Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ismi Nur Azizah Putri
"ABSTRAK
Sastra anak atau disebut juga kinder- und jugendliterature merupakan literatur yang ditujukan untuk anak-anak. Ciri yang membedakan sastra anak dan sastra dewasa dapat dilihat dari penyajian bahasa dan juga tema yang sesuai dengan anak, misalnya tema toleransi. Seperti cerita Der fremde Bruder karya Paul Maar yang digunakan penulis sebagai bahan analisis, di dalamnya banyak menggambarkan perbedaan ras, suku, budaya, dan karakter para tokoh, sehingga tulisan ini bertujuan untuk melihat cara cerita Der fremde Bruder dalam mengajarkan toleransi pada anak. Hal ini dilakukan dengan menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita tersebut. Penulisan ini dianalisa menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori The Elementary and Preteen Years dari Dana Williams. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa cara pengajaran toleransi yang terdapat di dalam cerita Der Fremde Bruder dilakukan dengan memberikan contoh dan diskusi antartokoh mengenai suatu perbedaan.

ABSTRACT
Children 39 s literature or also called kinder und jugendliterature is a literature devoted to children. Characteristics that distinguish children 39 s literature and adult literature can be seen from the presentation of language and also the theme that compose the story, such as the theme of tolerance. The story Der fremde Bruder by Paul Maar, that author used as an analysis material, described many differences of race, ethnic, culture and character of the characters in the story. So this paper aims to analyze the intrinsic elements and explain the way of teaching tolerance to children through the story. It will be analyzed using qualitative descriptive method and theory from Dana Williams. The results of this paper show that the way of teaching tolerance contained in the story of Der Fremde Bruder is done by providing examples and discussions between different artists."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Taufiqurrahman
"Perbedaan makna toleransi yang diyakini dalam tiap diri anggota masyarakat memunculkan pelbagai tindakan yang berbeda-beda. Toleransi yang terlalu ketat akan menimbulkan tindakan radikal, sedangkan toleransi yang terlalu lebar akan menimbulkan tindakan liberal. Disertasi ini membahas konsep toleransi yang digagas oleh K.H. A. Hasyim Muzadi dalam ceramah yang dilakukan selama tahun 1999—2017. Untuk dapat menemukan proposisi-proposisi mengenai toleransi, peneliti menyusun definisi operasional toleransi terlebih dahulu atas dasar banyaknya pengertian toleransi. Adapun definisi operasional toleransi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada tujuh elemen toleransi, yaitu (1) memiliki rasa hormat, (2) bersikap adil, (3) bertanggung jawab, (4) menerima perbedaan, (5) mengendalikan diri, (6) tidak memaksakan kehendak, dan (7) menciptakan suasana damai. K.H. A. Hasyim Muzadi mengungkapkan topik-topik pengalaman yang secara ideasional, interpersonal, dan tekstual (metafungsional) direalisasikan dalam klausa-klausa yang mengacu pada tujuh elemen toleransi. Topik-topik pengalaman tersebut membangun gagasan-gagasan yang direpresentasikan dalam proposisi-proposisi makro yang terungkap dalam ceramah K.H. A. Hasyim Muzadi. Himpunan gagasan tersebut merealisasikan konsep toleransi yang mengacu pada tujuh elemen toleransi sebagai berikut. Pada ketujuh elemen toleransi tersebut, K.H. A. Hasyim Muzadi mengungkapkan gagasan religiositas diri dan sosial yang direalisasikan dalam konsep perlindungan negara dan kebebasan agama, gagasan keadilan yang direalisasikan dalam konsep sama rata sama rasa, gagasan pemerataan yang direalisasikan dalam konsep sama-sama merasakan, gagasan keberagaman yang direalisasikan dalam konsep yang beda jangan disamakan, yang sama jangan dibedakan, gagasan integritas diri yang direalisasikan dalam konsep kesalehan pribadi harus menjadi kesalehan sosial, gagasan nasionalisme yang direalisasikan dalam konsep payung untuk semua, gagasan ketertiban yang direalisasikan dalam konsep nilai universal agama masuk ke negara dan negara melindungi agama. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa konsep toleransi yang digagas oleh K.H. A. Hasyim Muzadi lebih luas dan komprehensif. Artinya, konsep toleransi tidak hanya berkaitan dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang hukum, pendidikan, ekonomi, budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional.

Perbedaan makna toleransi yang diyakini dalam tiap diri anggota masyarakat memunculkan pelbagai tindakan yang berbeda-beda. Toleransi yang terlalu ketat akan menimbulkan tindakan radikal, sedangkan toleransi yang terlalu lebar akan menimbulkan tindakan liberal. Disertasi ini membahas konsep toleransi yang digagas oleh K.H. A. Hasyim Muzadi dalam ceramah yang dilakukan selama tahun 1999—2017. Untuk dapat menemukan proposisi-proposisi mengenai toleransi, peneliti menyusun definisi operasional toleransi terlebih dahulu atas dasar banyaknya pengertian toleransi. Adapun definisi operasional toleransi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada tujuh elemen toleransi, yaitu (1) memiliki rasa hormat, (2) bersikap adil, (3) bertanggung jawab, (4) menerima perbedaan, (5) mengendalikan diri, (6) tidak memaksakan kehendak, dan (7) menciptakan suasana damai. K.H. A. Hasyim Muzadi mengungkapkan topik-topik pengalaman yang secara ideasional, interpersonal, dan tekstual (metafungsional) direalisasikan dalam klausa-klausa yang mengacu pada tujuh elemen toleransi. Topik-topik pengalaman tersebut membangun gagasan-gagasan yang direpresentasikan dalam proposisi-proposisi makro yang terungkap dalam ceramah K.H. A. Hasyim Muzadi. Himpunan gagasan tersebut merealisasikan konsep toleransi yang mengacu pada tujuh elemen toleransi sebagai berikut. Pada ketujuh elemen toleransi tersebut, K.H. A. Hasyim Muzadi mengungkapkan gagasan religiositas diri dan sosial yang direalisasikan dalam konsep perlindungan negara dan kebebasan agama, gagasan keadilan yang direalisasikan dalam konsep sama rata sama rasa, gagasan pemerataan yang direalisasikan dalam konsep sama-sama merasakan, gagasan keberagaman yang direalisasikan dalam konsep yang beda jangan disamakan, yang sama jangan dibedakan, gagasan integritas diri yang direalisasikan dalam konsep kesalehan pribadi harus menjadi kesalehan sosial, gagasan nasionalisme yang direalisasikan dalam konsep payung untuk semua, gagasan ketertiban yang direalisasikan dalam konsep nilai universal agama masuk ke negara dan negara melindungi agama. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa konsep toleransi yang digagas oleh K.H. A. Hasyim Muzadi lebih luas dan komprehensif. Artinya, konsep toleransi tidak hanya berkaitan dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang hukum, pendidikan, ekonomi, budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"oleransi sejak dahulu sudah mengakar dalam denyut nadi kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga Indonesia dikenal sebagai Zamrud Toleransi. Nilai toleransi yang menjadi warisan budaya bangsa termanifestasi dalam unsur budaya material seperti simbol, praktik sosial, adat istiadat, dan tokoh-tokoh historis yang bijak bestari, maupun non-material seperti nilai-nilai kearifan, filosofi, mitologi, hingga pandangan hidup masyarakat yang luhur dan adi luhung tentang pentingnya menjaga keharmonisan. Di tengah kita sedang dihadapkan pada problem sosial yang dapat menggerus kesatuan identitas kita sebagai bangsa, seperti sektarianisme, pengerasan identitas primordial, fundamentalitasme, konservatisme, sentimentalisme suku dan agama yang dapat berujung konflik dan disintegrasi sosial, seyogyanya kekuatan warisan budaya toleransi yang utama itu harus tetap kita kenali, jaga, lestarikan, dan berdayakan sebagai modal sosial kita dalam menghadapi tantangan zaman. Para penulis dalam buku ‘Harmoni dalam Keragaman’ ini mengajak pembaca untuk belajar dari pengelolaan keberagaman masyarakat di Bali, Bekasi, dan Manado. Ketiganya juga merupakan ikon daerah dengan kekayaan sejarah dan prestasi toleransi agama yang cukup mengagumkan. Kompleks Puja Mandala di Bali mengagumkan dengan harmoni tempat peribadatannya dan kehidupan umat yang bertenggang rasa. Kampung Sawah di Bekasi menuturkan kisah tentang toleransi sebagai warisan nenek moyangnya yang tetap lestari. Kehidupan masyarakat Kota Manado menyimpan cerita perjumpaan budaya yang sudah terjadi sekian lama, keterbukaan masyarakat hingga melahirkan harmoni dan identitas Bahasa Melayu Manado. Buku ini menyampaikan pesan bahwa sejak zaman dahulu bangsa Indonesia sudah memiliki pengalaman keberagaman, sehingga keberagamaan yang semakin tumbuh dan berkembang saat ini seharusnya tidaklah menjadi penghalang kesatuan selama masyarakat tetap menjaga harmoni dan solidaritas, dewasa dalam menerima perbedaan, dan toleransi antarsesama. Beragam tidak harus terbelah dan berdiri sendiri-sendiri, tetapi beragam akan bisa tetap hidup berdampingan selama budaya toleransi tetap dijaga. Pemajuan kebudayaan nasional pada saat yang sama harus memperhatikan pelestarian dan penguatan basis, sendi, nilai, dan asas budaya toleransi di masa lalu dan di masa yang akan datang. Buku yang menampilkan hasil penelitian eksploratif dan konstruktif ini sangat penting dan menarik untuk dibaca oleh para peneliti, akademisi, aktivis, pemerhati bidang etika, filsafat, agama, budaya, sejarah, sosiologi, politik, atau siapa pun yang memiliki komitmen terhadap arti penting toleransi dan mewujudkan harmoni dalam keberagaman."
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2021
179.9 HAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ramadhani Nugraha
"ABSTRACT
Permasalahan yang sering timbul karena adanya imigran adalah isu toleransi, kepedulian, dan multikulturalisme, meskipun imigran bukanlah sesuatu yang baru. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan imigran biasanya hanya merupakan kebijakan jangka pendek. Padahal tanpa disadari, anak-anak juga ikut menjadi korban dari isu-isu tersebut dan hanya mendapatkan sedikit perhatian. Banyak yang sering lupa bahwa anak-anak merupakan agen perubahan yang bisa memberikan dampak jangka panjang apabila kesadaran mereka terhadap isu-isu terkait sudah diberikan sejak dini. Salah satu cara untuk menimbulkan kesadaran tersebut adalah melalui narasi. Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana dua cerita mengenai permasalahan imigran dalam dua periode yang berbeda dan berasal dari Jerman yakni Bestimmt wird alles gut dan Fremder Bruder menampilkan isu toleransi, kepedulian, dan multikulturalisme dalam cerita anak-anak. Untuk menjelaskannya, penulis menggunakan dua teori, yakni strategi narasi dan sosiologi sastra. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengamatan yang baik dan pemilihan strategi yang tepat dari penulis karya sastra mampu menjelaskan isu maupun situasi yang kompleks dengan baik, mudah dipahami, dan tetap menyenangkan bagi anak-anak. Tidak hanya menyenangkan, tetapi strategi narasi ini juga memiliki dampak terhadap cara berpikir dan bersikap yang akhirnya ditunjukkan anak-anak setelah membaca karya sastra tersebut.

ABSTRACT
The problems that often arise because of the existence of immigrants is the issue of tolerance, careness, and multiculturalism, although immigrants are not something new. The steps taken to solve immigrant problems are usually only short-term policies. Yet unknowingly, children also become victims of these issues and just get a little attention. Many people often forget that children are agents of change that can have long-term effects if their awareness of related issues is given early on. One way to generate that awareness is through narration. This research will explain how the two stories of immigrant problems in two different periods and derived from Germany entitled Bestimmt wird alles gut and Fremder Bruder present issues of tolerance, careness and multiculturalism in children's stories. To explain it, the author uses two theories, narrative strategy and sociology of literature. The results of this study indicate that good observation and proper selection of strategies from literary authors are able to explain complex issues and situations well, easily understood, and remain fun for children. Not only is fun, but this narrative strategy also has an impact on the way of thinking and attitude that children end up showing after reading the literary works."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addina Ayuningtyas
"Skripsi ini membahas metafora dalam buku cerita anak Der tätowierte Hund karya Paul Maar dan keterkaitannya dengan pemerolehan bahasa anak. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan jenis-jenis metafora berdasarkan proses pembentukannya menurut Kurz dan keterkaitan jenis-jenis metafora dengan kemampuan anak memahami metafora.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis metafora yang paling banyak muncul dalam buku cerita anak Der tätowierte Hund adalah metafora konvensional. Terdapat enam metafora yang cenderung mudah dipahami dari tujuh metafora yang ditemukan. Dalam buku Der tätowierte Hund, Paul Maar cukup memperhatikan penggunaan metafora yang sesuai dengan kemampuan bahasa anak usia 8-12 tahun.

This thesis discusses of metaphors in the children’s story book Der tätowierte Hund by Paul Maar, and its relation with language acquisition. This research aims to describe the varieties of metaphor based on productivity process according to Kurz theory and see the relation between these metaphor varieties with metaphor and language competence.
This research concludes that conventional metaphor is the most used metaphor in this book. There are six out of seven metaphors found that tend to understand easily. In the children’s story book Der tätowierte Hund, Paul Maar concerns about the use of metaphor that is suitable for language competence from age 8-12 years old.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Shakespeare’s remarkable ability to detect and express important new currents and moods in his culture often led him to dramatise human interactions in terms of the presence or absence of tolerance. Differences of religion, gender, nationality, and what is now called ‘race’ are important in most of Shakespeare’s plays, and varied ways of bridging these differences by means of sympathy and understanding are often depicted. The full development of a tolerant society is still incomplete, and this study demonstrates how the perception Shakespeare showed in relation to its earlier development are still instructive and valuable today. Many recent studies of Shakespeare’s work have focused on reflections of the oppression or containment of minority, deviant, or non-dominant groups or outlooks. This book reverses that trend and examines Shakespeare’s fascination with the desires that underlie tolerance, including in relation to religion, race, and sexuality, through close analysis of many Shakespearian plays, passages, and themes."
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2008
e20393646
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Anderson, Benedict Richard O`Gorman, 1936-2015
Jogyakarta: Bentang Budaya, 2003
291.1 AND mt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Sri Indah Suryani
"Sastra merupakan institusi sosial yang tidak terlepas dari politik dan ideologi. Politik dan ideologi tersebut dapat menjadikan sastra sebagai media propaganda. Der Giftpilz merupakan salah satu hasil karya sastra yang menjadi media propaganda. Buku anak itu memiliki ideologi dan tujuan politik Nazi. Dalam upaya mengetahui bentuk propaganda yang terdapat dalam buku ini, teknik-teknik yang digunakan dapat membantu menggambarkan bentuk propaganda yang digunakan pengarang pada buku ini. Propaganda dalam sastra memperlihatkan bahwa sastra adalah media komunuikasi massa yang dapat membentuk opini masyarakat luas.

Literature is a social institution that can not be separated from politics and ideology. Politics and ideology can make literature as a medium of propaganda. Der Giftpilz is one of literature works which became a medium of propaganda. This children's book has Nazi ideology and political goals. In an effort to determine the form of propaganda in this book, the techniques that are used bye author can help to describe the form of propaganda. Propaganda in the literature shows that literature is the mass communication media whom can shape the public opinion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Agung S. Aji
"This study is intended to investigate the correlation between religiousity and respondent's knowledge of prophet Muhammad's practice on tolerance (tasamuh) over Tasamuh, and the role of respondent's knowledge of prophet Muhammad's practice on tolerance as a mediating variable that can improve the relation between religiousity and tasamuh. Tasamuh can be defined as a religious tolerance in Islamic perspective. The research method that used to investigate that relationship and the role of respondent's knowledge of prophet Muhammad's practice on tolerance are bivariate correlation and path analysis. The result of the study shows that there is a negative correlation between relagiousity and tasamuh with coefficient correlation -0,374. Other results also show that relationship between religiousity and respondent's knowledge of prophet Muhammad's practice on tolerance is identified negatively with -,120 coefficient correlation."
Jakarta: Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam (PSKTTI), 2017
300 MEIS 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Blommaert, Jan
London: Routledge, 1998
401.41 BLO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>