Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4522 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erlita Tantri
"Surabaya was one of the important cities in the Netherlands Indies since the nineteenth century. However as a coastal city, which had many potential plantations, busiest business districts & port,naval based, and defense area, Surabaya also faced annual flood problem in rainy season. So, what were the cause and the ipact of the flood problem in surabaya? What was the Dutch colonial goverment done to overcome flood and its impact? What was he Dutch.s motive on its efforts? This paper would like to know the Dutch colonial.s flood contorol in surabaya city from 1906 to 1942 and its motivation. As a historical study, this paper user literature study that is started from the colonial period. Finally, food control was necassary for surabaya where may ethnics and important economic activities based which needed good infrasturctures, and healty environment. Therefore, flood as the source of diseases and inconvenience had to be eradicated from the influential city."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
PATRA 18:2 (2017)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Erlita Tantri
"ABSTRACT
Surabaya was one of the important cities in the Netherlands Indies since the nineteenth century. However as a coastal city, which had many potential plantations, busiest business districts & port, naval based, and defense area. Surabaya also faced annual flood problem in rainy season. So what were the cause and the impact of the flood problem in Surabaya? What was the Dutch colonial government done to overcome flood an its impact? What was the Dutch motive on its efforts? This paper would like to know the Dutch colonial.s flood control in Surabaya city from 1906 to 1942 and its motivation. As a historical study, this paper uses the colonial literature study that is started from the colonial period. Finally, flood control was necessary for Surabaya where many ethnics and important economic activities based which needed good infrastructures and healthy environment. Therefore, flood as the source of diseases and inconvenience had to be eradicated from the influential city."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andi Achdian
"Disertasi ini membahas perkembangan politik pergerakan nasional Indonesia dan kaitannya dengan perkembangan politik kewargaan di kota kolonial Surabaya sepanjang periode 1906 sampai berakhirnya kekuasaan kolonialisme Belanda pada Maret 1942. Kiprah politik kaum pergerakan antikolonial di Indonesia tidak dapat disangkal telah menjadi tema besar dalam kajian sejarah Indonesia modern. Namun, bagaimana pandangan politik dan kiprah mereka terkait lingkungan kota tempat mereka tinggal sampai sekarang tetap menjadi pembahasan yang relatif terabaikan dalam kajian sejarah Indonesia. Disertasi ini dengan demikian memberi sumbangan dengan menunjukkan peran aktif kaum pergerakan dalam dinamika politik kota dan visi mereka tentang hak-hak kewargaan orang Indonesia di dalamnya.

This disertation is an effort to describe the engagement of Indonesian nationalist with the idea and practices of modern citizenships in the colonial city of Surabaya during the periods of 1906 until the end of Dutch colonialism. Although the study on Indonesian nationalist movement has already been an extensive study in the literature of anticolonial movement in the early twentieth century, however the nature of political engagement of nationalist activists with modern ideas and citizenships in the urban politics is still a relatively underdeveloped. By showing the nature of engagement and participation of nationalist politics in the colonial city of Surabaya, this dissertation is therefore has become an effort to fulfill this gap in the existing literatur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
D2411
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar asal Bali ini berjudul Kidung Tantri, menceritakan kemegahan kerajaan Negara Patali di bawah pemerintahan Raja Eswaryadala didampingi oleh seorang patih bernama Bande Swarya. Beliau sangat terkenal, berwibawa, serta ditakuti oleh raja-raja sekitarnya. Beliau senantiasa menyuruh patihnya untuk menghaturkan gadis-gadis setiap hari untuk dikawini. Lama-kelamaan habislah gadis yang dilacak oleh Patih Bande Swarya, kecuali putrinya sendiri yakni Ni Dyah Tantri. Patih Bande Swarya sangat sedih memikirkan hal itu. Berita ini didengar oleh Dyah Tantri. Untuk menghilangkan rasa duka ayahnya, Dyah Tantri bersedia dihaturkan kepada raja dan berjanji akan mampu menundukkan keserakahan raja. Secara pelan Dyah Tantri dapat menundukkan raja dengan bercerita setiap malam secara berangkai mulai dengan cerita Begawan Darma Swami melibatkan tokoh lembu,. singa dan semada, yang intinya hanya menyindir raja dengan ajaran dan prinsip utama yang harus dipegang raja dalam memerintah rakyatnya. Kisah dilanjutkan dengan cerita-cerita lain yang berisi ajaran-ajaran yang mampu mengubah sikap raja. Akhirnya raja menyadari perbuatannya sehingga Dyah Tantri selamat dan Patih Bande Swaryadala pun merasa lega. Menurut keterangan di h.90b, naskah selesai disalin pada hari Rabu Keliwon Dungulan bulan Kasa (pertama), dan merupakan milik I Gusti Putu Jlantik sebagai Bupati Singaraja, diperoleh di Puri Singaraja pada hari Kamis Pon Kurantil tahun 1828 Saka oleh Anak Agung Ngurah (di Tabanan). Naskah ini tidak jelas siapa penyalinnya, namun berdasarkan informasi di h.90b tampaknya naskah disalin oleh I Gusti Putu Jlantik atau Anak Agung Ngirisah (Tabanan) pada tahun 1828 Saka (1906) di Singaraja Bali. Hal ini ditunjang dengan catatan tambahan dengan tulisan Bali dan Latin yakni kidung tantri 1-90,1.G. Jlantik (t.t), punggawa kulini, 1906. (h.1a)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.63-LT 230
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ktut Tantri
New York: Harper & Brothers, 1960
920.7 KTU r (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1980
899.22 NID
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah Bali ini memuat dua judul yaitu: mantra usada tantri dan dasa sila paramarta. Mantra usada tantri berisikan mantra-mantra pengobatan yang diambil dari cuplikan-cuplikan cerita Tantri. Di antaranya disebutkan tentang keberhasilan seorang pendeta dengan keutamaan mantranya sehingga Raden Mantri dapat sembuh dari gigitan ular; Suraddha mati dipatuk ular; dirusaknya rumah burung sang syah oleh kera; meninggalnya para putra Begawan Wasista dimangsa raksasa; dan cerita Ni Dyah Tantri. Dilanjutkan dengan cuplikan-cuplikan cerita lain, seperti: sang Manik Angkeran; 2 Kerajaan Jenggala dan Kediri; perang Baratayuda; awal Mahabarata; saat Pandawa dan Kurawa belajar ilmu panah (danur dara) kepada Begawan Drona; Begawan Weda dengan muridnya; Jagat Karu; Aji Dharma; Usadha; dan diakhiri dengan ajaran Pangiwan Begawan Jayanti dan Pangiwan Naga Buntut. Teks bagian kedua, ialah dasa sila paramarta, diawali dengan uraian tokoh Maharaja Duryadana, saat menyatu dengan Pretiwi (bumi) maka muncullah tumbuh-tumbuhan yang dinikmati manusia sebagai panca tan mantra. Sedangkan sewaktu di bhuwana alit, beliau disebut sebagai pancedria yang meliputi: arsendria (kulit), srotendria (telinga), caksundria (mata), sranendria (hidunga), dan jihnendria (lidah), yang semuanya ini dapat membentuk dasa bayu. Disebutkan juga bagian-bagian Dasendria, seperti wakindria (mulut), panindria (tangan), pastendria ( kemaluan lelaki), paywendria (pantat), dan padandria (kaki), yang berpengaruh dalam diri Duryadana, sehingga muncul sifat dremba, moha, loba, dama, matsarya, usya, denggya, dan angkara padanya, juga terhadap para Kurawa lainnya. Beda halnya dengan Pandawa, yang memiliki sifat baik yang bertindak di atas garis kebenaran sehingga disebut sebagai bhuwana langgeng; seperti yang berpengaruh pada diri Darmawangsa (sebagai sabda), Bima ( sebagai bayu), Arjuna (sebagai idep). Ketiga tokoh Pandawa ini disebutkan sebagai Tri Bhuwana atau Bhuwana Langgeng. Teks dilanjutkan dengan kisah peperangan Baratayuda, saat matinya Gatotkaca dibunuh oleh Karna, Karna oleh Arjuna, Bisma oleh Srikandi, dan lain-lainnya. Diungkapkan tentang prang Ayodya dengan Alengka; kisah Sugriwa dan Subali, serta lahirnya Anoman. Diakhiri dengan dibunuhnya Boma oleh Kresna dan Detya Kawaca oleh Arjuna. Pada lempir pertama naskah ini, terdapat catatan tambahan beraksara Latin, dan Bali, menyebutkan I.G. Jlantik (t.t), 14/6 1929. Lid rad brata ring Singaraja. Berdasarkan data ini, kiranya naskah disalin (atau hanya dikoleksi?) oleh I.G. Jlantik pada tanggal 14 Juni 1929 di Singaraja."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.29-LT 237
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Salich Wicaksana Goeritman
"Skripsi ini membahas mengenai memori yang terdapat pada material culture mengenai kematian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah inskripsi/teks dan lambang kematian yang terdapat pada makam dan nisan abad 19 ? 20 M awal. Pada analisis yang dilakukan terhadap inskripsi/teks ditemukan penggunaan kosakata awalan, sebutan, kalimat testimoni dan kutipan alkitab/injil. Selain itu, analisis terhadap lambang-lambang yang ditemukan pada makam dan nisan merepresentasikan mengenai kematian, waktu, dan keabadian. Melalui inskripsi/teks serta lambang kematian memperlihatkan bagaimana seseorang yang telah meninggal dikenang dan memberikan gambaran mengenai adanya kehidupan setelah kematian.

This thesis discusses the memory contained in the material culture concerning death. In this research, the object of the study is the inscription or text and the symbol of death found in the tombs and headstones originating from the 19th until early 20th century AD. The analysis conducted towards the inscription/text has resulted in the usage of opening phrases, honorific titles, testimonials, and quotes taken from the holy bible. In addition, the analysis for the symbols engraved in the tombs and the headstones represent death, time, and eternity. Finally, these inscription/text and the symbol of death show us how someone who has passed away at that time is remembered and give us an overview of the existence of the afterlife."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>