Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Nurgaha Yulisar
"ABSTRAK
Hemoptisis atau bentuk daha merupakan gelaja yang tidak jarang ditemukan pada praktek sehari-hari dan berpotensi menyembabkan kematian. Kasus hemoptesis ini bervariasi, dapat berupa bentuk darah yang self limiting sampai hemoptesis masif yang mengancam nyawa. Moralitas dari hemoptesis masif ini berkisar antara 50%, dengan prevalensi sekitar 5% dari seluruh kasus hempotesis. sedangkan moralitas dari hemoptesis itu sendiri antara pernafasan sehingga menyebabkan asfiksia dan diikuti oleh gagal sistem kardiovaskular. di indonesia, prevalensi hemoptesis pada pasien rawat inap di RSP tahun 2007 dan 2008 sebesar 30.99% dan 34.68%. Entologi dari hemoptesis ini beragam, di antaranya adalah penyakit parenkimal, penyakit saluran nafas, dan penyakit vaskuler. namun dari beberapa penelitian, 3-42% pasien dengan hempotesis entologinya tidak dapat diketahui dan dapat disebut sebagai kriptogenetik. Pasien dengan hempotesis masif sebaiknya selalu dianggap kondisi yang mengancam nyawa yang memerlukan terapi yang cepat, tepat, dan efektif. pada makalah ini, akan dibahas mengenai diagnosis dan tatalaksana dari hemoptesis non masif dan hemoptesis masif."
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Telly Kamelia
"ABSTRAK
Abses hepar merupakan lesi inflamasi pada hepar yang dapat menyebar ke ronga pleura sehingga mengakibatkan empiema maupun abses paru. Salah satu penyebab penyebaran ke rongga pleura adalah karena adanya fitsula hepatopleura. Dalam kasus ini, seorang laki-laki, 43 tahun, datang dengan keluhan sesak napas yang memberat sejak 1 minggu yang lalu, disertai nyeri perut bagian atas, batuk darah sebanyak satu kali, perut dirasakan membesar, serta terdapat riwayat merokok, promiskuitas, dan minum alkohol. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan paru kanan tertinggal saat inspirasi, vocal fremitus menurun, perkusi redup, dan suara vesikuler menurun pada lapang paru kanan dan hepatomegali. Hasil IDT amoeba adalah 1,92 dan pemeriksaan cairan pleura, didapatkan kesan eksudat. Didapatkan gambaran efusi pleura masif pada foto toraks. Hasil USG hepatologi didapat abses hepar, hepatomegali, dan efusi pleura kanan. Pada pemeriksaan USG Toraks didapat efusi pleura kanan dengan gambaran loculated. CT scan torak dengan kontras didapat gambaran kavitas dengan air-fluid level pada hemitoraks kanan dan lesi segmen 4,5 hepar. Hasil analisis cairan pungsi abses hepar didapatkan pemerikasaan mikrobiologi tidak ditemukan kuman, BTA negatif, kultur tidak ditemukan mikroorganisme maupun kuman anaerob, pemeriksaan patologi didapatkan cairan berwarna coklat kental, dan pemeriksaan mikroskopik didapatkan sediaan sitologi abses hepar yang mengandung massa nekrotik, serta serabut jaringan ikat."
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Telly Kamelia
"ABSTRAK
Obstructive sleep apnea (OSA) merupakan salah satu gangguan napas saat tidur yang paling sering terjadi. OSA terjadi akibat kolaps saluran napas atas baik secara total maupun parsial. Pemeriksaan polisombografi level 3 tetap sering dilakukan karena dianggap sebagai pemeriksaan yang mudah dan tidak mahal. Penelitian ini bertujuan menilai akurasi diagnosis obstructive sleep apnea dengan level 3 portable monitor sleep test. Metode yang digunakan yaitu pencarian literatur dengan dilakukan menggunakan database PubMed dan Cochrane, didapatkan 37 artikel. Dilakukan seleksi artikel dan telaah kritis sistematik review berdasarkan validity, importance, dan applicability yang terstandardisasi oleh Centre of Evidence Medicine University of Oxford British serta telaah kritis artikel diagnosis yang terstandardisasi oleh British Medical Journal (BMJ). Hasil dari sistematik review dan meta-analisis oleh Shayeb, dkk (2014) didapatkan bahwa pemeriksaan level 3 portable monitor sleep test memiliki heterogenitas sedang hingga tinggi (nilai I2 53%-85%), sensitivitas dan spesifisitas (0,79-0,97 dan 0,60-0,93). Garg dkk, (2014) dengan studi kohort mendapatkan hasil bahwa pemeriksaan level 3 dirumah memiliki sensitivitas 0,96, spesifisitas 0,43, PPV 0,79, dan NPV 0,82. Kesimpulannya pemeriksaan level 3 dengan portable monitor dirumah memiliki tingkat akurasi yang baik dan lebih direkomendasikan untuk pasien dengan risiko tinggi OSA tanpa komorbid. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI Publishing, 2024
616.839 AMY
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia , 2021
613.2 STU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Citraresmi
"Pada kejadian luar biasa tahun 2004 dilaporkan bahwa pasien-pasien DBD di Jakarta memenuhi berbagai rumah sakit sampai tak tertampung dan harus dirawat di koridor rumah sakit dengan tempat tidur tambahan. Hal serupa tidak tampak di RS dr Cipto Mangunkusumo (RSCM); meskipun terjadi peningkatan jumlah pasien DBD namun tidak sampai memerlukan penambahan tempat tidur yang berarti. Di seluruh wilayah DKI Jakarta terdapat 70 RS umum yang terdiri dari 8 RS pemerintah dan 62 RS swasta. RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, RSUD Koja, RSAB Harapan Kita, RSUD Pasar Rebo, dan RSUP Fatmawati adalah RS pemerintah yang masing-masing mewakili kelima wilayah di DKI Jakarta. RSU Sumber Wares yang berada di wilayah Jakarta Barat adalah sebuah RS swasta yang telah Iama melakukan penelitian mengenai DBD.
Adanya kejadian luar biasa akan menyebabkan jumlah kasus berat bertambah, namun sangat mungkin pula terjadi overdiagnosis. Sorotan media massa yang berlebihan mengenai kejadian luar biasa DBD, di samping kebijakan pemerintah membebaskan biaya pemeriksaan, berperan dalam peningkatan jumlah pasien di berbagai rumah sakit. Untuk menghindari overdiagnosis tersebut dapat digunakan kriteria diagnosis secara klinis dan laboratorium dengan menggunakan kritena WHO tahun 1997.
Tujuan penggunaan kriteria WHO adalah untuk mengidentifikasi dengan tepat pasien yang memiliki risiko timbal komplikasi akibat dengue berat (DBD dan DSS), dan juga untuk memfasilitasi triase dan penggunaan swnber daya yang terbatas secara tepat. Kriteria ini juga dapat digunakan sebagai alat epidemiologi untuk mengumpulkan data kesehatan masyarakat mengenai insiders infeksi dengue simtomatik, beratnya penyakit, dan lain-lain, yang dapat dirnanfaatkan untuk mengevaluasi program pemberantasan dan tata laksana kasus dengue. Kriteria WHO digunakan untuk menentukan kasus DBD dan tidak meliputi kasus DD, sehingga kriteria ini dapat membantu dalam menentukan CFR secara tepat dengan hanya meniasukkan kasus DBD dalam perhitungannya. Dikhawatirkan CFR yang dilaporkan saat ini meliputi pula kasus-kasus DD sehingga tampaknya terjadi penurunan dari tahun ke tahun.
Dalam menghadapi KLB DBD, diperlukan peningkatan kewaspadaan dari segenap petugas kesehatan balk di tingkat puskesmas, dokter praktek perseorangan sampai rumah sakit. Maka perlu dipahami panduan yang telah ada dalam menghadapi KLB DBD agar penanganan pasien bisa dilakukan secara cepat, tepat dan efisien. Untuk itu perlu diketahui data karakteristik demografi, klinis, laboratoris serta tata laksana KLB DBD untuk dapat menjadi acuan dalam perbaikan perencanaan menghadapi KLB DBD di masa datang.
Rumusan masalah
Bagaimana karakteristik pasien, tata laksana dan ketepatan diagnosis demam berdarah dengue di Jakarta pada kejadian luar biasa tahun 2004?
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan penerbit FKUI, 2014
616.51 DER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Guno
"ABSTRAK
Tuberculosis was still a global health problem. Beside lung, tuberculosis also manifest in other organs, one among them  is in abdominal organs. Abdominal tuberculosis was a complex disease with unspecific sign and symptoms so that its diagnostic procedure was not rarely inconclusive. We reported a 24 years old woman with chief complain of worsening abdominal pain in all region, accompanied by nausea, vomiting, bloating, and  absent bowel movement. She also had a fresh bloody stool. She had an active pulmonary tuberculosis on initiation phase treatment. Physical examination suggest a bowel obstruction sign with distended abdomen and increase bowel sound. Colonoscopy procedure findings was a mass that obstruct bowel lumen in ileocaecal region, suggest for malignancy similar to computerized tomography (CT) scan result, but pathlogic result showed an active colitis without any sign of malignancy. Because of its contradiction, the second colonoscopy was performed and concluded as intestinal tuberculosis, matched with second pathologic examination. Although polymerase chain reaction (PCR) tuberculosis (TB) showed a negative result, a further clinical judgement concluded this as an intestinal tuberculosis case. Patient was finally treated as intestinal tuberculosis with first-line antituberculosis drugs and planned to have colonoscopy evaluation. After general condition was good and obstructive ileus sign was relieved, patient planned for outpatient care."
Jakarta: Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2016
611 UI-IJGHE 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Guno
"ABSTRAK
Tuberculosis was still a global health problem. Beside lung, tuberculosis also manifest in other organs, one among them  is in abdominal organs. Abdominal tuberculosis was a complex disease with unspecific sign and symptoms so that its diagnostic procedure was not rarely inconclusive. We reported a 24 years old woman with chief complain of worsening abdominal pain in all region, accompanied by nausea, vomiting, bloating, and  absent bowel movement. She also had a fresh bloody stool. She had an active pulmonary tuberculosis on initiation phase treatment. Physical examination suggest a bowel obstruction sign with distended abdomen and increase bowel sound. Colonoscopy procedure findings was a mass that obstruct bowel lumen in ileocaecal region, suggest for malignancy similar to computerized tomography (CT) scan result, but pathlogic result showed an active colitis without any sign of malignancy. Because of its contradiction, the second colonoscopy was performed and concluded as intestinal tuberculosis, matched with second pathologic examination. Although polymerase chain reaction (PCR) tuberculosis (TB) showed a negative result, a further clinical judgement concluded this as an intestinal tuberculosis case. Patient was finally treated as intestinal tuberculosis with first-line antituberculosis drugs and planned to have colonoscopy evaluation. After general condition was good and obstructive ileus sign was relieved, patient planned for outpatient care.
Tuberculosis was still a global health problem. Beside lung, tuberculosis also manifest in other organs, one among them is in abdominal organs. Abdominal tuberculosis was a complex disease with unspecific sign and symptoms so that its diagnostic procedure was not rarely inconclusive. We reported a 24 years old woman with chief complain of worsening abdominal pain in all region, accompanied by nausea, vomiting, bloating, and  absent bowel movement. She also had a fresh bloody stool. She had an active pulmonary tuberculosis on initiation phase treatment. Physical examination suggest a bowel obstruction sign with distended abdomen and increase bowel sound. Colonoscopy procedure findings was a mass that obstruct bowel lumen in ileocaecal region, suggest for malignancy similar to computerized tomography (CT) scan result, but pathlogic result showed an active colitis without any sign of malignancy. Because of its contradiction, the second colonoscopy was performed and concluded as intestinal tuberculosis, matched with second pathologic examination. Although polymerase chain reaction (PCR) tuberculosis (TB) showed a negative result, a further clinical judgement concluded this as an intestinal tuberculosis case. Patient was finally treated as intestinal tuberculosis with first-line antituberculosis drugs and planned to have colonoscopy evaluation. After general condition was good and obstructive ileus sign was relieved, patient planned for outpatient care.
"
Jakarta: Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2016
UI-IJGHE 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dougherty, Lisa
"Akses vena sentral (central venous access device, CVAD) merupakan paduam bagi perawatan dan tata laksana CVAS yang ditujukan bagi mahasiswa keperawatan, perawat berkualifikasi yang masih baru, serta perawat yang lebih berpengalaman yang kurang familiar dengan CVAD ini. Buku ini membahas mengenai penilaian dan edukasi pasien, anatomi dan fisiologi yang relevan, pemilihan alat yang sesuai, serta panduan insersi, perawatan lanjut, dan tata laksana CVAD. Setiap kategori CVAD - meliputi kateter sentral insersi, perawatan lanjut, dan tata laksana CVAD. Pada buku ini tercakup pula bab yang menjelaskan tentang bahaya insersi, pencegahan dan tata laksana komplikasi serta perspektif pasien saat menjalani hidup menggunakan CVAD."
Jakarta: Erlangga, 2010
617.05 DOU a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>