Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iqomah Diyanah
"HbA1c dapat diukur dengan berbagai metode. Talasemia dapat memengaruhi akurasi hasil HbA1c. Peneliti ingin mendapatkan proporsi pasien yang dicurigai talasemia beta menggunakan parameter HbF >1 dengan metode ion-exchange HPLC program HbA1c pada populasi pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1c di RSCM dan mengetahui pengaruh talasemia minor pada pengukuran HbA1c dengan ion-exchange HPLC dan afinitas boronat POCT. Subjek penelitian proporsi didapatkan dari pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1c di RSCM selama Bulan Maret 2017. Subjek penelitian rerata/median nilai HbA1c antar metode HbA1c dibagi menjadi kelompok subjek fraksi hemoglobin normal dan talasemia minor. HbA1c diukur dengan metode ion-exchange extended HPLC sebagai metode rujukan pengganti, ion-exchange HPLC, dan afinitas boronat POCT. Pada hasil uji ketelitian dan ketepatan, hanya metode afinitas boronat POCT yang belum memenuhi memenuhi ketentuan ADA, NGSP, dan IFCC. Proporsi pasien yang dicurigai talsemia beta menggunakan parameter HbF >1 dengan metode ion-exchange HPLC program HbA1c pada populasi pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1c di RSCM pada Bulan Maret 2017 sebesar 0,8, belum angka yang sebenarnya karena keterbatasan alat tidak mendeteksi HbA2.
Nilai HbA1c antar metode pada kelompok subjek fraksi hemoglobin normal tidak berbeda bermakna. Pada kelompok talasemia minor, didapatkan nilai HbA1c afinitas boronat POCT lebih rendah bermakna secara statistik dan klinis dibandingkan metode rujukan. Nilai HbA1c ion-exchange HPLC lebih rendah bermakna secara statistik tetapi tidak bermakna secara klinis dibandingkan metode rujukan. Hasil uji regresi dengan. adalah HbA1c metode rujukan dan. metode yang diuji metode ion-exchange HPLC dan afinitas boronat POCT pada subjek talasemia minor untuk HPLC yaitu. = 0,959x 0,86, sedangkan untuk boronat POCT. = 1,012x 0,815.
Sebagai kesimpulan, proporsi pasien yang dicurigai talsemia beta menggunakan parameter HbF >1 dengan metode ion-exchange HPLC program HbA1c pada populasi pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1c di RSCM sebesar 0,8, serta pada kelompok talasemia minor, nilai HbA1c afinitas boronat POCT lebih rendah bermakna secara statistik dan klinis dibandingkan metode rujukan. Nilai HbA1c ion-exchange HPLC lebih rendah bermakna secara statistik tetapi tidak bermakna secara klinis dibandingkan metode rujukan. Rumus dari uji regresi dapat digunakan pada laboratorium yang tidak menggunakan metode rujukan.

HbA1c can be measured by many methods. Thalassemia will affect HbA1c test accuracy. The purpose of this study is to get the proportion of suspected thalassemia with HbF. by ion exchange HPLC HbA1c program in RSCM patients who did the HbA1c analysis and to know the effect of thalassemia minor on HbA1c results by ion exchange HPLC and boronate affinity POCT. The subjects of thalassemia proportion study were selected from RSCM patients who did the HbA1c analysis in March, 2017. The subjects of the comparison study were divided to subjects with normal hemoglobin fraction and subjects with thalassemia minor. HbA1c analysis from each patient was measured by ion exchange extended HPLC as surrogate gold standard method, ion exchange HPLC, and boronate affinity POCT. Based on the precision and accuracy test, only the CV of boronate affinity POCT method didn rsquo. reach the ADA, NGSP, and IFCC requirement. The proportion of suspected thalassemia with HbF. by ion exchange HPLC HbA1c program in RSCM patients who did the HbA1c analysis was 0,8, but this number was not the correct number yet because the device rsquo. limitation which could not detect HbA2.
The HbA1c value between methods were not different in normal subjects. The HbA1c value by boronate affinity POCT method was significantly lower than the value by ion exchange extended HPLC in subjects with thalassemia minor statistically and clinically. The HbA1c value by ion exchange HPLC method was statistically lower than the value by ion exchange extended HPLC in subjects with thalassemia minor, but it was not clinically different. The regression analysis between. HbA1c value by gold standard and. HbA1c value by tested analyzers resulted formulas. 0,959x 0,86. HbA1c by HPLC and. 1,012x 0,815. HbA1c by boronate affinity POCT.
As conclusion, the proportion of suspected thalassemia with HbF. by ion exchange HPLC HbA1c program in RSCM patients who did the HbA1c analysis was 0,8, and in subjects with thalassemia minor, the HbA1c value by boronate affinity POCT was statistically and clinically lower than gold standard, while the HbA1c value by ion exchange HPLC was statistically lower than gold standard. The formulas from regression analysis can be used in the laboratory which do not use gold standard method.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Kusuma Widiasih
"Latar belakang: Hemoglobin A1c HbA1c adalah pemeriksaan kontrol glikemik jangka panjang yang banyak digunakan. HbA1c berhubungan dengan risiko komplikasi diabetes. Akurasi pemeriksaan HbA1c dapat dipengaruhi kondisi hemoglobin varian. Hemoglobin varian adalah kelainan struktur hemoglobin. Di Indonesia, Hb. paling sering dijumpai. Sehingga peneliti ingin mengetahui prevalensi penderita hemoglobin varian pada pasien pemeriksaan HbA1c di RSUPNCM dan pengaruh hemoglobin varian terhadap pemeriksaan HbA1c metode afinitas boronat POCT dan ion-exchange HPLC dan gambaran mutasi gen hemoglobin varian heterozigot.
Metode: Dilakukan uji ketelitian between day serta uji ketepatan within run menggunakan kontrol normal dan patologis. Subjek uji prevalensi adalah seluruh pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1c di RSUPNCM. Terhadap subjek tersebut dilakukan pemeriksaan HbA1c metode ion-exchange HPLC dan pada subjek yang didapatkan variant window dilakukan analisa hemoglobin metode ion-exchange HPLC. Dilakukan uji perbedaan dua rerata antar kelompok pemeriksaan, subjek didapatkan secara konsekutif yang memenuhi krteria inklusi dan eksklusi. Terhadap subjek dilakukan pemeriksaan HbA1c metode ion-exchange HPLC, HbA1c metode afinitas boronat POCT Nycocard, dan HbA1c ion exchange extended HPLC dan dilakukan analisa hemoglobin metode ion-exchange HPLC. Analisa hemoglobin metode ion-exchange HPLC dilakukan terhadap seluruh subjek pada kedua kelompok. Dilakukan analisa DNA dengan metode PCR-RFLP dan metode DNA sequence untuk mengetahui gambaran mutasi hemoglobin varian heterozigot pada penelitian ini.
Hasil: Didapatkan proporsi penderita hemoglobin varian sebesar 17 per 994 pasien 1.8 pada pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1c di RSUPNCM. Pada uji perbedaan rerata HbA1c, metode afinitas boronat POCT dibandingkan ion-exchange extended HPLC didapatkan nilai HbA1c lebih rendah bermakna secara statistik pada kelompok hemoglobin varian p=0.006. Uji perbedaan rerata HbA1c metode ion-exchange HPLC dibandingkan dengan metode ion-exchange extended HPLC tidak didapatkan perbedaan bermakna pada kelompok subjek hemoglobin normal p= 0.534 dan hemoglobin varian p=0.781. Uji perbedaan median HbA1c metode afinitas boronat dan ion exchange extended HPLC tidak bermakna pada kelompok hemoglobin normal p=0.006. dan terdapat perbedaan bermakna pada kelompok hemoglobin varian p=0.006. Hemoglobin varian heterozigot pada penelitian ini terdiri dari. subjek HbG Makassar dan 19 subjek Hb. heterozigot. Hasil DNA sequence dideteksi HbE homozigot dan Hb. Makassar. Hasil PCR-RFLP didapatkan HbE heterozigot.
Kesimpulan: Proporsi hemoglobin varian pada pasien pemeriksaan HbA1c di RSUPNCM adalah 17 per 994 pasien 1.8. Hemoglobin varian menyebabkan nilai HbA1c lebih rendah bermakna secara statistik dan klinis pada pemeriksaan metode afinitas boronat POCT dibandingkan metode ion-exchange extended HPLC. Hasil pemeriksaan HbA1c metode ion-exchange HPLC dibandingkan ion-exchange extended HPLC metode rujukan pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna. Hasil DNA sequence dideteksi HbE homozigot dan Hb. Makassar. Hasil PCR-RFLP didapatkan HbE heterozigotKata Kunci. Hb. Makassar, Hb E, pemeriksaan HbA1c, ion-exchange extended HPLC.

Background: Hemoglobin A1c HbA1c is. widely used long term glycemic control check. HbA1c is associated with the risk of diabetes complications. Accuracy of HbA1c examination can be influenced by hemoglobin variant condition. Hemoglobin variant is hemoglobin structure disorder. In Indonesia, Hb. is most commonly found. Researcher wanted to know the prevalence of hemoglobin variant patient in HbA1c examination patient at RSUPNCM and the influence of hemoglobin variant on HbA1c examination of POCT boronate affinity method and HPLC ion exchange and gene mutation heterogeneous hemoglobin variant.
Method: Performed between day precision test and accuracy test within run using normal and pathological control. The subjects of prevalence test were all patients performing HbA1c examination at RSUPNCM. Against this subject, HbA1c examination of the HPLC ion exchange method and in the subjects obtained by the variant window was analyzed by the HPLC ion exchange method hemoglobin. The difference test was performed between the two groups, the subjects were obtained in. consecutive manner which fulfilled the inclusion and exclusion krteria. Subjects were subjected to HbA1c examination of the HPLC ion exchange method, HbA1c POCT Nycocard boronate affinity method, and HbA1c ion exchange extended HPLC and HPLC ion exchange hemoglobin analysis performed. The HPLC ion exchange method hemoglobin analysis was performed on all subjects in both groups. DNA analysis was performed using PCR RFLP method and DNA sequence method to find out the heterozygot hemoglobin mutations in this study.
Result: The proportion of variant hemoglobin patients was 17 per 994 patients 1.8 in patients who performed HbA1c examination at RSUPNCM. In the HbA1c mean difference test, the POCT boronate affinity method versus the HPLC extended exchange ion obtained significantly lower HbA1c values in the variant hemoglobin group. 0.006. HbA1c difference test of the HPLC ion exchange method compared with the HPLC extended ion exchange method found no significant difference in the normal hemoglobin group. 0.534 and the variant hemoglobin group. 0.781. The median HbA1c difference test of the boronate affinity method and the extended exchange ion HPLC was not significant in the normal hemoglobin group. 0.006. and there was. significant difference in the variant hemoglobin group. 0.006. Variant hemoglobin heterozygous in this study consisted of. subjects of HbG Makassar and 19 Hb. heterozygous subjects. The DNA sequence result was detected by HbE homozygot and Hb. Makassar. Results of PCR RFLP obtained HbE heterozygotes.
Conclusion: The proportion of variant hemoglobin in HbA1c examination patients at RSUPNCM was 17 per 994 patients 1.8. Variant hemoglobin causes significantly lower HbA1c values statistically and clinically on examination of the POCT boronate affinity method than the HPLC extended exchange ion method. HbA1c examination of ion exchange HPLC method compared to HPLC extended exchange ion reference method in both groups was not significantly different. The DNA sequence result was detected by HbE homozygot and Hb. Makassar. Results of PCR RFLP obtained HbE heterozygotesKey Words Hb. Makassar, Hb E, HbA1c examination, ion exchange extended HPLC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindsay, Sandie
Chichester: John Wiley & Sons, 1992
543.8 LIN h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurazizah Putri
"Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Pembuatan obat yang benar mengandalkan sumber daya manusia. Dalam pengujian produk steril, kualifikasi personalia laboratorium merupakan aspek kritis yang berperan dalam memastikan validitas hasil. Oleh karena itu, Departemen Quality Control PT Fonko International Pharmaceuticals melaksanakan kualifikasi terhadap analis baru guna menetapkan kemampuan analis tersebut dalam melakukan analisis secara akurat. Kualifikasi analis dilakukan dengan membandingkan hasil analisis oleh analis yang dikualifikasi dengan hasil analis yang telah terkualifikasi sebelumnya sebanyak tiga replikasi. Berdasarkan hasilnya, para analis dinyatakan terkualifikasi dalam pengujian yang menggunakan autotitrator. Mereka juga dapat dinyatakan terkualifikasi dalam pengujian yang menggunakan high performance liquid chromatography (HPLC). Namun, para analis tetap harus mendapatkan Pelatihan Analisis Kimia Kuantitatif Kompleks untuk menilai pemahaman kedua analis terkait pengujian yang menggunakan HPLC.
A pharmaceutical industry is a business entity who was given permission by the health ministry to produce drugs or raw drug materials. A pharmaceutical industry must adhere to the Good Manufacturing Practices. Good drug manufacturing relies on human resources. In the testing of sterile products, the qualifications of laboratory personnel is a critical aspect to ensure the validity of the results. Therefore, the Quality Control Department of PT Fonko International Pharmaceuticals performed qualifications on new analysts to establish their skills in doing accurate analysis. The qualification process was carried out by comparing the analysis results of the new analysts with a qualified analyst in three replicates. Based on the results, the new analysts are qualified to perform testing using the autotitrator. They can also be considered qualified in testing using the high performance liquid chromatography (HPLC), but they would still need to receive training on complex quantitative chemical analysis to assess their understanding on HPLC-related testing methods."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Proses pemurnian NaCl di LAPAN membutuhkan perlakuan analisa deteksi ion, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi ion (khususnya kation) yang terkandung di dalam larutan NaCl sebelum dan sesudah dimurnikan. Dalam proses analisa ini, di antara sekian banyak metode kromatografi yang ada, LAPAN menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau lebih populer disebut dengan istilah High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Pemilihan teknik kromatografi ion ini didasarkan pada kemampuan lebihnya untuk melakukan pendeteksian secara simultan, mudah dalam pengoperasian, mempunyai kecepatan analisis dan akurasi hasil yang cukup tinggi serta memiliki kolom pemisah yang cukup stabil sehingga dapat digunakan kembali."
620 DIRGA 10:4 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kristulovic, Ante M.
New York: John Wiley & Sons, 1982
574.192.85 KRI r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Feby Dita Aprilia
"Kualifikasi merupakan salah satu persyaratan dari Good Manufacturing Practice (GMP). Kualifikasi merupakan tindakan pembuktian dan pendokumentasian berdasarkan data yang menunjukan kelayakan peralatan, fasilitas, sarana penunjang atau sistem bekerja dengan benar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Kualifikasi terhadap peralatan sangat penting dilakukan guna menjamin bahwa peralatan yang digunakan dapat bekerja sebagaimana mestinya sehingga dapat mengurangi adanya biaya terkait kemungkinan kurang bermutunya obat yang dihasilkan. Pengerjaan rekualifikasi dilakukan pada instrumen High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Shimadzu LC-2010C HT yang terdapat pada laboratorium instrumen QC BA dan IPC PT Guardian Pharmatama guna memastikan kesesuaian kondisi peralatan dengan protokol kualifikasi yang telah ditetapkan PT Guardian Pharmatama. Pengerjaan rekualifikasi mencakup peninjauan pustaka, penyusunan protokol, dan melakukan rekualifikasi terkait Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO), dan Kualifikasi Kinerja (KK) pada instrumen High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Berdasarkan hasil rekualifikasi pada instrumen High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Shimadzu LC-2010C HT yang terdapat pada laboratorium instrumen QC BA dan IPC PT Guardian Pharmatama dapat disimpulkan instrumen masih memenuhi syarat yang ditetapkan PT Guardian Pharmatama.

Qualification is one of the requirements of Good Manufacturing Practice (GMP). Qualification is a process of proof and appropriate documentation based on data that shows the suitability of equipments, facilities, supporting facilities or systems to work correctly according to predetermined specifications. Qualification of equipment is very important to ensure that the equipment used can work as it should so as to reduce costs related to the possibility of poor quality medicines being produced. Requalification work was carried out on the Shimadzu LC-2010C HT High Performance Liquid Chromatography (HPLC) instrument at PT Guardian Pharmatama's QC BA and IPC instrument laboratory to ensure the suitability of the equipment condition with the qualification protocol established by PT Guardian Pharmatama. Requalification work includes reviewing literature, preparing protocols, and carrying out requalification for Installation Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ), and Performance Qualification (PQ) on the High Performance Liquid Chromatography (HPLC) instruments. Based on the requalification results of the Shimadzu LC-2010C HT High Performance Liquid Chromatography (HPLC) instrument at PT Guardian Pharmatama's QC BA and IPC instrument laboratory, it can be concluded that the instrument still meets the requirements set by PT Guardian Pharmatama.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rahmawati
"Mikroalga merupakan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah kekurangan gizi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein dan asam amino pada mikroalga Scenedesmus sp dan Coelastrum sp. Kadar protein diukur menggunakan metode Biuret dan kurva standar BSA (Bovine Serum Albumin) yang diukur pada panjang gelombang 540 nm. Hasil pengukuran kadar protein dengan metode Biuret didapatkan persentase proteinnya yaitu 4.16 % untuk mikroalga Scenedesmus sp dan 1.64 % untuk mikroalga Coelastrum sp. Penentuan kandungan asam amino dilakukan menggunakan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
Hasil analisis kandungan asam amino menunjukkan hasil bahwa asam amino esensial leusin merupakan asam amino esensial yang memiliki kandungan terbanyak pada mikroalga Coelastrum sp dan pada mikroalga Scenedesmus sp asam amino esensial lisin merupakan asam amino yang memiliki kandungan terbanyak. Sedangkan untuk kandungan asam amino non esensial diperoleh hasil bahwa asam amino glutamat merupakan asam amino yang memiliki kandungan terbanyak pada mikroalga Scenedesmus sp dan Coelastrum sp.
Pada penelitian ini dilakukan juga perhitungan jumlah sel alga dengan metode kapasitansi dimana hasil perhitungan dibandingkan dengan perhitungan jumlah sel menggunakan Counting chamber dan nilai absorbansi dengan spektrofotometer, dan didapatkan perbandingan yang sama dari besar kapasitansi, jumlah sel, dan absorbansi

Microalgae is an alternative solution to solve the problem of the lack of nutrient in Indonesia. The aims of this research is to determine protein concentration and amino acids in the microalgae Scenedesmus sp. and Coelastrum sp. Measurument of protein concentration using the Biuret method with a standard curve of BSA (Bovine Serum Albumin) is measured at a wavelength of 540 nm. The results of protein obtained with Biuret method is 4.16% to microalgae Scenedesmus sp. and 1.64% for microalgae Coelastrum sp. Determination of the amino acid is done using HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
Results of the analysis of amino acid content shows that the highest essential amino acid of microalgae coelastrum sp is leucine, and lysine is the highest essential amino acid of microalgae scenedesmus sp. And glutamic is the highest non-essential amino acid of microalgae Scenedesmus sp. and Coelastrum sp.
In this research, we also calculate the number of algal cells with a capacitance method in which the calculation results as compared with the calculation of the number of cells using the Counting chamber and absorbance values with a spectrophotometer, and obtained the same proportion of large capacitance, the number of cells, and absorbance.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>