Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158449 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vinesia Febrianti
"Saat duduk di kelas 12 SMA, siswa akan mendapatkan banyak tuntutan akademis yang dapat menyebabkan stres. Untuk mengatasi stres tersebut, diperlukan penggunaan coping yang tepat. Salah satu hal yang berhubungan dengan penggunaan coping adalah goal orientation yang dimiliki individu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara jenis goal orientation dengan gaya coping adaptif terhadap stres terkait sekolah pada siswa kelas 12 SMA. Adapun partisipan ini berjumlah 284 partisipan yang berasal dari SMA di Jabodetabek. Pengukuran dilakukan dengan Achievement Goal Questionnaire-Revised dan Coping Across Situation Questionnaire-Revised. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara mastery-approach goal r=0,219.

12th graders can have academic demands that will result in stress. A suitable coping style is needed to manage that stress. One of the factors that relate to an individuals coping style is their goal orientation. This study aims to find the relationship between type of goal orientation and adaptive coping style related to school related stress among 12 th graders. The participants of this study were 284 students from high schools in Greater Jakarta Area. The measurements used were Achievement Goal Questionnaire Revised and Coping Across Situation Questionnaire Revised. Based on this study, a significant relationship was found between mastery approach goal r 0,219, p 0,05 and performance approach goal r 0,147, p 0,05 with active coping. Thus, no relationship was found between mastery avoidance goal r 0,036, ns and performance avoidance goal r 0,092, ns with active coping, as well as between mastery approach goal r 0,046, ns , mastery avoidance goal r 0,010, ns , performance approach goal r 0,031, ns , and performance avoidance goal r 0,081, ns with internal coping. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwita Laksmi Sentari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwina Laksmi Suntari
"Sekolah menengah umum (SMU) unggulan merupakan salah satu usaha yang dikembangkan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kanwil Depdikbud) untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Tujuan akhir dari dikembangkannya SMU unggulan ini adalah untuk memperoleh generasi penerus bangsa yang berkualitas, mandiri dan mampu bersaing dalam era pembangunan di abad 21 mendatang.
Jumlah SMU unggulan untuk tiap-tiap propinsi berbeda-beda. DKI Jakarta sendiri memiliki 6 buah SMU unggulan, seperti yang telah ditetapkan oleh Kanwil Depdikbud DKI Jakarta. Keenam SMU unggulan tersebut adalah SMUN 8, SMUN 13, SMUN 78, SMUN 70, SMUN 81 dan SMUN 68.
Adapun seleksi masuk SMU unggulan ini dilakukan dengan cara menjaring siswa yang memiliki NEM SMP yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang dapat diterima di sekolah tersebut memiliki prestasi yang tinggi.
Dengan bersekolah di SMU unggulan, seorang siswa akan menghadapi berbagai macam situasi dan kondisi. Seperti adanya label positif dari guru, orang tua ataupun masyarakat terhadap siswa, suasana belajar yang kompetitif di dalam kelas, kewajiban untuk mengikuti program pengayaan serta tingkat kesulitan soal ulangan umum yang lebih tinggi dibandingkan dengan soal untuk SMU non unggulan.
Di satu sisi, situasi-situasi yang telah disebutkan di atas memiliki dampak yang bersifat positif dan bermanfaat karena merangsang perkembangan aspek intelektual dari para siswa. Tetapi di sisi lain, situasi tersebut dapat menimbulkan kesulitan atau masalah bagi para remaja yang bersekolah di sana. Misalnya, padatnya jam belajar mengajar di suatu SMU unggulan dapat menyebabkan siswa menjadi tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk beristirahat ataupun melakukan hal-hal yang disukai oleh mereka. Situasi tersebut juga dapat menimbulkan perasaan tertekan pada diri mereka karena adanya tuntutan untuk memenuhi label dan harapan dari orang lain ataupun dari diri sendiri untuk berprestasi sebaik mungkin.
Masalah-masalah yang harus dihadapi oleh siswa SMU unggulan seperti yang telah disebutkan di atas, mungkin dapat menimbulkan stres, yang menyebabkan mereka berusaha untuk mengatasinya dengan sejumlah perilaku tertentu yang disebut sebagai perilaku coping. Dalam hal ini, stres terjadi bila situasi atau kondisi yang terdapat di SMU unggulan dinilai melebihi kemampuan coping yang dimiliki siswa untuk berespon. Stres yang berlebihan tanpa adanya kemampuan coping yang efektif akan berpengaruh terhadap kesehatan siswa secara langsung serta kesehatan fisiologis dan psikologis mereka di masa mendatang. Terlebih lagi, para remaja memiliki kecenderungan untuk mempergunakan perilaku coping terpusat emosi saat menghadapi masalah. Padahal perilaku. coping ini hanya dapat mengurangi stres untuk sementara waktu dan dapat membuat remaja tidak berusaha untuk menghadapi dan mengatasi masalah yang dialami secara langsung.
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat gambaran stres dan perilaku coping pada siswa SMU unggulan yang merupakan aset negara yang sangat berharga. Sehingga dapat diperoleh masukan-masukan yang bermanfaat guna mencegah timbulnya stres yang berlebihan pada diri mereka ataupun penanggulangan terhadap siswa yang mengalami stres serta meningkatkan penggunaan perilaku coping terpusat masalah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Penelitian eksploratif ini dilakukan terhadap 127 siswa kelas I dan II SMUN 70. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dengan mempergunakan kuesioner stres dan kuesioner perilaku coping -COPE SCALE-.
Hasil utama penelitian ini menunjukkan hahwa dari 127 responden terdapat 60 siswa (47.2%) dengan tingkat stres tinggi. Adapun sumber stres terbesar pada diri mereka adalah dimensi prestasi. Untuk menghadapi situasi di sekolah yang dirasakan dapat menimbulkan stres, mereka cenderung mempergunakan perilaku coping terpusat emosi.
Adapun saran-saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian serupa di berbagai SMU unggulan dengan melibatkan siswa kelas I, II dan III serta melengkapinya dengan wawancara yang bersifat mendalam. Selain itu ada baiknya dilakukan pula penelitian mengenai dampak dari stres terhadap diri siswa, mengingat stres tidak selalu berdampak positif, tetapi ada pula yang bersifat negatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Insyiranda
"Penggunaan coping yang fungsional dalam menghadapi permasalahan berkaitan dengan sekolah merupakan suatu hal penting yang dapat memberi manfaat terhadap performa akademik yang baik di sekolah. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi penggunaan coping pada remaja. Keterlibatan orangtua diasumsikan dapat memprediksi penggunaan coping pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan orangtua yang dipersepsikan oleh siswa dan coping terkait stres sekolah pada remaja. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 405 orang remaja yang merupakan siswa kelas tiga SMA berasal dari delapan sekolah di wilayah yang berbeda-beda. Persepsi keterlibatan orangtua diukur berdasarkan dua versi, yaitu ayah dan ibu dengan menggunakan alat ukur Reported Father Involvement Scale Finley Schwartz, 2004 dan Reported Mother Involvement Scale Finley, Mira, Schwartz, 2008 . Sedangkan, coping terkait stress sekolah diukur dengan menggunakan alat ukur Coping Accross Situational Questionnaire-Revised Barnes, 2011 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dua jenis coping style yaitu active coping dan internal coping dengan persepsi keterlibatan ayah maupun ibu.

Applying functional coping when dealing with school related problems is very important that can be benefical to make a good academic performance at the school. There are several factors that can affect the use of coping in adolescents. Parental involvement was assumed can predict the use of coping in adolescents. The aim of this study is to see the relationship between parental involvement that perceived by students and coping with school related stress in adolescence. Participants of this study was 405 adolescents in third grade high school students from eight different schools. Perceived parental involvement was measured in two version, that was father and mother using Reported Father Involvement Scale Finley Schwartz, 2004 and Reported Mother Involvement Scale Finley, Mira, Schwartz, 2008 . While coping with school related stress was measured by Coping Accross Situational Questionnaire Revised Barnes, 2011 . The result showed that there are significant relationship between two types of coping style, that were active coping and internal coping with both perceived father involement and perceived mother involvement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ayu Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived parenting style dan coping style to school related stress pada remaja. 442 siswa/I SMA kelas 3 turut berkontribusi dalam penelitian ini. Perceived Parenting Style diukur dengan kuesioner Parenting Style Questionaire PSQ yang dikembangkan oleh Lamborn et al 1991, sedangkan Coping style to school Related Stress diukur dengan menggunakan Coping Across Situation Questionaire CASQ yang dikembangkan oleh Seiffge-Krenke et al 2001.
Hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan F= 2,748, p0,05 antara perceived parenting style dan internal coping style pada remaja. Gambaran mengenai jenis persepsi parenting style juga dapat dilihat dari penelitian ini. Diketahui pula bahwa anak yang menggunakan active coping style cenderung mempersepsikan orang tua mereka dengan gaya pengasuhan yang authoritative dibanding dengan gaya pengasuhan lainnya.

This research was investigated the relationship between perceived parenting style and coping style to school related stress in adolescence. 442 students was participated in this research. Perceived Parenting Style was measured by Parenting Style Questionaire PSQ that previously developed by Lamborn et al 1991, and Coping style to school Related Stress was measured by Coping Across Situation Questionaire CASQ that was developed by Seiffge Krenke et al 2001.
Result of this study found that there was significant correlation F 2,748, p0,05 perceived parenting style and internal coping style in adolsence. Description about type of perceived parenting style also conducted in this study. This research uncover that adolescence who uses active coping style tend to perceived their parents as authoritative parenting style than the others style of parenting.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frydenberg, Erica
London: Routledge, 1996
155.5 FRY a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Alwi
"Masa remaja adalah tahap perkembangan penting yang melibatkan perubahan  besar pada aspek fisik, psikologis, dan sosial. Remaja sering menghadapi tekanan tinggi dari tuntutan sekolah, keluarga, dan teman-teman, sehingga mereka rentan terhadap stres psikologis. Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental. Individu tidak pasif ketika mengalami stres, akan tetapi mencoba untuk mengatasi kondisi tersebut dengan melakukan perilaku coping. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku coping adaptif pada remaja di DKI Jakarta beserta determinannya. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional pada 314 remaja yang dipilih dengan cluster sampling dari wilayah administrasi di DKI Jakarta. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku coping adaptif pada remaja cenderung baik dengan nilai rata-rata 1,95 (skala 0-3). Perilaku coping adaptif yang paling banyak digunakan yaitu active coping dan positive reframe, sedangkan yang paling jarang digunakan yaitu emotional support dan venting. School connectedness, literasi kesehatan mental, dan ketahanan keluarga memiliki hubungan dengan school connectedness (p<0,001). Penelitian ini juga menemukan  school connectedness merupakan faktor paling dominan untuk membangun perilaku coping adaptif pada remaja (p=<0,001; ꞵ= 0,022). Penguatan school connectedness, literasi kesehatan jiwa dan ketahanan keluarga perlu dilakukan untuk mendorong perilaku coping yang lebih adaptif pada remaja.

Adolescence is a critical developmental stage involving significant changes in physical, psychological, and social aspects. Teenagers often face high pressure from school, family, and friends, making them vulnerable to psychological stress. Poorly managed stress can lead to mental health problems. Individuals are not passive when experiencing stress; they try to cope with the condition through coping behaviors. This study aims to analyze adaptive coping behaviors in adolescents in DKI Jakarta and their determinants. The research uses a quantitative method with a cross-sectional design involving 314 adolescents selected through cluster sampling from administrative areas in DKI Jakarta. Data were collected through self-administered questionnaires. The results show that adaptive coping behaviors in adolescents tend to be good, with an average score of 1.95 (scale 0-3). The most frequently used adaptive coping behaviors are active coping and positive reframing, while the least used are emotional support and venting. School connectedness, mental health literacy, and family resilience are associated with school connectedness (p<0.001). The study also found that school connectedness is the most dominant factor in building adaptive coping behaviors in adolescents (p=<0.001; ꞵ= 0.022). Strengthening school connectedness, mental health literacy, and family resilience needs to be done to encourage more adaptive coping behaviors in adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frydenberg, Erica
New York: Routledge, 2008
155.51 FRY a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Amanda Indri Utami Pidada
"Pada masa remaja individu akan mengalami tekanan yang berkaitan dengan sekolah. Model coping yang fungsional, seperti active coping dan internal coping, dapat membantu remaja dalam menghadapi tekanan terkait sekolah tersebut secara adaptif. Salah satu faktor yang dapat memprediksi penggunaan coping yang fungsional pada remaja adalah family functioning. Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian terhadap perbedaan penggunaan model active coping dan internal coping antara siswa kelas XII SMA yang memiliki keluarga dengan keberfungsian balanced, moderately balanced, mid range, dan extreme. Hubungan antara ketiga dimensi family functioning pada active dan internal coping juga diteliti dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan pada 447 siswa kelas XII SMA dari sekolah-sekolah di Jabodetabek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penggunaan active coping style antara siswa yang berasal dari keluarga dengan keberfungsian balanced, moderately balanced, mid range, dengan siswa dari keluarga extreme. Tidak ditemukan adanya perbedaan antara keempat kelompok keberfungsian keluarga terhadap internal coping style. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dimensi cohesion, adaptability, dan communication, terhadap active coping style, dan hubungan yang positif antara dimensi adaptability dan communication, terhadap internal coping style.

Adolescence is a time when individuals will experience a lot of stressors, one of stressors is associated with school. Functional coping models, such as active coping and internal coping, can help adolescents to deal with the school related stress adaptively. One factor that can predict the use of functional coping in adolescents is family functioning. In this research, I tested the use of active coping and internal coping model between XII high school students with families that is classified as balanced, moderately balanced, mid range, and extreme. The relationship between the three dimensions of family functioning on active and internal coping is also examined in this study. The study was conducted on 447 XII high school students from schools in Jabodetabek.
The results showed that there was a difference in the use of active coping style between students who came from balanced, moderately balanced, and mid range families, with students from extreme families. There was no difference between the four groups of family functioning to internal coping style. The results also show that there is a positive relationship between cohesion dimension, adaptability, and communication, to active coping style, and positive relationship between adaptability and communication dimension, to internal coping style.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>