Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7909 dokumen yang sesuai dengan query
cover
T. Dibyo Harsono
"ABSTRAK
Keberadaan kain tapis yang merupakan hasil kerajinan tradisional masyarakat lampung sangat erat dengan kehidupan masyarakat adat lampung, yang telah berlangsung ratusan tahun. Kain tapis merupakan salah satu aset budaya masyarakat lampung, karena itu aset budaya lampung yang sangat berharga ini patut dan wajib kita lestarikan sebagai warisan budaya untu anak cucu kita. Untuk itu kegiatan pencatatan warisan budaya tak benda (WBTB) menganai kain tipis. Lampung ini dirasakan sangat penting untuk inventarisasi dan mendikumentasikan keberadaannya di Propinsi Lampung ini. Adaun untuj melengkapi hal itu perl adanya data-data yang dikumpulkan berdasarkan dari hasil pengamatan atau observasi, data langan hasil dari wawancara dengan para informan serta pemilik/kolektor kain tipis, dan juga dilengkapi dengan studi kepustakaan untuk mencari referensi yang relavan. Sementara itu harus ada niat da kemauan serta komimen yang sungguh-sungguh untuk tetap menjaga, melestarikan warisan budaya ini, sebab tidak mustahil dalam jagka waktu yang tidak terlampau lama lagi kain tapis ini akan lenyap tanpa meninggalkan bekas lagi, sehingga anak cucu kita tidak akan mengetahui keberadaan warisan budaya leluhur mereka."
Bali: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB dan NTT , 2017
902 JNANA 22 : 2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Threes Emir
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2017
391 THR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Naffi Sanggenafa
"Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk ( plural society) yang mempunyai aneka ragam kebudayaan di-sniping keseragaman yang mendasar sebagaimana diungkapkan dalam lambang Bhineka Tunggal Ika. Keberagaman dalam kesera_gaman kebudayaan merupakan kebanggaan nasional yang menunjuk_kan betapa kaya warisan budaya yang tumbuh dan berkembang di_kepulauan Nusantara. Di lain pihak kebudayaan itu menimbulkan aerbagai masalah sosial budaya baik dalam pergaulan antar suku-bangsa maupun dalam perencanaan pembangunan nasional yang bersifat menyeluruh.Ada kesan bahwa sampai saat iniprogram pembangunan yang tengah dilaksanakan terutama bagi masyarakat di daerah ter-pencil di pelosok nusantara sering tidak menyentuh dan malahan seringkali menimbulkan masalah sampingan atau kalau tidak di_katakan gagal. Banyak sebab kegagalan akan tetapi tidak kuran'g pentingnya ialah kegagalan karena kurang pemahaman akan Tatar belakang kebudayaan masyarakat tersebut. Apa yang dianggap balk oleh pihak perencana dan pengambil kebijaksanaan di pusat belum tentu baik bagi masyarakat yang bersangkutan. Belum"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S12793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Dibyo Harsono
"ABSTRAK
Salah satu kelengkapan dalam pelaksanaan tata cara adat, upacara adat yang ada pada masyarakat melinting adalah adanya sebuah tarian adat melinting. Pada awalnya tarian ini memang merupakan sebuah tarian sakral, namun dalam perkembangannya tarian ini banyak mengalami perubahan dan perkembangan, baik dalam segi gerak, kostum maupun kesakralannya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengungkapkan tari melinting beserta filosofi yang mendasarinya. Pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan wawancara yang mendalam, pengamatan (observasi), dan studi kepustakaan. Ternyata tari melinting memiliki makna yang mendalam, tidak hanya gerakan tarinya yang indah, namun juga filosofi yang ada dibalik tarian tersebut, seperti tentang kearifan tradisional masyarakat, falsafah hidup, serta dinamika kehidupan masyarakat Melinting khususnya dan masyarakat Lampung Timur pada umumnya. Kata melinting mempunyai makna yang sangat luas, merupakan nama daerah (kecamatan), nama jenis tumbuhan, nama tarian dan juga nama dari sebuah wilayah adat dari Keratuan Melinting yang meliputi daerah Labuhan Maringgai, Gunung Pelindung, Wana. Di masa lalu wilayah adat melinting mencakup daerah yang lebih luas lagi, ke utara sampai dengan pantai di Labuhan maringgai dan ke selatan sampai ke daerah Tegineneng."
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
"Dilatarbelakangi oleh tumbuhnya UKM pasca krisis multi dimensi dan krisis keuangan global dimana UKM mampu menjadi solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan ekonomi dan ketenagakerjaan. Penelitian ini tentang strategi pengembangan Industri Kain Tapis di Kota Bandar Lampung . Tujuan penelitian ni adalah untuk menganalisis aspek lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan Industri Kain Tapis di Kota Bandar Lampung dan merumuskan strategi pengembangan serta menyusun alternatif strategi menurut prioritasnya. Metode yang digunakan adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan AHP (The Analitic Hierarchy Process). Hasil penelitian menunjukkan adanya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan Industri Kain Tapis di Kota Bandar Lampung. Dari hasil analisis SWOT juga berhasil merumuskan alternatif strategi dan susunan prioritas melalui AHP yaitu: Membantu permodalan dan membangun lokasi yang menjadi sentra utama, meningkatkan cara pengolahan produk agar memiliki standar mutu yang sama, mendorong motivasi pengusaha untuk mengikuti pelatihan, seminar maupun membangun relasi/network dan meningkatkan pemahaman pengusaha dalam penerapan manajemen yang baik pada UKM, membuat leaflet, brosur, ataupun media promosi lainnya, meningkatkan fasilitas atau infrastruktur di kawasan termasuk lahan usaha maupun bangunan, membuat spesifikasi terhadap kualitas produk untuk meningkatkan jangkauan pasar. Pada bagian akhir peneliti juga memberikan saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan mengembangkan UKM dan bagi penelitian lanjutan.

Against the backdrop of SMEs growth in multi-dimensional post-crisis and the global financial crisis which SMEs can be an alternative solution on economic and employment problems. This research about Kain Tapis Industrial development strategy in Bandar Lampung. The purpose of this research to analyze internal and external environmental aspects to become strengths, weaknesses, opportunities and threats for Kain Tapis Industrial development in Bandar Lampung and formulate development and alternative strategies based on priority. The research method used is SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) and AHP (The Analytic Hierarchy Process). The results showed the existence of strengths, weaknesses, opportunities and threats on Kain Tapis Industrial development in Bandar Lampung. From SWOT analysis also results formulate an alternative strategy and priority structure by AHP are: Helping capital and build a site that became the main centers, improving ways of processing the product in order to have the same quality standards, motivating employers to attend training, seminars and build network and improve understanding of employers in the application of good management in SMEs, create leaflets, brochures, or other promotional media, improve facilities or infrastructure in the region including land and building businesses, making the specification of product quality to increase market reach. At the end of the research also gives advice for interested parties to develop SMEs and for advanced research."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T28711
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Qodry
"Pembangunan ekonomi kerakyatan diarahkan untuk memberi perhatian kepada upaya peniberdayaan ekonomi rakyat. Perhatian khusus tersebut diwujudkan dengan Iangkah-langkah strategis yang secara Iangsung ditujukan pada perluasan akses rakyat kepada sumber daya pembangunan disertai penciptaan peluang-peluang bagi masyarakat di lapisan bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, sehingga mampu mengatasi kondisi keterbelakangan dan memperkuat posisi ekonomi mareka. Salah satu upaya yang paling tepat dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan adalah mengembangkan kegiatan ekonomi yang menjadi tumpuan kehiaupan ekonomi seluruh rakyat dan mampu mengakomodasi keberadaan sumber daya manusia yang ada. Pengembangan usaha kecil (industri kecil dan industri rumah tangga) merupakan alternatif pilihan yang menggambarkan hal tersebut dan merupakan salah satu entry point menuju pengembangan ekonomi Indonesia di abad mendatang.
Industri kerajinan kain tapis merupakan salah satu komoditas unggulan yang sedang berkembang saat ini di Kota Bandar Lampung. Kain tapis merupakan kain tradisional masyarakat Lampung yang biasanya hanya dipergunakan dalam acara-acara adat. Awalnya, kain ini hanya dibuat oleh rumah tangga untuk memenuhi keperluan sendiri. Kini, kain tapis telah diproduksi secara komersial untuk memenuhi kebutuhan lokal, domestik dan bahkan sudah ada yang diekspor. Dengan sentuhan teknologi sederhana dan design produk yang variatif kain tapis semakin berkembang.
Meskipun telah menunjukkan hasil-hasil yang menggembirakan dalam pengembangan, akan tetapi masih banyak dijumpai permasalahan yang dihadapi oleh industri kerajinan ini antara lain: (1) keterbatasan kemampuan dalam pengelolaan usaha; (2) Keterbatasan dalam permodalan; (3) Kurangnya informasi dan penguasaan pasar; (4) Keterbatasan kepemilikan dan penguasaan teknologi yang digunakan; dan (5) Ketiadaan kelembagaan. Industri kerajinan kain tapis dipandang memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan Iebih lanjut. Hal ini mengingat masih terbukanya peluang pasar untuk menyerap hasil kerajinan ini. Namun, dengan adanya beberapa permasalahan/kendala di atas menyebabkan industri kerajinan tersebut mengalami hambatan dalam pengembangannya. Kegiatan ekonomi ini perlu mendapatkan perhatian pemerintah, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan Strategi (skenario dan kebijakan) pengembangan industri kerajinan kain tapis dalam upaya pemberdayaen ekonomi rakyat. Untuk merumuskan strategi pengembangan industri kerajinan kain tapis, alat analisis yang digunakan adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan model proyeksi dan model perencanaan. Menurut Permadi (1992), model perencanaan dalam AHP merupakan gabungan dari model proyeksi dan model perencanaan. Model Proyeksi (Forward Process) bermaksud memperkirakan kondisi masa depan yang ke!ihatannya mungkin atau layak terjadi berdasarkan kondisi yang ada atau sedang berjalan. Sedangkan model perencanaan (Backward Process) bertujuan menentukan kebijaksanaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan di masa depan. Untuk tercapainya perencanaan yang lebih efektif, kedua model di atas dapat digabungkan dimana pertama-tama kondisi yang diinginkan di masa depan ditentukan melalui model proyeksi dan berikutnya kebijaksanaan yang diperiukan untuk mencapainya ditentukan dalam model perencanaan. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Software Expert Choice 3.0.
Berdasarkan kerangka model forward-backward process, pemerintah daerah merupakan pelaku yang paling besar peranannya dalam pengembangan industri kerajinan Pain tapis di Kota Bandar Lampung. Dari kerangka forward process menunjukkan bahwa dalam lima tahun mendatang skenario utama dalam pengembangan industri kerajinan kain tapis adalah skenario "Industri kerajinan sebagai penggerak ekonomi daerah". Sedangkan dari kerangka backward process menghasilkan urutan prioritas kebijaksanaan dalam pengembangan industri kerajinan kain tapis yaitu kebijaksanaan pembinaan dan perlindungan usaha, kebijaksanaan bantuan permodalan, kebijaksanaan peningkatan promosi dan perluasan pasar, dan kebijaksanaan pengembangan kemitraan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasmiati
"Kajian mengenai wanita perajin tapis di Gedongtataan Lampung menunjukkan perubahan yang sangat mendasar seiring masuknya nilai ekonomi di sektor ini. Di satu sisi, perkembangan kerajinan tapis saat ini memberikan peluang yang lebih besar bagi wanita untuk memperoleh pendapatan, karena sektor ini terbukti telah menyumbang pendapatan yang riil pada perempuan.
Di sisi lain, dilihat dari perspektif sejarah, wanita perajin mengalami proses marginalisasi, karena dipinggirkan dari segi status dan kontrol. Mereka tidak lagi memiliki akses maupun kontrol atas hasil pekerjaan yang dilakukan, bahkan keberadaannya dinilai setara dengan buruh yang tergantung pada pihak lain. Dalam pada itu, masuknya perempuan dalam kegiatan ekonomi ternyata tidak selalu dibarengi dengan perubahan pola hubungan gender.

Tapis Worker Women in Gedongtataan Lampung: The Activity and Her ProblemThe research about tapis worker women in Gedongtataan Lampung shows the basic change together with the present of economy value in this sector. In the other side, nowadays the development of tapis industry gives bigger chance for women to get income, because this sector has proven that this sector has given real income for women.
In the other side, based on the perspective history, the craft women experience the marginalization process, because they are put aside from status and control side. They do not have access or control of their work anumore, in fact their existence is evaluated as same as a labor that is dependent to the other side. In fact, the participation of women in economy activity is not always together with the change of gender relationship pattern.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research is to analyze the needs for community empowerment through sustainable participantion method. The findings serve as contribution to the designing of community empowerment strategies and the promoting of legal awareness. This research focuses on tapis, a typically Lampung traditional product, which is classified as folklore. This folklore essentially meets the requirements to be copyrighted. Yet, it is not petented due to the fact that it is a communal property which has been passed on for generations and the inventor is therefore not identified. The findings of this research suggest that tapis makers in Lampung need such support as trainings, government´s endorsement and incentives , capital provision shcemes, as well as marketing and legal assistance. The findings also recommend that partnership between the tapis makers and the government be intensified to promote the product, not only locally, and nationally, but also internationally. This should involve the Lampung Crafts Council, the government, and related consultant to jointly protect this product and to help promote it in bigger scope.Keywords : Folklore, government, participation"
320 AJH 1:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bandar Lampung: Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Lampung, 1998
746.1 KAI (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bandar Lampung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997/1998
959.818 IND (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>