Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151234 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antoni Aliarto
"ABSTRAK
Representasi komunitas Asia-Amerika di media dipenuhi dengan kontroversi dikarenakan banyaknya representasi yang dianggap stereotipikal dan satu dimensi. Fresh Off the Boat 2015 ndash; sekarang dan 2 Broke Girls 2011 ndash; 2017 merupakan dua contoh serial televisi Amerika yang dianggap telah melemahkan maskulinitas karakter laki-laki Asia-Amerika dalam dua serial tersebut. Penelitian ini menganalisis bagaimana maskulinitas karakter Louis Huang dan Han Lee dilemahkan sebelum menganalisis bagaimana mereka menciptakan konsep maskulinitas mereka sendiri dengan cara bernegosiasi dengan konsep maskulinitas hegemoni oleh Connell dan bagaimana orang Asia melihat maskulinitas. Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan untuk menyangkal asumsi yang mengatakan bahwa kedua serial televisi ini melemahkan maskulinitas karakter Asia-Amerikanya dengan membuktikan bahwa multipel konsep maskulinitas dapat diciptakan dan wujud berkesinambungan dengan konsep maskulinitas lainnya tanpa melemahkan konsep maskulinitas yang ada.

ABSTRACT
Representations of the Asian American community in the media have always been met with controversies with many of them labeled as stereotypical and one dimensional. Fresh Off the Boat 2015 ndash now and 2 Broke Girls 2011 ndash 2017 are two recent American television series that are said to have emasculated their Asian American male characters. This research analyzes how the characters Louis Huang and Han Lee are emasculated, before examining how they actually construct their own concept of masculinity by negotiating between Connell rsquo s concept of hegemonic masculinity and how Asians perceive masculinity. Ultimately, this research aims to debunk assumptions that these series emasculate their characters by proving that it is possible for multiple concepts of masculinity to co exist with one another without one being less masculine than the other."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Revi Devi Paat
"Tesis ini membahas bagaimana kekuasaan mitos maskulinitas pada iklan TV rokok Djarum Super ?Great Adventure of Indonesia?. Penelitian ini adalah penelitian kritis dengan desain kualitatif interpretif yang menggunakan metode semiotika Barthes. Konsep kekuasaan Foucault yang digunakan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa iklan TV ini menghadirkan kategori atas maskulinitas dan normalisasi terhadap mitos maskulinitas. Tanda-tanda konotatif yang ikut terbawa dalam iklan ini bekerja dalam melanggengkan mitos maskulinitas yang menjadi bagian dari legitimasi ideologi patriarki. Model praktik yang digunakan yaitu menampilkan laki-laki sebagai subyek. Resistensi terhadap mitos maskulinitas tidak terlihat.

The focus of this study is the power of masculinity myth in cigarette TV commercial Djarum Super ?Great Adventure of Indonesia?. This is a critical qualitative interpretative research with Barthesian semiotic. Foucault's concept of power, that is used in this research, shows that this TV commercial is presenting categories of masculinity and normalization of masculinity myth. The connotative signs carried away in this commercial work in continuing masculinity myth as part of legitimacy of patriarchal ideology. The type of practice used in this commercial is featuring man as a subject. Resistance to masculinity myth does not appear in this commercial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsamarah Augustina S
"ABSTRAK
Unbreakable Kimmy Schmidt 2015 merupakan sebuah serial komedi Amerika yang menceritakan tentang Dong, seorang imigran Asia-Amerika yang menginginkan identitas maskulin yang disandangnya diterima dengan baik oleh masyarakat umum. Walaupun sudah banyak studi literatur yang mengkaji penggambaran stereotipe maskulinitas Asia-Amerika dalam serial televisi, hampir tidak ada yang membahas usaha pria Asia-Amerika dalam mengkonstruksi kembali maskulinitas mereka. Artikel ini menerapkan konsep atribusi Asianis dan transgresif yang digagas Iwamoto dan Liu untuk menggali aspek multidimensional dalam konsep maskulinitas Asia dan merekonstruksi gagasan tentang mengeosiasikan maskulinitas Asia melalui analisis terhadap karakterisasi Dong, hubungan antar-ras yang dimiliki tokoh tersebut dengan satu tokoh wanita yang berkulit putih, dan persaingan antar-ras antara Dong dan satu tokoh pria berkulit putih. Artikel ini membuktikan bahwa maskulinitas Asia yang bersifat multidimensional dan tercermin dalam karakter Dong menegaskan kembali posisinya sebagai seorang pria yang maskulin dan menarik di masyarakat.

ABSTRACT
Unbreakable Kimmy Schmidt 2015 is an American sitcom that explores the Asian American immigrant Dong as he seeks acceptance of his masculine identity in the society. While many studies have discussed the masculinity stereotypes of Asian Americans in television series, they scarcely analyze the attempts of masculinity reaffirmation. By using Iwamoto and Liu rsquo s framework of Asianized and transgressive attributions, this article aims to discover the multidimensional aspects of Asian masculinity and how it is applied to reconstruct the idea of negotiating Asian masculinity through the analysis of Dong rsquo s personality, his interracial relationship with a white woman, and interracial competition with a white man. This article argues that the multidimensional Asian masculinity that Dong embodies reaffirms his position as an attractive, masculine man in the society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Erick Bintang Sulaiman
"Breaking Bad AMC, 2008-103 , sebuah drama seri televisi yang menceritakan seorang tokoh utama yang bernama Walter White. Walter adalah seseorang pria keluarga yang berwatak halus dan santun dan pada akhirnya berubah menjadi seorang kriminal yang kejam. Dia memiliki tujuan untuk menyokong finansial keluarganya dan juga untuk membuktikan ke laki-lakiannya. Dari Breaking Bad, dapat dilihat bagaimana konsep hegemoni maskulinitas berkorelasi kepada kekerasan yang merepresentasikan toxic masculinity. Tujuan dari riset ini adalah untuk menunjukan dan mengidentifikasi bagaimana Walter White merepresentasikan bahwa hegemoni maskulinitas bisa merusak hubungan dalam keluarga dan juga hubungan kepada publik atau orang disekitarnya. Diremehkan sebagai pria dari orang sekitarnya mengarahkan saya untuk mengkontekstualisasi Walter White sebagai studi kasus dan representasi konvensional seorang pria yang tertekan akan sebuah standar sosial tentang bagaimana menjadi pria lsquo;sejati rsquo;. Aspek yang di eksplorasi dari riset ini adalah karakterisasi dari Walter White yang mencakup kepribadian, peran sosial, dan interaksi dengan orang di sekitarnya. Riset-riset sebelumnya berfokus pada Breaking Bad adalah tentang argumentasi dan membuktikan bahwa maskulinitas Walter White adalah hasil dari konstruksi sosial dan sebagai kritik terhadap maskulinitas. Belum ada riset yang membahas tentang toxic masculinity yang direpresentasikan oleh Walter White di serial televisi ini. Riset ini mengungkapkan elemen-elemen karakteristik Walter White yang menggambarkan konsep tentang toxic masculinity sebagai akibat dari tidak tercapainya standar maskulinitas pria yang dimana Walter merasa terpinggirkan karena tidak menjadi sosok pria yang ideal dan sesuai standar ekspektasi sosial.

Breaking Bad AMC, 2008-2013 , a crime drama television series that told a story of Walter White, a mild-mannered and underachieving family man who later became a violent criminal drug kingpin in order to fulfill his family financial future as well as his manliness. From Breaking Bad, we can see how the concept of hegemonic masculinity links men towards violence that represents toxic masculinity. The goal of this research is to show and examined how Walter White portrayed hegemonic masculinity can be destructive for a man rsquo;s public and domestic matters. The emasculation of Walter White by his public and domestic matters leads me to contextualize the character of Walter White as a case study and as a conventional representation of men who are oppressed by the pervasive idea of how a man is supposed to be. The aspects explored were Walter White rsquo;s characteristic that includes personality traits, social roles, and interaction between his public and domestic affairs. Previous research focused on Breaking Bad were to argue and examine how Walter rsquo;s masculinity is constructed and as a critique of masculinity. Due to lack of study that examined the consequences of toxic masculinity that is represented through Walter White, this research reveal the characteristic elements of Walter White immaculately depicted the concept of toxic masculinity as result of marginalized ways of being a man."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Park, Joung Woo
"Isu-isu yang berkaitan dengan homoseksualitas telah banyak dibahas, contohnya meningkatnya representasi negatif homoseksual di media. Beberapa penelitian menganalisis umumnya homofobia yang berhubung dengan maskulinitas. Modern Family adalah serial TV Amerika yang menggambarkan homoseksualitas dan hubungannya dengan maskulinitas tradisional, yang direpresentasikan oleh salah satu karakter utamanya, Jay Pritchett. Dengan menggunakan konsep Kimmel 1994 tentang homofobia dalam cakupan yang lebih luas, penelitian ini menganalisis maskulinitas Jay, terutama dalam konteks norma maskulin, hubungan ayah-anak, dan kontribusinya terhadap perilaku homofobia melalui analisis tekstual. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai maskulinitas Jay memengaruhi hubungan ayah-anak secara negatif.

Issues related to homosexuality have been widely discussed, for example the increasing problematic representation of homosexuals in the media. Several studies analyze homophobia commonly its relation to masculinity. Modern Family is an American TV series which portrays homosexuality and its relations with traditional masculinity, represented by one of the main characters, Jay Pritchett. Using Kimmel's 1994 concept about the broader range of homophobia, this study analyzes Jay's masculinity, particularly in the context of masculine norms, father son relationships, and their contributions toward his homophobic behaviors through textual analysis. Research findings reveal that Jay's masculine values influence the father son relationship in a problematic way as they contribute to his homophobic behaviors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Sobalisa
"Impian Amerika Serikat merupakan suatu konsep kepercayaan atau mimpi yang ingin dicapai oleh banyak orang di Amerika serikat. Hal ini juga berlaku bagi para imigran yang datang kesana. Fresh Off The Boat (2015), sebuah serial televisi dibintangi oleh para pemeran yang berasal dari negara Asia, telah hadir dalam ranah pertelevisian Amerika Serikat. Serial ini menggambarkan kehidupan keluarga imigran/keturunan Asia-Amerika yang dikelilingi oleh orang kulit putih sebagai masyarakat yang dominan. Menggunakan metode kualitatif analisis visual dan tekstual serta penyandingan dengan konsep orang Cina-Amerika oleh Chua(1981) dan Wong (1994), tulisan ini menyimpulkan bahwa FOTB menunjukan kompleksitas dalam menginternalisasi mimpi Amerika Serikat pada setiap karakter utama di serial tersebut setelah menyandingan musim pertama dan terakhir. Penyandingan kedua musim tersebut menggambarkan kompleksitas serta konsistensi dalam menunjukan ideologi mimpi Amerika serikat di serial TV ini. FOTB mendukung konsep ideologi tersebut, tetapi tidak menunjukan bahwa hanya ada satu cara untuk mencapainya Serial ini juga menunjukan bahwa seorang imigran/keturunan Asia-Amerika dapat dengan nyaman hidup sesuai dengan nilai dan budaya asal dalam mencapai mimpi Amerika serikat. Beberapa karakter menunjukan bahwa untuk mewujudkan “mimpi” untuk menjadi bagian dari masyarakat Amerika Serikat seutuhnya, mereka bersedia melakukan apapun untuk diterima dan tetap berada dalam kelompok kaum kulit putih. Namun, beberapa karakter tetap mempertahankan nilai dan kebudayaan asal mereka sendiri dan berhasil mencapai impian Amerika yang diinginkan.

The American dream is something that many individuals there want to attain in the US. This also applies to immigrants coming to the land of the free. Fresh Off The Boat (2015), an American TV series starring all Asian main cast, has appeared in the television landscape. The series depicts the life of Asian-American immigrants surrounded by the white-dominated society. Using the qualitative method of visual and textual analysis alongside Chua’s (1981) and Wong’s (1994) contrasting concept of Chinese-Americans, this paper concludes that Fresh Off The Boat presents the complexity of internalizing the American dream of each character in the show after juxtaposing the first and final season. The juxtaposition of both seasons reveal the complexity as well as the consistency of the American dream ideology in the TV series. FOTB supports the American dream, but it does not suggest that there is only one way to achieve them. The show suggests that one can be true to oneself while also feeling at ease in America, complying with one's culture and values. Some characters displayed the dream to belong in America, and these characters have proven that they are willing to do whatever it takes to be with the in-group, which happened to be the Whites in where the immigrants lived at the time. However, some of the characters remained intact with their own culture and still managed to achieve their American dream."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Aviana Pranata
"Di media, tokoh pria Asia-Amerika sering digambarkan dengan berbagai macam stereotipe. Mereka biasanya digambarkan sebagai orang yang pendek, tidak menarik, dan penurut. Namun, di era ini, terdapat beberapa perubahan dalam penggambaran tokoh pria Asia-Amerika. Melalui pembahasan terhadap dua serial televisi, Two Broke Girls 2011 dan Young Hungry 2014 , makalah ini menyoroti perbedaan-perbedaan dalam penggambaran tokoh pria Asia-Amerika. Dengan menggunakan teori representasi oleh Stuart Hall 2013 dan juga teori maskulinitas oleh Raewyn Connell 1995 , makalah ini berfokus pada analisa perbedaan masing-masing karakter melalui penampilan fisik mereka, pengetahuan mereka tentang budaya Amerika, interaksi mereka dengan karakter-karakter lainnya, serta bagaimana nilai-nilai maskulinitas tradisional dikebiri dalam karakter mereka. Dengan menganalisis semua aspek ini, penelitian ini akan menyoroti bagaimana karakter-karakter pria Asia-Amerika dari masing-masing serial televisi menggambarkan stereotipe tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua karakter, Han Lee dan Elliot Park, sama-sama tidak dilukiskan sebagai karakter yang memiliki sifat maskulin tradisional, tetapi dengan cara yang berbeda. Elliot Park, dari Young Hungry, dilukiskan sebagai seorang gay. Sedangkan, Han Lee, dari Two Broke Girls dilukiskan sebagai seorang yang sangat berusaha untuk membaur dan diterima oleh karakter-karakter lainnya.

In the media, Asian American men have been portrayed with many different stereotypes. They are usually depicted as short, not attractive, and submissive. However, in this era, there are some changes in the portrayal of Asian Americans. Examining two television series, titled Two Broke Girls 2011 and Young Hungry 2014 , this paper spotlights the differences in the depiction of Asian American men. Using Stuart Hall rsquo;s 2013 theory of representation and also Raewyn Connell rsquo;s 1995 theory of masculinities, this paper will focus on analysing the differences of each character through their physical appearances, their knowledge about American culture, their interaction with other characters, and how they are being emasculated. By analysing all these aspects, this writing highlight how Asian American male characters from each television series portray the stereotype. The result shows that the two characters, Han Lee and Elliot Park, are being emasculated, but in a different way. Elliot Park, from Young Hungry, is being emasculated by being a gay. Whereas, Han Lee, from Two Broke Girls is being emasculated because he tries so hard to blend in and to be accepted by the other characters. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ann Arbor: The University of Michigan Press, 2004
305.895 Asi
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Resti Nurfaidah
"Tesis ini membahas representasi maskulinitas yang terdapat dalam korpus berupa film yang berjudul Malaikat Bayangan dan Malaikat Tanpa Sayap. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian kualitatif melalui pendekatan cultural studies. Penelitian ini menggunakan beberapa teori berikut, yaitu maskulinitas Reeser dan Beynon, metafora konseptual dari Lakoff dan Johnson, metafora multimodal Forceville, dan struktur film dari Boggs dan Petrie, serta Nathan Abrams, et.al. Reeser dan Beynon memandang maskulinitas sebagai satu konsep yang dinamis, cair, dan kompleks. Kedua korpus penelitian tersebut memiliki perbedaan, antara lain, dalam latar tahun produksi, genre, atau setting. Film Malaikat Bayangan mengangkat tema maskulinitas imperial dengan latar era kolonial. Sosok maskulin imperial, Thomas, mengabdikan diri sepenuhnya pada kepentingan negara tanpa mengaharapkan imbalan materi. Untuk itu maskulin imperial dituntut untuk tidak menjalin hubungan yang terlalu intim dengan lawan jenis serta memiliki kemampuan untuk menguasai diri seutuhnya. Jika dikaitkan dengan teori Reeser, sosok maskulin imperial dalam film Malaikat Bayangan tidak berkonstitusi dengan jenis maskulinitas lain. Namun, dalam sebuah penyamaran, Thomas tidak dapat menghindari untuk mengadopsi unsur-unsur dari kluster lain, seperti metroseksual dan narcissist. Sementara itu, Film Malaikat Tanpa Sayap mengangkat konsep maskulinitas breadwinner yang dapat berkonstitusi dengan jenis maskulinitas lain, yaitu new man as a nurturer dan maskulinitas imperial. Sosok maskulin yang diangkat di dalam tesis ini merupakan sosok yang dianggap sebagai malaikat (malaikat metaforis). Metafora konseptual yang muncul sebagai penguat tokoh malaikat metaforis cenderung untuk mengarah pada sikap, sifat, serta peristiwa yang dialami oleh para tokoh. Dalam film Malaikat Bayangan, sosok Thomas memenuhi kriteria sebagai malaikat karena ia mengabdi dengan sepenuh hati tanpa pernah memikirkan imbalan materi; memiliki kekuatan fisik dan batin yang prima; patuh pada aturan, dan cernat. Sementara itu, film Malaikat Tanpa Sayap menampilkan tokoh Amir sebagai sosok yang dianggap sebagai malaikat. Tokoh Amir tanpa menunjukkan kontak fisik mampu memberikan kontribusi besar bagi anaknya sendiri dan orang lain. Konsep maskulinitas tersebut didukun unsur sinematografis (teknik pengambilan gambar, penentuan ukuran gambar, teknik pencahayaan) dan unsur naratif (tema, alur, latar, dan penokohan).

This thesis discusses the representation of masculinity in Malaikat Bayangan (1987) and Malaikat Tanpa Sayap (2012). This is a qualitative research with cultural studies approaches. There are several theories used in this study: Reeser (2010) and Beynon (2002) masculinities, Lakoff and Johnson's (2003) conceptual metaphor, Forceville's (1996) multimodal metaphor, and film structures from Boggs & Petrie (2008) and Nathan Abrams, et al (2001). Both movies have differences, especially in these points: year of production, genre, or setting. However, they were assumed to share common concepts of masculinity. Malaikat Bayangan provided representation of imperial masculinity. The imperial masculine gave his life serving the state totally without material orientation. He was not allowed to have an overly intimate relationship with women and ought to have a perfect stamina. Based on Reeser's view, the imperial masculine figure in Malaikat Bayangan can not be substituted with another type of masculinity. However, on certain occasions, the main character must be adaptive to elements of other clusters, such as metrosexual and narcissist. On the other hand, Malaikat Tanpa Sayap provided a fluid masculinity concept. The breadwinner can be subsituted with other types of masculinity, such as nurturer or imperial masculinity. The thesis focuses on masculine figures that are metaphorically regarded as angels. Conceptual metaphor application is related to their attitudes, characteristics, and experiences. In Malaikat Bayangan, Thomas gives his total commitment for the state without material reward. He has the most powerfull energy, obedient, and has good precision. Meanwhile, Malaikat Tanpa Sayap is featuring Amir as a metaforic angel in a different way. Through his own fight, without physical contact as Thomas, which is associated to the contemporary period, Amir fulfills his angelic criteria. The concept of masculinity that emerges in both movies is supported by the cinematographic elements (shooting technique, size of the image, or lighting techniques) and narrative elements (theme, plot, setting, and characterization)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>