cisarua and Megamendung Subdistricts, Bogor Regency, West Java Province on the OLI / TIRS 8 Landsat Image. The results were obtained in the form of changes in land cover from 2000 to 2018. Changes in agricultural land cover to settlements and places of activity occurred linearly following the peak highway that connected Bogor City to Cianjur City and had a high population and slope of gentle slopes to a bit steep."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Kusuma Wardani
"Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.

Cisolok sub-district has a variety of topography, starting with coastal in southern area to highlands in northern area. The variety of topographical conditions is accompanied by a variety of land uses, ranging from rice fields to grove and dense forests. This causes Cisolok sub-district to have a special uniqueness of agriculture and agricultural landscape. This research aims to analyze the agricultural landscape and the influence of local knowledge of farmers on agricultural landscapes formed in the Cisolok Sub-district. The physical variables used in this study are height, slope, and land use. The social variable used in this study is the local knowledge of farmers. The weighted overlay method is used to get the shape of the terrain. The shape of the terrain is used to identify the land use to determine the agricultural landscape. Interview data processing is used to determine the effect of local knowledge of farmers on the agricultural landscape in the Cisolok sub-district. The results show that the agricultural landscape in the Cisolok sub-district is in a steep mountainous region. Kasepuhan people who live in the northern part of the research area have local knowledge that is used in carrying out agricultural activities. The local knowledge influences the agricultural landscape in the Cisolok sub-district."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Booth
"Like many other Asian countries Indonesia inherited from colonial times a system of land taxation based on a detailed cadastre of all agricultural land. However in contrast with the experience of former colonial territories elsewhere in Asia the Indonesian government has in the post-1965 era been making a determined effort to revive land taxation as a source of revenue, and more important, to use the revenues as a means of promoting regional government initiative in the selection and carrying out of local develop¬ment projects. The tax is administered by a Directorate within the Ministry of Finance, whose regional offices are in charge of assessment down to individual taxpayers. Collection is done by village and regional government o`ficials while the use of funds is determined by kabupaten governments subject to certain regulations from the centre and provinces. In Java, Bali, Lombok, and South Sulawesi assessment is based on land records dating from the final decade of Dutch rule. In other parts of the archipelago where the colonial government did not assess a land tax on peasant agriculture, methods of current assessment are rather ad hoc with considerable differences between regions.Any evaluation of the functioning of an agricultural tax imposed in a poor agrarian economy such as Indonesia must take into account not only the standard criteria for assessing taxes such as equity, impact on resource allocation, administrative efficiency etc but also the rather more special¬ised arguments that have been developed in the literature for taxing agriculture and particularly agricultural land. Evidence available suggests that Ipeda in Indonesia contravenes the principle of equity in that, while widespread exemptions are given to urban income taxpayers, virtually all rural taxpayers have to pay both Ipeda and an assortment of other taxes some of which are assessed in a very regressive fashion. Rural producers are further penalised through government price policies for basic food staples such as rice and the renting of irrigated rice lands to the government sugar estates. There"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1974
T41354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>