Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88205 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Ajeng Koeshamimurti Tosani Natya Lakshita
"ABSTRAK<>br>
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penyaruan apa yang dilakukan SBY dalam pidato kenegaraannya pada tanggal 17 Juli 2009. Melalui pengkajian dari beberapa paragraf yang terdapat dalam pidato kenegaraannya, dan dihubungkan dengan teori praktik sosial dari Bourdieu Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kekurangpercayaan masyarakat pada Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai seorang presiden tampaknya dirasakan betul olehnya. Maka dari itu, SBY terus-menerus melakukan beragam cara demi menarik simpati dari rakyatnya. Misalnya cara yang dilakukannya dalam pidato kenegaraan tanggal 17 Juli 2009. Sayangnya, pidato kenegaraan itu dinilai sarat akan pencitraan yang dilakukan oleh SBY., Maka, dapat disimpulkan bahwa SBY telah melakukan penyaruan dalam pidato kenegaraannya.

ABSTRACT<>br>
Lack of public confidence to Yudhoyono, seems to be perceived well by himself. Therefore, SBY continues to make a variety ways to attract the sympathy of the people. As he did in his official speech on July 17, 2009. Unfortunately, the state speech reputed full imaging performed by SBY. This study aims to uncover what kind of imaging that SBY did in his speech on July 17, 2009. Through the assessment of several paragraphs contained in his speech, and social practices associated theory of Bourdieu, can be said that he has done an imaging SBY in his speech."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Depkominfo , 2007
R 808.85 KUM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Ridwan Firdaus
"Penelitian ini membahas tindak tutur ilokusi dan bentuk tuturan langsung atu tidak langsung pada Pidato Vladimir putin dalam sebuah konferensi pers setelah melakukan pembicaraan dengan presiden Jokowi pada kunjungannya di kremlin Moskow tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis tindak tutur ilokusi serta bentuk tuturan yang terdapat pada pidato Vladimir Putin dalam konferensi Pers pada kunjungan Presiden Jokowi di Kremlin, Moskow Tahun 2022. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori tindak tutur George Yule (1996). Sumber data penelitian ini adalah transkrip video yang diunggah oleh situs kremlin.ru berjudul «Заявления для прессы по итогам российско-индонезийских переговоров». Hasil penelitian ini menunjukkan dari temuan 23 ujaran yang mengandung tindak tutur ilokusi terdapat 13 tuturan ilokusi dengan jenis representatif, 2 tuturan ilokusi jenis direktif, 4 tuturan ilokusi jenis komisif dan 4 tuturan jenis ekspresif. Tidak ditemukan jenis tindak tutur deklaratif dalam ujaran pidato. 20 tuturan di antaranya merupakan bentuk tindak tutur langsung dan 3 tuturan merupakan bentuk tindak tutur tidak langsung.

This study discusses the illocutionary speech acts and direct or indirect forms of speech in Vladimir Putin's speech at a press conference after holding talks with President Jokowi during his visit to the Moscow Kremlin in 2022. The study aims to identify and classify the types of illocutionary speech acts and the forms speech found in Vladimir Putin's speech at a press conference during President Jokowi's visit to the Kremlin, Moscow in 2022. The research method used in this research is descriptive qualitative using George Yule's (1996) speech act theory. The data source for this research is a video transcript uploaded by the site kremlin.ru entitled «Заявления для прессы по итогам российско-индонезийских переговоров». The results of this research show that from the findings of 23 utterances containing illocutionary speech acts, there are 13 illocutionary utterances of the representative type, 2 illocutionary utterances of the directive type, 4 illocutionary utterances of the commissive type and 4 utterances of the expressive type. No type of declarative speech act was found in the speech utterance. 20 utterances are direct speech acts and 3 utterances are indirect speech acts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ersan Pamungkas
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk memperlihatkan hasil penerjemahan pidato politik karya penerjemah penutur jati bahasa Indonesia dan penerjemah penutur jati bahasa Inggris. Berdasarkan tujuan ini, ada tiga sasaran penelitian, yaitu mendeskripsikan penerapan metode penerjemahan yang diterapkan oleh kedua penerjemah dalam menerjemahkan lima pidato politik dan pengaruhnya pada hasilnya, menemukan teknik penerjemahan yang digunakan oleh kedua penerjemah dalam menerjemahkan pidato politik dan pengaruh pada hasilnya, dan mendeskripsikan teknik penerjemahan yang cenderung digunakan oleh kedua penerjemah dalam menerjemahkan tiap bagian pidato politik. Kajian dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis korpus, model komparatif, serta teori strategi penerjemahan. Metode kualitatif berupa analisis teks sebagai sebuah studi kasus digunakan dalam penelitian ini. Analisis terjemahan sebagai sebuah produk didasarkan pada strategi yang diterapkan kedua penerjemah dalam menerjemahkan pidato politik. Penelitian ini menunjukkan bahwa kedua penerjemah menerapkan metode dan teknik penerjemahan yang sama. Empat metode penerjemahan yang diterapkan kedua penerjemah adalah metode penerjemahan harfiah, metode penerjemahan setia, metode penerjemahan semantis, dan metode penerjemahan komunikatif. Penerapan empat metode itu menunjukkan adanya dua ideologi penerjemahan dalam terjemahan keduanya. Adapun sembilan teknik terjemahan diterapkan oleh kedua penerjemah yakni transferensi, kalke, teknik literal, padanan budaya, padanan lazim, transposisi, modulasi, reduksi, dan eksplisitasi. Temuan lain dalam penelitian ini adalah bahwa meskipun kedua penerjemah menguasai dua bahasa jati yang berbeda, strategi penerjemahan yang diterapkan sama dan hal ini menggambarkan kualitas terjemahan keduanya. Penelitian ini juga menunjukkan kecenderungan penerapan sejumlah teknik penerjemahan dalam lima bagian pidato politik.

ABSTRACT
This research aims to demonstrate the result of the translation of political speeches done by an Indonesian native speaker translator and an English native speaker translator. Based on this objective, there are three research goals to be met, namely to describe the application of translation methods applied by the two translators in translating those speeches and the impacts to the translation, to find translation techniques applied by the two translators in translating political speeches and the impacts to the translation, and describing translation techniques that tend to be used by the two translators in translating five parts of a political speech. The research is one by using corpus-based approach, a comparative mode, and translation strategy theories. A qualitative method in the form of a text analysis as a case study is adopted in this research. Analysis of a translation as a product is based on the translation strategies adopted by the the two translators in translating political speeches. The research shows that the two translators apply the same translation methods and techniques. Those four methods are literal translation method, faithful translation method, semantic translation method, and communicative translation method. The adoption of these four methods also signify two translation ideologies in their translations. In the meantime, nine translation techniques adopted by the two translators are transferensi, calque, literal, cultural equivalence, established equivalence, transposition, modulation, reduction and addition. The research also shows that although the two translators have two different native languages, translation strategies adopted by them are the same and this can describe the quality of their translations. The research also shows a tendency of the application of certain translation techniques by the two translators in translating five parts of a political speech."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
D2745
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh Fadlan Jagad Miftah Sale
"Penelitian ini membahas tindak tutur asertif dalam anime Kumichou Musume to Sewagakari. Selain itu, penulis juga membahas respons dari mitra tutur setelah mendengarkan tuturan asertif. Analisis dilakukan menggunakan teori J.R Searle (1979) bahwa tindak tutur asertif merupakan tuturan yang mengikat penuturnya atas kebenaran apa yang dikatakan (1979:12). Metode yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dengan teknik simak dan catat. Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan sebanyak 31 tuturan asertif yang terdiri dari 11 fungsi menyatakan, 7 fungsi memberitahu, 5 fungsi menyarankan, 2 fungsi membanggakan, 3 fungsi mengeluh, 1 fungsi melaporkan. Fungsi yang sering ditemukan adalah fungsi menyatakan dibandingkan fungsi lainnya. Kemudian untuk respons mitra tutur ditemukan sebanyak 31 respons yang terdiri dari 20 respons verbal, 5 respons nonverbal, 1 tanpa respons.

This research examines assertive speech acts in the anime "Kumichou Musume to Sewagakari". Additionally, the author also discusses the responses from the interlocutors after listening to assertive utterances. The analysis is conducted using J.R Searle's theory (1979) that assertive speech acts bind the speaker to the truth of what is being said (1979:12). The method used in this research is observation and note-taking. Based on the conducted analysis, the researcher found a total of 31 utterances consisting of 11 stating functions, 7 informing functions, 5 suggesting functions, 2 boasting functions, 3 complaining functions, and 1 reporting function. The most frequently found function is the stating function compared to other functions. Regarding the responses from the interlocutors, a total of 31 responses were found, consisting of 25 verbal responses, 5 nonverbal responses, and 1 unresponsive."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Khansa Kamila
"Penelitian ini membahas mengenai bentuk dan konteks tindak tutur ekspresif bahasa Jepang pada anime Spy X Family. Penelitian dengan metode kualitatif ini menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh J.L. Austin yang kemudian disempurnakan oleh John R. Searle. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bentuk tindak tutur ekspresif anime Spy X Family beserta penggunaannya. Tindak tutur ekspresif yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tindak tutur ekspresif meminta maaf, berterima kasih, penyesalan, dan menyambut. Adapun tindak tutur meminta maaf dan berterima kasih merupakan tindak tutur yang lebih banyak ditemukan dan penggunaan kedua tindak tutur memiliki variasi yang beragam, Keberagaman pilihan tindak tutur ini dalam percakapan sehari-sehari bergantung pada konteks situasi dan kedudukan sosial mitra tutur.

This study discusses the form and context of Japanese expressive speech acts in the anime Spy X Family. This qualitative research uses the theory of speech acts put forward by J.L. Austin, which was later perfected by John R. Searle. The purpose of this research is to identify the forms of expressive speech acts in the anime Spy X Family and their uses. The expressive speech acts found in this study are those of apologizing, thanking, regretting, and welcoming. The speech acts of apologizing and thanking are more commonly found, and the use of the two speech acts has various variations. The diversity of these speech acts in everyday conversation depends on the context of the situation and the social position of the speech partners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Savira Sofandy
"Penelitian ini membahas kategori dan fungsi tindak tutur ilokusi dalam lakon Wabah yang dipentaskan oleh Teater Koma. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam lakon Wabah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Sumber data dalam penelitian ini adalah dialog yang dituturkan oleh tokoh-tokoh pada lakon Wabah yang berdurasi 25:26 menit. Pengumpulan data dimulai dengan melakukan transkripsi data dan mengelompokkan data-data berdasarkan jenis tindak tuturnya. Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur ilokusi Searle (dalam Leech, 1993). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat jenis tindak tutur yang ditemukan, yaitu tindak tutur direktif, asertif, komisif, dan ekspresif. Pada tindak tutur direktif, ditemukan tujuh fungsi komunikatif, yaitu menasihati, mengingatkan, menyuruh, melarang, menuntut, memohon, dan mengajak. Pada tindak tutur asertif, ditemukan dua fungsi komunikatif, yaitu menyatakan dan menyangkal. Pada tindak tutur komisif, ditemukan satu fungsi komunikatif, yaitu berjanji. Lalu, pada tindak tutur ekspresif, ditemukan dua fungsi komunikatif, yaitu mengeluh dan memuji.

This study discusses the categories and functions of illocutionary speech acts in Teater Koma's drama. This research aims to describe the types of illocutionary acts found in the drama entitled Wabah. This research is qualitative research with a descriptive-analytical approach. The data source in this study is the dialogue spoken by the characters in the drama Wabah, which lasts 25:26 minutes. Data collection begins by transcribing and grouping the data based on the categories of speech acts. This study uses Searle's speech act theory (in Leech, 1993). The results of this study indicate that there are four categories of speech acts found, namely directive, assertive, commissive, and expressive speech acts. In directive speech acts, seven communicative functions are found; advising, reminding, ordering, forbidding, demanding, begging, and inviting. In assertive speech acts, two communicative functions are found; stating and denying. In commissive speech acts, one communicative functions are found; promises. Then, in expressive speech acts, two communicative functions are found: complaining and praising."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Adhli Fahira
"Upaya meyakinkan seseorang dikenal dengan istilah persuasi. Setelah penutur bahasa meyampaikan tuturan persuasif, seyogianya tuturan tersebut berhasil meyakinkan mitra tuturnya. Namun, tampaknya agen properti tidak hanya mengucapkan tuturan persuasifnya sekali. Berdasarkan pencermatan awal, tampaknya agen properti menyampaikan tuturan persuasifnya berkali-kali, ia menyampaikan sekuens (urutan) tuturan persuasif kepada calon pembeli. Oleh karena itu, sekuens tuturan persuasif agen properti kepada calon pembeli menarik untuk dicermati. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan realisasi dan karakteristik sekuens tuturan persuasif bahasa Jepang dalam penjualan properti. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 percakapan yang mengandung sekuens persuasif. Data itu diperoleh dari drama Jepang Ie Uru Onna. Penelitian ini menemukan bahwa sekuens tuturan persuasif oleh agen properti kepada calon pembeli dapat dikategorikan menjadi (i) Sekuens tuturan persuasif dengan eksplikatur, (ii) Sekuens tuturan persuasif dengan implikatur, dan (iii) Sekuens tuturan persuasif dengan eksplikatur dan implikatur. Hasil analisis menunjukkan bahwa agen properti cenderung mengujarkan tuturan persuasifnya berkali-kali. Sekuens tuturan persuasif yang paling banyak digunakan adalah sekuens tuturan persuasif dengan implikatur. Dengan kata lain, agen properti cenderung menyampaikan beberapa kali tuturan persuasif yang disertai alasan agar persuasi berhasil.

The effort to convince someone is known as persuasion. After the speaker delivers a persuasive speech, the speech should successfully convince his/her speech partner. However, it seems that real estate agents do not only utter their persuasive speech only once. Based on the initial observation, it seems that the real estate agents utter their persuasive speech many times, they deliver persuasive speech sequence to convince potential buyers. Therefore, the persuasive speech sequence by real estate agents to potential buyers are interesting to observe. This study aims to explain the realization and characteristics of Japanese persuasive speech sequence in property sales. The research data consists of 12 conversations containing persuasive sequence. The datas were obtained from Japanese drama Ie Uru Onna. This study found that persuasive speech sequence by real estate agents to potential buyers can be categorized into (i) persuasive speech sequence with explicatures, (ii) persuasive speech sequence with implicatures, and (iii) persuasive speech sequence with explicatures and implicatures. The analysis results indicate that real estate agents tend to repeatedly deliver their persuasive speech. The most frequently used persuasive speech sequence is the one with implicature. In other words, real estate agents tend to convey persuasive speech multiple times, accompanied by reasons, in order to achieve successful persuasion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulikhati Rofi`ah
"Penelitian ini membahas tindak tutur direktif dalam Film Yowis Ben karya Bayu Skak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan tuturan direktif bahasa Jawa dialek Malang dalam Film Yowis Ben. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teori pragmatik. Tindak tutur tidak hanya ditemukan pada percakapan sehari-hari, tetapi juga dapat ditemukan dalam karya sastra berupa film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tuturan direktif bahasa Jawa dialek Malang dituturkan oleh penutur secara langsung, tanpa basa-basi, dan sebagian besar menggunakan bahasa Jawa ragam Ngoko, tanpa melihat status sosial mitra tutur. Terdapat 22 data yang merupakan tuturan direktif, yang dapat dibagi menjadi 19 data tindak tutur langsung, dan 3 data tindak tutur tidak langsung. Fungsi yang ditemukan yaitu fungsi memerintah, fungsi meminta, fungsi melarang, dan fungsi memberikan nasihat. Dari beberapa penggunaan tuturan direktif bahasa Jawa dialek Malang dalam Film Yowis Ben, yang paling banyak ditemukan yaitu penggunaan tuturan direktif secara langsung, fungsi memerintah.

This study discusses directive speech acts in the film Yowis Ben by Bayu Skak. The purpose of this study is to determine the use of directive speech in Javanese dialect of Malang in the film Yowis Ben. This research uses descriptive qualitative method, with pragmatic theory. Speech acts are not only found in everyday conversations, but can also be found in literary works in the form of films. The results showed that the use of the Javanese dialect of Malang dialect directive was spoken by the speakers directly, without further ado, and most of them used the Javanese variety of ngoko, regardless of the social status of the speech partner. There are 22 data which are directive speech acts, which can be divided into 19 direct speech act data, and 3 indirect speech act data. The functions found are commanding function, requesting function, prohibiting function, and giving advice function. Of the several uses of Javanese directive speech in Malang dialect in Yowis Ben's film, the most commonly found is the use of direct directive speech, the function of commanding."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Amanda Cornella
"Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, bahasa adalah sarana penting yang digunakan manusia - tidak hanya untuk berkomunikasi, melainkan juga untuk menjalin hubungan dengan orang lain di sekitarnya. Bahasa menjadi penting dalam kehidupan, karena bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk menuangkan gagasan, menyampaikan informasi, mengemukakan pendapat, dan mengungkapkan perasaan. Skripsi ini merupakan suatu penelitian mengenai salah satu fungsi bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan, yaitu fungsi ekspresif atau emotif, yang terdapat pada data tuturan yang diambil dari novel Breaking Dawn karya Stephenie Meyer.
Fokus penelitian ini adalah analisis terhadap fungsi dan bentuk tuturan ekspresif yang terdapat pada Buku Satu - dari tiga ‘buku’ - pada Breaking Dawn, yang diceritakan menurut perspektif Bella Swan. Untuk menganalisis korpus data ini, digunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh John Austin dan John Searle, dan fungsi bahasa oleh Dell Hymes.
Dengan melakukan penelitian ini, penulis menemukan bahwa dari seluruh tuturan ekspresif yang dianalisis, fungsi tuturan yang paling sering muncul ialah fungsi pengungkap kegugupan dan fungsi penyampai perasaan menyesal. Selain itu, bentuk tuturan yang paling banyak digunakan ialah bentuk tindak tutur langsung literal, satu dari empat bentuk tindak tutur menurut kategori yang diutarakan Searle. Hasil temuan penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi bidang linguistik dan menambah referensi dalam penelitian selanjutnya, terutama mengenai fungsi ekspresif.

In interacting with other human beings, language is an important means used - not only to communicate, but also to make a relation with others around them. Language is important in one’s life because it is the device that one uses to deliver ideas, convey information, propose opinions and express feelings. This essay is a study about one of the language functions that is used to express feelings, called the expressive or emotive function, occurring in the novel Breaking Dawn written by Stephenie Meyer.
This study analyzes the functions and forms of expressive speech acts found in Book One - one of three ‘books’ - of Breaking Dawn, which is told from the perspective of Bella Swan, one of its main characters. The theory of speech acts by John Austin and John Searle, and the theory of language functions by Dell Hymes will be applied to analyze the data.
This study has found that the speech function that appears the most is the function to express nerve and the expressive speech to apologize. It is also found that the speech form most frequently used is the direct literal speech act, one of the four speech act forms categorized by Searle. The findings of this study are expected to contribute to the linguistics and could add on to the reference in further related studies, especially in the research about expressive function.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>