Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190136 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Kemala
"Limbah minyak pelumas bekas dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun B3 yang mengandung logam berat salah satunya Pb. Untuk mengurangi konsentrasi Pb dalam minyak pelumas bekas dan memperbaiki karakteristik minyak pelumas, dilakukan pengolahan dengan menggunakan lempung sebagai bleaching earth melaui proses adsorbsi. Pada penelitian ini, dilakukan karakterisasi awal minyak pelumas bekas dengan spesifikasi SAE 10W-30. Selanjutnya, untuk meningkatkan kemampuan lempung sebagai adsorban, lempung diaktivasi dengan kalsinasi pada temperatur 300, 450, dan 600°C.
Hasil XRD menunjukkan terjadi peningkatan montmorillonite dalam lempung hingga 63. Kemudian proses adsorbsi dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan mineral lempung terhadap kapasitas lempung dalam skala laboratorium dengan konsentrasi lempung 80 g/L. Temperatur adsorbsi adalah 120°C dengan waktu kontak 300 menit.
Pada penelitian, diperoleh hasil bahwa adsorbsi timbal mencapai kondisi optimum pada penggunaan lempung teraktivasi kalsinasi 450°C dan konstan pada penggunaan lempung teraktivasi kalsinasi 600. Data isotherm adsorbsi menunjukkan kecocokan dengan model isoterm Freundlich dengan kapasitas adsorbsi 4,05x10-3 mg/g. Karakterisasi akhir minyak pelumas menunjukkan terjadinya perbaikan sifat fisik dan kimiawi minyak pelumas bekas setelah proses adsorbsi.

Waste lubricant oil is categorized as hazardous waste which contains heavy metal such us lead. To reduce the amount of lead concentration and improve waste lubricant oil properties, the waste is treated with clay as bleaching earth through adsorption process. In this study, the physical and chemical properties of waste lubricant oil with specification SAE 10W 30 was analyzed before treated with clay. To enhance clays properties as adsorbent, the clay was activated with calcination at temperature 300, 450, and 600°C.
XRD result showed that calcination process could increase montmorillonite percentage in clay, approximately 63. To determine the correlation between clay mineral structure and clay capacity as adsorbent, the adsorption process was conducted in laboratory scale with 80g L at each of activated clay. The adsorption temperature and contact time were 120°C and 300 minutes respectively.
The experimental procedure gave result that lead adsorption reached its optimum condition with the used of activated clay at temperature 450 C and remained constact with 600°C calcined clay. Pb adsorption isotherm data showed compability with Freundlich isotherm model with adsorption capacity 4,05x10 3 mg g. The final characterization of treated waste lubricant oil indicated that there was improvement of its properties after adsorption process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firsta Hilwa
"Minyak pelumas bekas merupakan salah satu limbah yang dikategorikan sebagai limbah B3. Dalam limbah tersebut terdapat kandungan logam berat yaitu timbal. Keberadaan timbal ini dikarenakan pada saat mesin bekerja yang menyebabkan mesin mengalami keausan dan logam timbal terlepas ke pelumas. Untuk menghilangkan timbal dari minyak pelumas bekas dapat dilakukan dengan menggunakan lempung alami bleaching earth sebagai adsorben.
Pada penelitian ini lempung tersebut diaktivasi menggunakan asam sulfat H2SO4 dengan variasi konsentrasi yaitu 1 M, 1,5 M dan 2 M. Dengan menggunakan asam sulfat tersebut didapatkan hasil persentase mineral montmorillonite meningkat hingga mencapai 68 dan luas permukaan membesar hingga pencapai 62,9 m2/g. Aktivasi tersebut juga terlihat dapat meningkatkan daya adsorbensi dan mempersingkat waktu kontak.
Dari hasil percobaan yang dilakukan diketahui bahwa kondisi adsorpsi optimum terjadi pada aktivasi dengan konsentrasi 1,5 M dan dengan waktu kontak adsorpsi 30 menit. Dengan kondisi tersebut, kemudian dilakukan variasi kosentrasi adsorben dengan variasi konsenstrasi 20 g/L, 40 g/L, 60 g/L, 80 g/L dan 100 g/L. Dengan variasi tersebut maka didapatkan konsentrasi optimum yaitu 20 g/L.

Used lubricating oil is one of waste categorized as hazardous and toxic waste. It contains heavy metal, and one of them is lead. The existence of lead is due to when the engine is working so that the engine is wearing and lead metal is released to the lubricant. Removing lead from used lubricating oil can be done by using natural clay bleaching earth as adsorbent.
In this study, the clay was activated by using sulfuric acid H2SO4 with 1 M, 1.5 M and 2 M concentration variation. By using sulfuric acid, the percentage of montmorillonite mineral increased up to 68 and the surface area expanded up to 62,9 m2 g. Activation is also seen to increase the adsorbensi power and shorten the contact time.
From the experimental results, it is found that optimum adsorption conditions occured at activation with concentration of 1.5 M and with 30 minutes adsorption time. Under these conditions, concentration variation of adsorbent with concentration of 20 g L, 40 g L, 60 g L, 80 g L and 100 g L were observed. With this variation, the result shows optimum concentration of 20 g L.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primananda Tavianti Yuliana
"Used Bleaching Earth Cake (UBEC) tergolong kedalam limbah B3 sehingga membutuhkan penanganan yang komperhensif. Berdasarkan karakteristik UBEC, ada beberapa alternatif pengolahan yang dapat digunakan untuk mengelola dan memaksimalkan penggunaan dari UBEC. Oleh karena itu dalam penelitian ini diuji karakteristik fisik dan kimia dari UBEC untuk mengetahui potensi nya sebagai Refuse Derived Fuel (RDF). Setelah itu dilakukan perbandingan 2 skenario pengolahan. Skenario pertama adalah pembakaran UBEC sebagai RDF pada rotary kiln kemudian abu yang dihasilkan akan digunakan sebagai subtitusi agregat halus pada pembuatan beton K350. Skenario kedua adalah pembakaran UBEC sebagi RDF pada Compressed Air Furnace dimana abu yang dihasilkan digunakan subtitusi semen pada pembuatan mortar pasangan tipe N. Sehinga didapatkan skenario mana yang terbaik dalam integrasi pengolahan limbah UBEC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UBEC terdiri dari material bleaching earth (Monmorillonite 53.3% and Klinoptilolith 40%), residu oli, dan pengotor (logam berat, residu karbonc, dan lain lain.). UBEC juga memenuhi standar kriteria sebagai RDF. Pada skenario 1 kuat tekan terbaik produk beton dicapai pada penggantian komposisi pasir dengan 10% ash rotary dimana kuat tekannya mencapai 38,45 Mpa dan daya serapnya 5,8%. Pada skenario 2 kuat tekan mortar pasangan tidak dapat terdeteksi dengan adanya penggantian semen dengan ash CAF. Kuat tekan diteliti melalui produk beton dan yang terbaik dicapai pada penggantian komposisi semen dengan 10% ash CAF dimana kuat tekannya mencapai 31,40 Mpa dan daya serapnya 9,3 %. Kedua komposisi terbaik tersebut telah diuji TCLP nya dan kedua nya memenuhi standar baku mutu PP 101 tahun 2014. Berdasarkan perbandingan aspek, kualitas produk olahan abu pembakaran, penaatan pada peraturan lingkungan dan keamanan produk terhadap lingkungan, serta nilai ekonomis dari tiap skenario dapat ditentukan skenario pengolahan terintegrasi yang paling baik dalam mengolah UBEC adalah skenario 1

Used Bleaching Earth Cake (UBEC), is categorized as hazardous waste that requires comprehensive handling. Refering to UBECs characteristic, there are view alternative treatments that can be use to handle and maximizing the utilities of UBEC.  Therefore, in this study tested the physcical and chemical characteristic of UBEC to determine its potential as Refuse Derived Fuel (RDF). After that a comparison of 2 processing scenarios was carried out. The first scenario is the combustion of UBEC as RDF on the rotary kiln, then the resulting ash will be used as subtle aggregate substitution in the manufacture of K350 concrete. The second scenario is the combustion of UBEC as RDF in Compressed Air Furnace (CAF) where the resulting ash is used as cement substitution in the manufacture of N-type mortar masonry. So we may conclude the best integrated treatment scenario to carry out for treating UBEC. The result showed that UBEC consisted of earth bleaching materials (Montmorillonite 53.3% and Klinoptilolith 40%), oil residues, and impurities (heavy metals, carbon dioxide residues, etc.). UBEC also meets the criteria standards for RDF. In scenario 1 the best compressive strength of the concrete product is achieved by replacing the composition of the sand with 10% rotary ash where the compressive strength reaches 38.45 Mpa and its water absorption is 5.8%. In scenario 2 the mortar masonry compressive strength cannot be detected by the replacement of cement with CAF ash. Compressive strength was examined through concrete products and the best was achieved by replacing cement composition with 10% ash CAF where the compressive strength reached 31.40 Mpa and its water absorptionis 9.3%. The two best compositions have been tested for TCLP and both of them meet the quality standard of PP 101 year 2014. Based on the comparison of view aspects: the quality of refined ash products, compliancewith environmental regulations and product safety for the environment, and also the economic value of each scenario,we can be determined the best integrated processing scenario in by processing UBEC in scenario 1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Purnama
"Perkembangan mesin industri dan kendaraan bermotor mendorong peningkatan penggunaan pelumas dan akumulasi pelumas bekas. Pelumas bekas dijadikan bahan bakar alternatif atau didaur ulang dengan teknologi konvensional menggunakan bahan B3, padahal dapat mencemari lingkungan, mengganggu kesehatan, sehingga memicu masalah sosial. Metode daur ulang sebaiknya berbasis teknologi hijau, ekonomis, ramah lingkungan, dan diterima oleh masyarakat. Indonesia kaya akan berbagai sumber daya alam. Salah satunya adalah cadas lempung. Activated bleaching earth adalah cadas lempung alami yang berasal dari formasi khusus di pegunungan Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah limbah B3 pelumas bekas. Pelumas bekas dapat didaur ulang dengan metode ekstraksi menggunakan penyerap kontaminan. Penelitian ini menganalisis sifat kimia-fisika dan performa bahan alam non B3 activated bleaching earth sebelum dan setelah digunakan dalam proses daur ulang pelumas bekas menjadi base oil. Mengkaji dan mengembangkan pemanfaatan residu agar dapat meminimalisasi polutan, dan diterima masyarakat. Pendekatan penelitian kuantitatif, dengan metode penelitian eksperimen (pengujian di laboratorium) dan survei.
Hasil penelitian menunjukan cara ini lebih ekonomis, mengurangi polutan, dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Residu proses berkalori sekitar 5.000 kkal, dapat digunakankan sebagai bahan bakar alternatif atau penguat aspal. Abu dapat dijadikan mortar dan beton. Kesimpulannya, pelumas bekas bisa didaur ulang menjadi base oil, menggunakan cadas lempung yang berasal dari gunung Indonesia. Hasil base oil berkisar 70-79%.

The development of industrial machinery and motor vehicles encourage increasing use of lubricants and accumulation of used lubricants. The used lubricants applied as alternative fuels or recycled using conventional technology which uses hazardous materials, whereas It will pollute the environment, affecting the health, and lead to social problems. The recycling method should be based on green technology, economical, environmentally friendly, and social acceptable. Indonesia has the rich of various natural resources. One of them is the clay rock. Activated bleaching earth was natural clay rock that's specific formation in Indonesia mountains. This research purpose is handle the hazardous waste of used lubricant. It could be recycled by extraction method using a contaminants adsorbent.
The objective of the study was analyze the chemical-physics and performance of non hazardous activated bleaching earth, a natural material before and after used in the process of recycling used lubricant to be base oil. Assess and develop the utilization of residual to minimize pollutants, and acceptable. The method used quantitative approach, with experimental research (laboratory test) and survey.
The research result shows, It was more economical, reduce pollutants, and do not cause health problems. Residue had calorific value around 5,000 kcal. It could be applied as alternative fuel or asphalt reinforcement. Ash could be mortar and concrete products. The conclusion stated, the used lubricant could be recycleabled to be base oil, using clay rock in Indonesia's mountain. The base oil result was around 70-79%.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2592
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartiko Bimantoro
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S50836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Laraswati
"Pada proses bleaching terutama pada pengolahan refinery Crude Palm Oil CPO menjadi minyak goreng menggunakan bleaching earth BE menghasilkan limbah Spent Bleaching Earth SBE. SBE digunakan karena masih mengandung minyak nabati yang tinggi sekitar 20-40 yang berpotensial untuk dilakukannya pengolahan lebih lanjut seperti dijadikan biodiesel atau biolubricant. Pada penelitian ini telah dibuat biopelumas yang dihasilkan dari modifikasi alkohol yaitu Etilen Glikol EG dengan asam lemak yang berasal dari SBE Oil.
Penelitian ini terbagi menjadi empat tahapan penelitian. Pada tahap pre-treatment telah menghasilkan SBEO dengan kualitas sesuai dengan standar nilai RBDPO. Pada tahap esterifikasi telah menghasilkan minyak SBE yang memiliki nilai asam lemak bebas yang rendah untuk mencegah penyabunan. Pada proses transesterifikasi tahap 1 minyak SBE telah diubah menjadi metil ester atau biodiesel dengan variasi rasio mol yaitu 1:6 antara SBEO dengan metanol dengan yield 99,74. Proses transesterifikasi tahap 2 metil ester atau biodiesel telah diubah menjadi ester etilen glikol.
Setelah proses sintesis selesai, tujuan terakhir yaitu karakterisasi, dilakukan uji GC-MS, densitas, viskositas, flash point, dan pour point. Hasil dari modifikasi ini adalah produk ester etilen glikol yang merupakan senyawa yang baik karena mengandung mineral, memiliki nilai volatilitas yang rendah, flash point yang tinggi, memiliki stabilitas panas yang baik, nilai toksisitas yang rendah, dan merupakan bahan yang biodegradable, dengan nilai flash point adalah 252 oC dan nilai pour point adalah -7°C.

In bleaching process, especially in processing Crude Palm Oil refinery CPO into cooking oil using bleaching earth BE will produce Spent Bleaching Earth SBE waste. SBE is used because it still contains high vegetable oil about 20 40 which has potential for further processing such as biodiesel or biolubricant. In this research have been made biolubricant resulting from the modification of alcohol that is Ethylene Glycol EG with fatty acid derived from SBE Oil.
Stages of research will be divided into four stages. In the pre treatment stage have be produce SBEO with quality in accordance with the standard value of RBDPO. At the esterification stage have be produce SBE oil which has a low free fatty acid value to prevent saponification. In the transesterification process stage 1 of SBE oil have be converted into methyl ester or biodiesel with variation of mole ratio of 1 6 between SBEO and methanol with yield of 99.74. The transesterification process of stage 2 methyl ester or biodiesel have be converted to ethylene glycol esters.
After the synthesis process is complete, the last goal is characterization, GC MS test, density, viscosity, flash point, and pour point test. The results of this modification are ethylene glycol esters which are good compounds because they contain minerals, have low volatility values, high flash points, have good heat stability, low toxicity values, and are biodegradable materials, with flash point values is 252 oC and the pour point value is 7°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Undang Hernawan
"Wilayah muara Porong merupakan daerah yang mengalami sedimentasi tinggi. Sebaran sedimen pada muara dan perairan sekitarnya dipengaruhi oleh pasokan sedimen, batimetri dan kondisi hidrooseanografinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, sebaran dan karakterisasi mineral lempung di daerah muara Porong dan peraiaran sekitarnya serta menggambarkan pengaruh kondisi hidrooseanografi terhadap sebaran mineral lempung di daerah ini.
Metode penelitian adalah analisis deskriptif. Lokasi contoh sedimen yang diambil dari penelitian ini adalah sebanyak 39 titik. Analisis mineral lempung yang dilakukan adalah analisis XRD dan SEM-EDX. Analisis XRD sebanyak 17 lokasi contoh dan analisis SEM sebanyak 19 lokasi contoh. Analisis contoh dilakukan di laboratorium SEM-XRD kelompok sedimen KPRT Eksplorasi, PPPTMGB Lemigas Jakarta dan sebagian sampel dianalisis di Pusat Survey Geologi Bandung. Peralatan SEM-EDX yang digunakan adalah produksi dari JEOL dengan tipe JSM-6390LA dan peralatan XRD adalah produksi dari Rigaku Japan dengan program SmartLab XRD by Rigaku Japan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mineral lempung yang terdapat di daerah penelitian adalah smektit/montmorillonit, kaolinit dan illit. Konsentrasi tertinggi dari mineral lempung secara berturut-turut adalah smektit, kaolinit dan illit dengan persentasi masing-masing 56 - 98 %, 1 - 27 % dan 0 - 31 %. Smektit umumnya terbentuk dari material vulkanik dan dari perubahan kaolinit; kaolinit terbentuk dari feldspar; illit merupakan perubahan dari smektit dan kaolinit. Kondisi oseanografi mempengaruhi sebaran mineral lempung, terutama terlihat dari kandungan mineral yang ada di mulut dan depan sungai Porong yang hanya mengandung smektit dan kaolinit. Illit tidak terdapat pada lokasi ini, dimungkinan karena illit membutuhkan proses yang lebih lama dan kondisi hidrooseanografi, sedimentasi yang relatif lebih tenang untuk dapat menyerap potassium sehingga dapat merubah smektit dan kaolinit menjadi illit.

Porong estuary region is a high sedimentation area. The distribution of sediments in the estuary and surrounding water is influenced by the supply of sediments, bathymetry and hydrooceanographic condition. The study aimed to determine the type, distribution and characterization of clay minerals in Porong estuary and its surrounding water and describe the effect of hidrooceanographic conditions on the distribution of clay minerals in this area.
The research method is descriptive analysis. Location of sediment sampling taken for this study is 39 locations. Analysis of clay minerals is done through analysis of XRD and SEM-EDX method. 17 samples were analyzed by XRD method and 19 samples by SEM method. Analysis carried out in SEM-XRD Laboratory of sediment group, KPRT Eksplorasi Lemigas Jakarta and some samples analyzed at the laboratory of Central for Geological Survey Bandung. The type of SEM equipment used in this study is JEOL JSM-6390LA type and XRD Rigaku Japan with program of SmartLab XRD by Rigaku Japan.
The results of study showed that clay minerals contained in the study area are smectite, kaolinit and illite. The highest consentration repeteadly is smectite, kaolinit and illite, with consentrations percentage are 56 - 98 %, 1 - 27 % and 0 - 31 %. Smectite generally formed of quartz, kaolinite formed from feldspar and illite has possibility of a change of smectite and kaolinit. The oseanographic condition is affecting the distribution of clay minerals, especially seen from the clay minerals content in Porong river mouth and front of Porong river mouth. Clay minerals in this area consist of smectite and kaolinit. There is no illite in this location. This is possible due to condition that illite requires a longer process and relatively calm of oceanographic condition and sedimentation to be able to absorp potassium from sea water and change smectite and kaolinite into illite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Desella Setiawan
"Rute pengiriman dan penjadwalan yang efektif dan efisien mempunyai peranan penting dalam optimasi biaya logistik suatu perusahaan. Penelitian ini bertujuan menentukan rute distribusi pelumas dari depot ke distributor dengan menggunakan algoritma tabu search. Hasil penelitian ini adalah mendapatkan suatu sistem distribusi yang dapat mengirimkan produk pelumas kepada pelanggan dengan jarak tempuh minimum dan jumlah minimum kendaraan. Jarak tempuh minimum untuk kemasan box sebesar 487,70 km, kemasan drum sebesar 536,75 km dan kemasan pail 426,30 km. Jumlah minimum kendaraan sebanyak 11 truk. Pada penelitian ini terdapat penurunan biaya logistik sebesar 38,70.

Determination of routes and scheduling delivery of effective and efficient plays an important role in optimizing logistic costs of a company. This study aims to determine the proper lubricant distribution system from the depot to distributor by using tabu search algorithm. The result of this study is to obtain a distribution system that can be applied to deliver lubricants product with minimum total distances and minimum number of vehicles. Total distance for box package is 539,90 km, drum package is 543,60 km and pail package is 453,30 km. Minimum number of vehicles needed is 10 trucks. The result shown reduction 38,70 of logistic cost."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66597
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Agitia Fransisca
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
TA1358
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Ricky Susanto
"Penentuan rute pengiriman dan penjadwalan yang efektif dan efisien serta sistem transportasi yang tepat mempunyai peranan penting dalam optimasi biaya distribusi suatu perusahaan. Penelitian ini bertujuan menentukan sistem distribusi pelumas yang tepat dari depot ke pelanggan dengan menggunakan algoritma tabu search pada permasalahan vehicle routing problem (VRP) yang dikenal sebagai konsep umum untuk menentukan dan mendapatkan rute terbaik bagi kendaraan.
Hasil penelitian ini adalah mendapatkan suatu model sistem distribusi yang dapat diterapkan dalam aplikasi pengiriman pelumas kepada pelanggan berupa rute distribusi yang efektif dan efisien, sistem penjadwalan yang tepat, jarak tempuh pengiriman yang singkat dan menentukan jumlah minimal kendaraan yang dibutuhkan untuk pengiriman produk ke pelanggan.

Determination of routes and scheduling delivery of effective and efficient and appropriate transport system plays an important role in optimizing distribution costs of a company. This study aims to determine the proper lubricant distribution system from the depot to the customer by using taboo search algorithm on the problem of vehicle routing problem (VRP), known as a general concept to define and get the best route for the vehicle.
The results of this study is to obtain a distribution system model that can be applied in the application of lubricants to customers in the form of delivery routes are effective and efficient distribution systems, proper scheduling, short delivery mileage and determine the minimum number of vehicles required for delivering products to customers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29703
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>