Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chikita Theresia
"ABSTRACT
Status sebagai ibukota dan pusat pemerintahan, memperkuat daya hisap Kota Jakarta bagi pendatang dari berbagai pelosok negeri. Tak terkecuali suku Jawa, suku pendatang yang kemudian mendominasi ibukota. Skripsi ini akan membahas apakah preferensi bermukim yang dimiliki pendatang baru suku Jawa dalam memilih hunian di Jakarta dan bagaimanakah pengaruh budaya Jawa terhadap strategi bermukim para pendatang kemudian. Skripsi ini bersifat kualitatif dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa preferensi bermukim pertama para pendatang baru adalah dekat atau tinggal dengan keluarga dekatnya. Kemudian, saat kehidupan bergulir, faktor pekerjaan menjadi determinan krusial yang lebih besar mempengaruhi. Temuan dalam skripsi ini juga menunjukkan bahwa budaya mempengaruhi strategi bermukim migran secara tidak langsung, yang terbaca secara fisik maupun nonfisik.

ABSTRACT
Being the capital city and also the central government for Indonesia, Jakarta becomes so appealing for people around the country to come as migrants. Including Javanese migrants, those turn out to dominate the city. This thesis will explain what housing preference do migrants have in their first arrival to Jakarta and how does Javanese culture affect their housing strategy. This thesis is using qualitative method and the result shows that migrants rsquo first housing preference is to live close to their main relatives. Then, when life goes on, economical factor becomes the most crucial determinant. Also, found in this thesis, that culture does affect migrant rsquo s housing strategy indirectly, which can be read physically by their spatial attributes or even nonphysically by interview. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy Ivannal Hakim
"Penelitian ini mengenai fenomena bertempat tinggal yang dilakukan oleh beberapa migran Jawa di Balikpapan. Mereka merupakan migran muda berstatus lajang dan kerabat mereka masing-masing yang tergabung dalam unit rumah tangga. Penelitian ini bertujuan memahami fenomena tersebut sebagai persoalan housing dalam keilmuan Arsitektur. Penelitian ini melihat housing sebagai keragaman dan kompleksitas serta memperhatikan aspek mikro kehidupan manusia dan serta dimensi sosio-kultural kehidupan manusia. Hal ini diselami melalui ragam rumah tangga dan keluarga serta tahapan kehidupan manusia. Penelitian ini menyandarkan diri pada perspektif yang melihat rumah sebagai kehadiran, dengan menginvestigasi keberadaan manusia pelakunya serta menguak ide bertinggal mereka. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan khususnya Grounded Theory. Pelaku menamai kegiatan bertinggal ini sebagai “nderek” dan dapat dilihat sebagai koresidensi. Namun “nderek” berbeda dengan varian ko-residensi lainnya pada poin jenis hubungan kekerabatan, wujud dukungan antara kerabat tersebut, dan sutau tahap kehidupan tertentu. “Nderek” merupakan kegiatan merumah dan persoalan bermukim, yang secara khusus mengacu pada ide mukim (dwelling) menurut Heidegger. “Nderek” sebagai dwelling memuat pemahaman bahwa melalui sorge (care) –suatu karakteristik mendasar dari dwelling yang dalam hal ini adalah saling berbagi antar kerabat dalam pengasuhan anak muda menuju “mentas” –para aktor tidak menghadirkan dwelling yang meruang secara terikat di satu lokasi geografis saja, melainkan pada rentangan keterhubungan dan keterbukaan antara dua rumah dan dua daerah.

This research is about housing phenomenon conducted by some Javanese migrants in Balikpapan. They are young single migrants and their respective relatives who are members of the household unit. This study aims to understand this phenomenon as a housing problem in architecture. This study sees housing in diversity and complexity and pays attention to micro aspects and the socio-cultural dimensions of human life. This is explored through the variety of households and families as well as the life courses. This research relies on a perspective that sees the house as an existence, by investigating the existence of the human actors and uncovering their idea of housing. This research employs qualitative research methods and specifically Grounded Theory. The actors name this activity as “nderek” and it can be seen as a coresidency. However, “nderek” differs from other co-residency variants in terms of the type of kinship relationship, the form of support between these relatives, and a certain stage of life. “Nderek” is a housing and also dwelling, which specifically refers to the idea of dwelling according to Heidegger. “Nderek” as a dwelling conveys understanding that through sorge (care) – a fundamental characteristic of dwelling, as in this case is sharing between relatives in nurturing young people towards “mentas” – the actors do not present dwelling that is bounded in one geographic location, but on the gamut of connectedness and openness between two houses and two areas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Octavia
"ABSTRAK
Permukiman informal telah menjadi salah satu isu paling penting yang dihadapi daerah perkotaan di Indonesia, khususnya DKI Jakarta. Sebagai ibukota Indonesia, Jakarta menjadi tujuan utama bagi para migran yang mengharapkan peluang kerja dan peningkatkan ekonomi untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak. Namun, faktor tenaga kerja yang murah dan keterbatasan pemerintah dalam menyediakan perumahan yang memadai, mendorong mereka untuk tinggal pada permukiman informal. Permukiman ini menjadi ruang yang mengakomodasi kebutuhan para migran dengan keterbatasan sosial-ekonomi untuk dapat menyesuaikan diri dengan dengan kehidupan kota, melalui penyediaan perumahan. Pada kenyataannya, pemerintah cenderung mengganggap permukiman informal sebagai pengganggu pembangunan kota melalui kebijakan penggusuran. Menggunakan teori informalitas kota, studi ini mencoba mengubah perspektif negatif terhadap permukiman informal, dengan menyoroti potensi yang dimiliki dan kontribusinya terhadap kota. Melalui studi kasus Kampung Muka sebagai permukiman informal di pusat kota, ternyata Kampung Muka tidak hanya sebagai solusi alternatif perumahan bagi para migran dengan keterbatasan sosial-ekonomi, namun juga turut mendukung perkembangan sektor formal yang ada di sekitarnya.
ABSTRACT
Informal settlements have become one of the most important issues facing urban areas in Indonesia, DKI Jakarta in particular. As the capital of Indonesia, Jakarta is the main destination for migrants who expect job opportunities and economy improvement for a more decent life. However, low-income factor and government limitations in providing adequate housing, encouraged them to live in informal settlement. This settlement become a space that accommodates the needs of migrants with socio-economic constraints to be able to adjust to city life, through the provision of housing. In reality, the government tends to consider informal settlement as a disruption to urban development, therefore the policy that is often carried out is eviction. Using urban informality as a main concept, this study tries to change the negative perspectives on informal settlements by highlighting at its potential and contribution to the city. Through the Kampung Muka case study as an informal settlement in the city center, it turns out that this settlement is not only as an alternative housing solution for migrants with socio-economic constraints, but also contributes to the development of the surrounding formal sector. "
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisnina Maharani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor demografi terhadap kualitas hidup, dengan membandingkan kondisi migran dan non-migran di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat migrasi tertinggi di Indonesia, dan memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi. Jumlah populasi bisa berpengaruh baik atau buruk pada pembangunan. Variabel kualitas kehidupan dipengaruhi oleh faktor demografi yang dimiliki oleh masing-masing individu, seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, ukuran keluarga, perempuan dan sektor formal. Membandingkan migran dan non-migran akan memberikan gambaran yang lebih baik tentang kontributor pembangunan.
Dengan memisahkan migran dan non migran bisa menjelaskan akar permasalahan sosial di Provinsi Jawa Barat. Menggunakan Susenas data survei sosioekonomi nasional pada tahun 2014 dengan jumlah pengamatan 37.833 sampel angkatan kerja dan 19.259 sampel yang bekerja dengan metode ordinal logit, didapatkan hasil bahwa semua variabel kecuali kepala rumah tangga perempuan berpengaruh signifikan secara statistik terhadap kualitas hidup. Meskipun variabel-variabel ini berpengaruh, migran memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan non-migran. Hal ini juga ditunjukkan dari perhitungan skor kualitas hidup migran yang 13 persen lebih tinggi daripada kualitas hidup non-migran.

This study aims to see the influence of demographic factors on the quality of life, by comparing the situation of migrants and non migrants in West Java Province. West Java Province has the highest in migration rate in Indonesia, and has a high population growth. The size of population could be good or bad for the development. The quality of life variables is influenced by demographic factors owned by each individual, such as age, gender, marital status, family size, female headed and formal sector. Comparing migrants and non migrants will give a better picture of who are the development contributors.
By separating migrant and non migrant could explain the root of social problems in West Java Province. Using Susenas The national socioeconomic survey data in 2014 with an observation number of 37.833 sample of labor force and 19.259 sample of employee with ordinal logit method, it is found that all of the variable except female headed is significant statistically affecting the quality of life. Although these variables are influential, migrants have a higher quality of life than non migrants. It is also shown from the calculation of life scores where the life quality score of migrants is 13 percent higher than non migrant quality of life score.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warsono
"Perubahan lingkungan hidup buatan yang dialami oleh migran Madura dari lingkungan hidup buatan Madura ke lingkungan hidup buatan Surabaya menuntut migran untuk mengembangkan suatu strategi adaptif terhadap kondisi lingkungan hidup yang baru. Agar bisa survive migran Madura harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan hidup di Surabaya dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di Surabaya.
Penelitian ini dilakukan di empat Kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan Kemayoran Kecamatan Krembangan, (2) Kelurahan Gading Kecamatan Tambaksari, (3) Kelurahan Penggirikan Kecamatan Semampir, dan (4) Kelurahan Kalikedinding Kecamatan Kenjeran semua di wilayah Surabaya Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi adaptif yang dikembangkan migran Madura dalam upaya menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan hidup buatan di Surabaya dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kegiatan ekonomi, interaksi sosial, pola penyebaran dan pemukiman serta nilai-nilai yang mendasari perilaku masyarakat migran Madura di Surabaya.
Penelitian ini bersifat explanatory research yang akan menjelaskan hubungan antara lingkungan dengan kebudayaan serta pola-pola yang dikembangkan migran Madura di Surabaya. Untuk memperoleh data digunakan angket dan wawancara secara mendalam. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan uji statistik deskriptif, Chi Kuadrat, Rank-Order Spearman. Sedangkan data yang bersifatkualitatif dianalisis .dengan menggunakan metode interpretasi dan pemahaman (verstehen).
Dari analisis data diperoleh beberapa temuan bahwa: (1) masyarakat Madura mempunyai etos kerja dan solidaritas yang tinggi terhadap sesama orang Madura, (2) migran Madura pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan (3) dinamika diferensiasi kerja rendah, begitu juga teknologi yang mereka gunakan dalam kegiatan ekonomi, akibatnya (4) pendapatan mereka juga rendah. Rendahnya adaptasi migran Madura dalam kegiatan ekonomi ditunjukkan dengan tidak adanya hubungan antara lama tinggal dengan jenis pekerjaan serta tidak adanya hubungan antara lama tinggal dengan pendapatan.
Masyarakat migran Madura cenderung mempertahankan budayanya. Di perantauan pun mereka tetap mempertahankan nilai-nilai budaya daerahnya. Mereka merasa lebih aman dalan lingkungan budaya asalnya, sehingga cenderung bersifat eksklusif dan terkesan kurang ramah.
Migran Madura cenderung untuk hidup secara mengelompok, namun pengelompokan ini tidak ada hubungannya dengan daerah asal mereka. Mereka menyebar secara merata hanpir di seluruh wilayah Kotamadya Surabaya. Pengelonpokan ini ada hubungannya dengan pekerjaan mereka. Mereka lebih memilih bertenpat tiggal di tenpat-tempat yang dekat dengan kegiatan ekonomi seperti pasar. Mereka juga mempertahankan solidaritas bersama, termasuk dalam kegiatan ekonomi. Solidaritas dalam kegiatan ekonomi ini menjadi kekuatan mereka dalam beradaptasi dan mengatasi masalah di Surabaya. Selain solidaritas, nilai yang adaptif dalam budaya Madura adalah sikapnya yang mau bekerja keras, menghargai setiap jenis pekerjaan, ulet dan realistis.

The man-made environmental changes experienced Madurese migrants from Madurese to Surabaya environment require them, to develop an adaptive strategy to a new environmental condition. In order to survive they have to adapt themselves to the new condition and solve their problems that they face in Surabaya.
This research was conducted in four villages i.e (1) Kemayoran, K rembangan subdistrict, (2) Gading, Tambaksari sub-district, (3) Penggirikan, Semampir subdistrict, and (4) Kalikedinding, Kenjeran subdistrict. All of then are located in the northern Surabaya. This research tries to know the adaptive strategy of Madurese migrants in the new condition in Surabaya and how they face their problems in these new areas, especially to know the economic business system, the social interaction, the pattern of the spreading and the settlement and the values as the basis of their behavior in Surabaya.
This research is an explanatory research, which tries to explain the relation between the environment with the culture and the patterns developed by the Madurese migrants in Surabaya. Questionnaires and deep interviews are used to collect the data. The quantitative data are analyzed by using the descriptive statistics; Chi-Square and Rank-Order Spearman. The qualitative data are analyzed by using -the interpretative an comprehension method.
From the data analysis some findings are obtained: i.e. (1) Madurese community have high work ethic and solidarity to the fellow Madurese, (2) Generally Madurese migrants have low education. Because of this (3) the dynamics of work differentiation is low, so is the technology in economic business, the effect is that (4) their income is low. The low adaptation of Madurese migrants in economic business is shown by the fact that there is no correlation between the types of their work and the length of their living time and between the length of their living time and their income.
Madurese migrant community tends to maintain their culture. In their foreign regions they practice their native values. They feel more secure in their native culture, so that they become exclusive and unfriendly.
Madureses migrants have a tendency to live in groups, but this grouping does not have any relationship with their native regions. They spread evenly in Surabaya municipatility. This grouping has a relationship with their work. They tend to choose their place of residence near to their work. They tend to live in the places near the economic activities such as markets. Solidarity in economic activities is their power to adapt and solve their problems in Surabaya. Be-sides, the adaptive values in Madurese culture are their attitudes to work hard, to appreciate any type of work, to persevere and to be realistic.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inka Devanna
"ABSTRAK
Gaya pembuatan keputusan konsumen didefinisikan sebagai suatu
orientasi terpola, mental dan kognitif terhadap belanja dan pembelian, yang terusmenerus
mendominasi pilihan konsumen. Gaya belanja yang digunakan dalam
penelitian ini menyesuaikan Consumer Style Inventory (CSI) yang awalnya
dikembangkan oleh Sproles dan Kendall (1986) dengan adaptasi dimensi gaya
belanja dalam penelitian Tai (2005) yaitu quality consciousness, brand
consciousness, fashion style entuism, personal style entuism, price & value
consciousness, environmental & health consciousness, time & convenience
consciouness, reliance on the mass media, shopping influences, dan brand &
store loyalty.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengukuran gaya
pembuatan keputusan dengan sepuluh alat ukur gaya pembuatan keputusan
konsumen dapat diterapkan pada konsumen muda suku Jawa dan Tionghoa-
Indonesia di Jakarta, dan mengetahui gaya berbelanja konsumen muda suku Jawa
dan Tionghoa-Indonesia serta perbedaannya yang diukur berdasarkan sepuluh alat
ukur gaya pembuatan keputusan. Sampel penelitian berjumlah 180 responden
yang terdiri dari konsumen muda suku Jawa dan Tionghoa-Indonesia. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan
teknik judgement / purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah kuesioner dan dianalisis dengan software LISREL 8.7 untuk mengetahui
hubungan masing-masing variabel. Hasil penelitian menunjukkan dari 30
hipotesis yang diajukan 25 diantaranya ditolak, diantaranya pada dimensi quality
consciousness, brand consciousness, fashion style entuism, personal style
entuism, price & value consciousness, environmental & health consciousness,
time & convenience consciouness, shopping influences, dan brand & store loyalty.
Selebihnya, tidak ada perbedaan dimensi gaya belanja lainnya antara konsumen
suku Jawa dan Tionghoa-Indonesia.

ABSTRACT
A consumer decision-making style is defined as a patterned, mental,
cognitive orientation towards shopping and purchasing, which constantly
dominates the consumer’s choices. Shopping styles that used in this research
adopted Consumer Style Inventory (CSI) that initially developed by Sproles and
Kendall (1986) with adaptation shopping styles in Tai’s research (2005) i.e.
quality consciousness, brand consciousness, fashion style entuism, personal style
entuism, price & value consciousness, environmental & health consciousness,
time & convenience consciouness, reliance on the mass media, shopping
influences, dan brand & store loyalty.
The objective of this research is to find out whether the measurement of
decision-making styles with ten decision-making styles measuring instrument can
be implemented to young Javanese and Chinese consumers in Jakarta, and to find
out the decision-making styles of young Javanese and Chinese consumers along
with the differences which measured by ten decision-making styles measuring
instrument. The samples comprise of 180 respondents, consist of young Javanese
and Chinese-Indonesia consumers. The samples collected using nonprobability
sampling with judgement/ purposive sampling as its technique. This reasearch
used questionnaire as reaserch instrument and analize by using LISREL 8.7 to
determine the relationship of each variable. The result of this research showed
from 30 hypothesis submitted, 25 of them were rejected, including quality
consciousness, brand consciousness, fashion style entuism, personal style
entuism, price & value consciousness, environmental & health consciousness,
time & convenience consciouness, shopping influences, dan brand & store
loyalty. While there is no differences in other decision-making styles."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Wahyu Kusuma Yanti
"Tesis ini membahas preferensi usaha mikro kecil (UMK) di Provinsi DKI Jakarta dalam menambah modal usaha dengan mengagunkan sertifikat tanah miliknya ke bank. Tesis ini mensurvei 85 UMK di wilayah di DKI Jakarta. Metode probit digunakan dalam analisis. Hasil analisis menemukan bahwa terdapat 32,94% dari responden sampel berminat mengagunkan sertifikat tanahnya dalam rangka mendapatkan kredit permodalan perbankan. Variabel yang mempengaruhi preferensi UMK mengagunkan sertifikat tanah adalah luastanah, kepemilikan rencana usaha, dan lingkup pemasaran. UMK yang tidak berminat mengagunkan sertifikat tanahnya dikarenakan tidak memiliki ijin usaha.

This thesis discusses the preferences of small micro enterprises (MSEs) in the Province of DKI Jakarta to collateralize land certificate for bank loan. This thesis surveyed 85 MSEs in DKI Jakarta. Probit methods used in the analysis. The results of the analysis found that there were 32.94% of the sample interest in collateralizing his land certificate in order to get credit banking capital. Variables affecting preference MSE collateralize land certificate is broad land, ownership of a business plan, and marketing scope. MSEs which are not interested because they does not have a business license."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Tursilowati Luh Danansih
"Masyarakat dengan kategori miskin ini di Indonesia merupakan pelaku usaha mikro dan kecil sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan seperti berdagang, bertani, beternak dan lain-lain. Untuk itu sangat dibutuhkan sumber modal yang dapat diperoleh dari lembaga kredit dan hal ini memerlukan jaminan. Sertipikat tanah merupakan bukti pemilikan tanah bagi pemilik tanah yang dapat dijadikan jaminan resmi. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai fungsi dan tugas pelayanan dalam bidang pertanahan, melaksanakan program pemberdayaan masyarakat lintas sektor melalui kegiatan sertipikasi hak atas tanah untuk peningkatan akses permodalan. Sedangkan sertipikat yang digunakan sebagai jaminan pada lembaga keuangan/perbankan wajib didaftarkan di Kantor Pertanahan untuk diberikan hak tanggungan.
Berdasarkan hasil penelitian Kebijakan Pendaftaran Tanah dengan subyek UMK DI Kota Jakarta Selatan dikatakan sudah berhasil karena sertipikat tanah yang dihasilkan dari program ini dapat dimanfaatkan untuk jaminan kredit kepada lembaga keuangan. Sertipikat tanah pengusaha mikro dan kecil (PMK) yang telah diperoleh dari program ini yang dimanfaatkan sebagai jaminan kredit kepada lembaga keuangan sebagian besar belum dicatatkan atau didaftarkan hak tanggungannya ke kantor pertanahan. Terdapat 32 responden yang telah mendaftarkan hak tanggungannya dari 80 orang responden PMK yang telah memanfaatkan sertipikat tanah sebagai jaminan kredit lembaga keuangan untuk memperoleh modal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendaftaran hak tanggungan atas sertipikat tanah yang dimanfaatkan sebagai jaminan kredit lembaga keuangan, yang merupakan model terbaik atau sesuai dengan hasil uji statistik menggunakan regresi binary logit adalah kesediaan untuk menemui PPAT, prosedur pembebanan hak tanggungan, biaya pendaftaran hak tanggungan, dan keharusan oleh pihak lembaga keuangan.

Communities with poor category in Indonesia there are as many as 12.36 %. Viable Revenue is expected by the whole community, because with a good income then each family's needs can be met. Many micro and small enterprises that can be done to increase revenue such as trade, agriculture, livestock and others. But the people who really need a source of capital to be able to work on efforts or the job. Credit institution is strongly needed by the people who need capital to conduct these efforts. To lend to a customer required a guarantee. Land certificate is evidence of ownership of land for land owners who can be used as an official guarantee. Therefore, the government in this case the National Land Agency which has the functions and duties of service in the field of land, carry out community development programs across sectors through land rights certification activities to increase access to capital.
While the certificate that is used as collateral in financial institutions/banks must be registered at the Land Office to be given security rights. Based on the results of the study to the subjects Land Registration Policy Micro and Small Enterprises in South Jakarta that aims to improve access to capital can be said to have succeeded because the land certificate generated from this program can be used to guarantee loans to financial institutions. Title deed of micro and small entrepreneurs has been obtained from this program are used as collateral for loans to financial institutions mostly not registered or enrolled dependents rights to the land office. There were 32 respondents who had registered the dependents of the 80 respondents who have used title deed as collateral for loans of financial institutions to raise capital. Factors that affect the registration of a security interest in the land certificate be used as collateral for loans of financial institutions , which is the best model or in accordance with the results of statistical tests using binary logit regression is a willingness to meet PPAT, loading procedure of mortgage, mortgage registration fees, and requirement by the financial institution."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfia
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis preferensi dan atribut-atribut penting dalam pembelian apartemen di Jabodetabek, dilakukan di area Jabodetabek dan jumlah sampel sebanyak 176 orang. Diadaptasi berdasarkan penelitian Opoku dan Abdul-Muhmin 2010 yang berjudul ldquo;Housing preferences and attribute importance among low-income consumers in Saudi Arabia rdquo;. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tujuan pembelian apartemen, preferensi tipe unit dan sosial demografi konsumen. Dari hasil penelitian menggunakan uji factor analysis didapat enam faktor atribut-atribut penting dalam pembelian apartemen di Jabodetabek, yaitu faktor umum, ruangan, kualitas bangunan, view, jarak dan entrance.

ABSTRACT
The focus of this study is to examine the important attributes and preferences in the purchase of apartments in Greater Jakarta Area Jabodetabek . This research was conducted in Jabodetabek Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi , with total of 176 respondents by using factor analysis test. Adapted from the research of Opoku and Abdul Muhmin 2010 titled ldquo Housing Preferences and Attribute Importance among Low Income Consumers in Saudi Arabia rdquo , this research aims to determine the relationship between the purpose of purchasing apartment, unit type preferences and social demographics of consumers. As a result, there are six factors of important attributes in purchasing apartment in Jabodetabek, which are general, rooms, building quality, view, distance and entrance. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Susilo Komar
"Skripsi ini mendeskripsikan fenomena sosial mengenai migrasi sirkuler yang dilakukan oleh individu maupun kelompok individu dalam rangka memperoleh sumber daya pekerjaan di suatu wilayah yang berada di luar dari wilayah masing- masing individu itu berasal. Kegiatan untuk pergi ke suatu wilayah yang berada di luar dari wilayahnya ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidup, dan mereka memang tidak berniat untuk menjadi warga permanen yang menetap di wilayah tujuan. Pada suatu saat nanti, mereka akan kembali ke keluarga masing-masing yang tetap berada di wilayah asalnya. Para migran sirkuler pergi ke suatu wilayah tujuan dalam konteks penelitian ini diawali dengan bermodalkan hubungan sosial yang sudah dimiliki para aktor dengan migran terdahulu yang dikenalnya melalui hubungan sentiment (emosi). Hubungan sosial yang sudah ada ini coba diaktifkan para migran sirkuler karena hubungan sosial ini merupakan modal sosial bagai para aktor untuk memperoleh sumber daya pekerjaan yang sudah dilakoni oleh migran yang diikutinya baik sebagai buruh bangunan maupun pedagang makanan. Dari dua konteks sumber daya pekerjaan inilah akan terlihat secara jelas adanya pengelompokan sosial para aktor/migran sirkuler yang masing-masing membentuk satu kesatuan jaringan sosial.
Kemudian dalam tulisan ini pula akan dijelaskan jaringan sosial berdasarkan dua konteks sumber daya pekerjaan yang coba dibina dan diperlihara oleh para aktor, karena baik itu migran terdahulu maupun migran sirkuler, keduanya saling tergantung dan saling membutuhkan. Hubungan sosial yang terwujud, mengikat individu dalam jaringan sosial sehingga dapat diketahui logika situasional dimana adanya sejumlah pertukaran yang dijelaskan dalam hubungan power dimana adanya reward dan sanction yang digunakan dalam jaringan sosial guna mencapai suatu kepentingan dalam memenuhi kebutuhan hidup para aktor.

This thesis describe the social phenomena of circular migration by individual or groups of individuals in order to obtain employment resources in a territory that is outside of individual origin territory come from. Movement into a territory in order to appeased life need, and they, indeed, have no intend to be permanent residents in destination territory. Later, they will return to their each families who stay remain of their origin territory. Circular migrants went to a territory in the context of this research begins to capitalize on social relations have been owned by actors with previous migrants had known through sentiment relations (emotion). They tried to activated their social relations because this social relations is the social capital of actors/circular migrants to obtain employment resources that have been done by previous migrants who participated either as construction workers or food vendors. From this two context, Both will clearly show the social grouping of actors/circular migrants which each form a unity of social network.
This thesis also explain social network based on two context of employment resources effort to fostered and maintained by actors, because previous migrants or circular migrants, both interdependent and well earned need each other. Social relations are materialized, binding individuals in a social network go into as to know the „logika situasional‟ which interchange explained in power relation with reward and sanction used in social network to achieve their purpose in appease life need of actors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S43964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>