Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carla Bona Vita
"Nilai aset pemerintah pusat mencapai 2,188 triliun Rupiah pada tahun 2017, namun pemanfaatan yang dapat dilakukan hanya sebesar 430 miliyar Rupiah. Hal ini mendorong pemerintah untuk merancang portofolio aset untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan kinerja aset tersebut. penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan keterkaitan indikator dan sub-indikator pada portofolio pemerintah pusat dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process AHP. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa indikator dan sub-indikator portofolio aset pemerintah pusat memiliki tingkat prioritas yang berbeda berdasarkan jenis aset pemerintah pusat.

Central government assets rsquo value hes reached 2.188 trillion Rupiah in 2017, but only 430 milliyar Rupiah is being exploited. This urges the government to design an asset portfolio to optimize the utilization and performance of the assets. This study aims to identify the relationship between indicators and sub indicators on the central government portfolio using the Analytical Hierarchy Process AHP method. The results show that central government asset portfolio indicators and sub indicators have different priority levels based on the type of its assets."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi
"Skripsi ini membahas tentang alokasi aset portofolio reksa dana saham berdasarkan indeks sektoral dan SBI serta evaluasi kinerja reksa dana saham periode Januari 2006 ndash Desember 2012 dengan menggunakan metode Sharpe rsquo's style analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar reksa dana dipengaruhi oleh style nya dibanding selection. Sektor keuangan pertambangan dan infrastruktur menjadi sektor yang paling mempengaruhi return reksa dana saham periode Januari 2006 ndash Desember 2012. Hasil evaluasi kinerja reksadana saham menunjukkan bahwa hanya empat reksa dana saham yang mampu mengungguli benchmark nya signifikan secara statistik.

This thesis discusses the assets alocation in equity mutal fund?s portfolio based on sectoral indices and SBI, as well as stock mutual fund performance evaluation period January 2006 - December 2012 by using Sharpe's style analysis. Results showed that most mutual funds are influenced by the style than the selection. Finance, mining, and infrastructure sector are the sectors that most affect the equity fund return period January 2006 - December 2012. Equity mutual fund performance evaluation results show that only four equity mutual funds that able to outperform their benchmarks statistically significant."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Indiastuti
"Keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki investor menjadikan instrumen reksa dana terutama reksa dana saham sebagai salah satu instrumen investasi yang diminati investor. Dengan pencapaian return yang tinggi, reksa dana saham tetap memiliki risiko yang melekat. Tesis ini membahas mengenai bagaimana mengukur dan mengevaluasi kinerja reksa dana saham periode 2003- 2007 untuk mendapatkan reksa dana saham yang berkinerja outperformed. Dari reksa dana saham tersebut kemudian dibentuk portofolio optimal untuk mendiversifikasikan risiko.
Metode yang digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana saham yaitu Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure, dan Appraisal Ratio. Karena rangking kinerja yang dihasilkan masing-masing metode berbeda maka diperlukan scoring dengan menggunakan data envelopment analysis (DEA) sedangkan untuk pembentukan portofolio optimal digunakan metode efficient frontier Markowitz.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari reksa dana saham yang berkinerja outperformed hanya empat produk reksa dana saham yang dapat membentuk portofolio optimal. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor yang ingin menanamkan dananya pada reksa dana saham namun investor tetap perlu melakukan pengawasan terhadap portofolionya karena kinerja sekarang tidak menentukan kinerja yang sama di masa yang akan datang.

Limitation of knowledge and time that investors have makes mutual fund especially equity mutual fund becoming an interesting instruments for investors. Equity mutual fund has high risk, even though it proceeds high return.
This research applies Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure, and Appraisal Ratio to measure performance of equity mutual fund in 2003-2007. Since the results from those methods give different performance rating, this research applies data envelopment analysis for scoring. For constructing the optimal portfolio, it applies Markowitz?s efficient frontier.
The results show that among of the outperformed mutual fund, only four of them are the component of optimal portfolio. This research could be used as a reference for investors who want to invest their fund in equity mutual fund, but they have to routinely evaluate their portfolio since present performance does not guarantee future performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25530
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Elmi Imiarti
"Skripsi ini membahas penilaian kinerja dan optimalisasi portofolio investasi yang dimiliki oleh Dana Pensiun Perkebunan periode 2016-2019. Kinerja dihitung dari tingkat pengembalian berdasarkan pendapatan investasi yang dicatat pada laporan laba rugi, tidak termasuk keuntungan/kerugian yang belum direalisasi dari investasi yang dicatat menggunakan metode Available-For-Sale (AFS) dan Held-to-Maturity (HTM). Selanjutnya, evaluasi kinerja dilakukan dengan menggunakan Sharpe Ratio dan Jensen’s Measure serta model efficient frontier Markowitz untuk optimalisasi portofolio. Hasil penelitian menunjukkan portofolio Dana Pensiun Perkebunan dari 2016-2019 belum optimal walaupun telah mencapai target investasi yang dianggarkan. Oleh karena itu, Dana Pensiun Perkebunan dapat mempertimbangkan alternatif portofolio efficient frontier untuk mencapai hasil investasi yang optimal pada periode selanjutnya
This thesis discusses the performance assessment and optimization of the investment portfolio owned by the Dana Pensiun Perkebunan (DAPENBUN) for the period 2016- 2019. Performance is measured based on investment revenue as reported on Income Statement, excluding unrealized gains/losses from investments recorded using Available-For-Sale (AFS) and Held-to-Maturity (HTM) methods. Performance evaluation is carried out using Sharpe Ratio and Jensen's Measure and Markowitz's efficient frontier model for portfolio optimization. The results showed that Dana Pensiun Perkebunan’s portfolio from 2016-2019 was not optimal enough even though it had reached the budgeted investment target. Therefore, Dana Pensiun Perkebunan can consider the efficient frontier portfolio alternatives to achieve optimal investment returns in the next period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umanto
"Portfolio is basically related to how one allocates a number of stocks into various investment types that results on optimal profits. By making diversification, investor may reduce the rate of risk and at the same time optimize the rate of expected return. Based on that, this research raises the problem of how to design an optimal portfolio simulation, i.e. a combination of liquid shares LQ 45 listed in Jakarta Stock Exchange (Now is known as Indonesia Stock Exchange, after the merger with Surabaya Stock Exchange) in the period of 2002-2007 by using Single Index Model and Constant Correlation Model. Single Index Model is a model of portfolio analysis using the account of Excess Return to Beta (ERB) Ratio and value of C* to gain optimal shares on portfolio. The procedure of Constant Correlation Model is exactly parallel to the case of Single Index Model. However, unlike in the Single Index Model, all securities are ranked by Excess Return to Standard Deviation (ERS) instead of Excess Return to Risk. After securities are ranked using the above ratio, securities with greater Excess Return to Standard Deviation and Cut off Point (C*) are included into the optimal portfolio."
Departemen Ilmu Administrasi FISIP Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal Universitas Indonesia, 2008
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Greggy Sridana
"ABSTRAK
Laporan ini mengevaluasi sistem penilaian kinerja keuangan dan nonkeuangan distributor PT ABC. Terdapat beberapa masalah dalam sistem penilaian kinerja tersebut sehingga membutuhkan perbaikan sehingga sistem penilaian kinerja tersebut dapat berfungsi secara efektif dan efisien. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan alat balanced scorecard sebagai alat pengukuran kinerja keuangan dan nonkeuangan sekaligus memudahkan PT ABC dalam merumuskan rencana tindakan. Hasil dari penggunaan alat balanced scorecard yang diadaptasi dari distributor capability scorecard PT ABC adalah sistem pengukuran kinerja yang baru yang mengintegrasikan indikator kinerja keuangan dan nonkeuangan.

ABSTRACT
This report aims to evaluate the financial and nonfinancial performance assessment system of PT ABCs distributors. There are several problems incurred within this system so it needs some improvements to make this assessment system more effective and efficient. This report recommends PT ABC to implement a strategic tool called balanced scorecard as performance assessment tools which eases PT ABC in formulating action plan. The result from the usage of balanced scorecard which adapted from existing PT ABCs distributor capability scorecard is a new performance assessment system which integrated financial and nonfinancial indicators."
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Yahya
"Facility Management (pengelolaan fasilitas) adalah bidang yang mengintegrasikan proses pengoperasian, pemeliharaan, peningkatan, dan pengadaptasian suatu bangunan (fasilitas) dan infrastruktur dari sebuah organisasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung organisasi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut (Barrett and Baldry (2003)). Pengelolaan fasilitas saat ini banyak dikelola oleh pihak ketiga (outsourcing) yang berdampak negatif terhadap pemborosan biaya yang tidak disadari (Shawn McCray (2008)). Terlebih lagi pengelolaan fasilitas di dunia perbankan sangatlah menarik. Banyak aturan-aturan yang harus terpenuhi dan lingkungan beserta orang yang dinamis karena perubahan yang cepat. Dan terkadang sulit untuk dikendalikan oleh perusahaan.
Untuk mengelola fasilitas dengan efektif dan efisien, diperlukan penerapan Strategic Management (Sebastian Raisch dan Julian Birkinshaw (2009)). Penerapan Strategic Management perlu dibuatkan alat (tools) pengukuran kinerja yang memiliki indikator yang jelas dan mudah diukur (Lívia Róka-Madarász (2011)). Brian Atkin dan Adrian Brooks (2009) menjabarkan 11 strategi pengembangan pengelolaan fasilitas yang dikenal sebagai Total Facilities Management (TFM). Namun Total Facilities Management yang dikembangkan oleh Brian Atkin dan Adrian Brooks masih belum mendefinisikan indikator-indikator penilaian secara spesifik, terukur dan memiliki target pencapaian.
Oleh sebab itu perancangan penilaian kinerja pengelolaan fasilitas perbankan menggunakan sebelas strategi TFM yang ditambah dengan pendefinisian, penjelasan cara mengukur, dan memiliki target serta bobot dari masing-masing indikator penilaian, diharapkan mempermudah perusahaan dalam pengelolaan fasilitas yang lebih efektif dan efisien. Langkah pertama yang dilakukan adalah perancangan 33 indikator dengan pakar pengelolaan fasilitas di Bank XYZ. Setelah itu dilakukan validasi indikator dengan sampling 100 karyawan pengelolaan fasilitas Bank XYZ. Hasilnya didapat 26 indikator yang dianggap penting oleh responden.
Tahap selanjutnya adalah pendefinisian, penentuan target (2014 ? 2016) dan pembobotan setiap indikator. Dalam pendefinisian dan penentuan target ke-26 indikator terpilih, 7 indikator belum memiliki data baseline. Pada tahap terakhir, pembobotan indikator dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dibantu dengan software Expert Choice. Hasilnya adalah 26 indikator memiliki bobot dari 1.17% sampai 10.36%.

Facility Management is an area which integrates operation, maintenance, adaptation, and improvement process of facility and infrastructure for an organization, in order to create an environment that supports an organization to achieve its goals (Barrett and Baldry (2003)). Nowadays, facility management mostly runs by third party (outsourcing) and may lead to budget-consuming that exceeds certain level (Shawn McCray (2008)). Moreover, facility management in banking industry is very interesting due to various regulations and dynamic environment which sometimes hard to controlled by an organization.
To manage facility effectively and efficiently, there is a need to apply strategic management (Sebastian Raisch and Julian Birkinshaw (2009)). To apply strategic management, a tool must be made in order to measure performance which has clear indicators (Lívia Róka-Madarász (2011)). Brian Atkin and Adrian Brooks (2009) stated eleven strategies in developing facility management, known by total facilites management (TFM), although they are not defining measurement indicators specifically and did not have a target.
Therefore, this research is designing performance measurement tools for banking facility management using total facilities management based on eleven TFM strategies, added with indicator measurement definition, how to measure the indicators, and also targets of each indicator in order to help organization in managing facilities effectively. The first step of this research is creating 33 indicators with facility management expert in XYZ Bank. The next step is validating indicators by sampling on 100 employees, and resulted in 26 indicators defined as important by respondents.
In addition, each indicator is defined and had a 3 years target (2014-2016) which has its own weighting. From 26 indicators, 6 of them did not have a baseline data. For final step, indicators weighting are being done by using Analytical Hierarchy Process (AHP) helped by software Expert Choice. The result is 26 indicators that have weight from 1.17% until 10.36%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudjatmiko
"Dalam proses penyusunan dan penilaian studi terdapat kecenderungan bahwa penilaian sering menimbulkan tekanan terhadap penilai, konsultan maupun pemrakarsa diluar kesepakatan dalam kerangka acuan.
Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas kinerja penyusunan dan penilaian di Komisi. Tekanan tersebut menjadikan suatu arah analisis melalui Evaluasi Kinerja Komisi yang dilakukan dengan Cara pendekatan terhadap Kinerja Penilai, Penyusun dan Pemrakarsa.
Kinerja Penilai tergambar dengan melihat perilaku Komisi Penilai yang menyangkut kepemimpinan, kebijakan, sertifikasi, pendidikan, pengataman, risalah atau notulen rapat, rekomendasi atau janji, kerjasama maupun prosedur.
Kinerja pemrakarsa menyangkut kondisi pemahaman terhadap rencana fisik, aspek lingkungan, AMDAL, pengendalian konsultan, perbaikan penyusunan, dan pemanfaatan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan. Kriteria Konsultan menyangkut kondisi pengalaman, peran dan kemampuan ketua dan anggota tim, pendidikan, pengalaman, kursus, target waktu maupun target laporan.
Disamping itu ada kendala non teknis dalam proses penyusunan maupun penilaian yang sering menghambat profesionalisme konsultan baik menyangkut dana, waktu, tenaga, terutama yang terkait dengan alokasi dana, waktu, tenaga, terutama yang terkait dengan alokasi biaya pembahasan dan campur tangan pihak tertentu yang mengurangi netralitas dalam proses penyusunan.
Hasil penilaian yang baik memberikan kecenderungan bahwa hasil studi akan bermanfaat dalam kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan. Hasil studi yang baik ditentukan oleh 3 indikator yaitu penyusunan oleh konsultan yang cermat analisisnya, penilaian yang terfokus dan pemahaman pemrakarsa dalam pemanfaatan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan . Pemahaman aspek teknis dan aspek lingkungan yang berhubungan dengan rencana kegiatan yang akan dibangun sangat rendah hal ini akan mempengaruhi produk akhir dokumen studi.
Penerapan hasil studi yang relatif rendah perlu menjadi koreksi bagi para pengambil kebijakan . Beberapa pendapat dan upaya untuk meningkatkan penyempurnaan sistem penilaian adalah melakukan sertifikasi terhadap penyusun, atau penilai baik secara perorangan maupun kelompok, khususnya peran organisasi profesi untuk mewujudkan sistem pengendalian terhadap kualitas dan mutu kelompok penyusun atau ketompok penilai. Penilaian lebih terkendali apabila peran serta organisasi profesi bersama-sama birokrasi .
Daftar Pustaka : 44 (1987 - 2.004)

There is an indication that grading often leads grading commissions pressure to consultant and pioneer out side the frame works. This research to understand the effectiveness of structuring work and grading in the commission.
Pressure needs analysis direction trough working evaluation of the commission that that is carried out by approaching grading team work, composer and initial person.
The works off grading team work trough viewing attitude of grading team work in the line with leadership, policy certification, education, experience, minute of meeting, recommendation or promise, collaboration as well as procedure.
The criteria of pioneer involves understanding the condition of physical plan, environmental aspect, Environmental Impact Assessment (EIA), consultant controlling, renewing structure and utilizing Planning Assessment and Monitoring Assessment.
The criteria of consultant involves experience condition, the role and capability of leader and team members, education, experiences, training, time target and report target.
Besides, there is no technical obstacle either instructuring or in grading process that often block consultant professionalism. Connected with fund, time energy, as well as environmental management particularly fund allocation, discussion, and intervention in structuring process.
The result of a good research would indicate that the study would give input to the on going and continuous development.
The result of the determined by 3 indicators, namely, consultant structuring who has sharp analysis. Consistent grading and pioneers understanding in implementation.
The understanding of technical and environmental aspect related with very low environment of this case would influence the final product of the study document.
Some efforts to improve the grading system perfection are to carry out consultant certification, grading as well as structuring either individually or in group, when it if is still trough governmental administration it needs organization feasibility certification to value. The grading is more controlled if it is not on governmental administration, but on accredited professional organization.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Aditiyawarman
"Reksadana mempakan salah satu pilihan investasi yang sudah dikenalkan pada masyarakat luas sejak tahun 1997 dan dikukuhkan Pemerintah melalui Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Beberapa jenis reksadana yang tersedia dan biasa dipakai sebagai instrument investasi adalah reksadana sahani, reksadana pendapatan teiap, reksadana campuran, dan reksadana pasar uang.
Mengingat perkembangan reksadana yang makin meningkat baik dari segi volume perdagangan maupun jumlah investor yang berpartisipasi, maka sangat diperlukan adanya suatu metoda penilaian kinerja investasi reksadana yang cukup mendekati dan informatif bagi kalangan investor baik investor perorangan maupun investor kelompok. Pada umumnya para investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi hingga saat ini hanya berpatokan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) masing-masing rerksadana yang dipublikasikan pada beberapa media cetak dan jaringan internet, selain prospektus yang ditawarkan para manajer investasi yang sudah barang tentu sangat dipengaruhi oleh kepentingan bisnis. Data tersebut juga hanya membanlu untuk kepentingan investasi jangka pendek yang sifatnya spekulasi dan sulit untuk dipakai sebagi acuan bagi investor untuk kebutuhan investasi jangka panjang. Infonnasi tentang kinerja suatu portofolio seperti reksadana secara utuh yang dapat digunakan untuk keputusan jangka panjang akan sangat membantu bagi investor dan juga bagi manajemen investasi itu sendiri dalam memperbaiki kinerja portofolio yang ditawarkannya.
Beberapa pendekatan teori portofolio dan investasi yang dapat dipakai untuk mengevaluasi kinerja suatu portofolio, adalah Trey/tor, yang mempertimbangkan dua komponen risiko yaitu risiko yang terjadi akibat fluktuasi pasar, risiko sistematik (P) dan risiko yang terjadi akibat fluktuasi dalam portofolio sekuritas, Sharps, yang mengukur risiko portofolio secara keselumhan dengan memperhitungkan standar deviasi dari tingkat imbal hasil (a), Jensen, yang mengukur kinerja / prestasi portofolio berdasarkan tingkat bunga bebas risiko (RFR) yang berbeda setiap periodenya, dan Analisis Rasio Informasi, atau Rasio Penilaian, adalah pengukuran statistik rala-rata perbedaan imbal hasil satu portofolio dengan portofolio pembanding (benchmark) dibagi dengan standar deviasi perbedaan return tersebut. Sebagai salah satu alternatif dalam menjawab tantangan di alas maka pembahasan difokuskan pada evaluasi kinerja portofolio dengan metode Jensen dan Analisis Rasio Informasi untuk Reksadana Saham dan metode Evaluasi Selisih Imbal Hasil (excess return) dan Analisis Rasio Informasi untuk Reksadana Pendapatan Tetap.
Untuk memperoleh hasil pendekatan yang lebih akurat maka evaluasi kinerja portofolio reksadana ini dilakukan terhadap data NAB reksadana saham dan pendapatan tetap yang sudah dipublikasikan mulai Januari 1997 hingga Maret 2001. Sebagai pembanding (benchmark) dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio reksadana saham adalah Indeks harga Saham Gabungan (1HSG) di Bursa Efek Jakarta dan tingkat suku bunga deposito berjangka 1, 3, 6, dan 12 bulan yang berlaku pada Bank-bank Swasta Nasional sebagai aset investasi bebas risiko pada periode tersebut. Dengan data-data yang ada tersebut, maka analisis statistik deskriptif, dan regresi untuk mencari hubungan antara NAB setiap reksadana terhadap IHSG dan tingkat suku bunga bebas risiko. deposito berjangka yang menjadi pembanding (benchmark) dalam menetukan urutan kinerja dan rasio infonnasi dari masing-masing reksadana tersebut. Selain dari pada urutan kinerja masing-masing reksadana berdasarkan ukuran kinerja Jensen, dan Rasio Infonnasi, analisis juga dilakukan untuk inemperolell infonnasi mengenai Risiko Sistematik, pj, Rata-rata Tingkat Imbal Hasil, Risiko Non-sistematik / standar deviasi, a tingkat keuntungan harian, dan Tingkat Diversifikasi, R3, dari setiap reksadana saham.
Khusus dalam melakukan evaluasi kinerja reksadana saham lebih lanjut, dilakukan juga analisis sensitivitas kinerja Jensen terhadap variasi tingkat suku bunga bebas risiko, deposito berjangka untuk melihat pengaruh perubahan suku bunga bebas risiko terhadap ukuran kinerja Jensen. Hal ini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran yang semaksimal mungkin kepada investor bahwa ukuran kinerja portofolio Jensen bukanlah harga yang absolut melainkan sangat dipengaruhi oleh investasi pada aset bebas risiko yang dipakai sebagai pembanding, yang dalam hal ini deposito berjangka.
Sebagai hasil dari analisis kinerja portofolio reksadana yang dilakukan terhadap Reksadana Saham dan Pendapatan Tetap yang beredar mulai Januari 1997 hingga Maret 2001, maka tersusun Daftar Urutan Kinerja Jensen dan Rasio Infonnasi untuk masing-masing reksadana setiap tahunnya pada tingkat suku bunga bebas risiko 1, 3, 6, dan 12 bulan yang dapat digunakan sebagai salah satu referensi dan bahan pertimbangan dalam melakukan investasi jangka panjang pada instrument investasi Reksadana. Hasil evaluasi kinerja portofolio berdasarkan data historis ini memang sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pasar modal, dan lingkungan bisnis pada setiap periode sehingga dapat dilihat bahwa suatu reksadana dapat menempati urutan kinerja yang berbeda pada seliap tahunnya.
Perlu diingat bahwa dari hasil evaluasi dan analisis kinerja reksadana saham dan pendapatan tetap yang dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator pasar seperti IHSG, dan tingkat suku bunga deposito Bank Swasta Nasional tidak sepenuhnya mempunyai korelasi langsung. Sesuai dengan UU No. 8 Tentang Pasar Modal bahwa pada Reksadana Saham sekurang-kurangnya 80% dananya diinvestasikan pada portofolio ekuitas yang terdaftar pada Bursa Efek sedangkan pada Reksadana Pendapatan Tetap, sekurang-kurangnya 80% hams diinvestasikan pada obligasi atau instument investasi pendapatan tetap. Artinya, bahwa hasil evaluasi kinerja reksadana dengan metode ini dapat menjelaskan korelasi terhadap faktor-faktor tersebut sebesar 80%. Dengan demikian ada sekurang-kurangnya 20% faktor lain yang mempengaruhi kinerja suatu reksadana yang sangat tergantung dari jenis portofolio yang digunakan untuk menginvestasikan dana para investor.
Analisis lebih lanjut terhadap komposisi portofolio setiap reksadana diharapkan akan dapat menjelaskan 20% faktor yang belum dijelaskan pada pembahasan thesis ini, sehingga kombinasi analisis dan evaluasi selanjutnya dapat digunakan sebagai standar penilaian dan evaluasi menyeluruh (holistic evaluation & performance) dari suatu reksadana."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Desriana Elisabeth
"Penelitian ini menguji hubungan antara variabel indikator kinerja mutu pelayanan, kepedulian kepada masyarakat, dan kepedulian terhadap lingkungan dengan kepuasan pelanggan terhadap 14 rumah sakit vertikal di Indonesia. Untuk melihat kinerja dan hubungan di antara indikator-indikator tersebut, digunakan analisis deskriptif dan uji korelasi regresi dengan bootstrapping. Selain itu, dilakukan pula pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam. Dari hasil penilaian kinerja, didapatkan sebagian dari sasaran strategik belum mencapai nilai optimum. Sementara dari hasil analisis bivariat, didapatkan tidak ada hubungan antara variabel indikator kinerja mutu pelayanan, kepedulian kepada masyarakat, kepedulian terhadap lingkungan yang berkorelasi dengan kepuasan pelanggan. Dengan demikian, diperlukan adanya perbaikan manajemen dan sistem di internal rumah sakit, maupun Kementerian Kesehatansebagai regulatorterkait indikator kinerja yang digunakan dalam penilaian BLU, termasuk indikator sasaran strategik di dalamnya.

This study examines relationship between the variables of service quality performance indicators, public awareness and concern for the environment and customer satisfaction among 14 vertical hospitals in Indonesia. To see the performance and the relationship between these indicators, used descriptive analysis and correlation regression with bootstrapping. In addition, a qualitative approach through in-depth interviews was also applied. Performance evaluation results obtained from a portion of the strategic objectives have not yet reached the optimum value. The results of the bivariate analysis, found no association between the variables of service quality performance indicators, public awareness, environmental awareness is correlated with customer satisfaction. Thus, it is necessary improve management and internal systems in hospitals, and the Ministry of Health as a regulator on the performance indicators used in the hospital autonomy (BLU) assessment, including its strategic targets.
"
Depok: Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>