Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103288 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Ayu Widyawati
"Dalam era globalisasi ini, identitas menjadi sesuatu yang penting. West Is West 2010 oleh Ayub Khan-Din sebagai corpus penelitian ini menawarkan cara unik dalam merepresentasikan isu identitas dalam film ini. Dengan memusatkan penelitian pada karakter Sajid sebagai remaja Inggris-Pakistan yang selalu merasa tidak cocok dengan budaya Pakistan datang ke negara itu untuk pertama kalinya, studi ini pertama membahas konsep Positioning dan Being Positioned serta Being and Becoming oleh Stuart Hall dalam teori Identitas Budaya yang dikaitkan dengan film.
Dengan menganalisa elemen film seperti dialog, adegan, dan kostum, disimpulkan bahwa karakter mengalami perubahan identitas. Tulisan ini menunjukkan bahwa West Is West memperlihatkan identitas budaya sebagai sebuah proses berkelanjutan dari relasi satu budaya dengan budaya lainnya.

In this globalization era, identity becomes something important. West is West 2010 by Ayub Khan Din as the corpus of this study offers unique ways in representing the issue of identity in this movie. By focusing on the character of Sajid as a British Pakistani boy who is unaccustomed to Pakistani culture comes to the county for the first time, this study first discusses the concepts 'Positioning and Being Positioned' as well as 'Being and Becoming' by Stuart Hall in relation to the issue of cultural identity in the movie.
By analyzing the elements of movie, such as dialogue, scene, and costume, this article concludes that the character experiences changes in identity. It shows that West is West exemplifies cultural identity as an ongoing process of the relation between one culture and other cultures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Maharani
"The Fits 2015 adalah film drama remaja tentang seorang anak perempuan berumur 11 tahun bernama Toni yang mencoba mencari jati dirinya di antara dua kelompok gender, yaitu kelompok tinju dan kelompok tari. Selama proses pencarian identitas dirinya, anak-anak perempuan di kelompok tari tiba-tiba mengalami kejang dan tidak dapat mengontrol tubuhnya. Gejala ini disebut sebagai penyakit fit. Artikel ini akan menggunakan konsep konstruksi gender oleh Joan W. Scott yang kemudian akan membuktikan proses konstruksi identitas gender yang dialami Toni melalui perilaku, penampilan, dan ketakutannya terhadap penyakit fit. Secara mendalam, pembahasan dalam artikel ini akan menunjukkan bahwa Toni memilih femininitas sebagai identitas gendernya yang dominan sebagaimana hal itu dipengaruhi oleh dominasi dari saudara kandung laki-lakinya dan pengaruh dari teman kelompoknya melalui ikatan persaudaraan perempuan sisterhood.

The Fits 2015 is an adolescence drama movie telling a story about an 11 year old girl named Toni who tries to find her identity in two gendered groups mdash boxing and dancing groups. Among challenges and threats that she faces in finding her footage, the girls in the group succumb to a sudden illness called a fit. Using Joan W. Scott's framework of gender construction, this article attempts to dismantle the construction of Toni's gender identity through her changing attitude, physical attribute, and her fear of the fit. Specifically, this article argues that Toni embraces femininity as her dominant gender identity mainly affected by her brother's domination and sisterhood bound from her girlfriends."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Daniyah
"Film Les Garçons et Gillaume, à Table ! menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Guillaume, yang dibesarkan oleh keluarganya untuk dijadikan sebagai seorang perempuan. Guillaume mengalami krisis identitas sebelum membangun pemahaman diri yang kuat mengenai siapa dirinya karena perlakuan keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Tulisan ini membahas tahapan yang dilalui tokoh utama dalam mengkonstruksikan identitas seksualnya. Film ini dianalisis dengan melihat aspek naratif dan sinematografisnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemahaman diri sangat penting dalam perkembangan identitas seksual dan bahwa identitas seksual adalah hasil konstruksi sosial.

The film Les Garçons et Guillaume, à Table ! tells a story about a boy named Guillaume who was raised to be a girl by his family. Guillaume had to go through an identity crisis before he developed a strong sense of who he is because of how his family and society treated him. This paper discusess the stages that the lead character went through to construct his sexual identity. Film was analyzed through its narrative and cinematographic?s aspect. The analysis shows that sense of self plays a critical role in the development of sexual identity and that sexual identity is a social construct."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fidhya Nita
"ABSTRAK
Moana 2016 adalah film animasi petualangan fantasi musikal yang diproduseri oleh Waltz Disney Movie. Film ini bercerita tentang petualangan Moana yang berlayar melintasi lautan untuk menyelamatkan penduduk di desanya bersama Maui. Ada banyak penelitian yang membahas gender di film-film Disney, tetapi belum banyak yang membahasnya di Moana. Dengan menggunakan teori dari Sandra Bem tentang skema gender dan performativitas gender dari Judith Butler, artikel ini akan membahas tingkah laku dan tindakan yang akan mematahkan batasan peran gender melalui analisis tekstual dan karakter. Artikel ini memperlihatkan bahwa walaupun karakter Moana dipengaruhi pandangan tradisional tentang peran gender, tingkah laku dan tindakan yang dilakukannya memutustus batasan peran gender.

ABSTRACT
Moana 2016 is an animated musical fantasy adventure film produced by Waltz Disney Movie. The story tells about the character Moana who sails across the sea to save her people with her counterpart, Maui. There are many studies about gender in Disney movies, yet not many are done for Moana. By using Sandra Bem rsquo s framework of gender schema and Judith Butler rsquo s performativity, this paper will discuss Moana action and behavior that breaks the binary of gender roles through textual and character analysis. This article argues that although Moana is influenced by traditional view of gender roles, her action and behavior break away from the binary of gender roles."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini membahas tentang krisis identitas di dalam diri tokoh Laure dalam film Tomboy karya Céline Sciamma. Melalui analisis dalam artikel ini, terlihat bahwa tokoh Laure, yang merupakan seorang anak perempuan, mengalami krisis identitas gender dalam dirinya. Ketidaksesuaian identitas gender yang dialami oleh Laure ini ditampilkan melalui maskulinitas karakter Laure dari awal hingga akhir film. Akan tetapi, maskulinitas Laure ini justru membuatnya diterima di lingkungan pergaulannya. Laure akhirnya melakukan berbagai perubahan dalam dirinya, mulai dari mengubah perilakunya, hingga fisiknya agar semakin menyerupai laki-laki. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Laure, dan salah satunya datang dari pihak keluarganya. Inilah yang menyebabkan Laure menjalani dua kehidupan yang berbeda dan dengan dua identitas yang berbeda pula, yakni sebagai Laure dan sebagai Mikaël.
This article will be talking about identity crisis that happened to the main character, named Laure, in Céline Sciamma’s Tomboy. Through the analysis provided in this article, we will see that Laure, as a young girl, felt that she has a gender identity crisis. This identity crisis is shown by her masculinity from the beginning until the end of the film. However, her masculinity has made her being accepted by her friends in the neighbourhood. Laure finally did some changes to herself, from her attitude, to her physical appearance so that she would appear as much of a boy as she can be. She had to face a lot of challenges, and those challenges mainly came from her family. Therefore, she had to live two different lives with two different identities, as Laure and Mikaël"
[, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Krisanti Utami
"ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang identitas gender tokoh Ludovic dalam film Ma Vie en Rose karya Alain Berliner. Artikel ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi kepustakaan. Data yang digunakan dalam analisis meliputi aspek naratif (alur, tema, penokohan) dan aspek sinematografis (warna, kostum, shot, dialog) dalam film. Melalui analisis, terlihat bahwa Ludovic mengalami krisis identitas karena identitas gendernya sebagai perempuan tidak sesuai dengan identitas seksualnya sebagai laki-laki. Identitas gender tokoh Ludovic terlihat jelas melalui femininitasnya yang ia tampilkan dari awal hingga akhir film. Akan tetapi, identitas gender tokoh Ludovic mendapat tentangan dari orangtuanya sendiri yang tidak dapat menerima ketidaknormalannya, serta penolakan keras dari masyarakat sekitar yang merupakan masyarakat penganut agama Katolik yang konservatif.

ABSTRACT
This article analyzes the gender identity of the character Ludovic in Alain Berliner?s film Ma Vie en Rose. This article is classified as qualitative research with a document review method. The data used in the analysis include narrative elements (plot, theme, characterization) and cinematography (color, costume, shot, dialogue). Through analysis, it appears that the character Ludovic is having an identity crisis due to incongruity between his gender identity as a female and his anatomic sex. Ludovic?s gender identity is shown very clearly by his femininity throughout the film. However, his gender identity as a female is opposed by his own parents that cannot accept his abnormality, and also got a strong rejection by the conservative Catholic society around him.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nerissa Aviana
"Doctor Strange 2016 merupakan film produksi Marvel Studios yang menceritakan tentang perjalanan Dr. Stephen Strange untuk menyembuhkan cederanya yang parah dengan menemui The Ancient One, sebuah karakter yang ras dan gendernya telah diubah dari aslinya di komik. Artikel ini memfokuskan pada representasi karakter bernama The Ancient One melalui konsep Zajonc yang membahas keterbelakaan eksposur, penggambaran karakter wanita yang perkasa oleh Brown, dan performatifitas gender oleh Butler. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyingkap personifikasi yang sudah berubah bentuk aslinya dari komik, yang kemudian dijadikan film. Selanjutnya, artikel ini menegaskan bahwa perubahan The Ancient One dari komik menjadi film telah berkontribusi untuk penggambaran ras dan gender dalam film yang mempunyai peran besar dalam membentuk perspektif masyarakat.

Doctor Strange 2016 is a film created by Marvel Studios that narrates the journey of Dr. Stephen Strange who wants to meet The Ancient One, the character that has been altered in terms of race and gender from the comics, to heal his severe injury from an accident. This article is focusing on the representation of a character, named The Ancient One. By applying the frameworks of Zajonc's Mere-Exposure, Brown's depiction of powerful female character, and Butler's gender performativity, this article aims to disclose the personification of a comic character in a motion picture. Furthermore, this article asserts that the changes of The Ancient One have contributed to the racial and gender portrayals of characters in films as the media that have great impacts in shaping audience's perspective.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Fitri
"Hubungan antara perempuan dan konstruksi gender telah banyak diteliti sampai saat ini. Beberapa penelitian mengenai kasus ini banyak berfokus pada dampak negatif dari konstruksi gender yang dialami perempuan. Seringkali perempuan menjadi korban dari fenomena konstruksi gender dalam masyarakat sebagaimana perempuan dituntut sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Adanya persepsi ini, memunculkan pertanyaan, seperti: apakah perempuan selalu seperti itu? Apakah perempuan harus selalu mengikuti konstruksi gender dalam masyarakat? Konstruksi gender juga berdampak pada peranan manusia dalam masyarakat, dan kemudian menciptakan suatu identitas. Tulisan ini membahas tentang gambaran seorang perempuan (khususnya perempuan yang belum menikah) melalui sebuah film berjudul Confession of a Shopaholic, yang dipengaruhi oleh konstruksi gender dalam masyarakat. Hal ini juga membahas bagaimana respon tokoh perempuan terhadap konstruksi gender yang pada akhirnya berpengaruh dalam pembentukan identitas tokoh perempuan tersebut.

The relation between women and gender construction has been discussed many times. Most discussions of the issue focus on the negative impacts of gender construction for women. Women become the victim of the phenomenon of gender construction in society that they have to be what the society expects them to be. This perception then leads to questions: are women always like that? Do women always have to follow gender construction in society? Gender also constructs human's roles in a society, and those roles then create an identity. This paper talks about a woman?s image (especially a single woman) through a movie Confession of a Shopaholic, which is influenced by gender construction in society. It also extends the woman?s response towards gender construction of the society around her as it later creates her identity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Maskuroh
"Makalah akademik ini membahas tentang isu gender yang digambarkan dalam film How to Train Your Dragon 1 yang disutradarai oleh Dean DebLois dan Chris Sanders. Film ini menceritakan tentang sekelompok Viking yang menempati sebuah pulau yang bernama Berk. Setiap orang yang menghuni di pulau tersebut laki-laki maupun perempuan memiliki peran pada setiap aspek kehidupan termasuk perang, di mana biasanya diidentikan sebagai area pekerjaan laki-laki karena perang memerlukan kekerasan. Perang merupakan identik dengan peng- genderan (peran gender, feminitas, dan seksualitas) dan juga fisikalitas (latihan fisik dan kemampuan fisik). Sebagai film tentang laki-laki dan perempuan yang berpartispasi dalam perang, How to Train Your Dragon 1 menunjukan adanya kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki sebagai pejuang atau petarung. Makalah ini mengaitkan tema perempuan sebagai petarung atau pejuang dengan penggambaran feminitas dan seksualitas gender lain dan juga kekuatan fisik di zona perang. Makalah ini menyimpulkan bahwa meskipun dalam film ini menunjukan adanya kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam perang namun film ini masih menunjukkan bahwa peran laki-laki masih mendominasi dibandingkan dengan perempuan sehingga menunjukkan perempuan masih di anggap sebagai kaum subordinasi.

This academic paper scrutinizes gender issues depicted in the film How to Train Your Dragon 1 which was directed by Dean DeBlois and Chris Sanders. The story is about a group of Vikings who lives on an island called Berk. Men and women take part in every aspect of life on the island including war which is generally considered a male domain because of the entailed violence. It deals with gender (gender roles, femininity, and sexuality) and also physicality (physical training and physical capabilities). As a film about men and women who participate in war, How to Train Your Dragon 1 depicts gender equity of women characters as combatants. This paper relates the theme of women as combatants with other gendered depiction of femininity, sexuality and the idea of physical strength in war zone. This paper concludes that even though there seems to be gender equality in war and military, the film still shows men's domination and women?s subordination.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Refihana Salim
"Tulisan ini bertujuan mengungkapkan adanya pesan kesetaraan gender dalam sebuah film live-action berjudul Aladdin yang dirilis oleh Walt Disney Picture pada 2019. Film hasil karya rumah produksi barat ini menarik untuk dikaji karena mengangkat sebuah potret budaya masyarakat Arab, yaitu sebuah sastra klasik Timur Tengah. Cerita dalam film Aladdin diambil dari sebuah kisah berjudul Alaa ‘Uddīn wal Miṣbaḥus Siḥr, yang merupakan salah satu kisah dari folklor terkenal asal Timur Tengah, Alfu Laylah wa Laylah atau Seribu Satu Malam. Penulis berhipotesa bahwa film Aladdin 2019 bertujuan menyampaikan pesan-pesan barat melalui sebuah film berlatar belakang dunia Arab, yaitu sebuah pesan kesetaraan gender melalui tampilan dominan Putri Jasmine dalam film Aladdin. Untuk membuktikan hipotesis penulis, adegan di dalam film Aladdin dianalisis dalam sebuah metode analisis semiotika menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan teori gender. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa teori semiotika Roland Barthes dan teori gender sesuai untuk mengungkap mitos gender dalam dunia Arab yang ditampilkan dalam film serta pesan kesetaraan gender dalam film Aladdin 2019.

This paper aims to reveal the messages of gender equality in a live-action film entitled Aladdin which was released by Walt Disney Picture in 2019. The film produced by a western production house is interesting to be analyzed because it raises a cultural portrait of Arab society, which is Middle Eastern classical literature. The story in the film Aladdin is taken from a story called Alaa ‘Uddīn wal Miṣbaḥus Siḥr, which is one of the stories of the famous folklore from the Middle East, Alfu Laylah wa Laylah or One Thousand and One Nights. The author hypothesizes that the Aladdin 2019 film aims to convey the western messages through a film set in the Arab world, which is a gender messages through the dominant appearance of Princess Jasmine in the Aladdin film. To prove the author's hypothesis, the scenes in Aladdin film are analyzed in a semoiotic analysis method using Roland Barthes's semiotic theory and gender theory. The results of this study state that Roland Barthes's semiotic theory and gender theory are suitable for exposing gender myths in the Arab world displayed in films as well as the messages of gender equality in the 2019 Aladdin film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>