Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140799 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pudjo Rahasto
"ABSTRAK
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa akibat gangguan regulasi pejamu sebagai respons terhadap infeksi. Renjatan sepsis adalah subset sepsis dengan abnormalitas sirkulasi, selular, dan metabolisme yang berkaitan dengan risiko kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menilai peran ekokardiografi, biomarker kardiovaskular, fungsi ginjal dan saturasi oksigen vena sebagai prediktor kematian pasien renjatan sepsis. Pada pemeriksaan ekokardiografi dinilai fungsi diastolik E/e rsquo;, Fraksi Ejeksi Bilik Kiri, Indeks Kardiak, TAPSE, sedangkan biomarker kardiovaskular dinilai Troponin I dan NT Pro BNP, dengan disain penelitian kohort prospektif. Tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, Banten. Selama periode 2 tahun penelitian ada 111 pasien masuk dalam kriteria renjatan sepsis yaitu adanya infeksi, hipotensi MAP < 65 mmHg dan Laktat darah > 2 mmol/L. Pada hari pertama dan kelima dilakukan pemeriksaan ekokardiografi dan laboratorium darah pada semua pasien renjatan sepsis. Pada pengamatan selama 10 hari diperoleh pasien yang meninggal 64 58 dan yang hidup 47 42 . Rerata umur pasien 48 18 tahun. Analisis bivariat ditemukan Fraksi Ejeksi Bilik Kiri abnormal memiliki risiko kematian 1,6 kali dibanding normal RR 1,6; p = 0,034 . Biomarker Troponin I abnormal menunjukkan risiko kematian 1,6 kali dibanding normal RR 1,6; p = 0,004 . Pasien dengan gangguan fungsi ginjal memiliki risiko kematian 1,5 kali RR 1,5; p = 0,024 . Pasien dengan Troponin I abnormal dengan atau tanpa gangguan fungsi ginjal menunjukkan peningkatan risiko kematian, demikian pula pada pasien dengan Troponin I normal yang disertai gangguan fungsi ginjal. Hasil analisis multivariat menunjukkan prediktor kematian pasien renjatan sepsis adalah kadar Troponin I dan Fraksi Ejeksi Bilik Kiri RR 1,83; IK95 1,049 ? 3,215; p = 0,043 dan RR 1,99; IK95 1,009 ? 3,956; p = 0,047 Simpulan: Troponin I dan Fraksi Ejeksi Bilik Kiri merupakan prediktor kematian pasien renjatan sepsis. Kata kunci :Ekokardiografi, Kematian, NT Pro BNP, Renjatan Sepsis, Troponin I.

ABSTRACT
Sepsis is a life threatening organ dysfunction caused by host regulation disorder in response to infections. Septic shock is a subset of sepsis with circulatory, cellular, and metabolic abnormalities associated with the risk of mortality. The aim of this study is to assess the role of echocardiography, cardiovascular biomarker, renal function and oxygen vein saturation as predictors of mortality in patients with septic shock. In this study, echocardiography examination including diastolic function E e 39 , Left Ventricle Ejection Fraction LVEF , Cardiac Index CI , and TAPSE, whereas cardiovascular biomarker Troponin I and NT Pro BNP were assessed. Research design of this study is cohort perspective. The study took place in Tangerang Regional General Hospital, Banten Province. During two years of research, there were 111 patients included in septic shock category, which indicated by the presence of infections, hypotension MAP 65 mmHg and serum lactate 2 mmol L. On the first and the fifth day, examinations on echocardiography and laboratory blood test were conducted on each patient of septic shock. During ten days of observation, 64 patients died 54 and 47 patients were survived 42 . The mean age of the patients was 48 18 years old. Bivariate analysis showed abnormal LVEF had 1.6 times higher mortality risk than normal RR 1.6 p 0.034 . Abnormal Troponin I biomarker showed 1.6 higher mortality risk, compared to normal RR 1.6 p 0.004 . The patients with kidney function disorder had 1.5 times higher mortality risk RR 1.5 p 0.024 . Patients with abnormal Troponin I with or without kidney function disorder showed increase in mortality risk. Normal Troponin I with kidney function disorder also increase in mortality risk. Multivariate analysis showed Troponin I and Left Ventricular Ejection Fraction as predictors of mortality in patients with septic shock RR 1.83 CI95 1.049 3.215 p 0.043 dan RR 1.99 CI95 1.009 3.956 p 0.047 In conclusion, Troponin I biomaker and Left Ventricular Ejection Fraction are predictors of mortality in patients with septic shock. Keyword Echocardiography, Death, NT Pro BNP, Septic Shock, Troponin I "
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primayudha Dirgatama
"Latar Belakang: Salah satu tata laksana revaskularisasi pada Penyakit jantung koroner (PJK) adalah bedah pintas arteri koroner (BPAK). Salah satu teknik BPAK menggunakan mesin pintas jantung paru (PJP) yang dapat menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi penurunan tahanan vaskular sistemik (TVS) sehingga meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Glutamin adalah asam amino non esensial yang dapat menjadi esensial kondisional pada keadaan kritis dan memiliki peran membantu regulasi tonus endotel.
Metodologi: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain penelitian kohort retrospektif. Sampel dipilih secara metode consecutive sampling dan metode randomisasi blok. Variabel-variabel yang diperiksa dilakukan uji normalitas. Variabel dengan sebaran normal dilakukan analisis statistik independent t-test, sedangkan variabel dengan sebaran tidak normal dilakukan analisis statistik Mann-Whitney test.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian glutamin preoperasi pada pasien penyakit jantung koroner dengan FE rendah yang menjalani BPAK mengalami penurunan TVS pada jam keenam pascaoperasi (p = 0,04) namun mengalami peningkatan curah jantung pada jam keenam (p = 0,015). Hasil pada jam ke-24 TVS pascaoperasi juga mengalami penurunan namun terlihat signifikan bila melihat faktor perancu -844,9+27,8 (ejeksi fraksi praoperasi)+0,4 (Kadar Glutamin Praoperasi)+14 (Umur) Adjusted R square = 21,9%. Curah jantung jam ke-24 pascaoperasi mengalami peningkatan secara signifikan tanpa melihat variabel perancu (p = 0,037) maupun dengan melihat variabel perancu umur (p = 0,003) dan FE praoprasi (p = 0,006) (adjusted r quare = 23,6%).
Kesimpulan: Pada pasien dengan fraksi ejeksi rendah yang menjalani BPAK menggunakan mesin PJP, pemberian glutamin intravena praoperasi menyebabkan penurunan TVS disertai dengan peningkatan curah jantung pada pemantauan jam keenam dan jam ke-24.

Background: Coronary Artery Bypass Graft (CABG) is one of revascularization treatment in coronary artery disease patient. The most common CABG technique uses a cardiopulmonary bypass (CPB) machine which can cause an inflammatory reaction resulting in a decrease in systemic vascular resistance (SVR) thereby increasing mortality and morbidity. Glutamine is a non-essential amino acid that can become conditionally essential in critical situations such as systemic inflammatory respose syndrome (SIRS) and has a role in assisting the regulation of endothelial tone.
Methods: This study is an analytic observational study with a retrospective cohort study design. Samples were selected by consecutive sampling method and block randomization method. The variables examined were tested for normality. Variables with normal distribution were analyzed statistically by independent t-test, while variables with abnormal distribution were analyzed by Mann-Whitney test. Each confounding variables then put together and analyzed statistically with multivariate approach.
Results: Based on the results of the study, it can be concluded that preoperative administration of glutamine in patients with coronary heart disease with low ejection fraction (EF) who underwent CABG experienced a decrease in SVR at the sixth postoperative hour (p = 0.04) but increased cardiac output at the sixth hour (p = 0.015). The results at 24 hours postoperative also shows decreased SVR but were significant when looking at its confounding factors for preoperative EF (p = 0.001), preoperative glutamine levels (p = 0.01), and age (p = 0.013) (adjusted r square = 21.9%). Cardiac output at 24 hours postoperatively increased significantly regardless of confounding variables (p = 0.037) or by looking at its confounding factor; age (p = 0.003) and preoperative EF (p = 0.006) (adjusted r square = 23.6%).
Conclussion: In patients with low EF undergoing CABG with CPB, intravenous glutamin administration can decrease SVR and increase cardiac output in 6 hours and 24 hours observation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Background: cardiac function in patients with septic shock at the cellular level can be assessed by measuring troponin I and NT Pro BNP levels. Venous oxygen saturation is measured to evaluate oxygen delivery and uptake by organ tissue. Our study may provide greater knowledge and understanding on pathophysiology of cardiovascular disorder in patients with septic shock. This study aimed to evaluate the roles of echocardiography, cardiovascular biomarkers, venous oxygen saturation and renal function as predictors of mortality rate in patients with septic shock.
Methods: this is a prospective cohort study in patients with infections, hypotension (MAP < 65 mmHg) and serum lactate level of > 2 mmol/L. On the first and fifth days, septic patients underwent echocardiography and blood tests. Statistical analysis used in our study included t-test or Mann-Whitney test for numeric data and chi-square test for nominal data of two-variable groups; while for multivariate analysis, we used Cox Regression model.
Results: on 10 days of observation, we found 64 (58%) patients died and 47 (42%) patients survived. The mean age of patients was 48 (SD 18) years. Patients with abnormal left ventricular ejection fraction (LVEF) had 1.6 times greater risk of mortality than those with normal LVEF (RR 1.6; p = 0.034). Patients with abnormal troponin I level showed higher risk of mortality as many as 1.6 times (RR: 1.6; p = 0.004). Patients with impaired renal function had 1.5 times risk of mortality (RR 1.5; p = 0.024). Patients with abnormal troponin I level and/or impaired renal function showed increased mortality risk; however, those with normal troponin I level and impaired renal function also showed increased mortality risk. Multivariate analysis revealed that left ventricular ejection fraction and troponin I level may serve as predictors of mortality in patients with septic shock. (HR 1.99; 95% CI: 1.099 - 3.956 ; p = 0.047 and HR: 1.83 ; 95%CI: 1.049 - 3,215 ; p = 0.043). Conclusion: left ventricular ejection fraction and biomarkers such as troponin I level are predictors of mortality in septic shock patients."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengkajian data yang diambil dari riwayat penyakit dan riwayat keluarga,
pemeriksaan fisik, dan pemerlksaan diagnostik digunakan untuk memformulasikan
diagnosa keperawatan atau diagnosa medik, untuk menentukan tujuan perawatan klien,
rencana asuhan keperawatan, dan untuk mengevaluasi upaya pencapaian tujuan klien.
Berbagai informasi perlu dikumpulkan oleh para perawat pada saat melakukan
pengkajian kepada klien. Oleh karenanya, perawat harus mampu memadukan data
riwayat medik kedalam pengkajian keperawatan sehingga berbagai tanggung jawab
keperawatan dan medik yang bersifat intrdependensi dapat dipenuhi berdasarkan urutan prioritas yang tepat. Beberapa teknik pemeriksaan fisik yang sama dapat dilakukan baik oleh perawat maupun oleh dokter."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1998
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sidartawan Soegondo
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
616.1 SID p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bahira Khansa Nabilah
"Pendahuluan: Skizofrenia dapat mengganggu interpretasi ekspresi wajah sehingga berdampak negatif terhadap kehidupan pasien. Interpretasi ekspresi emosi wajah dipengaruhi oleh etnis dan budaya. Belum tersedia instrument interpretasi ekspresi wajah berdasarkan budaya Indonesia. Penelitian ini bertujuan melakukan standardisasi Instrumen Ekspresi Emosi Wajah Versi Indonesia di antara orang sehat. Metode: Mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi diminta untuk memilih jenis, valensi, dan arousal emosi dari 69 foto wajah yang divalidasi oleh psikiater. Foto wajah merupakan foto wajah dari sepuluh aktor yang menampilkan secara acak 7 jenis emosi dasar (netral, bahagia, sedih, marah, terkejut, jijik, takut). Hasil: Seratus enam mahasiswa kedokteran dengan rerata usia adalah 20 (18-22) tahun memiliki skor BAI (Beck Anxiety Inventory) yaitu 16.18±9.3 dan skor BDI (Beck Depression Inventory) yaitu 16 menginterpretasikan ekspresi emosi wajah dari 69 foto wajah untuk memperoleh nilai standar (rerata konsistensi, skor valensi dan arousal) dan confusion matrix Instrumen Ekspresi Emosi Wajah Versi Indonesia. Rerata konsistensi tiap jenis emosi yaitu senang (86.5%), terkejut (84.2%), marah (76.5%), netral (75.9%), jijik (71.6%), sedih (58.4%), dan takut (50%). Skor valensi tiap jenis emosi yaitu senang (4±0.4), netral (3±0.3), terkejut (2.7±0.2), jijik (2.2±0.1), sedih (2.1±0.2), marah (2.1±0.2), dan takut (2). Skor arousal tiap jenis emosi yaitu senang (3.6±0.3), takut (3.5), sedih (3.4±0.2), marah (3.4±0.2), terkejut dan jijik (3.3±0.2), netral (2.9±0.4). selain itu, berdasarkan confusion matrix, jenis emosi yang sering membuat partisipan bingung adalah takut 50% dan jijik (32.1%). Kesimpulan: Instrumen Ekspresi Emosi Wajah Versi Indonesia memiliki nilai standar berupa rerata konsistensi, valensi, dan arousal; dan confusion matrix dari 7 emosi dasar yaitu netral, senang, sedih, marah, terkejut, jijik, dan takut."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2003
616.1 UNI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nandika Nurfitria
"Latar Belakang: Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu dari kelompok Penyakit Tidak Menular (PTM) dan berdasarkan studi epidemiologi di Asia Tenggara, prevalensi gagal jantung di Asia Tenggara memiliki presentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya. Gagal Jantung Dekompensasi Akut (GJDA) menjadi indikasi utama terjadinya admisi pada pasien dengan gagal jantung, khususnya gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah. Adanya kondisi hiponatremia dan hipokloremia pada pasien fraksi ejeksi rendah diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan bagi klinisi sebagai prediktor admisi akibat GJDA.
Metode : Studi kohort retrospektif dengan menelusuri rekam medis pasien GJDA pada populasi fraksi ejeksi rendah berusia>18 tahun yang dirawat inap di RSUPN Cipto Mangunkusumo sejak tahun 2020 sampai dengan tahun 2023, dan menelusuri data elektrolit 90 hari sebelum admisi pasien dengan diagnosis GJDA pada pasien dengan fraksi ejeksi rendah. Dilakukan analisis bivariat dan juga multivariat prediktor admisi dengan diagnosis GJDA pada pasien dengan fraksi ejeksi rendah.
Hasil : Dari total 265 subjek penelitian yang diletiti, analisis bivariat yang menunjukkan hiponatremia dan hipokloremia dapat menjadi prediktor admisi akibat GJDA pada pasien dengan fraksi ejeksi rendah, dengan analisis multivariat menunjukkan keduanya tetap merupakan prediktor yang baik secara statistik terkait admisi akibat GJDA pada pasien dengan fraksi ejeksi rendah dengan RR hiponatremia 1,729 (IK95% 1,367-2,179) dengan nilai P<0,001 dan OR hipokloremia 1,181 (IK95% 1,064-1,311) dengan nilai P 0,002.
Kesimpulan : Hipontaremia ataupun hipokloremia pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah dapat menjadi prediktor admisi akibat GJDA.

Background : Cardiovascular disease remains the foremost cause of mortality within the spectrum of Non-Communicable Diseases (NCDs). Epidemiological studies within Southeast Asia have illuminated a notably elevated prevalence of heart failure compared to other global regions. Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) serves as a primary catalyst for hospital admissions, particularly among patients exhibiting diminished left ventricular ejection fraction. The identification of hyponatremia and hypochloremia in individuals with reduced ejection fraction holds promise in enhancing clinicians' vigilance as predictive markers for ADHF admissions.
Methodology : This retrospective cohort study delved into the medical records of individuals with ADHF within the low left ventricular ejection fraction cohort, aged >18 years, admitted to Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital from 2020 to 2023. Electrolyte profiles from the 90-day period preceding ADHF diagnosis among patients with reduced ejection fraction were scrutinized. Both bivariate and multivariate analyses were conducted to delineate predictors of ADHF admissions in this subgroup.
Results : Among the 265 subjects scrutinized, bivariate analysis revealed that both hyponatremia and hypochloremia could function as robust predictors for ADHF admissions in patients displaying diminished ejection fraction. Multivariate analysis solidified their statistical significance as predictors of ADHF admissions in individuals with reduced ejection fraction. Hyponatremia exhibited an relative risk (RR) of 1.729 (95% CI 1.367-2.179) with a P-value of <0.001, while hypochloremia demonstrated an RR of 1.181 (95% CI 1.064-1.311) with a P-value of 0.002.
Conclusion : The presence of hyponatremia and hypochloremia in patients with heart failure and reduced left ventricular ejection fraction stands as a clinically significant predictive factor for ADHF admissions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Susanti
"Penyakit kardiovaskular merupakan permasalahan kesehatan yang dihadapi di berbagai negara di dunia. Residen menemukan berbagai macam penyakit kardiovaskuler selama praktik residensi dalam waktu satu tahun di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita antara lain Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan STEMI, NSTEMI dan UAP, aritmia, kelainan katup, kelainan septal jantung, myxoma, aneurisma aorta dan diseksi aorta. Selama praktik residensi, Residen sebagai perawat spesialis telah menjalankan peran sebagai care provider yang diterapkan pada satu pasien kasus kelolaan utama yakni NSTEMI post operasi Coronary Artery Bypass Grafting dan 30 pasien kasus resume dengan pendekatan model adaptasi Roy dalam memberikan asuhan keperawatannya. Peran sebagai researcher dengan menerapkan EBNP menggunakan soft icepack gel dalam menurunkan nyeri dan cemas pada 12 pasien paska pembedahan jantung di ruang Intermediate Ward Bedah yang akan dilakukan pelepasan selang drain. Peran sebagai innovator telah dilakukan di ruangan ICVCU selama 5 hari dimana residen telah membuat format dokumentasi handover perawat antarshift yang dinilai efektif dan efisien dalam penerapannya.

The Cardiovascular disease is a health problems faced in various countries. Resident has found a wide range of cardiovascular disease during residency practice within a year at the Harapan Kita hospital cardiovascular including Acute Coronary Syndrome (ACS) patients with STEMI, NSTEMI and UAP, arrhythmias, valve abnormalities, abnormal septal heart, myxoma, aortic anerysme and aortic dissection. During residency practice, resident as a care provider has been implemented to one primary case patients with NSTEMI post operative coronary artery bypass grafting and 30 patients cases of resume by appliying the Roy’adaptation model in providing nursing care. Role as a researcher by applying EBNP use a soft icepack gel to reducing pain and anxiety in 12 patients after cardiac surgery at intermediate ward surgery. The role as an innovator was completed at Intermediate Cardiovascular Care Unit for 5 days, resident made a documentation format nurse handover among shift are considered effective and efficient in its application"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Mayangsari
"Kejadian penyakit kelainan katup masih menjadi masalah dan angka kejadiannya terus mengalami peningkatan di negara berkembang termasuk di Indonesia Dari tahun ke tahun angka kesakitan dan kematian terus mengalami peningkatan seiring dengan tingginya angka kejadian demam rematik di negara dengan iklim tropis dan subtropis Selain itu karena berbagai faktor lainnya seperti ekonomi dan lingkungan Kelainan katup stenosis mitral dapat menyebabkan berbagai komplikasi termasuk diantaranya gagal jantung dan edema paru Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang paling penting di unit pelayanan kesehatan diharapkan mampu mendeteksi secara dini timbulnya komplikasi yang akan muncul akibat penyakit jantung Sedangkan perawat spesialis sangat berperan penting dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien terutama pasien dengan penyakit kardiovaskular yang kompleks
Praktik residensi keperawatan medikal bedah bertujuan untuk melaksanakan peran perawat spesialis yang mencakup pemberian asuhan keperawatan dengan pendekatan konsep konservasi Myra Estrin Levine pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular terutama pada pasien dengan stenosis katup mitral penerapan tindakan pemberian latihan aktifitas fisik rehabilitasi jantung fase 1 untuk mempercepat proses penyembuhan dan stabilisasi status hemodinamik serta berperan aktif dalam program inovasi pengembangan media edukasi pada pasien dengan pemasangan alat medis
Hasil analisis praktik menunjukkan bahwa model konservasi Levine dapat diterapkan pada pasien dengan gangguan kardiovaskular untuk mengoptimalkan derajat kesehatan pasien pemberian latihan aktifitas fisik rehabilitasi jantung fase 1 menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dalam perubahan hemodinamik dan pengembangan media edukasi pada pasien dengan pemasangan alat medis membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan mengenai alat medis.

Incidence of cardiac valve abnormalities still a problem and the number of events is increasing in developing countries including Indonesia From year to year the morbidity and mortality continues to increase in line with by a high incidence of rheumatic fever in countries with tropical and subtropical climates Moreover because of many other factors such as the economy and environment Abnormalities of the mitral valve stenosis can cause a variety of complications including heart failure and pulmonary edema The nurse as one of the most important health personnel in the health care unit is expected to detect early onset of complications that would arise as a result of valve disease Meanwhile nurse specialist plays an important role in providing nursing care to patients especially patients with complicated cardiovascular disease
The practice of medical surgical nursing residency aimed to carry out the role of nurse specialist includes providing nursing care by implementing the concept of conservation of Myra Estrin Levine to patients with cardiovascular disorders especially those with mitral valve stenosis The implementation of measures to provide cardiac rehabilitation exercise physical activity to accelerate the phase 1 healing process and stabilization of hemodynamic status as well as an active role in the development of educational media innovation program in patients with implanted medical devices
Results of the analysis showed that the model of conservation practices Levine can be applied in patients with cardiovascular disorders to optimize the health status of patients provision of cardiac rehabilitation exercise physical activity Phase 1 showed no significant changes in hemodynamic changes and the development of educational media in patients with implanted medical devices help patients to improve knowledge of medical devices.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>