Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58207 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuyuntia
"Fibrosis hati merupakan proses patofisiologi pada hati yang ditandai oleh proliferasi sel dan akumulasi protein matriks ekstraseluler yang berlebihan. Penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan sel stelata hepatik mensekresikan mediator fibrogenik TGF-?. Jalur PI3K/Akt merupakan salah satu jalur TGF-? non-Smad. Alfa mangostin merupakan xanton yang terdapat pada kulit, buah, batang, dan daun manggis. Penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan alfa mangostin dapat menurunkan ekspresi p-Akt, AST, and ALT. Akan tetapi, mekanisme kerja alfa mangostin belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menilai aktivitas alfa mangostin terhadap ekspresi penanda profibrotik sel stelata hepatik. Penelitian ini menggunakan sel LX-2 yang dibagi dalam lima kelompok, yaitu kelompok normal, TGF-?, sorafenib 10 ?M, alfa mangostin 5 ?M dan 10 ?M . Kadar TGF-? medium diukur dengan Elisa. Ekspresi penanda profibrotik diukur dengan qRT-PCR. Ekspresi proliferasi sel diukur dengan Western Blot. Berdasarkan parameter yang diperiksa, alfa mangostin dosis 5 dan 10 ?M dapat menurunkan kadar TGF-? yang dilepas ke ekstrasel, menurunkan ekspresi profibrotik sel peningkatan ekspresi mRNA MMP-3, dan penurunan ekspresi TIMP-1 dan PAI-1 , dan menghambat proliferasi sel penurunan rasio p-Akt/Akt diukur dengan Western Blot. Berdasarkan parameter yang diteliti, sel yang diberi TGF-β, menunjukkan peningkatan signifikan kadar TGF-β pada semua parameter pemeriksaan dibanding kelompok tanpa perlakuan, kecuali pada MMP-3. Alfa mangostin dosis 5 dan 10 μM dapat menghambat proliferasi sel, dilihat dari penurunan ratio p-Akt/Akt. Ekspresi penanda profibrotik juga dapat dihambat dengan alfa mangostin, terlihat dari peningkatan ekspresi MMP-3, dan penurunan ekspresi TIMP-1 dan PAI-1. Akan tetapi, efektivitas alfa mangostin dalam menghambat proliferasi dan akumulasi matriks esktraseluler tidak sebaik sorafenib.

Liver fibrosis is a pathological process in the liver, characterized by abnormal proliferation and accumulation of extracellular matrix. In vitro and in vivo studies showed hepatic stellate cells secrete fibrogenic mediator TGF . The PI3K Akt pathway is one of the TGF non Smad pathways. Alpha mangostin is a xanthone that could be found in the skin, fruit, stems, and leaves of mangosteen. In vitro and in vivo studies have shown that alpha mangostin could decrease the expression of p Akt, AST, and ALT. But, the mechanism of action is still unknown. The purpose of this study is to assess the activity of alpha mangostin in the expression of profibrotic markers in hepatic stellate cell. In this study, we used LX 2 cells, divided into five groups normal, TGF , sorafenib 10 M, alpha mangostin 5 M and 10 M . Medium TGF level was measured by Elisa. Expression of profibrotic markers was measured by qRT PCR. Expression of cell proliferation was measured by Western Blot. Based on the parameters examined, alpha mangostin doses of 5 and 10 M can decrease extracellular TGF , decrease the expression of profibrotic cell MMP 3 expression increased and TIMP 1 and PAI 1 expression decreased , and inhibit cell proliferation decrease the ratio of p Akt Akt ratio. Expression of profibrotic marker could be inhibited by alpha mangostin too, showed by the increased level of MMP-3, and TIMP-1 and PAI-1 level decreased. But, the effectivity of alpha mangostin in inhibit cell proliferation and expression of profibrotic marker was not as good as sorafenib. Conclusion: alpha mangosteen could decrease the level of TGF-β in culture medium, inhibit expression of profibrotic marker, and inhibit cell proliferation"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaniah
"Latar belakang: Fibrosis hati adalah akumulasi berlebihan dari matriks ekstraseluler, termasuk kolagen yang terjadi pada berbagai tipe penyakit hati. Aktivasi Hepatic Stellate Cell HSC memegang peran kunci dalam proses fibrogenesis. Jalur transduksi sinyal TGF-b/Smad ditengarai merupakan jalur yang paling predominan dalam aktivasi HSC yang ditandai dengan meningkatnya ekspresi marker-marker profibrogenik TGF-b, a-SMA, Col1A1 dan pSmad3. Proliferasi HSC yang teraktivasi juga berperan dalam patogenesis fibrosis hati. Pada saat ini belum ada terapi standar untuk fibrosis hati. Sorafenib, suatu multi kinase inhibitor diketahui mempunyai efek yang baik pada fibrosis hati ketika digunakan untuk indikasi karsinoma hepatoseluler. Pada saat ini, sedang dilakukan uji klinik tahap II terhadap Sorafenib untuk indikasi fibrosis hati. Alfa mangostin telah diteliti secara in vivo dapat memperbaiki fibrosis dan mempunyai efek antiproliferativ pada sel kanker. Pada penelitian ini kami menggunakan alfa mangostin untuk mengetahui aktivitasnya pada jalur TGF-b/Smad dengan pembanding Sorafenib.
Metode: Ini merupakan penelitian in vitro menggunakan sel lestari HSC LX-2. Sel dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok normal tanpa perlakuan , kelompok TGF-b, kelompok TGF-b Sorafenib 10mM, kelompok TGF-b Alfa mangostin 5mM dan 10mM . Dosis obat diperoleh dari perhitungan CC50 dengan MTSassay. Sel dipanen setelah induksi obat selama 24 jam. Proliferasi dilihat dari hitung sel dengan metode trypan blue exclusion method dan ekspresi Ki-67 dengan metode qRT-PCR. Ekspresi TGF-b dan Col1A1 diukur dengan qRT-PCR. Ekspresi a-SMA dan pSmad3 diukur dengan Western Blot.
Hasil : Terdapat peningkatan ekspresi Ki-67 yang senada dengan peningkatan jumlah sel hidup secara pada kelompok TGF-b. Ekspresi Ki-67 maupun jumlah sel hidup menurun secara signifikan pada kelompok Sorafenib dan Alfa Mangostin 5mM dan 10mM. Ekspresi penanda fibrogenesis TGF-b, Col1A1, a-SMA dan pSmad3 meningkat secara signifikan pada kelompok TGF-b dan menurun signifikan dengan pemberian Sorafenib dan Alfa mangostin 5mM dan 10mM . Terdapat perbedaan signifikan dalam jumlah sel hidup, ekspresi Ki-67, TGF-b, Col1A1, a-SMA dan pSmad3 pada dua kelompok dosis Alfa mangostin.
Kesimpulan : Alfa mangostin menghambat proliferasi HSC yang aktif dan menekan ekspresi marker-marker pro fibrogenik secara dose dependent. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Amartya
"Sel stelata hepatik yang teraktivasi adalah kunci terhadap proses fibrosis hati yang disebabkan oleh alkohol. Salah satu metode untuk menghentikan progresi fibrosis adalah melalui apoptosis pada sel stelata hepatik yang teraktivasi. Alfa-mangostin diketahui memiliki efek apoptosis pada berbagai sel. Eksperiment ini bertujuan untuk mengetahui efek alfa-mangostin terhadap jalur apoptosis, khususnya ekspresi mRNA Bax and BCl2 pada sel stelata hepatik yang teraktivasi. Eksperiment ini mengunakan galur sel stelata hepatik LX-2. Sample dibagi menjadi 6 kelompok: 1) normal, 2) asetaldehid 100 µM, 3) asetaldehid 100 µM + sorafenib 10 µM, 4) asetaldehid 100 µM + alfa-mangostin 10 µM, 5) asetaldehid 100 µM + 20 alfa-mangostin, 6) alfa-mangostin 10 µM. RNA yang diperoleh dari keenam kelompok sel diatas kemudian dianalisis ekspresi mRNA Bax dan BCl2 menggunakan qRT PCR. Pada sel yang telah diinduksi asetaldehid, alfa-mangostin cenderung meningkatkan ekspresi mRNA Bax (p > 0,05). Sedangkan pada ekspresi mRNA BCl2 terdapat peningkatan yang signifikan (p<0,05). Pada sel yang tidak diinduksi asetaldehid, alfa-mangostin meningkatkan mRNA BCl2 secara signifikan namun tidak pada ekspresi mRNA Bax. Pada kesimpulannya, alfa-mangostin dapat meningkatkan ekspresi mRNA BCl2 dalam sel stelata hepatik yang diinduksi oleh asetaldehid namun tidak mempengaruhi ekspresi mRNA Bax.

The activation of hepatic stellate cell by acetaldehyde induces the progression of liver fibrosis. One of the methods to stop the progression is through apoptosis of activated hepatic stellate cell. Alpha- mangostin is known to have an apoptotic effect towards activated hepatic stellate cell. This research aims to explore the apoptotic pathway of alpha-mangostin towards activated hepatic stellate cell, specifically in the mRNA Bax and BCl2 expression. HSC LX-2 culture was used. The samples were divided into 6 groups: 1) Vehicle group, 2) Acetaldehyde 100 µM, 3) Acetaldehyde 100 µM + Sorafenib 10 µM, 4) Acetaldehyde 100 µM + Alpha-mangostin 10 µM, 5) Acetaldehyde 100 µM + Alpha-mangostin 20 µM, 6) Alpha-mangostin 10 µM. Afterwards, the sample was analyzed for mRNA expression with qRT PCR. Alpha-mangostin increases mRNA Bax expression towards activated hepatic stellate cells. However, this increase is not significant (p > 0.05). The mRNA BCl2 expression is also increased when treated with alpha-mangostin. The increase is statistically significant towards both activated and acetaldehyde- induced hepatic stellate cell. The treatment of alpha-mangostin did not show statistical significance in the increase of mRNA Bax expression in hepatic stellate cell. In conclusion, alpha-mangostin increased mRNA expression of BCl2 in activated hepatic stellate cell, the same cannot be said for mRNA expression of Bax."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Syarinta Adenina
"Epithelial Mesenchymal Transition (EMT) adalah salah satu mekanisme resistensi Sorafenib pada kanker hepatoseluler. Alfa Mangostin diketahui dapat menurunkan aktifitas jalur TGF-βpada hepatic stellate cells. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Alfa Mangostin pada Epithelial Mesenchymal Transition (EMT), HepG2 yang tahan terhadap Sorafenib melalui jalur TGF-β/SMAD. Sel lestari kanker hati, HepG2 dibagi menjadi enam kelompok perlakuan, yaitu kelompok DMSO 0,01%, Alfa Mangostin20μM, Sorafenib10μM, Sorafenib10μM+Sorafenib10μM, Sorafenib10μM-Alfa Mangostin20μM, dan Sorafenib10μM +Sorafenib10μM - Alfa Mangostin20μMselama 24 jam. Sel dihitung menggunakan trypan blue exclusion method. Kadar TGF-β medium diukur menggunakan ELISA. Ekspresi TGF-β,TGF-βRI, SMAD3, SMAD7, E-cadherin dan Vimentin diukur dengan qRT-PCR. Pemberian Alfa Mangostin pada sel HepG2 yang tahan terhadap Sorafenib dapat menurunkan jumlah sel hidup. Namun terdapat peningkatan ekspresi TGF-β, kadar TGF-β1 aktif, TGF-βRI, SMAD3, dan Vimentin serta penurunan ekspresi SMAD7 dan E-cadherin setelah pemberian Sorafenib dan Alfa Mangostin. Alfa Mangostin menurunkan jumlah sel hidup namun tidak menghambat EMT melalui jalur TGF-β/SMAD pada sel HepG2 yang tahan terhadap Sorafenib. 
Epithelial Mesenchymal Transition (EMT) is one of resistance mechanism through Sorafenib in hepatocellular carcinoma. Alpha Mangosteen is known to have reduced TGF-β/SMAD pathway in hepatic stellate cells. This research purpose is to explore the effect of Alpha Mangosteen on Epithelial Mesenchymal Transition (EMT) on human hepatoceluller carcinoma HepG2 cells surviving Sorafenib via TGF-β/SMAD pathways. Immortalized HCC cell line, HepG2 cells, were divided into 6 groups: DMSO0,01% group, Alpha Mangosteen 20μMgroup, Sorafenib10μM group, Sorafenib 10μM-Sorafenib10μM group, Sorafenib10μM +  Alpha Mangosteen 20μM group, dan Sorafenib10μM + Sorafenib10μM - Alpha Mangosteen 20μMgroup for 24 h. Cells were harvested and counted by trypan blue exclusion method. TGF-β medium concentration was evaluated by ELISA. Expression of TGF-β,TGF-βRI, SMAD3, SMAD7, E-cadherinand Vimentin measured by qRT-PCR. Alpha Mangosteen administration on HepG2 surviving Sorafenib cells reduced mean live cells. However, the expression of TGF-β, TGF-β1 active concentration, TGF-βR, SMAD3, and Vimentin were elevated. Alpha Mangosteen also decreased SMAD7 dan E-cadherin expression. Alpha Mangosteen reduced live cells but did not have effect on preventing EMT activation through TGF-β/SMAD pathways on HepG2 surviving Sorafenib cells. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novriantika Lestari
"Latar belakang : Fibrosis hati ditandai dengan penimbunan berlebihan matriks ekstraseluler pada cedera hati kronik. HSC memegang peranan sentral dalam proses fibrosis hati. HSC yang teraktivasi merupakan sumber miofibroblas yang berkontribusi terhadap fibrogenesis. Asetaldehid memiliki efek langsung terhadap HSC karena meningkatkan sintesis TGF- , sitokin profibrogenik utama yang berperan dalam transformasi HSC menjadi aktif. Asetaldehid juga mengaktivasi PKC dan menghasilkan ROS yang selanjutnya mengaktifkan transduksi sinyal ERK1/2. Saat ini belum ada terapi standar fibrosis hati. Alfa mangostin diketahui memiliki aktivitas antiproliferatif dan antioksidan secara in vivo. Penelitian ini menggunakan alfa mangostin untuk mengetahui aktivitasnya pada jalur TGF- dan ERK1/2 dengan sorafenib sebagai kontrol positif.
Metode : Penelitian menggunakan sel HSC LX-2. Sel dibagi dalam 6 kelompok yaitu kelompok normal, asetaldehid, asetaldehid sorafenib10 M, asetaldehid alfa mangostin10 M, asetaldehid alfa mangostin20 M, dan alfa mangostin10 M. Sel dipanen setelah induksi obat selama 24 jam. Proliferasi sel dihitung menggunakan tryphan blue exclusion method. Ekspresi Ki-67, TGF- , dan TGF- R diukur dengan qRT-PCR. Ekspresi -SMA dan pERK menggunakan Western-Blot. Kadar TGF- medium diukur menggunakan ELISA. Kadar ROS intraseluler dengan spektrofotometri.
Hasil penelitian : Asetaldehid meningkatkan proliferasi sel dan ekspresi marker fibrogenik pada HSC. Pemberian sorafenib dan alfa mangostin menurunkan viabilitas sel, ekspresi Ki-67 dan pERK. Penurunan tersebut juga diikuti dengan menurunnya ekspresi TGF- , TGF- R, and -SMA, dan penurunan kadar TGF- dalam medium dan ROS intraseluler. Pada kelompok yang hanya diberikan alfa mangostin, terdapat penurunan viabilitas sel namun penurunan ekspresi biomarker belum terlihat jelas dibandingkan kelompok normal.
Kesimpulan : Alfa mangostin menghambat proliferasi dan aktivasi pada HSC yang diinduksi asetaldehid pada jalur TGF- dan ERK1/2. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyunia Likhayati Septiana
"ABSTRAK
Penggunaan sel punca sebagai anti fibrosis hati cukup menjanjikan. Sel punca CD34 asal darah tali pusat sudah banyak digunakan dalam studi anti fibrosis hati. Penelitian ini menjelaskan efek ko-kultur antara sel stelata hepatik HSC LX-2 dan sel punca CD34 asal darah tali pusat dalam morfologi sel dan ekspresi TGF-?, tenascin-C dan kolagen tipe 1A1. Metode : Sel CD34 diisolasi dari sel darah tali pusat manusia yang dikriopreservasi menggunakan separasi magnet. Sel HSC LX-2 dikultur sebagai kontrol monokultur. Sebagian dipanen dan dihitung untuk dilakukan ko-kultur dengan sel CD34 dalam rasio 1:1. Ko-kultur CD34 dan LX-2 dilakukan dengan metode kultur konvensional 2D dan 3D hanging drop. Hasil monokultur dan ko-kultur dipanen pada hari ke1, 2 dan 3 dan dilakukan pewarnaan imunositokimia tenascin-C ekstraksi RNA untuk analisis kuantitatif dengan real time PCR ekspresi TGF-? dan kolagen tipe 1A1.Hasil : Hasil menunjukkan perbedaan morfologi ko-kultur 2D dan 3D hanging drop dibandingkan kontrol monokultur. Pada ko-kultur 2D terdapat mikromassa, sedangkan pada monokultur 2D tidak ada mikromassa yang terbentuk. Pada ko-kultur 3D hanging drop, terdapat spheroid yang lebih kecil hambatan pembentukan spheroid dibandingkan monokultur 3D hanging drop. Sel CD34 memiliki efek direk terhadap aktivitas sinyal sel stelata hepatik dengan adanya kecenderungan penurunan ekspresi TGF-?. Analisis imunositokimia tenascin-C dalam mikromassa dan spheroid masih perlu dioptimasi. Ko-kultur 2D dan 3D hanging drop method sel punca CD34 asal darah tali pusat dan sel stelata hepatik memiliki efek terhadap penurunan ekspresi kolagen tipe 1A1.Kesimpulan : Sel punca CD34 asal darah tali pusat memiliki efek direk terhadap morfologi sel, inhibisi aktivitas sel stelata hepatik LX-2 yang ditandai dengan penurunan ekspresi TGF-beta dan inhibisi deposisi matriks ekstrasel yang ditandai penurunan ekspresi kolagen tipe 1A1.Kata kunci: sel punca asal darah tali pusat CD34 , sel stelata hepatik, liver fibrosis, TGF-beta, tenascin-C, kolagen 1A1.

ABSTRACT
Background The development of stem cell therapy antifibrotik placing as one of the promising therapy. Umbilical cord blood CD34 stem cells has been widely used in the study antifibrosis. This study describes the effect of co culture between hepatic stellate cells HSC LX 2 and umbilical cord blood CD34 stem cells on cell morphology and expression of TGF , tenascin C and collagen type 1A1.Method CD34 cells were isolated from thawed cryopreserved human umbilical cord blood cells using magnetic separation. LX 2 cells culture were harvested and counted. CD34 and LX 2 cells were mixed in suspension with 1 1 ratio v v . Cell suspension divided into 2 sets 2D co culture plated in standard well plate and 3D co culture as hanging drops. LX 2 monoculture, CD34 dan LX 2 coculture were harvested on day 1, 2 and 3 as sample for further analysis. Tenascin C expression was analysed by imunocytochemistry techniques. TGF Beta and collagen type 1A1 expression was analysed by qPCR.Result The result showed different morphology between co culture and monoculture on 2D and 3D hanging drop. The 2D co culture showed micromass formation, instead of no micromass formation on monoculture. The 3D hanging drop showed smaller spheroid formation spheroid formation inhibition compared with monoculture. CD34 cells showed direct effect on hepatic stellate cell signalling activity represented by the decrease in TGF beta expression, inhibition of extracellular matrix deposition represented by a decrease in Collagen type 1A1 expression.Conclusion UCB CD34 cells showed direct effect on cell morphology, inhibition of hepatic stellate cell LX 2 activity represented by a decrease in TGF beta expression, inhibition of extracellular matrix deposition represented by a decrease in collagen type 1A1 expression. "
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Averina Geffanie Suwana
"

Pendahuluan: Konsumsi alkohol dalam jangka panjang dapat berakibat pada fibrosis hati. Fibrosis hati ditandai oleh matriks ekstraseluler yang berlebihan. Alkohol akan mengaktifkasi sel stelata hepatik (HSC) yang memegang peran utama dalam fibrosis hati. Saat ini, tidak ada standar manajemen untuk fibrosis hati. Alfa mangostin telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan pada steatosis hati, namun aktivitas antioksidannya pada fibrosis hati masih belum diketahui. Penelitian ini menggunakan alfa mangostin untuk mengetahui pengaruhnya terhadap ekspresi mRNA antioksidan, MnSOD dan GPx, pada HSC yang diinduksi asetaldehida.

Metode: Penelitian ini merupakan eksperimen in-vitro yang menggunakan galur sel stelata hepatik-LX2 dengan 6 kelompok perlakuan: kelompok yang tidak diobati, yang mendapat perlakuan asetaldehida, asetaldehida dan sorafenib, asetaldehida dan alfa mangostin 10 µM, asetaldehida dan alfa mangostin 20 µM, dan alfa mangostin 10 µM. Ekspresi mRNA MnSOD dan GPx dari RNA diukur dengan mesin qRT PCR.

Hasil: Alfa mangostin 10 μM meningkatkan ekspresi mRNA GPx secara signifikan (p<0,05), namun tidak mempengaruhi ekspresi mRNA MnSOD. Alfa mangostin 20 µM meningkatkan ekspresi mRNA dari MnSOD dan GPx secara signifikan (p<0,05). Peningkatan ekspresi mRNA MnSOD dan GPx sebanding dengan peningkatan dosis alfa mangostin.

Kesimpulan: Alpha mangostin meningkatkan kadar antioxidan, MnSOD dan GPx, dalam model HSC yang diinduksi asetaldehida.


Background: The chronic consumption of alcohol can eventually lead to liver fibrosis. Liver fibrosis is characterized by excessive extracellular matrix. Alcohol will activate hepatic stellate cells (HSCs) which play an important role in fibrogenesis. Currently, there are no standardized treatment for liver fibrosis. Alpha mangostin has been reported to have antioxidant activity on hepatic steatosis, however its antioxidant activity on liver fibrosis is still unknown. This research will use alpha mangostin to identify its effect on the mRNA expression of antioxidant, MnSOD and GPx, in acetaldehyde-induced HSC.

Method: The research is an in vitro experiment utilizing hepatic stellate cell line – LX2 with 6 treatment groups: the untreated group, the treated groups with acetaldehyde, acetaldehyde and sorafenib, acetaldehyde and alpha mangostin 10 µM, acetaldehyde and alpha mangostin 20 µM, and alpha mangostin 10 µM. The mRNA expression of MnSOD and GPx were obtained from the RNA that was measured by qRT PCR machine.

Results: Alpha mangostin 10 µM significantly increased GPx mRNA expression (p <0,05), however it did not affect MnSOD mRNA expression. However, alpha mangostin 20 µM significantly increased the mRNA expression of MnSOD and GPx (p <0,05). The increase of the MnSOD and GPx mRNA expression is linear to the increase of alpha mangostin dose.

Conclusion: Alpha mangostin increases antioxidant, MnSOD and GPx, levels in acetaldehydeinduced HSC models.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Cindy Lauren
"Latar belakang: Karsinoma hepatoseluler (HCC) merupakan salah satu penyebab kematian akibat kanker terbanyak di dunia. Berbagai metode terapeutik telah tersedia untuk mengobati HCC, namun penyakit ini tetap menjadi masalah dengan tingkat insidensi dan mortalitas yang terus meningkat. Sorafenib merupakan salah satu obat yang digunakan dalam mengobati HCC. Resistensi terhadap sorafenib menjadi kendala dalam terapi HCC dan diketahui berperan penting dalam progresi tumor. Alfa mangostin, suatu komponen aktif pada buah Garcinia mangostana mulai dikenal karena potensinya sebagai terapi anti-kanker dan dibuktikan dapat menginduksi apoptosis pada beberapa sel kanker. Pemberian alfa mangostin diharapkan dapat menekan proliferasi sel HepG2 tahan sorafenib. Tujuan: Mengetahui efek alfa mangostin terhadap penanda proliferasi sel, Ki-67 dan c-Jun sebagai terapi tambahan pada sel hepatoselular karsinoma yang tahan sorafenib
Metode: Sel HCC HepG2 dibagi menjadi 6 kelompok yang diberi perlakuan berbeda, yakni (A) DMSO-DMSO (kelompok kontrol), (B) DMSO-alfa mangostin 20 μM, (C) sorafenib 10 μM-DMSO (sel tahan sorafenib), (D) sorafenib-sorafenib 10 μM, (E) sorafenib 10 μM-alfa mangostin 20 μM, (F) sorafenib 10 μM-sorafenib 10 μM+alfa mangostin 20 μM. Kelompok sel dikultur selama 48 jam. Sel kemudian diambil dan dilakukan pemeriksaan berupa analisis marker proliferasi sel, yaitu c-Jun dan Ki-67 dengan menggunakan metode qRT-PCR.
Hasil: Pemberian sorafenib meningkatkan ekspresi mRNA Ki-67 dan c-Jun pada sel tahan sorafenib. Pemberian alfa mangostin juga meningkatkan ekspresi mRNA Ki-67 dan ekspresi c-Jun secara signifikan dibandingkan kontrol dan sel HepG2 tahan sorafenib (SOR+AM). Kombinasi pemberian sorafenib dan alfa mangostin menghasilkan efek yang serupa (SOR+SORAM)
Kesimpulan: Alfa mangostin meningkatkan ekspresi penanda proliferasi sel Ki-67 dan c-Jun pada sel HepG2 tahan sorafenib.

Introduction : Hepatocellular carcinoma (HCC) is one of the leading causes of cancer- related death in the world. Various therapeutic methods have been available to treat HCC, however, this disease remains unresolved with a continuous increase of incidence and mortality rate. Sorafenib is one of the drugs used in the treatment of HCC. Sorafenib resistance becomes a problem in HCC therapy and is also known for its role in tumor progression. Alpha mangostin, an active substance found in Garcinia mangostana is starting to be recognized for its potential as anti-cancer therapy and is also proven to be able to induce apoptosis in several cancer cells. Administration of alpha mangostin is expected to suppress the proliferation of sorafenib-surviving HepG2 cells.
Purpose: To observe the effect of alpha mangostin on the expression of proliferation markers Ki-67 and c-Jun as an adjuvant therapy in sorafenib-surviving hepatocellular carcinoma cells.
Method: HepG2 HCC cells were divided into 6 groups which were treated differently, (A) DMSO-DMSO (control group), (B) DMSO-alpha mangostin 20 μM, (C) sorafenib 10 μM-DMSO (sorafenib-surviving group), (D) sorafenib-sorafenib 10 μM, (E) sorafenib 10 μM-alpha mangostin 20 μM, (F) sorafenib 10 μM-sorafenib 10 μM+alpha mangostin 20 μM. Cells were cultured for 48 hours. The cells were then harvested and analyzed for their cell proliferation markers, c-Jun and Ki-67, using qRT-PCR method. Result: Administration of sorafenib increased expression of Ki-67 and c-Jun in sorafenib-surviving cells. Alpha mangostin also increased expression of Ki67 and c-Jun mRNA significantly compared to control group and sorafenib-surviving cells group (SOR+AM). Combination of sorafenib and alpha mangostin generates similar effects. (SOR+SORAM).
Conclusion: Alpha mangostin increased the expression of proliferation markers Ki-67 and c-Jun in sorafenib-surviving HepG2 cells.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Ervina Julien Hotmangiring
"ABSTRAK
Latar Belakang: Transplantasi sel sumsum tulang dilaporkan memperbaiki fibrosis hati. Beberapa studi in vitro menunjukkan bukti mekanisme perbaikan dengan melakukan ko-kultur 2D sel sumsum tulang dan sel stelata hepatik. Pada studi tersebut, sel sumsum tulang menghambat aktivasi sel stelata hepatik dan mengurangi deposisi matriks ekstra sel. Pada penelitian ini, mekanisme perbaikan tersebut diteliti dengan melakukan ko-kultur sel sumsum tulang dan sel stelata hepatik pada model kultur 3D dan meneliti efeknya terhadap ekspresi tenascin-C, suatu glikoprotein matriks yang memiliki kontribusi dalam fibrogenesis hati.
Metode: Sel stelata hepatik dan sel sumsum tulang yang diisolasi dari tikus dikultur sendiri (monokultur) dan diko-kultur direk dengan metode hanging drop. Karakterisasi sel sumsum tulang dilakukan dengan analisis flowcytometry CD90CD34. Sampel dari kedua kelompok kultur dipanen pada hari ke-7 untuk analisis imunositokimia tenascin-C.
Hasil: Persentase sel CD90+CD34- dari sel sumsum tulang yang diisolasi adalah 35,2%. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa sel sumsum tulang memilki efek antifibrotik yang dibuktikan dengan penurunan signifikan ekspresi tenascin-C pada kelompok ko-kultur (p < 0,05) dibandingkan dengan kelompok monokultur pada hari kultur ke-7.
Kesimpulan: Temuan tersebut menunjukkan bahwa sel sumsum tulang memiliki efek terapeutik potensial terhadap proses fibrosis hati melalui efeknya dalam meminimalkan ekspresi matriks ekstra sel tenascin-C.

ABSTRACT
Background: Transplantation of bone marrow derived cells (BMCs) has been reported to improve liver fibrosis. Several in vitro studies have shown evidence for the mechanism of improvement by co-culturing BMCs and hepatic stellate cells (HSCs) in 2D models. In those studies, BMCs were reported to inhibit HSCs activation and reduce extracellular matrix deposition. In this study, we investigated the mechanism by co-culturing BMCs and HSCs in 3D model and its effect on tenascin-C expression, an extracellular matrix glycoprotein that has a contribution in liver fibrogenesis.
Methods: Primary isolated rat HSCs and BMCs were cultured alone (monoculture) and directly co-cultured with hanging drop method. Characterization of BMSCs was performed by flowcytometry CD90CD34 analysis. The monoculture and co-culture samples were harvested on day 7 for tenascin-C immunocytochemistry.
Results: The percentage of CD90+CD34- cells from the isolated BMCs was 35.2%. Result of the present study showed that BMCs have a significant antifibrotic effect as evidenced by the significant decrease in in tenascin-C expression in the co-culture group (p < 0.05) compared to the monoculture group on day 7.
Conclusions: This finding demonstrates that BMSCs have a potential therapeutic effect against liver fibrotic process through their effect in minimizing extracellular matrix tenascin-C expression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Andito Ramadhan
"Latar Belakang : alfa mangostin merupakan kandidat yang bisa menyembuhkan penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol. Kerusakan yang disebabkan oleh alkohol, akan dikompenasasi hati dengan mensekret matrix extracellular (ECM). Matrix metalloproteinase (MMP) memiliki peran untuk mendegredasi matrix extraceluler. Tujuan dari studi ini adalah menginvestigasi expresi mRNA MMP2 dan MMP9 pada model alcoholic liver disease in-vitro.
Metode : Penilitian ini merupakan experimen in-vitro, dengan galur sel stelata hepatic LX-2. Terdapat 6 kelompok perlakuan yaitu: tanpa obat, asetaldehid, acetaldehid + sorafenib 10μM, asetaldehid + 10μM alpha mangsotin, asetaldehid + 20 μM, dan alfa mangosteen 10μM. Lalu, sample diproses dan dianalisis expresi gen MMP2 dan MMP9 menggunakan qRT-PCR.
Hasil : Acetaldehide meningkatkan expresi mRNA MMP2 dan MMP9 secara signifikan. Alfa-mangostin menurunkan ekspresi mRNA MMP2 dan MMP9 pada sel stelata hepatic yg diberikan asetildehid. Sedangkan sel yang diberi alpha mangosteen tidak mempengaruhi expresi MMP2 namun menurunkan expresi MMP9.
Konklusi : Alfa mangosteen menurunkan expresi mRNA dari MMP2 dan MMP9. Pada sel stelata hepatic yang diinduksi asetildehid.

Background : Alpha mangosteen is a possible candidate to treat liver disease that is caused by alcohol. The liver compensate for damage done by alcohol through secreting extracellular matrix (ECM). Matrix metalloproteinase (MMP) has a role in degrading extracellular matrix. Thus, the purpose of study is to investigate MMP2 and MMP9 mRNA expression on an alcoholic liver disease model done in in-vitro.
Method : Study using In-vitro method using LX-2 Hepatic Stelate cells strain. There are 6 groups of sample and each one of the samples were treated: Without drugs, acetyldehyde, acetyldehyde + 10μM sorafenib, acetyldehyde + 10μM alpha mangosteen, acetyldehyde + 20μM alpha mangosteen, amd alfa mangosteen 10μM. And then, the expression of genes is analyze using qRT-PCR.
Results : Acetaldehyde increased MMP2 and MMP9 mRNA expression significantly. Alpha-mangosteen decrease MMP2 and MMP9 mRNA experssion in hepatic stellate cells induced by acetyldehyde. Meanwhile, cells that were given alpha mangosteen did not affect mRNA expression of MMP2 although decrease MMP9 expression.
Conclusion : Alpha mangosteen decrease mRNA expression of MMP2 and MMP9, in hepatic stelate cells induced by acetyldehyde.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>