Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amsterdam: Academic Press, 2016
616.120 CON
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia, PA: Wolters Kluwer, 2015
616.120 75 ECH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Norasyikin A. Wahab
"Co-occurrence of cyanotic congenital heart disease (CCHD) and phaeochromocytoma (PCC) and paraganglioma (PGL) are rare, although some cases have been reported. We report a case of left paraganglioma in a 20-year-old lady with an underlying CCHD who underwent palliative Glenn shunt, subsequently developed polycythaemia and cavernous sinus thrombosis presented with palpitation, sweating, headache and hypertension of 3-months duration at the age of 17. The abdominal CT scan revealed an enhancing left paraaortic mass measuring 5.2 cm x 4.4 cm x 3.8 cm. A 24-hour urine catecholamine demonstrated raised noradrenaline level to six times upper limit of normal and hence diagnosis of left sympathetic (sPGL) was made. In view of the delayed diagnosis and significant morbidity associated with her condition, surgical treatment is no longer an option. Therefore, vigilant screening and early treatment of PCC-PGL in patients with CCHD are crucial in order to avoid significant morbidity and ensure a good quality of life."
Jakarta: Faculty of Medicine University of Indonesia, 2021
610 UI-IJIM 53:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Kekurangan gizi merupakan penyebab umum morbiditas pada anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Data dari negara berkembang memperlihatkan prevalensi malnutrisi penderita dengan PJB sebelum dioperasi mencapai 45%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil anhropometrik dan prevalensi kekurangan gizi pada anak dengan PJB dengan melakukan pengukuran anthropometrik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancang bangun cross sectional pada anak berusia 0-2 tahun dengan PJB di RSCM. Pengukuran antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar kepala) dilakukan pada seluruh pasien. Kekurangan gizi, failure to thrive/FTT, perawakan pendek, mikrosefali dinilai dengan menggunakan rekomendasi WHO tahun 2006, berupa perhitungan z-skor BB/PB, BB/U di 2 titik, PB/U dan LK/U < -2 SD.
Hasil: Total subyek dalam penelitian ini berjumlah 95 orang, 73 orang dengan asianotik dan 22 orang dengan PJB sianotik. Prevalensi kekurangan gizi sebesar 51,1% dengan 22,3% diantaranya adalah gizi buruk. FTT terdapat pada 64,9%, perawakan pendek pada 49,5% dan mikrosefali pada 37% pasien. FTT ditemukan lebih banyak pada pasien dengan lesi asianotik (72,2%) dibandingkan dengan lesi sianotik (42,9). Pada lesi asianotik, berat badan lebih dipengaruhi daripada panjang badan (72,2% dengan 49,3%). Pasien dengan lesi sianotik, berat dan panjang badan akan dipengaruhi secara seimbang (42,9% dengan 54.5%). Konsultasi diet diberikan kepada pasien dengan kekurangan gizi. Terapi obat-obatan, intervensi transkateter atau bedah diindikasikan pada pasien tertentu.
Kesimpulan: Prevalensi FTT lebih tinggi dibandingkan dengan kekurangan gizi pada anak dengan kelainan jantung kongenital. FTT ditemukan lebih banyak pada pasien dengan lesi asianotik. Pada lesi asianotik, berat badan lebih dipengaruhi daripada panjang badan. Pada lesi asianotik, berat badan lebih dipengaruhi daripada panjang badan.

Abstract
Background: Undernutrition is a common cause of morbidity in children with CHD. Previous data from developing country showed prevalence of preoperative undernutrition in children with CHD was up to 45%. The aim of this study are to determine the anthropometric profi les and prevalence of undernutrition in children with CHD by using the anthropometric measurement.
Methods: A cross-sectional study was carried out in children aged 0-2 years old with CHD in Cipto Mangunkusumo hospital. All patients underwent an anthropometric evaluation (weight, length and head circumference) at presentation. Undernutrition, failure to thrive /FTT, short stature and microcephaly were determined according to WHO, weight-forlength, weight-for-age at 2 points, length-for-age, head circumference-for-age z-score < -2SD accordingly.
Results: We had total of 95 patients, 73 patients with acyanotic and 22 patients with cyanotic lesions. Prevalence of undernutrition in CHD was 51.1%, with 22.3% severe undernutrition. FTT was found in 64.9%, short stature in 49.5% and microcephaly in 37% patients. FTT was found higher in acyanotic (72.2%) compared to cyanotic lesions (42.9%). In acyanotic, weight was affected more than length (72.2% vs 49.3%). In cyanotic, weight and length affected equally (42.9% vs 54.5%). Diet counseling were done in patients with undernutrition. Medicines, transcatheter or surgery intervention were indicated in selected patients.
Conclusions: Prevalence of FTT was higher than undernutrition in children with CHD. FTT was found higher in acyanotic lesions. In acyanotic, weight was affected more than length. In cyanotic, weight and length affected equally. "
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Hernisa
"ABSTRAK
Latar belakang: Kardioplegia merupakan komponen penting dalam proteksi miokard operasi jantung. Meskipun telah banyak penelitian yang mencoba membuktikan keunggulan kardioplegia darah dibanding kardioplegia kristaloid, namun kesepakatan kardioplegia terbaik untuk operasi jantung bawaan asianotik belum tercapai. Metode: Penelitian eksperimental dengan simple randomization pada 54 populasi pasien VSD, AVSD dan gangguan katup mitral yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 24 pasien kelompok crystalloid cardioplegia CC sebagai kontrol, dan 30 pasien kelompok blood cardioplegia BC . Dilakukan pemeriksaan selisih kadar laktat darah arteri dan sinus koronarius, serta ekstraksi oksigen koroner segera, menit ke-15 dan menit ke-30 setelah CPB dihentikan. Dilakukan observasi terhadap durasi ventilasi mekanik, penggunaan inotropik, aritmia jantung, lama rawat icu dan lama rawat rumah sakit. Hasil: Selisih kadar laktat darah dan ekstraksi oksigen koroner tidak berbeda bermakna p>0,05 . Pada pasien tutup VSD, penggunaan intoropik lebih sedikit pada kelompok BC. Pasien tanpa inotropik kelompok BC dan CC yaitu 9/25 dan 2/22, 1 jenis inotropik 12/25 dan 13/22, dan lebih dari satu jenis inotropik 4/25 dan 7/22

ABSTRACT
Backgrounds Cardioplegia is an important myocardial protection in cardiac surgery. Many studies conducted to prove blood cardioplegia rsquo s superiority to crystalloid cardioplegia, but no agreement established for which cardioplegia is the best for acyanotic cardiac surgery. Methods Experimental study with simple randomization in 54 VSD, AVSD, and mitral valve disease patients, 24 crystalloid cardioplegia CC , and 30 blood cardioplegia BC . Lactate levels in arterial blood and coronary sinus, also coronary oxygen extractions were measured immediate, 15 and 30 minutes after CPB deactivated. Postoperative mechanical ventilation durations, inotropic administrations, arrhytmias, ICU and hospital length of stay were observed. Results No significant difference in the difference of lactate levels and coronary oxygen extractions immediate, 15 and 30 minutes after CPB P 0.05 . Less inotropics needed in VSD closure patients in BC group. No inotropic needed in 9 25 BC group to 2 22 in CC group, 1 inotropic needed in 12 25 BC group to 13 22 in CC group, and more than 1 intropic needed in 4 25 BC group to 7 22 in CC group p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book is a practical guide to the use of TEE (transoesophageal echocardiography) in the diagnosis of congenital heart disease (CHD). Beginning with an introduction to TEE for CHD, the following chapters describe procedures to be used for different cardiac conditions. 3D TEE allowing multi-dimensional perspectives is also covered."
New Delhi: Jaypee Brothers Medical, 2014
616.12 TRA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hraska, Viktor
"Approximately 120 different surgical procedures are used to correct congenital heart diseases, and the burden that this places on the surgeon is compounded by the exceptional complexity of the techniques and the rarity of many of the lesions. Training is problematic, not least because of legal issues, and currently available texts, drawings, and images are no substitute for real ‘live’ surgery.
Against this background, the authors have set out to create an interactive multimedia manual that covers many aspects of congenital heart surgery. Each heart defect is addressed in an individual chapter, elaborating specific surgical anatomy and indication for surgery of heart defect first, followed by video clips depicting the operative approach and technique. The clips are accompanied by a clear descriptive narrative, and patient history and diagnostic images are available to provide a clear backdrop to the operation. "
Berlin : Springer, 2012
e20425967
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Setiorini
"Latar belakang: Penyakit jantung bawaan (PJB) didapatkan pada 40-50% pasien sindrom Down, merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Salah satu manifestasi tambahan lain selain PJB adalah hipertensi pulmoner. Faktor-faktor risiko yang berperan untuk terjadinya PJB, terjadi pada periode perikonsepsi yaitu 3 bulan sebelum kehamilan hingga trimester pertama kehamilan. Beberapa penelitian mengenai faktor risiko PJB yang telah dilakukan memiliki hasil yang tidak konsisten baik dalam populasi sindrom Down sendiri, maupun apabila dibandingkan dengan populasi umum.
Tujuan: Mengetahui prevalens PJB dan hipertensi pulmoner, jenis PJB yang banyak didapatkan, dan faktor risiko PJB pada sindrom Down.
Metode: Studi potong lintang observational analytic pada pasien sindrom Down berusia ≤5 tahun di RSCM. Data diambil dari wawancara dengan orangtua subyek yang datang langsung ke poliklinik rawat jalan RSCM Kiara, Departemen Rehabilitasi Medis, dirawat di Gedung A RSCM, IGD, perinatologi maupun orangtua dari subyek yang tercatat di rekam medis dengan diagnosis sindrom Down atau memiliki International Classification of Disease (ICD) 10 Q90.9 sejak Januari 2012 hingga Desember 2015.
Hasil penelitian: Sebanyak 70 subyek sindrom Down memenuhi kriteria inklusi. Median usia subyek adalah 16,5 bulan. Penyakit jantung bawaan didapatkan pada 47,1% subyek. Defek septum atrium dan duktus arteriosus paten merupakan PJB terbanyak yang didapatkan yaitu masing-masing 30,3%. Penyakit jantung bawaan lain yang didapatkan adalah defek septum atrioventrikel dan defek septum ventrikel yaitu sebesar 18,2 dan 21,2%. Hipertensi pulmoner didapatkan pada 17,1% subyek dengan 10/12 subyek terjadi bersamaan dengan PJB. Usia ibu ≥35 tahun [p= 0,77; OR 0,87 (0,34-2,32)], usia ayah ≥35 tahun [p= 0,48; OR 1,44 (0,52-4,01)], febrile illness [p= 0,72; OR 0,81 (0,25-2,62)], penggunaan obat-obat yaitu antipiretik [p= 0,71; OR 0,60 (0,14-2,82)], antibiotik (p=0,91; OR 1,13 (0,15-8,5)], jamu/obat herbal [p=0,89; OR 0,89 (0,22-3,60)], keteraturan penggunaan asam folat [p= 0,27; OR 0,58 (0,22-1,50)], ibu merokok (p= 0,34), dan pajanan rokok [p= 0,89; OR 0,94 (0,36-2,46)] saat periode perikonsepsi tidak terbukti berhubungan dengan terjadinya PJB pada sindrom Down.
Kesimpulan: Faktor risiko lingkungan periode perikonsepsi tidak terbukti berhubungan dengan kejadian PJB pada sindrom Down."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puriani
"Operasi jantung paliatif masih menjadi pilihan untuk menghadapi beberapa kasus penyakit jantung bawaan saat operasi jantung korektif belum mungkin dilakukan. Sebagai pengasuh utama, ibu memiliki tantangan untuk melanjutkan perawatan yang optimal di rumah pasca operasi jantung paliatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu dalam merawat anak di rumah pasca operasi jantung paliatif. Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu yang merawat anak di rumah pasca operasi jantung paliatif, berjumlah 15 orang yang berasal dari tujuh provinsi di Indonesia, yakni Jakarta, Aceh, Bali, Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Wawancara secara mendalam dilakukan dengan pertanyaan terbuka, hasil kemudian dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Tema yang dihasilkan yakni seringkali timbul ketidakpastian, memiliki kebutuhan terhadap pelayanan rumah sakit yang belum terpenuhi, mengupayakan berbagai cara dalam merawat anak, memahami berbagai kondisi anak, mendapatkan informasi kesehatan untuk merawat anak di rumah, dan memiliki sumber dukungan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa selama melakukan perawatan anak di rumah setelah operasi jantung paliatif, ibu tetap memainkan peran mereka untuk memberikan perawatan yang terbaik, meskipun harus menghadapi kondisi ketidakpastian. Ditemukan bahwa para ibu akan mengusahakan upaya optimal mereka untuk menjaga kesehatan anak dengan dukungan maksimal dari lingkungan mereka. Perawat harus menyediakan perencanaan pemulangan yang komprehensif untuk memfasilitasi keterlibatan ibu dalam perawatan anak di rumah.

Palliative heart surgery is still an option for dealing with several cases of congenital heart disease when corrective heart surgery is not yet possible. As the primary caregiver, mothers have challenges to continue optimal care for their child at home after palliative heart surgery. This study aims to explore the experiences of mothers in caring for children at home after palliative heart surgery. Descriptive phenomenology used as study design. Participants in this study were 15 mothers who cared for children at home after palliative heart surgery, from seven provinces in Indonesia; Jakarta, Aceh, Bali, North Sumatra, West Java, Central Java, and Banten. In-depth interviews were conducted with open questions, the results were then analyzed using the Colaizzi method. The resulting theme is that uncertainty often arises, has unmet needs for hospital services, tries various ways of caring for children, understands various children's conditions, gets health information to care for children at home, and has sources of support. This study revealed that during child care at home after palliative heart surgery, mothers continued to play their role in providing the best care, despite having to deal with conditions of uncertainty. It was found that mothers would make their optimal efforts to maintain children's health with maximum support from their environment. Nurses must provide comprehensive discharge planning to facilitate maternal involvement in child care at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ace Trantika
"Pemberian air susu ibu ASI merupakan bentuk pemberian makanan yang paling disarankan untuk semua bayi, termasuk bayi dengan kebutuhan medis khusus seperti penyakit jantung bawaan. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan perilaku pemberian ASI pada 165 ibu yang memiliki bayi penderita penyakit jantung bawaan. Metode penelitian menggunakan survey deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pemberian ASI dan kuesioner perilaku pemberian ASI yang dimodifikasi dari penelitian Rickman 2017. Pemberian ASI eksklusif pada bayi penderita penyakit jantung bawaan hanya sebesar 36,4. Responden berusia 21-39 tahun tidak memberikan ASI eksklusif, begitupun dengan responden berpendidikan tinggi, tidak bekerja, berpendapatan cukup, multipara, dan berpengetahuan baik. Berdasarkan riwayat persalinan, responden yang melahirkan di fasilitas kesehatan, melahirkan secara sesar, melakukan inisiasi menyusu dini IMD. dan yang dirawat gabung tidak memberikan ASI eksklusif. Pada variabel dukungan sosial, responden yang mendapat dukungan suami dan ibu/mertua tidak memberikan ASI ekslusif. Sebanyak 62,2 bayi penderita kelainan asianotik dan 65,3 bayi penderita kelainan sianotik tidak mendapatkan ASI eksklusif. Kondisi medis bayi yang menyebabkan kendala menyusu pada bayi merupakan faktor utama tidak berhasilnya pemberian ASI eksklusif pada bayi penderita penyakit jantung bawaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tenaga kesehatan kurang memberikan motivasi dan dukungan pada responden untuk memberikan ASI secara eksklusif. Hasil studi ini dapat menjadi informasi untuk menerapkan konseling ASI yang efektif dan tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan dukungan dan motivasi pada ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.

Breastfeeding is the most recommended feeding for all infants, including infants with special medical needs such as congenital heart disease. This study aims to describe the breastfeeding behavior in 165 mothers who have infants with congenital heart disease. This research method used. quantitative descriptive survey. Data were collected using. modified breastfeeding and breastfeeding behavior questionnaire from Rickman 2017 study. Exclusive breastfeeding in infants with congenital heart disease is only 36.4. Respondents aged 21 39 years old did not provide exclusive breastfeeding, as did high educated, unemployed, fair income, multiparent, and knowledgeable respondents. Based on the history of labor, respondents who gave birth at. health facility, delivered by cesarean section, initiated breastfeeding, and who were treated together with their infants did not provide exclusive breastfeeding. In social support variables, respondents who have the support of husband and mother mother in law did not provide exclusive breastfeeding. As many as 62.2 of infants with asianotic abnormalities and 65.3 of infants with cyanotic abnormalities were not exclusively breastfed. The infant 39. medical condition that causes breastfeeding difficulties in infants is. major factor in the failure of exclusive breastfeeding in infants with congenital heart disease. The results also show that health workers less motivation and support to respondents to exclusively breastfeed. The results of this study can become an information to implement effective breastfeeding counseling and health workers are expected to provide support and motivation in mothers to exclusively breastfeed their babies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>