Ditemukan 122570 dokumen yang sesuai dengan query
Muhammad Rifai
"Sebagai pelabuhan utama di Indonesia, Pelabuhan Tanjung Priok senantiasa terus menerus dipelihara dan dikembangkan agar tetap dapat mempertahankan fungsinya selaku logistic center kawasan untuk meningkatkan daya saing industri dalam perdagangan internasional dan iklim investasi. Menanggapi hal tersebut PT. Pelabuhan Tanjung Priok selaku anak Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia II Persero yang bertugas dalam mengelola segala proses operasi dan pelayanan jasa kepelabuhanan di Tanjung Priok dituntut untuk meningkatkan kinerja pelayanan bongkar muat terutama pada sektor bongkar muatnya. Pertumbuhan arus peti kemas internasional PT Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 67,11 dari 232,87 ribu TEUs di tahun 2015 menjadi 503,90 ribu TEUs di tahun 2016. Dan untuk pertumbuhan peti kemas domestik sebesar 9,50 132 ribu TEUs menjadi 141 ribu TEUs pada tahun 2016. Dengan jumlah peti kemas yang meningkat setiap tahun dan lokasi Container Yard yang terbatas, PT. Pelabuhan Tanjung Priok menerapkan sistem truck lossing dibeberapa terminal salah satunya di Terminal Peti Kemas Selatan. Penulis melakukan penelitian untuk mengurangi lamanya waktu tunggu truk pengangkut peti kemas sebagai akibat diberlakukannya sistem truck lossing. Proses penyelesaian masalah dilakukan dengan menggunakan penjadwalan kedatangan truk pengangkut peti kemas dengan pendekatan Truck Turnaround Time. Dari hasil implementasi penjadwalan tersebut waktu tunggu truck pengangkut peti kemas dapat diturunkan dari 99,28 menit menjadi 48,72 menit.
As the main port in Indonesia, Tanjung Priok Port is always continuously maintained and developed in order to maintain its function as a regional logistics center to improve industrial competitiveness in international trade and investment climate. Responding to this PT. Tanjung Priok Port as a subsidiary of PT. Pelabuhan Indonesia II Persero which is in charge of managing all operations and port services in Tanjung Priok is required to improve the performance of loading and unloading services, especially in the loading and unloading sector. The international container flow flows of PT Pelabuhan Tanjung Priok reach 67.11 from 232,87 thousand TEUs in 2015 to 503,90 thousand TEUs in 2016. And for domestic container growth of 9.50 132 thousand TEUs to 141 thousand TEUs in 2016. With an increasing number of containers each year and a limited Container Yard location, PT. Tanjung Priok Port implements a truck lossing system in several terminals, one of which is in South Container Terminal. The author conducted a study to reduce the length of waiting time for container transport trucks as a result of the application of truck lossing system. The problem solving process is done by scheduling the arrival of container haul truck with Truck Turnaround Time approach. From the results of the scheduling implementation the waiting time of the container truck can be lowered from 99,28 minutes to 48,72 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rizka Rhomadona
"Volume pengiriman peti kemas yang terus meningkat, mendorong pihak pelabuhan/terminal peti kemas untuk semakin meningkatkan performa. Ditambah lagi dengan semakin ketatnya persaingan antar terminal. Penerapan perencanaan yang optimal dapat membantu terminal peti kemas untuk menghadapi tantangan tersebut. Penelitian ini membahas proses optimasi perencanaan terintegrasi pada sebuah terminal peti kemas di Indonesia, dengan menggunakan dua fungsi tujuan dari segi waktu dan biaya operasional. Penelitian ini menghasilkan model dengan beberapa skenario yang telah disesuiakan dengan kondisi operasional terminal sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pihak terminal untuk meningkatkan performa mereka, khususnya dalam perencanaan level taktis.
The increased number of container shipping nowadays, brought new challenges for container terminal to improve their operational performance. In addition with the increase of competition between ports. Optimal and integrated planning will help terminal to face those challenges. This research studied about optimizing an integrated planning of the container terminal in Indonesia, using a bi objective optimization method to minimize time violation, and also operational cost of terminal. The result of this research is a model with various scenarios which already adjusted with terminal's real operational condition, so it would be applicable and could be help terminal for increasing their performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67080
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Leo Tri Utomo
"Terminal Operasi 3 Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan tempat pengiriman ekspor dan impor peti kemas yang berada tepat di Ibukota Jakarta dengan panjang dermaga sepanjang 1030 m terdiri dari 5 dermaga dengan luas lapangan penumpukan 122922 m2 dan waktu kerja selama 365 hari/tahun dengan waktu operasi 24 jam/hari.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kelayakan dermaga pada Terminal Operasi 3 Ocean Going Division Pelabuhan Tanjung Priok dengan menggunakan metode Berth Occupancy Ratio BOR atau tingkat pemakaian dermaga berdasarkan data arus kunjungan kapal dan peti kemas disetiap bulan pada tahun 2014, 2015, dan 2016. Evaluasi dilakukan untuk memproyeksikan pertumbuhan arus kapal dan peti kemas pada tahun 2017 sampai 2034 dengan menggunakan metode regresi linier.
Hasil analisis menunjukan bahwa pada tahun 2014 sampai pada tahun 2031 nilai BOR masih dibawah 65 seperti yang disarankan oleh UNCTAD berarti bahwa penggunaan dermaga masih layak. Namun pada bulan April tahun 2032 nilai BOR sudah melebihi 65, yang berarti penggunaan dermaga sudah cukup padat. Untuk mengurangi kepadatan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan produktifitas bongkar muat dari 20 TEU rsquo;s/jam ke tingkat yang lebih tinggi.
Operation Terminal 3 is a container port which is dedicated for export and import shipping. Located in Jakarta the capital city of Indonesia, the port now stretches over a distance of 1.030 meters. It consists of 5 docks with stacking area 122.922 square meters, the port operation hours is 24 hours aday, 7 days per week. The purpose of this research to analyze the feasibility of length dock at Operation Terminal 3 ndash Ocean Going Division, Tanjung Priok Port, using Berth Occupancy Ratio BOR method and the rate of pier usage based on the container shipping growth data in 2014, 2015 and 2016. This evaluation is to project the growth of ship and container flow in 2017 until 2034 by using Linier Regression method. The results of the analysis shows that in the year of 2014 until 2031 the BOR value is still under 65 as recommended by the UNCTAD means that the use of the dock is still feasible. However, in April 2032 the BOR value has exceeded 65 , which means the usage of the pier has already exceed its capacity. Berth utility Reducing the trafic can be done by increasing the productivity of loading unloading from 20 TEU's hour to a higher level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68284
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sulaeman
"Kalangan pelayaran intemasional sudah lama merasakan hambatan yang disebabkan oleh rendahnya kemampuan bongkar muat untuk muatan umum (general cargo). Hal tersebut mengakibatkan kapal akan berlabuh semakin lama, frelcuensi pelayaran dan produktivitas angkutan menjadi rendah. Sistem Container (petikemas) digunakan sebagai altematif untuk memecahkan masalah bongkar muat. Perubahan sistem bongkar muat ini telah rnenyebabkan texjadinya pembahan pada sistem angkutan, sistem bongkar muat serta fasilitas-fasilitas di darat yang menunjang transportasi muatan Ekspor dan Impor. Fasilitas yang memudahkan unluk kegiatan bongkar muat petilcemas adalah adanya Terminal Petikemas. Terminal Petikemas ini merupal-can pertemuan pelayanan penanganan petikemas ke kapal atau ke darat (ro fhe ship and Io the Iaf:dsia'e)_ Terminal Petikemas hams memiliki berbagai fasilitas untuk penanganan bongkar muat petikemas dengan pengaturan yang tepat dan ruang yang cukup untuk pengoperasian fasilitas tersebut. Fasilitas-fasilitas Terminal Petikemas yang menunjang lancarnya kegiatan bongl-car muat petikemas diantaranya : tempat bongkar muat petikemas (Apron), Container Crane, Lapangan Penumpukan Petikernas (Container Yard), Gudang Penyimpanan Muatan Petikemas (Container Freight Station) da.n Pintu Gerbang (Gate). Dalam operasional tenninal petikemas, setiap petikemas yang masuk dan keluar terminal petikemas hams dilakukan pengecekan kelengkapan dan keabsahan dokumen-dokumen barang dan penimbangan berat petikemas. J ika ada doku men yang belum lengkap atau hal lain yang menyebabkan petikemas tersebut harus tertahan, maka truk petikemas tersebut hams menunggu di tempat parkir yang telah disediakan sampai masalahnya terselesaikan. Pelabuhan Panjang di provinsi Lampung mempalcan pelabuhan yang tingkat peltumbuhan bongkar muat petilcemasnya cukup tinggi, alcan membuat pintu gerbang (gate) petikemas baru, dimana pintu gerbang (gate) ini merupakan pemindahan dari pintu gerbang (gate) petikemas lama yang kapasitasnya sudah tidak memadai lagi. Di dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisa menggunakan metode Teori Antrian (Queueing Theory) terhadap sejumlah parameter-parameter yang dimungkinkan berhubungan dengan tingkat kebutuhan jumlah pintu gerbang (gate) petikemas. Parameter-parameter tersebut diantaranya jurnlah lcedatangan truk petikemas (container) dan waktu pelayanan (service time) pada pintu gerbang. Dari parameter-parameter tersebut diharapkan akan menghasilkan suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan jumlah pintu gerbang (gate) yang optimal. Sehingga diharapkan operasional Terminal Petikemas di Pelabuhan Panjang dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan antrian truk petikemas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S38704
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lusyane Eko Tantri
"Tercatat hampir 70 persen perdagangan dunia berlangsung di kawasan Asia Pasifik dan 75 persen produk dan komoditas yang diperdagangkan itu dikirim melalui laut Indonesia. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa terminal peti kemas adalah bagian penting dalam upaya peningkatan perekonomian nasional. Masalah alokasi dermaga (berth allocation problem) adalah salah satu faktor kunci dari operasi terminal peti kemas.
Melalui simulasi visual operator terminal dan pihak pelayaran dapat lebih mudah memahami perilaku sistem terminal peti kemas. Untuk itu penelitian ini menggunakan model visual sebagai alat evaluasi metode-metode pengalokasian dermaga, yaitu first come first served (FCFS), berth closest to stack policy (BCSP), dan service priority (SP).
Dari simulasi, diketahui bahwa metode FCFS menghasilkan rata-rata waktu pelayanan kapal yang paling singkat. Namun untuk parameter produktivitas dermaga, metode BCSP menghasilkan jumlah pemindahan yang paling tinggi. Sedangkan metode SP akan efektif mengurangi waktu pelayanan pada jenis kapal yang diprioritaskan.
Almost 70 percent of world trade occurs in Asia Pacific and 75 percent of that trade sent by Indonesian sea. So, there is no doubt that container terminals is an important part in improving national economy. Berth allocation problem is one of key factors of container terminal operation. By visual simulation, terminal operator and shipping lines will understand system behavior of container terminal easier. Therefore, this research use visual model as a tool to evaluate berth allocation methods, namely first come first served (FCFS), berth closest to stack policy (BCSP), and service priority (SP). From the simulation, known that FCFS method resulting in shortest average service time. In the other hand, for berth productivity parameter, BCSP method resulting in highest number of movements. While SP method will efectively decrease service time of prioritized vessel type."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35226
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Siagian, Rudy Marthin A.
"Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beribu pulaunya dan lautnya yang luas. Potensi laut Indonesia merupakan salah satu yang terbesar untuk dikembangkan guna peningkatan pendapatan negara. Akan tetapi potensi ini belum tergali dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah produktivitas pemakaian terminal bongkar muat yang belum maksimal pada PBM di Indonesia. Untuk peningkatan pelayanan pelabuhan, dibutuhkan suatu PBM yang mampu menangani bongakar muat, khususnya pada muatan petikemas yang berkembang pesat pada saat ini. Untuk melihat kesiapan PBM dalam pelayanan bongkar muat petikemas, maka dilakukan analisis produktivitas bongkar muat petikemas pada pelabuhan domestik (terminal konvensional). Tingkat produktivitas PBM di lihat dari segi waktu pelayanan bongkar muat, jumlah tenaga kerja yang di gunakan, jumlah muatan yang dapat di tampung dan jumlah kapal yang bertambat pada terminal. PBM yang di katakan efesien apabila PBM tersebut dapat melakukan operasional bongkar muat hingga batas maksimal yang disesuaikan dengan fasilitas dan peralatan yang digunakan. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan produktivitas bongkar muat petikemas pada PBM. Namun keberhasilannya belum dapat di pastikan, karena keterbatasan waktu untuk melakukan percobaan.
Indonesia is an archipelago country with thousands of islands and vast ocean. Potential of Indonesia's ocean is one of the biggest opportunities for the development of its state income. But the potency is not exploied well. One of the causes is the un productive using of the Indonesian container terminal. To improve the seaport services, we need a PBM which is able to handle containers properly, especially in anticipating the recent rapid development of container cargoes. To observe the readiness of PBM in handling the containers, we analyze the productivity of container handling at domestic terminal (Conventional Terminal) in Tanjung Priok. The analisys is conducted in order to see the productivity rate of the PBM in term of its time limit, the total usege of labors, the total capacity that can be accommodated and the total of ships that anchor at the terminal. The PBM can be considered as efficient if it can handle the containers up to its optimum limit based on the available facilities and equipment. The results of this analyses can be used as the basis in developing the productivity of containers handling at PBM, but the success is still uncertain due to the limited time for conducting the experiment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S38063
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yunita Ramanda
"Terminal Peti Kemas merupakan aset yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia karena menghubungkan pasar domestik dengan konsumen internasional atau sebaliknya. Hal ini mengakibatkan pentingnya peningkatan produktivitas di terminal peti kemas. Metode alokasi quay crane merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas di terminal peti kemas.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang model simulasi visual terminal peti kemas yang dapat digunakan untuk membandingkan metode alokasi quay crane. Pengambilan data dilakukan pada Terminal Peti Kemas JICT yang digunakan sebagai objek penelitian untuk mempelajari keadaan terminal peti kemas secara umum. Metode heuristik yang digunakan untuk menentukan alokasi quay crane adalah Total Work Content Remaining (TWCR) dan Shortest Processing Time (SPT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode SPT lebih baik dibandingkan metode alokasi TWCR karena dengan menggunakan metode SPT, total waktu pelayanan kapal lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan metode TWCR. Demikian juga halnya dengan produktivitas dermaga, dengan menggunakan metode SPT diperoleh produktivitas dermaga yang lebih besar dibandingkan dengan metode alokasi TWCR.
Container terminals are an absolutely critical asset to Indonesia's economy because container terminal provide a vital link between domestic market to international costumer and vice - versa. Therefore, importance role of container terminal resulting productivity is critical in container terminal. Allocation quay crane problem is one of the factors that can affect productivity at container terminal. This paper aims to design a visual simulation model of container terminal which can be used to compare the methods of quay crane allocation. Data collection was conducted at JITC Container Terminal which is used as an object for studying container terminal condition. Heuristic method that is used to determine quay crane allocation are Total Work Content Remaining (TWCR) and Shortest Processing Time (SPT). The results showed that Shortest Processing Time (SPT) method better than Total Remaining Work Content (TWCR) because total service time using SPT method less than using TWCR method. Moreover, Shortest Processing Time (SPT) method provides greater berth productivity than Total Work Content Remaining (TWCR) method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34872
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Arief Muhammad Allydito
"Transportasi maritim memegang peranan penting dalam siklus perdagangan dunia. Dalam perkembangannya sebagai sarana terpenting dalam pembangunan ekonomi, terminal peti kemas dapat menimbulkan emisi CO2 yang timbul dari operasional kapal, peralatan bongkar muat dan truk eksternal yang melakukan bongkar-muat sehingga harus menunggu waktu giliran dikarenakan keterbatasan peralatan bongkar muat dan lahan terminal yang mengakibatkan antrian sehingga truk terus menghasilkan CO2 dari kondisi idling. Di dalam penelitian ini dilakukan estimasi emisi CO2 dari kegiatan Receiving-Delivering yang berasal dari truk eksternal dengan model simulasi menggunakan software Arena Simulation dari kegiatan impor maupun ekspor di satu terminal peti kemas selama 31 hari. Kemudian dilakukan upaya penurunan emisi dengan strategi penambahan RTGC 2, 5 dan 10 unit untuk mengejar efektifitas waktu bongkar muat. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan estimasi emisi pada kondisi saat ini yaitu 123868.83 kg dan waktu bongkar muat 51 menit untuk kegiatan impor serta 64627.58 kg dan 40 menit untuk kegiatan ekspor. Pada skenario penurunan yang dipilih, terjadi penurunan emisi CO2 dan waktu bongkar muat dari skenario secara berurutan 22%, 39%, dan 52%. Waktu bongkar muat secara berurutan menjadi 40, 32 dan 26 menit untuk kegiatan impor. Serta penurunan 19%, 34%, dan 44% untuk penurunan emisi CO2 dan 32 menit, 27 menit dan 23 menit untuk waktu bongkar muat kegiatan ekspor. Strategi penurunan yang dipilih dinilai layak dengan melakukan penambahan RTGC 2 dan 5 unit karena NPV dan IRR bernilai positif dengan PBP 8 dan 34 bulan.
Maritime transportation plays an important role in the world trade cycle. In its development as the most important means of economic development, container terminals can generate CO2 emissions arising from ship operations, loading and unloading equipment and external trucks carrying out for Receiving-Delivering operations. The truck have to wait their turn due to limited handling equipment and terminal land which results in queues and trucks continuing to produce CO2 from idle condition. In this study, estimation of CO2 emissions from Receiving-Delivering activities from external trucks was carried out with a simulation model using Arena Simulation software from import and export activities in one container terminal for 31 days. Then, efforts to reduce emissions were made with the strategy of adding RTGC 2, 5 and 10 units to pursue loading and unloading effectiveness. After doing the research, the estimated emission at the current condition is 123868.83 kg and loading and unloading time is 51 minutes for import activities and 64627.58 kg and 40 minutes for export activities. In the selected reduction scenario, there is a decrease in CO2 emissions and loading and unloading time from the scenarios, respectively, by 22%, 39%, and 52%. The loading and unloading time is 40, 32 and 26 minutes for import activities, respectively. As well as a reduction of 19%, 34%, and 44% for CO2 emission reductions and 32 minutes, 27 minutes and 23 minutes for loading and unloading time for export activities. The selected reduction strategy is considered feasible by adding 2 and 5 units of RTGC because the NPV and IRR are positive with PBP of 8 and 34 months."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Reski Hanafianto Putra
"Peti kemas adalah suatu alat transportasi logistik yang dirancang secara khusus agar bisa dipakai berulang kali. Di Indonesia peti kemas mulai berkembang penggunaannya karena dalam fungsinya untuk mengemas dapat dipakai berulang kali dan kemudahan dalam operasionalnya. Didalam menggunakan peti kemas maka diperlukan fasilitas penunjang yaitu terminal peti kemas yang berfungsi untuk pendistribusian dan juga untuk penampungan. Di dalam operasional terminal peti kemas risiko keselamatan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu diperlukan suatu manajemen risiko untuk mengendalikan risiko-risiko tersebut agar dapat dihindari atau dampaknya bisa diminimalisir. Manajemen risiko ini dimulai dengan mengidentifikasi secara umum risiko yang ada serta menganalisa dampak umum dan penyebab umum dari risiko tersebut. Standar khusus yang digunakan untuk manajemen keselamatan dalam kerja adalah standar internasional yaitu OHSAS. Di dalam peniliaian risiko ini digunakan sebuah metode yaitu menggunakan matriks risiko yang berisi nilai-nilai dari sebuah risiko itu sendiri. Risiko yang mendapatkan nilai tertinggi (berbahaya) dianalisis sebab terjadinya dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis sehingga bisa diminimalisir atau dihilangkan dampak negatifnya.
Container is a logistic transportation equipment designed especially to reuse overtime. Nowadays, in Indonesia used of container as a transport equipment has growth because it is simple and easy to use. President Joko Widodo embrace through sea toll program which planned to connected all the region in Indonesia through the sea. In usage of container, the most important thing besides container itself and ship is a container terminal. Every container operation need container terminals to stacking the container and distribute them. Every operational activity in container terminal contain much safety risk. A risk management is needed to prevent, decrease the damage of risk, even to make a risk disappear. First thing to do is identification risks and analyze what main cause and the effect. After risks identified we make a simple risks scoring with risk matrix. The highest risks then identified with Fault Tree Analysis method so we know what the root of this risk and make a simple rules to control the risks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62708
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Haris Fernanda
"Di Indonesia peti kemas mulai berkembang penggunaannya karena dalam fungsinya untuk mengemas dapat dipakai berulang kali dan kemudahan dalam operasionalnya. Didalam menggunakan peti kemas maka diperlukan fasilitas penunjang yaitu terminal peti kemas yang berfungsi untuk pendistribusian dan juga untuk penampungan. Di dalam operasional terminal peti kemas risiko keselamatan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu diperlukan suatu manajemen risiko untuk mengendalikan risiko-risiko tersebut agar dapat dihindari atau dampaknya bias diminimalisir. Manajemen risiko ini dimulai dengan mengidentifikasi secara umum risiko yang ada serta menganalisis dampak umum dan penyebab umum dari risiko tersebut. Standar khusus yang digunakan untuk manajemen keselamatan dalam kerja adalah Standar IMO yaitu Formal Safety Assesment. Di dalam peniliaian risiko ini digunakan sebuah metode yaitu menggunakan matriks risiko yang berisi nilai- nilai dari sebuah risiko itu sendiri. Risiko yang mendapatkan nilai tertinggi (berbahaya) dianalisis sebab terjadinya dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis sehingga bisa diminimalisir atau dihilangkan dampak negatifnya.
Nowadays, in Indonesia used of container as a transport equipment has growth because it is simple and easy to use. In usage of container, the most important thing besides container itself and ship is a container terminal. Every container operation need container terminals to stacking the container and distribute them. Every operational activity in container terminal contain much safety risk. A risk management is needed to prevent, decrease the damage of risk, even to make a risk disappear. First thing to do is identification risks and analyze what main cause and the effect. After risks identified we make a simple risks scoring with risk matrix. The highest risks then identified with Fault Tree Analysis method so we know what the root of this risk and make a simple rules to control the risks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library