Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73981 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galuh Anindita
"ABSTRAK
Lagu merupakan cerminan suatu kehidupan sosial atau media untuk mengekspresikan pandangan pengarang mengenai suatu hal. Oleh karena itu, dalam sebuah karya terdapat subjektivitas pengarang, tak terkecuali dengan lagu karya Serge Gainsbourg yang menjadikan perempuan sebagai subjeknya, yaitu Poup e de Cire Poup e de Son dan Les Sucettes. Keterlibatan perempuan dalam sebuah karya sastra dapat mengukuhkan dominasi laki-laki di lingkungan masyarakat atau bahkan sebaliknya. Menggunakan pendekatan struktural dan semiotik, penulis berusaha menelusuri bagaimana perempuan direpresentasikan melalui larik lagu. Artikel ini memperlihatkan bahwa perempuan dalam dua lagu tersebut direpresentasikan secara berbeda. Dalam lagu Poup e de Cire Poup e de Son, perempuan direpresentasikan sebagai kaum yang pasif karena masih didominasi oleh laki-laki, sedangkan dalam lagu Les Sucettes perempuan direpresentasikan sebagai kaum yang bebas karena sudah lepas dari dominasi laki-laki.

ABSTRACT
Song is a reflection of a social life or a media to express song writer rsquo s point of view. Therefore, in a song there is the subjectivity of the song writer, including songs by Serge Gainsbourg. In which he oftenly bring up women as the subject, such as Poup e de Cire Poup e de Son and Les Sucettes. The involvement of women in various arts may reinforce male dominance in the community or vice versa. Using a structural and semiotic theory, the author tries to analyze how women are represented through the lyrics. This article shows that women in these two songs are represented differently. In Poup e de Cire Poup e de Son, women are represented as a passive subject because they are still dominated by men. On the other hand, Les Sucettes represented women as an active subject because they are separated from male domination."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Listya Ayu Saraswati
"Tesis ini menganalisis konstruksi identitas perempuan Islam dalam Hijabers Community. Tesis ini mempertanyakan konstruksi identitas perempuan Islam yang direpresentasikan dalam Hijabers Community, dan bagaimana anggota komunitas merespon konstruksi tersebut. Pemerolehan data dilakukan melalui pendekatan etnografi dengan wawancara mendalam kepada komite dan anggota Hijabers Community, dan observasi kegiatan komunitas. Tesis ini menggunakan konsep identitas dan representasi identitas oleh Stuart Hall (1990, 1996, dan 1997). Hasil analisis tesis ini menunjukkan adanya negosiasi antara nilai-nilai kesederhanaan (modesty) dan kemodernan gaya hidup urban (sophisticated) terhadap konstruksi identitas perempuan Muslim dalam Hijabers Community.

This thesis analyses the construction of Indonesian Muslim women's identity in Hijabers Community. It questions the construction of Muslim women's identity represented by Hijabers Community and how its members react towards the construction of identity. This thesis uses ethnography approach with observation and depth-interview with the committees and members of Hijabers Community. This thesis deploys the concept of identity and the representation of identity by Stuart Hall (1990, 1996, and 1997). The results show the negotiation between modesty and modern sophisticated urban living in the construction of Muslim women's identity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maznah Mohamad
"ABSTRAK
Malaysias representation of women as parliamentarians remains one of the lowest in comparison to other Southeast Asian and global parliamentary democracies. However, when contextualized against Malaysias politics of divides and dissent starting from 1999 onward, there are some newer characteristics of womens involvement in formal politics. This paper explores the specificities of womens experience in formal politics under the one-party dominant rule of the National Front before it was defeated in the May 2018 general election. The paper questions various incidents of political transitioning from an old to a newer political regime. Processes such as the collaboration between womens civil society and formal state political actors, the cultivation of clientelist and patronage relations, and the maintenance of a cohesive multiparty coalition as a strategy for electoral advantage have all had fruitful bearings on the way the formalization of women in politics has developed. However, given the insufficiency of these developments for increasing womens representation, this paper proposes the more reliable gender quota or reserved seats mechanism as one of the considerations for gender electoral reform."
2018
050 SEAS 7:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Satrio Wibowo
"ABSTRAK
Prancis adalah salah satu negara dengan populasi orang kulit hitam yang cukup besar di Eropa. Orang kulit hitam di Prancis kerap kali dilekatkan dengan prasangka dan stereotipe negatif oleh masyarakat. Melalui karya seni khususnya musik rap, stereoritpe dan prasangka negatif dapat dikukuhkan atau sebaliknya, karena di dalamnya mengandung subjektivitas dan sudut pandang pengarang mengenai suatu hal. Tak terkecuali dengan lagu, yaitu Sur Ma Route dan Force d rsquo; tre karya seorang rapper terkenal Prancis Black M. Menggunakan teori representasi dan identitas Stuart Hall, penulis berusaha menelusuri bagaimana identitas orang kulit hitam direpresentasikan dalam larik lagu rap karya Black M. Artikel ini memperlihatkan identitas orang kulit hitam yang berlawanan dengan stereotipe masyarakat. Orang kulit hitam dalam dua lagu tersebut direpresentasikan sebagai sosok yang tangguh dan membanggakan. Musik rap Black M hadir untuk mengekspresikan opini dan kritiknya dengan memaparkan kisah hidupnya sebagai role model orang kulit hitam yang berhasil melawan stereotipe negatif masyarakat.
ABSTRACT

France is one of the countries with large black people population in Europe. French black people are often attached to negative prejudgement and stereotypes by society. Through art, especially rap music, negative stereotypes and prejudices could be reinforced or vice versa, because they contain the creator rsquo s subjectivity and point of view about something. No exception to these rap songs titled Sur Ma Route and Force d rsquo tre by a famous French rapper Black M. Using the theory of representation and identity by Stuart Hall, the author tries to explore how the identity of black people are represented in the lyrics of rap songs by Black M. This article shows the identity of black people as opposed to community stereotypes. The black people in these two songs are represented as a formidable and proud figure. Black M 39 s rap music came to express his opinions and criticisms by describing his life story as a role model of black people who succeeded against the negative stereotypes of society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Artanti
"Film (色,戒) Sè, Jiè karya Ang Lee dirilis pada tahun 2007 , mengisahkan tentang perjalanan seorang wanita bernama Wang Jiazhi yang bekerja sebagai mata-mata. Film ini diangkat dari novela dengan judul yang sama karya penulis wanita ternama di Cina, Eileen Chang. Berlatarkan Hongkong di tahun 1938 dan Shanghai di tahun 1942 pada saat perang Sino-Jepang kedua. Film ini mengisahkan bagaimana sosok Wang Jiazhi, seorang mahasiswi tahun pertama Universitas Lingnan, menjadi seorang mata-mata yang menargetkan kolabolator Jepang bernama Yi Mocheng. Melalui analisis tokoh Wang Jiazhi, pada makalah ini penulis ingin membahas apa saja strategi yang dilakukan selama ia menjadi mata-mata, dan apakah tokoh Wang Jiazhi mampu merepresentasikan narasi mata-mata penggoda atau seductress spy yang berkembang pada masa Republik Tiongkok (1911-1949).

Sè, Jiè (色,戒) is a movie directed by Ang Lee and was released in 2007. The movie tells about a long journey of a young woman named Wang Jiazhi that works as a spy. This movie made based on a same-titled novella written by the most famous female writer in China, Eileen Chang. The story is set in Hong Kong in 1938 and Shanghai in 1942, during the Sino-Japanese war. It depicts how a Lingnan University freshman, Wang Jiazhi, became a spy and targeted a Japanese collaborator named Yi Mocheng. Through the character analysis of Wang Jiazhi, this paper will discuss what kind of strategy that Jiazhi use to get into Yi Mocheng and did the character of Wang Jiazhi represented the narration of seductress-spy that is familiar during the Republic of China period (1911-1949)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hamdan Nafiatur Rosyida
"[Tesis ini membahas tentang seputar fenomena sosial yang muncul di sekitar siswi SMU di Jepang yang direpresentasikan oleh tokoh utama dalam novel Install dan Keritai Senaka karya Wataya Risa. Tokoh utama dalam kedua novel merupakan siswi SMA, yang mana termasuk generation z, generasi yang lahir setelah tahun 1980-an di Jepang. Penulis menggunakan objek data berupa dua buah novel karangan Wataya Risa, yaitu: Install, yang menceritakan tentang siswi SMA berusia 17 tahun yang membolos sekolah dan memutuskan bekerja sama melakukan fūzoku chatto (sex chatting) bersama bocah SD berusia 12 tahun; dan novel Keritai Senaka, yang menceritakan persahabatan dua siswi SMA, salah satu merasa dikhianati dan akhirnya mencurahkan rasa kesendirian tersebut ke sorang siswa otaku di kelasnya. Pada kedua novel ini, penulis menemukan representasi fenomena sosial seputar kehidupan siswi SMA di Jepang, serta adanya pesan dari pengarang novel yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Tesis ini dianalisis dengan menggunakan analisis unsur-unsur instrinsik, selanjutnya menggunakan teori sosiologi sastra, serta konsep generation Z yang diperkenalkan oleh Atsushi Miura. Hasil penelitian dari kedua novel ini menghasilkan 9 representasi dari fenomena sosial di Jepang antara tahun 1980-2000, yaitu: generasi pengguna teknologi; generasi yang mengalami krisis identitas; generasi yang kesepian; generasi yang tidak tertarik pergi ke sekolah; bunuh diri di kalangan pelajar; ketidakterikatnya hubungan ibu-anak; populernya prostitusi online di kalangan siswi SMA; individu yang tak bisa lepas dari seksualitas; perilaku otaku; serta munculnya fenomena herbivore men dan carnovore girl.;This thesis explain about social phenomenons around Japanese high school girls which representated by main character based on novel Install and Keritai Senaka, written by Wataya Risa. Both of main character in the novels is a high school girls called Generation Z, mention to Japanese generation was born after 1980s. This literature object are two novels written by Wataya Risa: First, Install, story about 17 years old high school girl decided to skip class for a month, then playing along with 12 years old elementary school boy for doing sex chat, a kind of small prostitution business; Second, Keritai Senaka, telling about friendship of two high school girls, but one of them feel jealous to other, and finally put her alone feelings to otaku boy. Both of this novel representating of social phenomenons around Japanese high school, and an implicit messages from author to readers.
Analyzing this thesis using instrinsic structure which construct a novel, then based on that analyze with literature sociology theory, and „Generation Z‟ theory which introduced by Atsushi Miura. Result from this research of two novels, I found 9 representation of Japanese high school during 1980-2000s, there are: generation of technology; generation have a identity crisis; loner individual; generation are used to skip the class, suicide among student; unrelated connection between mother-child; popularity of online prostitute among high school girls; individual addicted with sexual activity; otaku phenomena; and phenomena of herbivore men dan carnovore girl, This thesis explain about social phenomenons around Japanese high school girls which representated by main character based on novel Install and Keritai Senaka, written by Wataya Risa. Both of main character in the novels is a high school girls called Generation Z, mention to Japanese generation was born after 1980s. This literature object are two novels written by Wataya Risa: First, Install, story about 17 years old high school girl decided to skip class for a month, then playing along with 12 years old elementary school boy for doing sex chat, a kind of small prostitution business; Second, Keritai Senaka, telling about friendship of two high school girls, but one of them feel jealous to other, and finally put her alone feelings to otaku boy. Both of this novel representating of social phenomenons around Japanese high school, and an implicit messages from author to readers.
Analyzing this thesis using instrinsic structure which construct a novel, then based on that analyze with literature sociology theory, and „Generation Z‟ theory which introduced by Atsushi Miura. Result from this research of two novels, I found 9 representation of Japanese high school during 1980-2000s, there are: generation of technology; generation have a identity crisis; loner individual; generation are used to skip the class, suicide among student; unrelated connection between mother-child; popularity of online prostitute among high school girls; individual addicted with sexual activity; otaku phenomena; and phenomena of herbivore men dan carnovore girl]"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T42751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umaimah Wahid
"Marjinalisasi terhadap kaum perempuan sudah lama berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. bahkan jika memahami konteks sejarah keberadaan manusia dari sudut pandang agama, maka hakekatnya marjinalisasi terhadap perempuan sudah terjadi ketika manusia pertama ada dimuka bumi. Perkembangan sejarah kemudian mencatat bahwa marjinalisasi itu tidak semakin berkurang melainkan justru meningkat dan mengakar dalam bentuk budaya dan nilai-nilai estetika yang diyakini kebenaran dan keabsahannya oleh sebagan besar manusia, bahkan terkadang termasuk perempuan itu sendiri. SItuasi ini lalu melahirkan sistem budaya patriarkhis yang sangat merugikan kaum perempuan. Sistem budaya patriarkhis ini semakin kuat berakar dan seakan memiliki legalitas kebenaran ketika Negara, sebagai struktur dominan dalam masyarakat, ikut memelihara dan melakukan pembiaran terhadap nilai-nilai yang terjadi dan merugikan kaum perempuan.
Pentingnya mempengaruhi keijakan negara agar kebih berpihak kepada kaum perempuan sudah banyak dipahami oleh kaum perempuan itu sendiri. Akan tetapi Negara sendiri seringkali membutuhkan pressure guna melahirkan kebijakan-kebijakan tertentu. Dan pressure terhadap Negara hanya dapat dilakukan oleh kaum perempuan jika mereka memiliki posisi tawar (Bargaining position) yang seimbang atau lebih kuat dengan negara.
Dalam konsep Gramscy, keseimbangan posisi tawar antara gerakan peempuan, yang lalu direpresentasikan sebagai masyarakat sipil, dengan negara, yang lalu disebut sebagai masyarakat politik, akan melahirkan pertarungan ide antara keduanya. Hegemoni negara bisa saja kalah dan pertarungan ide dapat dimenangkan oleh kaum perempuan sehingga akan muncul nilai-nilai baru yang lebih berpihak kepada kaum perempuan. Pada fase ini Gramscy menyebutnya sebagai gerakan 'counter hegemoni' dimana kaum perempuan mampu tampil dan melahirkan hegemoni baru setelah memenangkan pertarungan ide melawan hegemoni lama.
Dalam upaya melakukan counter hegemoni, kaum perempuan, sebagaimana disebutkan diatas, harus memiliki posisi tawa (bargaining position) yang tinggi. Posisi tawar yang tinggi sangat dipengaruhi oleh banyak instrumen pendukung yang salah satunya adalah Media. Kebutuhan akan dukungan media industri menjadi pilihan yang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan Media Industri memiliki gaung yang lebih luas dan cenderung lebih dapat diterima oleh publik dibanding media komunitas. Disamping itu media industri juga mampu menempatkan dirinya sebagai instrumen yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh hubungan saling ketergantungan yang kuat anatara media industri dengan masyarakat itu sendiri.
Marjinalisasi terhadap kaum perempuan sudah lama berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. bahkan jika memahami konteks sejarah keberadaan manusia dari sudut pandang agama, maka hakekatnya marjinalisasi terhadap perempuan sudah terjadi ketika manusia pertama ada dimuka bumi. Perkembangan sejarah kemudian mencatat bahwa marjinalisasi itu tidak semakin berkurang melainkan justru meningkat dan mengakar dalam bentuk budaya dan nilai-nilai estetika yang diyakini kebenaran dan keabsahannya oleh sebagan besar manusia, bahkan terkadang termasuk perempuan itu sendiri. SItuasi ini lalu melahirkan sistem budaya patriarkhis yang sangat merugikan kaum perempuan. Sistem budaya patriarkhis ini semakin kuat berakar dan seakan memiliki legalitas kebenaran ketika Negara, sebagai struktur dominan dalam masyarakat, ikut memelihara dan melakukan pembiaran terhadap nilai-nilai yang terjadi dan merugikan kaum perempuan.
Pentingnya mempengaruhi keijakan negara agar kebih berpihak kepada kaum perempuan sudah banyak dipahami oleh kaum perempuan itu sendiri. Akan tetapi Negara sendiri seringkali membutuhkan pressure guna melahirkan kebijakan-kebijakan tertentu. Dan pressure terhadap Negara hanya dapat dilakukan oleh kaum perempuan jika mereka memiliki posisi tawar (Bargaining position) yang seimbang atau lebih kuat dengan negara.
Dalam konsep Gramscy, keseimbangan posisi tawar antara gerakan peempuan, yang lalu direpresentasikan sebagai masyarakat sipil, dengan negara, yang lalu disebut sebagai masyarakat politik, akan melahirkan pertarungan ide antara keduanya. Hegemoni negara bisa saja kalah dan pertarungan ide dapat dimenangkan oleh kaum perempuan sehingga akan muncul nilai-nilai baru yang lebih berpihak kepada kaum perempuan. Pada fase ini Gramscy menyebutnya sebagai gerakan 'counter hegemoni' dimana kaum perempuan mampu tampil dan melahirkan hegemoni baru setelah memenangkan pertarungan ide melawan hegemoni lama.
Dalam upaya melakukan counter hegemoni, kaum perempuan, sebagaimana disebutkan diatas, harus memiliki posisi tawa (bargaining position) yang tinggi. Posisi tawar yang tinggi sangat dipengaruhi oleh banyak instrumen pendukung yang salah satunya adalah Media. Kebutuhan akan dukungan media industri menjadi pilihan yang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan Media Industri memiliki gaung yang lebih luas dan cenderung lebih dapat diterima oleh publik dibanding media komunitas. Disamping itu media industri juga mampu menempatkan dirinya sebagai instrumen yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh hubungan saling ketergantungan yang kuat anatara media industri dengan masyarakat itu sendiri.
Yang menjadi masalah adalah ketika Media Industri, sebagai elemen penting untuk mengenalkan posisi tawar kaum perempuan terhadap negara,justru berperan sebagai pendukung budaya patrlarkhis yang berlaku ditengah masyarakat. Situasi menjadi semakin tidak menguntungkan bagi gerakan kaum perempuan ketika negara, yang juga memiliki kepentingan dengan media industri, memanfaatkan kekuasaannya untuk melakukan perselingkugan social (social conspiration) dengan media industri. Social conspiration antara negara dengan media Industri sangat mungkin terjadi terutama jika para pemilik media Industri itu adalah bagian dari masyarakat politik atau memiliki kepentingan dengan masyarakat politik yang berkuasa.
Media Industri, sebagai sebuah lnstitusi yang memiliki Ideology kapital, memang bukan tidak mungkin dimanfaatkan oleh gerakan kaum perempuan untuk memperjuangkan ide ide nya, terutama jlka mengingat bahwa Ideology kapilalis sangat menekankan pada orientasi financial (profit oriented). Orientasi financial ltu sendiri sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak sebuah media Industri mampu meraih peminat dikalangan masyarakat. Masyarakat sendiri, meski dengan pola budaya patriarkhis yang mereka miliki, sangat memiliki kepentingan akan pengetahuan yang sebagian besar dapat mereka peroleh melalui media Industri.
Rasa keingintahuan masyarakat terhadap hal hal baru maupun situasi yang sedang berkembang ditengah mereka merupakan celah yang dapat dimanfaatkan oleh gerakan kaum perempuan untuk ?memaksa' media Industri berperan sebagai sarana sosialisasi perjuangan mereka. Diperlukan upaya yang cerdas dan konsisten dari kaum perempuan untuk terus mengangkat lsu lsu perjuangan agar mampu bermain dalam ?arena pasar? yang laku jual agar dapat terus memaksa media Industri berperan sebagai sarana sosialisasi mereka sehingga pada akhimya dapat tercipta opini publik yang lebih mendukung Ide Ide yang mereka perjuangkan. Opini publik inilah yang lalu akan menjadi salah satu instrumen penting untuk menalkan posisi tawar mereka terhadap negara.
Perjuangan counter hegemoni kaum perempuan sangat sulit dilakukan jika perjuangan dilakukan secara parsial / terpecah. Sejarah Indonesia mencatat bahwa spirit individual Kartini maupun "fighting movement" seorang Dewi sartika ternyata tidak memiliki posisi tawar signifikan untuk mengubah nilai budaya yang ada bahkan pada tataran "melintas tembok" sekalipun. Pada konsep ini jelas bahwa ?ideologi pembebasan' ternyata tidak cukup ampuh untuk menambah daya gerakan melainkan sebuah kebersamaan visi dan misi dari seluruh elemen perjuangan yang akan mampu melahirkan energi besar kaum perempuan untuk mencapai tujuan. Dan energi besar itu adalah ?collective will' dari kaum perempuan Itu sendiri. Dari sini jelas bahwa menjadlkan "collectlve will" sebagal sebuah ideologi perjuangan merupakan sebuah keharusan agar ide ide perjuangan kaum perempuan Itu memiliki energi yang konstant dan Signifikan.
Disertasi ini menggunakan metode Analisis isi Kualitatif untuk menemukan tema-tema utama yang dikandung dalam teks Kompas dan Media Indonesia yang berhubungan dengan proses perjuangan kaum perempuan meraih kuota 30 persen di Parlemen.. Untuk memahami dan mengangkat realitas dlbalik realitas yang muncul, termasuk dalam menganalisis isi kedua Media tersebut, dl pakai paradigma kritikal dengan menggunakan teori Marxist Humanist Antonio Gramsci sepertl konsep hegemonl-counter hegemonl antara masyarakat sipll dan masyarakat politlk dengan menyimak peran media massa diantara keduanya.
Beberapa temuan yang dapat disimpulkan diantaranya :
1. Sistem budaya patriarki masih berlangsung di masyarakat dan didukung oleh negara bahkan oleh sebagian perempuan itu sendiri sehingga menciptakan realitas yang merugikan kaum perempuan.
2. Kaum Perempuan butuh Ideologl yang komunal untuk menjamin kontinultas perjuangan yang memang belum selesal, dan Ideology yang dltawarkan adalah "collective wiIl", sementara kesetaraan dan keadilan gender serta ?pembebasan' Iebih merupakan tujuan.
3. Butuh upaya cerdas dan kompromis dengan nilal nilal kapitalis Industri media untuk dapat meraih dukungan media massa bagi gerakan perjuangan kaum perempuan guna menaikan posisi tawar mereka terhadap Ideology dominan negara.
4. Perjuangan kaum perempuan belum selesai. Quota 30 % hanya merupakan affirmative action menuju situasi yang Ieblh ideal bagi kaum perempuan. Gerakan counter hegemoni kaum perempuan Indonesia baru berada pada fase awal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
D812
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nawangwulan
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tokoh anak direpresentasikan dalam drama Jepang Kotaro wa Hitorigurashi (Kotaro Lives Alone) dan melihat makna dari representasi tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori representasi Hall (1997) sebagai konsep dasar dari penelitian serta pendekatan analisis film dengan karakterisasi tokoh tertentu yang dikemukakan oleh Petrie dan Boggs (2008). Dalam menganalisis penulis juga menggunakan acuan untuk mendapatkan makna dari setiap adegan menggunakan metode pengambilan gambar, pencahayaan, dan latar yang diungkapkan Petrie dan Boggs (2008). Dalam menganalisis data, penulis menyertakan tangkapan layar dari adegan yang menampilkan tokoh anak dari segi penampilan, kehidupan anak saat tinggal seorang diri, percakapan tokoh anak dengan orang-orang di sekitarnya, dan relasi anak dengan orang tuanya. Dari hasil dari analisis ditemukan bahwa tokoh anak digambarkan sebagai tokoh yang pemberani dan mandiri, karakter mandiri dan pemberani pada tokoh anak terjadi sebagai dampak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan penelantaran anak. Drama ini dapat dilihat sebagai kritik sosial terhadap isu kekerasan rumah tangga (KDRT) dan fenomena penelantaran anak oleh orang tua di Jepang.

This study aims to see how children's characthers are represented and their meaning in the Japanese drama Kotaro wa Hitorigurashi (Kotaro Lives Alone). The theory used in this research is the representation theory of Hall (1992) as the basic concept of the research and the film analysis approach characterization of certain characters proposed by Petrie and Boggs (2008). In analyzing, the author uses the reference to get the meaning of each scene using the method of taking pictures, lighting, and setting as stated by Petrie and Boggs (2008). In analyzing the data, the author includes screenshots of scenes that show the child's character in terms of appearance, the child's life when he lives alone, the conversation of the child's character with the people around him, and the child's relationship with his parents. The result found that child characters' representations are depicted as brave and independent characters. The brave and independent characters appear due to domestic violence (DV) and child neglect. This drama can be viewed as a social criticism of the domestic violence (DV) issue and the phenomenon of child neglect by parents in Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Voja Alfatih
"Penelitian ini membahas mengenai representasi federalisme dalam uang kertas rubel Federasi Rusia emisi 1997-2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan gambar-gambar yang terdapat dalam uang kertas rubel Federasi Rusia emisi 1997-2017 dan sejauh mana gambar-gambar tersebut merepresentasikan federalisme di Federasi Rusia. Bahan penelitian yang digunakan penelitian ini adalah gambar-gambar uang kertas rubel dari situs resmi Bank Sentral Rusia. Teori-teori yang digunakan penelitian ini adalah teori semiotika C.S. Peirce, teori representasi uang J.D. Peters, teori federalisme W.H. Riker dan teori federalisme Rusia M. Russel. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode deskriptif dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa federalisme dalam uang kertas rubel emisi 1997-2017 dapat terlihat melalui penggunaan gambar-gambar seperti lambang-lambang dan landmark yang mewakili pemerintah federal dan subjek federal Federasi Rusia.

This study discusses the representation of federalism in the Russian Federation ruble banknotes, issue 1997-2017. The aim of this study is to decipher the images contained in the Russian Federation ruble banknotes, issue 1997-2017, and to explain how far can these images represent federalism in the Russian Federation. The research material used in this study are pictures of ruble banknotes, issue 1997-2017, from the official website of the Central Bank of Russia. The theories used in this study are C.S. Peirce's theory of semiotics, J.D. Peters' theory of money representation, W.H. Riker's theory of federalism, and M. Russel's theory of Russian federalism. The methods used in this research are descriptive method and literary study. The results indicate that federalism can be seen through the use of images such as emblems and landmarks representing the federal government and the federal subject of the the Russian Federation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>