Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Lestari
"Studi ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 untuk mengetahui sebaran terbaru Rafflesia zolingeriana dan struktur populasinya di Taman Nasional Meru Betiri. R. zolingeriana yang ditemukan sebanyak 19 populasi yang terdiri atas 26 koloni dan 152 individu. Populasi R. zolingeriana dominan ditemukan di lereng bukit, jauh dari pantai. Beberapa populasi berada di dekat pemukiman (kantong) dan di zona hutan dekat zona rehabilitasi. Dari 19 populasi yang telah diamati, sembilan merupakn distribusi baru yang belum pernah didokumentasikan dan satu di antaranya berada di luar kawasan TNMB. Populasi tersebut terdiri atas bunga mekar (7,89%), kuncup hidu (63,16%) dan kuncup mati (28,95%). Kuncup hidup dengan diameter 0,1-5 cm mendominasi populasi (50%), sedangkan kuncup yang siap mekar (diameter lebih dari 15 cm) hanya 0,42%. Tingkat keberhasilan kuncup untuk mekar diperkirakan rendah, sehingga kebelanjutan populasi R.zolingeriana terancam dan perlu dilestarikan, beik secara in situ maupun ex situ disampaikan dalam makalah ini."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 17:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari
"ABSTRAK
Studi ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 untuk mengetahui sebaran terbaru Rafflesia zollingeriana dan struktur populasinya di Taman Nasional Meru Betiri. R. zollingeriana yang ditemukan sebanyak 19 populasi yang terdiri atas 26 koloni 152 individu. populasi R.zollingeriana dominan ditemukan di lereng bukit, jauh dari pantai. beberapa populasi berbeda di dekat pemukinan (kantong) dan di zona hutan dikat zona rehabilitasi. dari 19 populasi yang telah diamati, sembilan merupakan distribusi baru yang belum pernah didokumentasikan dan satu antaranya berada di luar kawasan TNMB . populasi tersebut terdiri atas bunga mekar ( 7,89%), kuncup hidup (63,16%) dan kuncup mati ( 28,95%). kuncup hidup dengan diameter 0,1-5 cm mendominasi populasi (50%), sedangkan kuncup yang siap mekar (diameter lebih dari 15 cm) hanya 0,42%. tingkat keberhasilan kuncup untuk mekar diperkirakan rendah, sehingga keberlanjutan populasi R. zollingeriana terancam dan perlu dilstarikan, baik secara in situ maupun ex situ. saran konservasi, baik secara in situ maupun ex situ disampaikan dalam makalah ini. "
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Kalima
"Rattan is a spiny climbing palm that grows into the canopy of the tropical rain forest using a climbing whip in the form of cirrus or flagella. The natural distribution of rattan is from Africa, India, Sri Lanka, China, Malay Peninsula, Indonesian Archipelago, Papua New Guinea until Australia and Fiji. There are 9 genera and about 300 species of rattans in the Indonesian Archipelago.
In the forest of Indonesia, rattan grows from the lowland until the mountain area, that is from 0 to 2,900 meters about sea level (m asl). Its habitat is mostly on most area with annual rainfall above 2,000 to 4,000 mm per year.
Almost all part of rattan canes are used by people surrounding forest area for many of their everyday life. For Indonesia, rattan is a non timber forest product that gives the greatest income to the economy of the country. The country supplies 90 % of the world demands on rattan cane as the raw material for furniture.
For a management of a forest, it is believed that much basic knowledge about the nature of the forest is needed. One of them is to develop the forest as a resource of cane industry in a sustainable way. For this purpose the composition, distribution and density of rattan species in Gunung Halimun National Park (TNGH) were studied as a model. To facilitate a familiarity to the identity of rattan in TNGH, a study on the rattan flora of Java have been conducted. Hence the purpose of the study is to provide a manuscript of a field guide book of the rattan flora of Java and a study of the species composition, density and distribution of rattan in TNGH.
Data were collected from December 1994 until May 1995. For the rattan Flora of Java, all specimens herbarium at Herbarium Bogoriense and Forest Research and Development Center and Nature Conservation were observed. Quantitative characters were noted and measured to create the identification key and description of the species. For species composition on rattan in TNGH, three areas were observed namely in Gunung (G.) Kencana, G. Pameungpeuk, and G. Pangkulahan using a continues square transect method, from elevation 800 - 1,400 m asl.
The result of the study shows that, there are five genera consisting of 24 species of rattan in Java: Korthalsia (two species), Ceratolobus (two species), Plectocomia (two species), Calamus (14 species) and Daemonorops (four species). It is found that, Ceratolobus glaucescens, C. pseudoconcolor and Plectocomia longistigma are not included in the previous study done by Backer and Bakhuizen van den Brink, Jr.(1968), however this study supports their opinion that Calamus spectabilis and Daemonorops palembanicus are not found in Java.
From three areas in TNGH, it was found that there are 13 species of rattans in the region. In terms of species richness and densities, G. Pameungpeuk comes first, follows by G. Pangkulahan and G. Kencana. Calamus heteroideus, C. javensis, Daemonorops melanochaetes, and Plectocomia elongata are dominant both in seedling and nature forms. The rattans are relatively abundant in the areas less than 1000 m asl. and decrease in number of species as well as the minimal population in the higher altitude. Calanms ornatus occures in 800 - 1,400 m asl., Daemonorops ruber in 800 - 1,500 m asl., D. oblongus in 800 - 1,400 m asl . According to previous studies by DransfieId (1974) and Mahyar (1983), they were found only from 0 - 800 m asl."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T3700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Saepul Anwar
"Trend penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang terus berkembang di masyarakat membawa resiko dan dampak buruk terhadap kehidupan masyarakat, untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari ketergantungan terhadap narkotika dan psikotropika, berbagai macam cara telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain dengan pembuatan undang-undang anti narkotika dan undang-undang anti psikotropika serta pembentukan beberapa Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika di seluruh Indonesia, hal tersebut sesuai dengan pasal 37 ayat 1 UU No.5 tahun1997 tentang psikotropika, bahwa pengguna psikotropika yang menderita sindrom ketergantungan berkewajiban ikut serta dalam pengobatan atau perawatan, pasal 45 UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, bahwa pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan dan/atau perawatan, dan panduan umum pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan narkotika, bahwa narapidana kasus penyalahgunaan narkotika dan psikotropika khususnya pemakai/pengguna wajib diberikan rehabilitasi, artinya perbaikan kembali kondisi fisik, psikis, dan social kemasyarakatan.
Penelitian untuk melakukan pembinaan dan rehabilitasi terhadap para penyalah guna narkotika dan psikotropika ini menggunakan teori penbinaan ketergantungan terhadap obat-obatan dari Shadi W. Roman dengan konsep metode Therapeutic Community (TC) yang dikembangkan oleh George De Leon. Metode yang digunakan untuk melakukan perubahan adalah memakai konsep sebuah keluarga melalui pertemuan-pertemuan kelompok. Metode peneltian secara deskriptif kualitatif dan studi kasus, tujuannya untuk meneliti dan menggambarkan obyek penelitian secara mendalam terhadap kasus yang diteliti. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, dan pengamatan terhadap subyek yang teriibat didalamnya, serta studi dokumen yang relevan dengan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan narapidana penyalahgunaan narkotika dan psikotropika melalui Metode Therapeutic Community (TC) pada dasarnya dapat dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cirebon, namun karena adanya periedaan tahapan pembinaan, keterbatasan sumber daya manusia, minimnya sarana dan prasarana dan tidak adanya anggaran keuangan, mengakibatkan tidak semua pertemuan kelompok dan tahapan pelayanan metode TC dapat dilaksanakan sehingga pelaksanaan pembinaan narapidana melalui metode TC berjalan kurang efektif.

The increasing trend of narcotics and pshycotropics abuse in the society has brought some risks as well as bad effect to the society's life, Thus in order to save Indonesian from addiction to the narcotics and psychotropics, a lots of measures have been conducted by the government, such as the creation of the anti narcotics and anti pshycotropics law as well as some Narcotics Correctional Institutions (Which-so-called Lapas) all over Indonesia, which based on the article 37 (1) Law number 5 year 1997 concerning psychotropics; mentioning that the psychotropics users suffering the addiction syndrome ought to participate in the therapy or treatment program, and the article 45 Law number 22 year 1997 concerning narcotics, mentioning that the narcotics addicted should participate in a therapy and/or building process, and the general guide of the rehabilitation in the Narcotics Correctional Institution, that the prisoners of the narcotis and psycotropics abusing case, in particular the users should be given a rehabilitation, which means the process of recovering their physical, psychological as well as social condition.
The research is scrutinizing about the building and rehabilitation, towards the narcotics and psycotropics abusers by adopting the the theory of drugs addicted building/rehabilitation from shadi W. Roman, the one using the concept Therapeutic Community (TC) Method, depeloved by George de Leon. The method meant to make the change expected will be using the concept of family through some group meetings. The research-Method used here is descriptive-qualitative and case study, with purpose to scrutinize and describe the research object profoundly within the case being scrutinized. The technic used in data collecting is profound interview, and observation towards the subject involved within, as well as document study which is relevant to the research.
The research result shows that the building and rehabilitation of narcotics and psycotropics abuse prisoners through the Therapeutic Community (TC)
Method basicly can be implemented in Cirebon Narcotics Correction Institution, but due to the difference of the building/treatment steps, the limited human resources, the minimum facilities and the absence of regular budget, not all regular group meeting and the TC method steps services can be conducted well, which familiy brought cunsequence in the form of the ineffectivity of the TC method Community (TC) Method based treatment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Kusmawati
"ABSTRAK
Masalah perumahan merupakan salah satu fenomena kemiskinan yang paling menonjol di wilayah perkotaan. Untuk mengatasi masalah ini, Departemen Sosial menetapkan kebijakan sosial melalui Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK). Program RSDK ditujukan bagi keluarga berumah tidak layak huni di daerah kumuh. Permasalahan yang diungkap dalam tesis ini adalah (1) bagaimanakah kondisi perumahan dan lingkungan pemukiman KBS termasuk di dalamnya sarana dan prasarana sosial yang ada, (2) bagaimanakah pemahaman KBS tentang pola hidup sehat, (3) bagaimanakah kemampuan KBS dalam memanfaatkan sarana sosial tersebut. Untuk mengetahui hal ini, maka dilakukan penelitian evaluatif terhadap pelaksanaan program RSDK. Program RSDK dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis program dalam pengembangan masyarakat. Selanjutnya program RSDK diterapkan melalui proses yang berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya, dengan mempergunakan teknik-teknik pekerjaan sosial, karena diterapkan pada 5 RW yang merupakan satu kesatuan geografis.
Mengacu pada pemikiran Lippit (1958) tentang proses pengembangan masyarakat, maka pelaksanaan program RSDK dapat digambarkan sebagai berikut (a) tahap kontak antara warga masyarakat dengan lembaga/agen perubahan. Dalam program RSDK kontak yang terjadi adalah petugas pengembangan masyarakat mendatangi komunitas pada daerah yang menjadi sasarannya (b) tahap membentuk relasi perubahan, yaitu kegiatan Bimbingan Pengembangan Swadaya Sosial Masyarakat, yang berupa penyuluhan pengembangan motivasi perubahan (c) kegiatan kearah perubahan, yaitu proses pelaksanaan perbaikan perumahan dan lingkungan pemikiman (d) generalisasi dan stabilitasi perubahan. Generalisasi baru terlihat pada area dimana 24 KBS tinggal. Stabilisasi perubahan, yaitu perubahan tingkah laku/sikap hidup sehat, baru pada tahap awal (e) terminasi yang terjadi adalah terminasi program, sedangkan bimbingan perubahan nilai dan sikap diteruskan. Pelaksanaan program RSDK telah berhasil membantu perbaikan rumah sebanyak 23 orang dari 24 yang menjadi sasaran program. Peran petugas pengembangan masyarakat (PSK) adalah sebagai enabler yaitu petugas yang menerapkan alur pemikiran pelayanan sosial. Dalam mengadakan pendekatan dan bimbingan sosial PSK dibantu oleh kader sebagai PSM (Pekerja Sosial Masyarakat).
Hasil penelitian menggambarkan bahwa terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaan program RSDK, yaitu : (1) persiapan sosial (social preparation) kurang menyentuh kelompok sasaran. (2) kurang efektifnya kelompok kerja dalam proses perbaikan rumah. Untuk mengatasinya disarankan (a) penyampaian materi pada kegiatan penyuluhan, baik mengenai kebijakan sosial sebagai salah satu bentuk teknologi sosial maupun materi lainnya yang berkaitan dengan permasalahan daerah kumuh, perlu disampaikan kedalam bahasa yang lebih sederhana, tidak menggunakan istilah-istilah yang masih asing dan sulit dipahami oleh Keluarga Bina Sosial (b) untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas pengembangan masyarakat(PSK) dalam pelaksanaan kegiatan, perlu memperoleh informasi yang mutakhir tentang kebijakan sosial dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan yang dapat menunjang pelaksanaan tugas di lapangan."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenesia Mayangsari
"Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan IPWL mengenai program wajib lapor berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 di Lembaga Komunitas “X” Kota Depok. Disahkannya program wajib lapor dan menggandeng lembaga-lembaga terpilih sebagai pelaksana IPWL, merupakan sebuah wujud upaya pemerintah dalam mengatasi tingginya kasus penyalahgunaan narkotika di Indonesia serta bertujuan memberikan wadah bagi pecandu narkotika memperoleh haknya untuk sembuh melalui rehabilitasi (dalam penelitian ini rehabilitasi sosial). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan IPWL yang diselenggarakan di Lembaga Komunitas “X” Depok. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan program wajib lapor di IPWL Lembaga Komunitas “X” Depok, melaksanakan tugas sebagai IPWL dengan SOP yang telah dibuat dan dikembangkannya sesuai pedoman Kementerian. Terdapat beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 yaitu tidak terdapat tenaga psikolog dan tenaga pekerja sosial secara langsung saat pelaksanaan, melainkan hanya pada saat rapat koordinasi dan workshop. IPWL Lembaga Komunitas “X” melaksanakan rehabilitasi sosial dengan metode “12 langkah” yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan juga dikemas kedalam kegiatan sharing feeling. Lembaga Komunitas “X memiliki sumberdaya yang memadai serta struktur organisasi yang jelas. Di sisi lain, terdapat hambatan dalam pencairan dana/gaji oleh pemerintah bagi para tenaga pelaksana tetap IPWL Lembaga Komunitas “X” Depok yang perlu menjadi perhatian khusus dan evaluasi bagi pemerintah. Kemudian jam buka operasional Lembaga Komunitas “X” sebagai IPWL terlalu siang yaitu pukul 10.00 WIB, menyebabkan klien rawat jalan yang berstatus pekerja khususnya bekerja dengan sistem shift, mengalami kendala untuk melakukan konseling rutin mingguan. Wajib menjadi poin penting bagi IPWL Lembaga Komunitas “X” Depok untuk memperbaiki kebijakannya dan lebih memperhatikan hak klien rawat jalan.

This research is review about the implementation of IPWL on the ‘Compulsory Reporting Program’ based on Government Regulation Number 25 of 2011 in the “X” Community Institution in Depok. The existence of a “Compulsory Reporting Program” by the government in collaboration with attempt by the government to reduce the high number of cases of drug abuse in Indonesia, and aims to provide a forum forn narcotics addicts to get their right to recover through rehabilitation, in this research, is social rehabilitation. The purpose of this research is to analyze the implementation of ‘compulsory reporting’ held at “X” Community Institution as IPWL. This research is a qualitative research with a descriptive design. The result of this research, it was found that the implementation of the “Compulsory Report Program” in Community Institutions “X” runs IPWL using a Standard Operating Procedure that has been developed according to the guidelines given by the government. There are several differences in it’s application with government regulation number 25 of 2011. The difference is that there are no psychologists and social workers during the inplementation, but only gathering during coordination meetings and workshops. The Community Institution “X” carries out sosial rehabilitation using the “12 steps” method which is applied in daily and also packaged into “Sharing Feeling” activities, there are has adequate resource and a clear organizational structure. However, there were still barriers to disbursement of funds (salary/incentive) by the government for the implementers of ‘Compulsory Reporting Program’, it must be a concern and evaluation for the government. Another barriers is, the Community Institution “X” has operating hours at 10.00 am. This causes difficulties for outpatient clients who are workers and have a shift system in their work to come for counseling with coucelor at IPWL of “X” Community Institution. Must be an important point for IPWL to improve their policies about the operating hours, and pay more attention to the rights of outpatient clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudo Asmoro
"Unit geomorfologi merupakan faktor yang menentukan bentukan permukaan bumi yang berpengaruh terhadap tutupan lahan di atasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tutupan lahan yang terdapat di setiap unit geomorfologi yang ada di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur menggunakan analisis yang berbasis Sistem Informasi Geografis. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode tumpang susun peta berdasarkan variabel ketinggian, lereng, bentuk medan, jenis batuan, struktur geologi, bentukan asal, pola aliran sungai yang mengacu kepada sistem klasifikasi ITC.
Dari hasil penampalan peta peta tersebut kemudian ditampalkan dengan peta tutupan lahan untuk melihat tutupan lahan yang ada di setiap. Unit geomorfologi yang terdapat pada kawasan TNMB adalah : unit geomorfologi vulkanik, unit geomorfologi struktural, unit geomorfologi fluvial, unit geomorfologi karst, dan unit geomorfologi marin. Sedangkan tutupan lahan yang terdapat pada kawasan TNMB adalah hutan primer, hutan sekunder, hutan mangrove, semak/belukar, perkebunan, pertanian lahan kering. sawah, tanah permukiman, rawa, dan padang rumput.

Geomorphological units are factors that determine the formation of the earth 39 s surface which affect of the land cover above its. The purpose of this study is to determine land cover at each geomorphological unit rsquo s in the Meru Betiri National Park East Java based on spatial analysis using Geographic Information System. The problems are solved by using overlaying methods based on variables such as altitude, slope, terrain shape, rock types, geological structure, formation the rock origin, the river pattern and refers to the ITC classification system.
From the results overlay map is then overlaying map with land cover map to seethe existing land cover on each unit of geomorphology. Geomorphological units contained in the Meru Betiri National Park are Volcanic units of geomorphology, Structural unit of geomorphology, Fluvial unit of geomorphology, units of Limestones unit of geomorphology, and Marine units of geomorphology. While land cover found in the Meru Betiri National Park is primary forest, secondary forest, mangrove forest, shrub scrub, plantation, dry land farming fields, opened land, settlements, swamps, and grasslands.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S70097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dila Muliasari
"Telah dilakukan penelitian terhadap kayu Syzygium aqueum Syzygium cumini dan Syzygium jambos di FMIPA UI kampus Depok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas serat kayu Syzigium tersebut sebagai kayu substitusi bahan baku kertas Kualitas serat kayu diketahui dengan cara mengukur dimensi serat dan menghitung nilai turunan dimensi serat Preparat maserasi kayu dibuat untuk pengukuran dimensi serat Kemudian nilai turunan dimensi serat dihitung berdasarkan data pengukuran dimensi serat Hasil pengukuran dimensi serat dan penghitungan nilai turunan dimensi serat dibandingkan dengan tabel standar kriteria Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah ketiga serat kayu Syzygium tersebut masuk ke dalam kelas III Karakteristik serat kelas III yaitu serat pendek dan dinding serat relatif tebal

Research about wood fiber of Syzygium aqueum Syzygium cumini and Syzygium jambos in FMIPA UI Depok had been conducted This research is aimed for knowing the wood fiber quality of those three Syzygium wood as substitute wood for paper pulp making raw material Wood fiber quality can be analyzed by measuring fiber dimensions and calculate the fiber dimensions derived values Wood maseration slide preparations were made for measuring fiber dimensions Fiber dimension derivate value were calculated based on the measuring data of fiber dimensions The resulting data of fiber dimensions and their derived values were compared with the table of criteria standard The result shows that those three Syzygium wood are grouped in class III the fibers are short and have thick fiber wall "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nurlillah Krishnayanti
"Salah satu cara untuk merangsang pembungaan adalah dengan memberikan zat pengatur tumbuh. Dalam penelitian ini digunakan salah satu zat pengatur tumbuh yaitu Hydrasil yang diberikan dengan menyemprotkan larutan ke seluruh bagian tanaman setiap 10 hari dengan 4 kali pemberian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Hydrasil terhadap pertumbuhan vegetatif dan pembungaan anggrek Laeliocattleya. Konsentrasi yang digunakan mulai dari 0,75 ppm hingga 2,50 ppm dengan selang 0,25 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Hydrasil berpengaruh nyata terhadap pertambahan lebar daun dan jumlah tunas anakan baru. Pemberian Hydrasil tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang daun, luas daun tinggi tanaman, berat basah tanaman, dan belum mampu merangsang pembungaan.
Hasil uji nonparametrik Friedman pada taraf nyata α = 0,05 menunjukkan bahwa pemberian Hydrasil 0,75 PPm memberi pengaruh paling baik terhadap pertambahan lebar daun. Pemberian Hydrasil 0,75 ppm berpengaruh paling baik terhadap pertambahan jumlah tunas anakan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muhaimin
"ABSTRAK
Ukel, Crozier, or Fiddlehead is a term for a fern leaf bud with circinnate type. These structure is one of the distinctive character found in ferns. In this article, some aspects related to the fern leaf bud will be discussed, include the origin of local name, list of non-circinnate type, developmental process, morphological diversity and potential utilization. This article is expected to further increase the interest of researcher and utilize these attractive and unique structure."
Bogor: Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, 2017
580 WKR 15:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>