Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91679 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewantara Daud
"Tujuan penelitian adalah pemanfaatan karet limbah industri crumb rubber sebagai bahan pembuatan pijakan kaki (footstep) suku cadang sepeda motor. Pada penelitian ini karet limbah yang digunakan divariasi 10, 20, 30, 40, dan 50 phr. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karet limbah industri crumb rubber dapat dimanfaatkan menjadi pijakan kaki sepeda motor. Semakin banyak pengguna karet limbah akan meningkatkan nilai kkerasan dan menurunkan nilai kuat tarik, perpanjangan putus, ketahanan sobek, dan pampatan tetap."
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sugiyono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik kompon karet ban dalam sepeda dengan menggunakan bahan pelunak minyak minarek dan minyak kernel kelapa sawit. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 2 (dua) faktor, yaitu konsentrasi minyak yang digunakan (5 phr, 10 phr dan 15 phr) dan jenis minyak sebagai bahan pelunak (minyak minarek dan minyak kernel kelapa sawit).
Hasil penelitian diperoleh untuk parameter kekerasan semua perlakuan tidak memenuhi persyaratan SNI ban dalam dari karet untuk sepeda motor (SNI 06-1542-1989), sedangkan parameter Tegangan putus dan Perpanjangan putus untuk semua perlakuan memenuhi persyaratan SNI ban dalam sepeda (SNI 06-7066-1989). Nilai tegangan putus untuk masing-masing perlakuan yaitu A1B1 = 109,67 kg/cm2, A1B2 = 108,67 kg/cm2, A2B1 = 123,33 kg/cm2, A2B2 = 120,67 kg/cm2, A3B1 = 142,33 kg/cm2, dan A3B3 = 141,33 kg/cm2. Nilai perpanjangan putus yaitu A1B1 = 640 %, A1B2 = 639 %, A2B1 = 675,33%, A2B2 = 668,67%, A3B1 = 691,67%, dan A3B3 = 685,33%."
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wema Augustia Ermalasari
"Pada Industri Karet khususnya pada Industri Ban yaitu menggunakan 75% bahan baku yang mengandung kimia karet Import (BR,ZNO,Stearic Acid, N330, Accelerator, MBTS, MBT, Wax, RPO, Pine Tar Oil, Homogenizing Agent, Antioxidant TMQ, Antioxidant SPC, Antioxidant 6PPD, Antioxidant IPPD) dan 25% mengandung bahan baku lokal (karet alam, kaolin & sulfur) sehingga harga yang tertekan adalah harga bahan baku lokal ini tidak dapat di upgrade karena 75% cost produksi bahan baku import. Bahan baku ini terkait dengan dollar maka selalu ada kenaikan harga. Oleh karena itu kami memanfaatkan Sumber Daya Alam Indonesia untuk memproduksi Karet Antioksidan yang mengganti produk import. Yang mana karet antioksidan ditentukan oleh nilai Aktifitas Antioksidan (IC50) yaitu konsentrasi antioksidan yang dibutuhkan untuk meredam 50% radikal bebas. Nilai Aktifitas Antioksidant (IC50) semakin kecil berarti semakin bagus karena dalam penggunaannya hanya sedikit sudah mampu meredam radikal bebas, sehingga produk yang dihasilkan dalam kondisi stabil. Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak produk. Karena radikal bebas dapat merusak dan terjadinya perubahan properties seperti (Hardness, Tensile Strength, Elongation dan blooming (jamur).

In the rubber industry especially in the tire industry, 75% of raw materials contain imported rubber chemicals (BR, ZNO, Stearic Acid, N330, Accelerator, MBTS, MBT, Wax, RPO, Pine Tar Oil, Homogenizing Agent, Antioxidant TMQ, Antioxidant SPC). , Antioxidant 6PPD, Antioxidant IPPD) and 25% contain local raw materials (natural rubber, kaolin & sulfur). This raw material is related to the dollar so there is always an increase in price. Therefore, we utilize Indonesia's Natural Resources to produce Antioxidant Rubber which replaces imported products. Which antioxidant rubber is determined by the value of Antioxidant Activity (IC50) which is the concentration of antioxidants needed to reduce 50% of free radicals. The lower the Antioxidant Activity (IC50) value, the better it is because in its use only a small amount is able to reduce free radicals, so the resulting product is in a stable condition. Antioxidants are molecules that are able to slow down or prevent the oxidation process. Oxidation is a chemical reaction that can produce free radicals that can damage the product. Because free radicals can damage and change properties such as (Hardness, Tensile Strength, Elongation and blooming (fungus)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hetty Eka Mayasari
"Industri sepeda motor di Indonesia meningkat rata-rata 12% tiap tahunnnya. Di Indonesia, bukan hanya motor bebek yang menjadi favorit konsumen, tetapi juga motor matik. Di Indonesia terdapat beberapa pabrik perakitan sepeda motor, namun spare part kendaraan bermotor banyak yang diimpor dari luar negeri, termasuk juga spare part berbahan dasar karet, seperti v-belt (sabuk-V), padahal telah ada beberapa produsen sabuk-V di Indonesia. Sabuk-V merupakan komponen penting dalam kendaraan yang menyangkut aspek keselamatan dan keamanan karena berfungsi sebagai rantai pada motor matik. Saat ini belum ada standar khusus yang mengatur tentang sabuk-V karet motor matik di Indonesia, sehingga banyak produk impor di pasaran. Oleh karena itu perlu adanya kajian mengenai sabuk-V motor matik di Indonesia. Dari hasil pengujian sabuk-V dipasaran, didapatkan hasil bahwa secara visual dan dimensi, tidak nampak perbedaan signifikan antara sabuk-V produksi dalam negeri dan impor, namun terdapat perbedaan yang sangat signifikan terhadap kualitas sabuk-V produksi dalam negeri dan impor. Sabuk-V produksi dalam negeri memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan sabuk-V impor. Untuk melindungi konsumen dan juga produk dalam negeri serta agar produksi dalam negeri unggul di pasar global, maka perlu ada standar khusus mengenai sabuk-V karet motor matik yang harmonis dengan standar internasional."
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Juli Edi
"ABSTRAK
Pengolahan bahan olah karat rakyat menjadi produk ekspor SIR 20 (Crumb Rubber), menghasilkan limbah cair yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme perairan dan peruntukan badan air penerima.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tabun 1990 tentang pengendalian pencemaran air, mengupayakan agar sungai dengan berbagai fungsi perlu mendapat perhatian secara bijaksana, sehingga keseimbangan lingkungan dan upaya pengamanan sungai terhadap kerusakan yang disebabkan oleh tindakan manusia dapat dihindarkan.
Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah tersebut PT. Lingga Djaja membuat sistem pengolahan air limbah bahan olah karet rakyat dengan metode sirkulasi bertahap, diharapkan mampu memperbaiki mutu air limbah sesuai dengan baku mutu limbah yang diizinkan pemerintah.
Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui kemampuan metode sirkulasi bertahap dalam menurunkan kadar pencemar dan mempelajari pengaruhnya terhadap badan air penerima limbah.
Lokasi penelitian terletak di tepi Sungai Enim, termasuk wilayah Kecamatan Tanjung Agung, lebih kurang 5 Km dari ibu kota Kabupaten Muara Enin, Provinsi Sumatera Selatan.
Untuk memperoleh data yang representatif, dilakukan pengambilan contoh air pada 5 lokasi pengukuran di daerah instalasi pengolahan limbah dan 3 lokasi pengukuran pada Sungai Enim, masing-masing sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut.
Selanjutnya dilakukan analisis contoh air di laboratorium untuk parameter BOD 5, COD, NH3-N, TSS, kekeruhan, DO, M03-N, TDS dan P04-P, sedangkan suhu dan pH diukur langsung di lapang (in situ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode sirkulasi bertahap berdasarkan nilai NSF-WTI hanya mampu menaikkan mutu air limbah sebesar 27,34% dengan nilai BOD 5 (+43,9 mg/I) dan NH3-N (+39,1) masih berada di atas baku mutu limbah cair untuk industri karat yang diizinkan. Sedangkan hasil uji t terhadap rata-rata kadar parameter yang diukur sebelum dan setelah pengolahan menunjukkan adanya perbedaan nilai BOD 5, NH3-N, COD, TSS, sedangkan pH tidak berbeda sebelum dan setelah air limbah mendapat perlakuan sirkulasi bertahap.
Kualitas air Sungai Enim sampai dengan jarak 25 meter dari Effluent tergolong buruk (nilai NSF-WQI 41,66). Pada jarak 100 meter dari Effluent, setelah mendapat pengenceran air sungai sebesar 3510 kali, air sungai tergolong baik (nilai NSF-WQI 67,47), mendekati mutu air baku produksi yang digunakan (nilai NSF-WQI 75,03).
Hasil uji t terhadap rata-rata parameter yang digunakan, terdapat perbedaan BOD 5, COD, dan NH3-N pada jarak 25 meter dari lokasi pembuangan limbah dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan TSS tidak menunjukkan adanya perbedaan. Pada jarak 100 meter dari lokasi pembuangan limbah, parameter BOD 5, COD dan T55 menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan NH3-N tidak menunjukkan adanya perbedaan.;

ABSTRACT
The small holder's rubber raw material processing to become crumb rubber (SIR 20) produces liquid waste in which if not properly treated, prior to discharge, may cause disturbance on aquatic living organisms in the receiving water bodies.
The Government Regulation (No. 20, 1990) concerning water pollution control has stated that attention on the multi usage of rivers should be wisely made in order to protect the environment from destruction caused by human activities and keep the nature in balance.
In the implementation of the government policy concerning the environment, PT. Lingga Djaja has treated its effluent using several steps circulation method. It is expected that the treated wastewater of this mill can comply the government's permissible limit for rubber industry.
The research aims to assess the capabilities of' the existing wastewater treatment plant of PT. Lingga Djaja to reduce its pollutants' concentration and the impact to the rivers. The mill located at the river Enim in Tanjung Agung sub-district, 5 km from Muara Enim, South Sumatera Province.
To obtain a representative data, samples were taken from 5 samples within the mill's wastewater treatment units and 3 samples at the river Enim, the samples were taken two times a day in three respective day. From each sample 10 physico-chemical parameters were measured. The BOD 5, COD, NH3-N, TSS, turbidity, dissolved oxigent, N03-N, TDS and P04-P were measured in the laboratory, while pH and water temperature were measured directly in the field (in situ).
The study revealsthat the several steps circulation method can only improve the quality of waste water of about 27,34% wit BOD 5 and HH3-N concentration were still above the government's permissible limit for rubber industry. However, the statistical t test shows that the BOD 5, COD, NH3-N and TSS concentrations, both before and after treatments, were significantly different, but not for pH.
The river water quality until 25 meter from the mill discharge point shows a bad quality (NSF-WQU value is 41,66). But, after 100 meter from discharge point, where 3510 times of dilution caused by the river Enin exists, the quality of water improved (NSF-WQI value is 67,47). This value approaches the upstream river water quality (NSF-WQI value is 75,03).
Statistical t-test on average value of BOD 5, COD, NH3-N 25 meter from the mill discharge point, shows significant difference to concentration before discharge point except for pH and TSS. After 100 meter from the discharge point, the BOD 5, COD, TSS shows a significant difference to the concentration before discharge point except the pH and NH3-N.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge, UK: W. Heffer and Sons, 1952
678.09 HIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bauer, P.T.
Cambridge, UK: Harvard University Press, 1948
338.476 78 BAU r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Phillips, Charles F.
Chapel Hill: University of North Carolina , 1963
338.476 PHI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Putri Purwidyasari
"Karet alam dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan ban kendaraan bermotor. Beberapa material seperti carbon black dan silika ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan produk karet alam. Namun industri di Indonesia harus mengimpor carbon black dan silika dari luar negeri, kekurangan lainnya adalah memiliki dampak bagi lingkungan karena material tersebut sulit terurai. Material biomassa berupa serat alam tandan kosong kelapa sawit mampu menggantikan carbon black dan silika sebagai produk karet alam. Namun terdapat perbedaan sifat antara karet alam (hidrofobik) dengan serat alam TKKS (hidrofilik). Oleh karena itu dibutuhkan suatu media berupa coupling agent hibrida karet alam selulosa untuk menyatukan karet alam dengan serat TKKS. Pada penelitian ini digunakan variasi coupling agent sebanyak 0, 1, 2 dan 3 phr dan variasi serat TKKS 5, 10 dan 15 phr untuk mengetahui kompatibilitas, morfologi dan temperatur degradasi dari produk komposit karet alam. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan coupling agent dapat meningkatkan kompatibilitas dan temperatur degradasi produk komposit karet alam yang semula 376oC menjadi 388oC pada pemakaian coupling agent sebanyak 3 phr. Sementara penggunaan serat TKKS meningkatkan temperatur degradasi produk komposit karet alam yang semula 382oC menjadi 389oC pada pemakaian serat TKKS sebanyak 15 phr.

Natural rubber used as raw material in the manufacture of tires. Carbon black and silica are added to improve the strength of natural rubber products. Industry in Indonesia must import carbon black and silica, another disadvantage is carbon black and silica difficult to decompose, so the environment has an impact. Biomass material form of natural fiber empty fruit bunch can replace carbon black and silica as natural rubber products. But there are differences in the nature between natural rubber (hydrophobic) and natural fiber TKKS (hydrophilic). Therefore cellulose natural rubber hybrid coupling agent needed to connect natural rubber with OPEFB fiber. In this study used variations of coupling agent 0, 1, 2 and 3 phr and variations in OPEFB fiber 5, 10, 15 phr to determine compatibility, morphology and degradation temperature of natural rubber composite products. The results showed that the use of coupling agents can improve compatibility and the degradation temperature of natural rubber composite products from 376oC to 388oC in the use of 3 phr coupling agents. While the use of OPEFB fiber increases the degradation temperature of natural rubber composite products from 382oC to 389oC on the use of 15 phr TKKS fibers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>