Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wayan Eka Jaya Putra
"Prinsip kesatuan (unity) adalah gabungan semua element serta saling melengkapi dan berkesinambungan satu dengan yang lain sehingga menghasilkan komposisi yang padu dan serasi. Suatu ruangan dianggap sebagai kesatuan yang harmonis dapat dicapai dengan menerapkan gabungan dari beberapa unsur desain sepelti: 1) Garis, 2) Bentuk, 3) Bidang, 4) Ruang, 5) Cahaya, dan, 6) Pola. Kesatuan elemen seperti patung dan relief menjadi bagian penting dalam arsitektur gaya gotik (Eropa) yang menekankan pada kepatuhan, kejelasan dan kejernihan dari pemikiran tentang keseimbangan, proporsi suatu susunan, konstruksi/ struktur tampak pada Gereja Katedral Denpasar. Kesatuan pada gaya arsitektur Bali dapat dilihat di Gereja pada penggunaan bahan alam (bata merah), ornamen Bali serta konsep darl Bhuwana Agung dengan Trilokanya. Warna elemen dan ornamen (ragam hias) yang diaplikasikan di Gereja Katedral Denpasar juga memiliki perbedaan misalnya pada gaya gotik lebih banyak menggunakan warna cerah (putih, krem, emas) sedangkan gays arsitektur Bali menggunakan warna alam (cokelat, merah tanah, abu-abu). Gereja Katedral Denpasar ini terletak di jalan Tukad Musi No 1, Denpasar. Konsep arsltekturnya berbasis pada vertikalism, susunan dan keseimbangan yang sempurna, elegan dan mewah namun tetap sesuai dengan arsitektur lokal Bali."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 JSRD 21:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
"Penelitian ini membahas tentang dimensi etis (etika makanan/food ethics) terhadap pola perilaku makan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pola makan seseorang ternyata dibentuk dari latar belakang budaya yang dimilikinya dengan berbagai perubahan sosial- budaya yang terjadi (gaya hidup, rekayasa bio-teknologi, ekpresi simbolik, masuknya ideologi). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perilaku makan seseorang berkaitan dengan dimensi etis dalam melihat tentang ?yang baik? dan ?buruk? pada proses pembuatan dan pemasaran makanan dan berdampak pada munculnya masyarakat konsumtif.

This research described that the ethical dimensions (food ethics) of the food?s pattern of human beings is coming from their lifes. So, the food?s pattern of human beings was also built and constructed from their culture with many social culture changes, for example, life style, bio-technology, symbolic expression, and ideologies. The results shows that the eating habitat has ethical dimensions about ?the good? and ?the bad? in the processing and the marketing of food and making issues of the consumer society by implication."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Kadek Budi Artawan
"ABSTRAK
Joged Bumbung adalah salah satu bentuk karawitan Bali yang sangat populer saat ini. Kepopulerannya dalam seni pertunjukan tidak hanya dikenal oleh masyarakat Bali tetapi juga masyarakat Indonesia. Seni pertunjukkan Joged Bumbung memiliki fungsi utama sebagai hiburan, yang biasanya dipentaskan setelah melaksanakan upacara mepandes, pawiwahan, ulang tahun pemuda dan instansi lainnya. Fenomena dalam perkembangannya muncul berbagai bentuk baru dalam komposisi iringan tari Joged Bumbung yaitu digunakannya instrumen non tradisional Bali seperti xylophone, gitar bass elektrik, angklung kocok, kendang sunda, cymbal, dan tambourine. Perahu Layar merupakan salah satu iringan tari Joged dengan media ungkap gamelan Joged Bumbung yang dipadukan dengan intrumen non tradisional Bali. Iringan tari Joged Perahu Layar diciptakan pada tahun 2011 oleh Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini difokuskan sebagai berikut : 1) Bagaimana bentuk estetis lagu Perahu Layar Seka Joged Bumbung Cipta Dharma, 2) Bagaimana proses transformasi lagu Perahu Layar kedalam Seka Joged Bumbung Cipta Dharma, 3) Apa fungsi dan makna lagu Perahu Layar Seka Joged Bumbung Cipta Dharma. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang didukung dengan beberapa teori sebagai pembedah permasalahan antara lain: teori estetika, teori kreativitas, teori fungsi musik, dan teori semiotika. Dilihat dari segi bentuk iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar tersebut menggunakan konsep Tri Angga yaitu kawitan, pangawak, dan pakaad. Bagian pangawak dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian cecelantungan dan bagian jaipongan. Pada bagian jaipongan Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma menggunakan instrumen xylophone sebagai melodi pokok memainkan lagu Perahu Layar. Proses transformasi yang dilakukan Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma yang menjadikan lagu Perahu Layar sebagai iringan tari Joged Bumbung memiliki proses diantaranya ekplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Lagu Perahu Layar aslinya berasal dari Jawa Tengah, karya dari Ki Nartosabdo yang kemudian Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma menjadikannya sebagai iringan tari Joged Bumbung. Suatu karya pastinya memiliki fungsi dan makna yang terkandung didalamnya. Iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar memiliki fungsi sebagai pengungkapan emosional, fungsi sebagai hiburan, dan fungsi reaksi jasmani. Adapun makna yang terdapat dalam iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar yaitu makna komunikasi, kreativitas, dan makna ekonomi."
Denpasar : Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia , 2017
700 KJSP 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Kadek Budi Artawan
"ABSTRACT
Joged Bumbung adalah salah satu bentuk karawitan Bali yang sangat populer saat ini. Kepopulerannya dalam seni pertunjukan tidak hanya dikenal oleh masyarakat Bali tetapi juga masyarakat Indonesia. Seni pertunjukkan Joged Bumbung memiliki fungsi utama sebagai hiburan, yang biasanya dipentaskan setelah melaksanakan upacara mepandes, pawiwahan, ulang tahun pemuda dan instansi lainnya. Fenomena dalam perkembangannya muncul berbagai bentuk baru dalam komposisi iringan tari Joged Bumbung yaitu digunakannya instrumen non tradisional Bali seperti xylophone, gitar bass elektrik, angklung kocok, kendang sunda, cymbal, dan tambourine. Perahu Layar merupakan salah satu iringan tari Joged dengan media ungkap gamelan Joged Bumbung yang dipadukan dengan intrumen non tradisional Bali. Iringan tari Joged Perahu Layar diciptakan pada tahun 2011 oleh Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini difokuskan sebagai berikut : 1) Bagaimana bentuk estetis lagu Perahu Layar Seka Joged Bumbung Cipta Dharma, 2) Bagaimana proses transformasi lagu Perahu Layar kedalam Seka Joged Bumbung Cipta Dharma, 3) Apa fungsi dan makna lagu Perahu Layar Seka Joged Bumbung Cipta Dharma. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang didukung dengan beberapa teori sebagai pembedah permasalahan antara lain: teori estetika, teori kreativitas, teori fungsi musik, dan teori semiotika. Dilihat dari segi bentuk iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar tersebut menggunakan konsep Tri Angga yaitu kawitan, pangawak, dan pakaad. Bagian pangawak dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian cecelantungan dan bagian jaipongan. Pada bagian jaipongan Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma menggunakan instrumen xylophone sebagai melodi pokok memainkan lagu Perahu Layar. Proses transformasi yang dilakukan Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma yang menjadikan lagu Perahu Layar sebagai iringan tari Joged Bumbung memiliki proses diantaranya ekplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Lagu Perahu Layar aslinya berasal dari Jawa Tengah, karya dari Ki Nartosabdo yang kemudian Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma menjadikannya sebagai iringan tari Joged Bumbung. Suatu karya pastinya memiliki fungsi dan makna yang terkandung didalamnya. Iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar memiliki fungsi sebagai pengungkapan emosional, fungsi sebagai hiburan, dan fungsi reaksi jasmani. Adapun makna yang terdapat dalam iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar yaitu makna komunikasi, kreativitas, dan makna ekonomi.
"
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diyan Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara komprehensif pengungkapan aktivitas CSR perusahaan konglomerasi di Indonesia dan India, yang direpresentasikan oleh Astra Group (Indonesia) dan Tata Group (India) di Tahun 2012 dan 2013 dengan memasukkan unsur budaya, sosial-ekonomi dan politik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dan kualitatif-deskriptif guna membandingkan tiga variabel utama penelitian, yakni media pengungkapan, peran CSR dalam perusahaan dan isi laporan CSR sehingga Peneliti dapat menjustifikasi kelemahan dan keunggulan masing-masing perusahaan terkait pengungkapan praktik CSR-nya.
Hasil penelitian ini menunjukkan tiga hal utama. Pertama, dari media pengungkapan yang diteliti, Tata Group memiliki tingkat awareness yang lebih tinggi dibandingkan dengan Astra Group. Kedua, terkait dengan peran CSR dalam perusahaan, CSR merupakan suatu komitmen yang dipandang sebagai unsur yang strategis oleh kedua perusahaan. Terakhir, isi laporan CSR kedua perusahaan menyatakan bahwa praktik CSR yang diimplementasikan oleh Astra Group dan Tata Group dilandasi oleh unsur budaya, sosial-ekonomi dan politik masingmasing negara.
Berdasarkan tiga variabel yang telah diteliti, mengindikasikan secara khusus bahwa dalam isi laporan CSR, Astra Group lebih unggul terhadap kepatuhan standar pelaporan CSR terbaru sedangkan Tata Group lebih unggul dalam menyajikan informasi pada media pengungkapan CSR.

This study aims to describe comprehensively about CSR activities disclosure in Indonesia and India Conglomerates representated by Astra Group (Indonesia) and Tata Group (India) in 2012 and 2013 by incorporatung cultural, socio-economic and political elements. The method used in this study are quantitative and qualitative-descriptive study comparing three main variables, namely media disclosure, role of CSR in the company and the content of the CSR report, thus researcher can justify the weaknesses and advantages of each company related disclosure in their CSR practices.
These result indicate three main points. First, from the disclosure media under study, Tata Group has a higher level of awareness compared with Astra Group. Second, related to the role of CSR in the company, CSR is a commitment that is seen as a strategic element by both companies. Finally, about the content of CSR report, both companies stated that the practice of CSR are influenced by cultural elements, socio-economic and politics of each country.
Based on the three variables that have been studied, indicating specifically that the content of the CSR report, Astra Group is superior to the latest CSR reporting standards compliance while Tata Group is superior in presenting information to the media disclosure of CSR.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S60489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi tentang masalah-masalah yang bertautan dengan kewanitaan pada akhir abad milenium ini, terus meningkat dan makin luas pengaruhnya,baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan atau kebudayaan manusia pada umumnya
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Padang: Proyek Pengembangan Permuseuman, 1982
306 TAB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R. Denny Sulistyo Adji
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Intan Amyrantie
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>