Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126759 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Lubis, Khairul Arifin
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa investasi Emas sebagai alat Hedging untuk mengatasi risiko Inflasi dan Nilai tukar di negara islam berkembang tahun 2005-2019 dengan menggunkaan metode VECM. Penelitian ini menggunakan sampel tiga negara berkembang yang memiliki penduduk mayoritas beragama islam, yakni Turki, Indonesia, dan Malaysia, dengan periode dari tahun 2005 hingga 2019. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa return emas tidak memiliki hubungan sebab akibat terhadap perubahan inflasi sehingga return emas tidak akan terpengaruh oleh turun atau naiknya nilai inflasi. Ditemukan juga bahwa perubahan inflasi tidak memiliki hubungan sebab akibat terhadap return emas sehingga perubahan inflasi tidak akan terpengaruh oleh turun atau naiknya return emas, selain itu, ditemukan bahwa return emas tidak memiliki hubungan sebab akibat terhadap perubahan nilai tukar sehingga return emas tidak akan terpengaruh oleh turun atau naiknya nilai tukar. Ditemukan juga bahwa perubahan nilai tukar tidak memiliki hubungan sebab akibat terhadap return emas sehingga nilai tukar tidak akan terpengaruh oleh pergerakan turun atau naiknya return emas Pada akhirnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi emas bisa menjadi alat lindung nilai (Hedging) terhadap risiko inflasi dan nilai tukar di negara Turki, Indonesia, maupun Malaysia.

This research aims to analyze gold investment as a Hedging tool to overcome the risk of inflation and exchange rate in the Islamic State of the year 2005-2019 period by using the VECM method. The research uses a sample of three developing countries that have a majority population of Muslims, namely Turkey, Indonesia, and Malaysia, with a period from 2005 to 2019. In this study it was discovered that the movement of gold return had no causal relationship to the inflation movement so that the gold return would not be affected by falling or rising the value of inflation. It was also found that inflation movements had no causal relationship to the gol return so that the inflation rate would not be affected by downward movement or rising gold return, in addition, it was found that the gold return had no causal relationship to the movement of the exchange rate so that the gold return would not be affected by the decrease or rise of the exchange rate. It was also found that the movement of the exchange rate had no causal relationship to the gold return so that the exchange rate would not be affected by downward movement or rising gold price in the end, the results showed that gold investment could be a hedge against inflation and exchange rates in Turkish, Indonesian, and Malaysian countries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanjoyo
"Macroeconomic untuk Kebijakan Moneter di Indonesia. Disertasi ini mencoba untuk mengembangkan dan mengestimasi Model New Keynesian Small Macroeconomic (NKSM) untuk kebijakan moneter di Indonesia. Model ini berlandaskan pada simple dynamic stochastic general equilibrium yang memfokuskan pada suku bunga nominal sebagai instrumen kebijakan moneter untuk stabilisasi harga. Aspek pengembangan model ini adalah dengan memperhatikan defisit fiskal yang diwakili oleh rasio hutang pemerintah terhadap GDP. Parameterisasi model yang digunakan yaitu dengan Generalized Method of Moments dan teknik kalibrasi (algoritma Gausse-Siegel) untuk perarnalan tiga tahun ke depan. Hasil pengujian koelisien model adalah sangat signifikan yang menunjukkan bahwa model NKSM valid untuk Indonesia. Dari hasil simulasi model yaitu kenailcan rasio hutang pemerintah terhadap GDP sebesar 3% pada tahun 2009 akan meningkatkan output gap secara sementara selama 3-4 kuartal dan secara bersarnaan menimbulkan crowding out. Dampak crowding out menimbulkan inflasi yang lebih kecil dari baseline, sehingga respon sulcu bunga nominal lebih kecil dari baseline.

This dissertation attempts to develop and estimate New Keynesian Small Macroeconomic (NKSM) Model for monetary policy in Indonesia. This model based on the simple dynamic stochastic general equilibrium that focuses on the nominal interest rate as a monetary policy instrument for price stabilization. An aspect of the development of this model is to consider the fiscal deficit represented by the ratio of govemment debt to GDP. Parameterizes of the model is used the Generalized Method of Moments and calibration techniques (algorithms Gausse-Siegel) to forecast next three years. Results testing hypotesis of model?s coefficients is very significant that indicates that the model NKSM valid for Indonesia. 'lhe results of the simulation model, namely the increasing debt to GDP ratio of 3% in the year 2009 will increase the output gap during the 3-4 quarter and while at the same time cause crowding out. The impact of crowding out cause inflation lower than baseline, so the response of nominal interest rate is smaller than baseline."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
D961
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hansen, Alvin Harvey, 1887-1975
Djakarta : Bhratara , 1961
332 HAN mt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Friady Amaluddin
"Dalam rangka implementasi kebijakan moneter, Otoritas Moneter harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai mekanisme kerja perekonomian termasuk mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui berbagai saluran ke sektor ril perekonomian. Setidak-tidaknya terdapat lima saluran transmisi kebijakan moneter yang dikenal scat ini. Dalam penelitian ini efektivitas kebijakan moneter melalui perbankan konvensional dan perbankan syariah dipelajari dalam kerangka saluran transmisi pinjaman bank (bank lending channel). Data yang digunakan adalah data time series bulanan dari bulan Oktober 2000 s.d. Maret 2005. Variabel-variabel yang digunakan mewakili variabel kebijakan moneter, variabel neraca bank syariah, variabel neraca bank konvensional dan variabel nilai tukar serta variabel sektor ril perekonomian.
Setelah dilakukan pengujian data dan model, dapat disirnpulkan bahwa model ekonometrika yang paling sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah Model Vector Error Correction (VECM). Pengujian lanjutan seperti uji kausalitas atau uji eksogenitas menghasilkan kesimpulan bahwa di dalam model VECM yang dibangun terdapat delapan variabel endogen, yaitu: LSBI, LDEPO, LSEK, LKRED, LDIM, LNBHP, LIHK dan LNT, dan dua variabel eksogen, yaitu: LPDB dan LSKS.
Selanjutnya kesimpulan yang dapat ditarik setelah dilakukan proses pengukuran dan pembandingan efektivitas kebijakan moneter antara bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan moneter (suku bunga SBI) mempengaruhi variabel-variabel neraca bank konvensional (suku bunga kredit, suku bunga deposito dan jumlah sekuritas yang dimiliki).
2. Pengaruh kebijakan moneter (suku bunga SBI) terhadap variabel neraca bank syariah terbatas pada tingkat bagi basil deposito investasi mudharabah.
3. Variabel neraca bank konvensional (suku bunga kredit) mentransmisikan kebijakan moneter (suku bunga SBI) ke variabel nilai tukar dan variabel sektor ril perekonornian yaitu: indeks harga konsumen.
4. Variabel neraca bank syariah tidak mentransmisikan kebijakan moneter (suku bunga SBI) ke variabel nilai tukar dan variabel sektor ril perekonornian yaitu: indeks harga konsumen.
5. Kebijakan moneter (suku bunga SBI) mempengaruhi variabel nilai tukar dan variabel sektor ril perekonornian yaitu: indeks harga konsumen.
6. Bank konvensional dan bank syariah tidak bersifat independen.
7. Variabel-variabel neraca bank syariah mempengaruhi variabel neraca bank konvensional. Sementara variabel-variabel neraca bank konvensional tidak mempengaruhi variabel-variabel neraca bank syariah.
8. Kebijakan moneter melalui bank konvensional lebih efektif daripada melalui bank syariah.
9. Pengaruh kebijakan moneter (suku bunga SBI) terhadap bank konvensional (suku bunga kredit) amat sangat kecil sehingga kebijakan moneter cenderung kurang efektif.
Sebagai penutup, hal-hal yang dapat disarankan berkenaan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam penetapan target indikatif suku bunga SBI, Otoritas Moneter disarankan untuk lebih menitikberatkanperhatian pada suku bunga kredit daripada suku bunga deposito. Pertimbangannya adalah setidak-tidaknya terdapat 12 saluran pengaruh suku bunga SBI terhadap variabel-variabel neraca bank konvensional dan syariah, variabel nilai tukar dan variabel sektor ril perekonomian (indeks harga konsumen) melalui suku bunga kredit, sementara suku bunga deposito sama sekali tidak mentransmisikan kebijakan moneter ke variabel-variabel lainnya.
2. Dengan mempertimbangkan fakta bahwa walaupun suku bunga kredit mentransmisikan suku bunga SBI ke nilai tukar dan indeks harga konsumen, namun pengaruh suku bunga SBI terhadap suku bunga kredit amat sangat kecil sehingga Otoritas Moneter perlu meningkatkan upaya untuk menyempurnakan prosedur operasi moneter yang saat ini diterapkan danlatau mencari piranti-piranti moneter alternatif yang dapat menggantikan posisi SBI sebagai piranti moneter utama.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih ]anjut mengenai hubungan kausalitas antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit bank konvensional dengan tingkat bagi hasil deposito investasi mudharabah dan nisbah bagi basil pembiayaan bank syariah, mengingat penelitian ini menghasilkan puzzle yang sulit dijelaskan dimana variabel neraca bank syariah mempengaruhi variabel neraca bank konvensional dan sebaliknya variabel neraca bank konvensional tidak mempengaruhi variabel neraca bank syariah."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Anwar
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0387
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Argamaya
"Diduga bahwa inflasi lebih persisten dan kebijakan moneter lebih akomodatif terhadap inflasi di bawah rezim nilai tukar mengambang. Penelitian di Indonesia menunjukan hasil yang berbeda dari dugaan semula, yaitu rata-rata persistensi inflasi di Indonesia baik sebelum dan sesudah memperhitungkan rata-rata perbedaan pengaruh oil shocks di bawah rezim nilai tukar tetap cenderung lebih persisten. Sedangkan kebijakan moneter datam mengakomodasi inflasi baik dalam rezim nilai tukar tetap maupun rezim nilai tukar mengambang setelah memperhitungkan rata-rata perbedaan pengaruh oil shocks cenderung tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Hal ini terutama disebabkan oleh karakteristik laju inflasi di Indonesia lebih kuat dipengaruhi masalah di sisi penawaran dibandingkan dengan sisi permintaan, atau jumlah uang beredar, Selain itu, diduga akibat tidak independennya bank sentral dalam menentukan kebijakan moneter khususnya dalam jumlah uang beredar, sebagaimana dapat dilihat pada hasil pengujian kebijakan sterilisasL Dengan demikian, otoritas moneter memilHd keterbatasan dalam mengendalikan laju inflasi
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Hengky Gongkon
"Jatuhnya mata uang Bath Thailand merupakan awal dari krisis Asia yang selanjutnya menimpa Korea Selatan dan Indonesia. Won dan Rupiah depresiasi nilainya yang mengakibatkan kedua negara mengalami krisis yang sangat parah dan mengguncang sistem perekonomian kedua negara secara menyeluruh. Kedua negara meminta bantuan IMF untuk mengatasi krisis di negaranya.
IMF sebagai lembaga keuangan internasional memberikan bantuan likuiditas terhadap negara-negara anggota. Program bantuan IMF diiringi dengan prasyarat yang harus dipenuhi oleh negara penerima bantuan. Prasyarat tersebut tertuang dalam nota kesepakatan yang disebut Letter of Intent (Lol). Butir-butir kesepakatan itu terkait dengan program reformasi yang mengandung nilai-nilai liberal.
Tesis ini menggunakan konsep neo-liberal untuk menjelaskan butir-butir prasyarat yang direkomendasikan IMF terhadap kedua negara. Butir-butir prasyarat ini diantaranya : Kebijakan moneter dan fiskal ketat, kebijakan orientasi ekspor, liberalisasi sistem keuangan, penegakan iklim transparansi, restraIrturisasi dan privatisasi, serta deregulasi kebijakan ekonomi yang berorientasi terhadap nilai-nilai pasar bebas. Kebijakan moneter dan fiskal ketat yang direkomendasikan IMF terhadap kedua negara menyebabkan kondisi ekonomi kedua negara semakin terpuruk. Nilai mata uang (kurs) semakin terdepresiasi, cadangan devisa semakin menipis, dan besarnya biaya sosial yang harus ditanggung oleh kedua negara seperti semakin tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan serta instabilitas politik.
Teori developmental state digunakan dalam tesis ini untuk menjelaskan pengaruh peran aktif pemerintah dalam aspek sosial-politik dan ekonomi terhadap proses pemulihan ekonomi di kedua negara. Teori ini menjelaskan peran aktif pemerintah dalam aspek sosial-politik ditujukan untuk menciptakan stabilitas, dan peran aktif pemerintah dalam aspek ekonomi ditujukan untuk mempercepat perturnbuhan ekonomi. Kredibilitas dan kepekaan terhadap krisis, yang terkait dengan konsistensi, kejelasan motivasi, tranparansi, keseriusan dalam reformasi, pentingnya stabilitas jangka pendek, serta kebijakan yang cenderung memihak rakyat kecil merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terciptanya stabilitas. Restrukturisasi sektor keuangan dan korporasi secara bijak, seperti terdapatnya mekanisme aturan yang jelas, tindakan cepat dalam merestrukturisasi hutang swasta, dan rnemperbaiki kinerja manajemen merupakan faktor-faktor yang pempercepat bangkitnya kembali sektor dunia usaha. Asumsi dalam tesis ini, jika kondisi stabil dan sektor dunia usaha dapat bangkit kembali maka proses pemulihan ekonomi akan berjalan dengan cepat.
Jenis penelitian dalam tesis ini adalah eksplanatit di mana menghubungkan dua variabel dengan menggunakan teori-teori sebagai alat untuk menganalisa hubungan kousal yang terjadi. Diteliti keterkaitan hubungan antara peran aktif pemerintah dalam aspek sosial-politik dan ekonomi terhadap proses pemulihan ekonomi di kedua negara. Dalam interaksinya dengan IMF, peran aktif pemerintah Korea Selatan dalam aspek sosial-politik dan ekonomi menyebabkan kondisi stabil tetap terjaga dan peran aktif pemerintah dalam aspek ekonomi menyebabkan sektor dunia usaha cepat bangkit kembali.
Tesis ini membuktikan, dalam berinteraksi dengan IMF, diperlukan peran aktif pemerintah dalam aspek sosial-politik dan ekonorni agar kondisi stabil tetap terjaga dan sektor dunia usaha dapat bangkit kembali dengan cepat. Terbukti, dengan kondisi politik yang stabil dan bangkit kembalinya sektor dunia usaha menyebabkan Korea Selatan lebih cepat pulih dan krisis dibandingkan Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbanraja, Alvin Ulido
"Tulisan ini bertujuan untuk memperluas cakupan penelitian dan menetapkan hubungan antara transisi demografi dan efektivitas kebijakan moneter dengan membuat model teoretis sederhana dan melakukan studi empiris terhadap data tingkat provinsi di Indonesia dari tahun 2007 hingga 2013. Model teoretis menunjukkan bahwa efektivitas kebijakan moneter, diukur dengan elastisitas dari respons pasar kredit konsumen terhadap perubahan suku bunga, terhadap tingkat usia median mengikuti kurva U. Terdapat indikasi bahwa data empiris mengikuti hipotesis, dengan hasil uji statistik yang signifikan. Namun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan data dari perekonomian lainnya dengan periode yang lebih panjang untuk menegaskan hubungan antar variabel dalam penelitian ini.

This paper aims to extend the research and establish general relationship between demographic transition and effectiveness of monetary policy by constructing simple theoretical model and conducting empirical study on Indonesian provincial data between 2007 and 2013. The constructed theoretical model shows that monetary policy effectiveness, measured by interest rate elasticity of consumer credit, follows U-shape curve with respect to median age level. There are indications that empirical data statistically confirms the hypothesis. However, further researches in other economies with longer panel data are needed to strongly confirm this relationship."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59117
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Muhammad Nasim
"Banyak sasaran yang ingin dicapai secara serentak serta tidak berfungsinya mekanisme transmisi secara efisien akibat disintermediasi dalam sistem keuangan menyebabkan pengendalian moneter secara tidak langsung menjadi kurang efektif. Di satu sisi, perkembangan nilai tukar yang belum stabil dan inflasi yang masih tinggi memaksa Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk mempertahankan kebijakan uang ketat, yang berakibat tingginya suku bunga di dalam negeri. Di sisi lain, tingginya suku bunga telah berdampak negatif terhadap dunia usaha karena membengkaknya kewajiban pembayaran bunga dan terhentinya pemberian kredit barn oleh perbankan, akibatnya nonperforming loan (NPL) meningkat dan bank-bank beroperasi dengan negative spread.
Penelitian ini mengevaluasi kembali apakah mekanisme transmisi yang selama ini dipergunakan masih relevan dijalankan dan mencari alternatif mekanisme lainnya yang lebih mengakomodasi terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang semakin terbuka. Dengan menggunakan indeks kondisi moneter (IKM) sebagai sasaran antara pada mekanisme transmisi kebijakan moneter akan diketahui ketat atau tidaknya stance dari kebijakan moneter yang ditempuh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks kondisi moneter (1KM) dapat memberikan informasi tentang akan dilakukannya pengetatan atau pelonggaran moneter di Indonesia. Pergerakan indeks kondisi moneter (IKM) ditentukan oleh gejolak dari komponen yang membentuk indeks kondisi moneter (1KM) yaitu suku bunga dan nilai tukar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>