Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Kusumawardhani
"ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu masalah yang dihadapi kota Jakarta tiap tahunnya. Salah satu bentuk dari penanganan masalah banjir tersebut adalah pembangunan Kanal Banjir Timur. Kanal Banjir Timur diharapkan dapat mengurangi banjir pada kawasan Timur dan Utara Jakarta. Akan tetapi, pembangunan tersebut tidak langsung menjadikan kawasan tersebut bebas banjir. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dengan adanya kanal Banjir Timur, potensi genangan yang mungkin terjadi adalah di kawasan Cakung Lama Susanti, 2017 . Pada kenyataannya pada tahun 2017 masih ditemui genangan di kawasan Sunter terutama pada Kelapa Gading. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab genangan yang terjadi di kawasan tersebut, dengan cara mengevaluasi kapasitas saluran di sistem drainase mikro Kelapa Gading menggunakan permodelan hidrologi HEC-RAS dan Win-TR. Hasil simulasi yang dilakukan diketahui bahwa beberapa saluran drainase mikronya tidak dapat menampung debit banjir yang ada, sehingga mengakibatkan genangan di beberapa daerah di Kelapa Gading. Berdasarkan hasil tersebut dapat disinpulkan bahwa Sistem Drainase Mikro pada kawasan tersebut tidak efektif dalam menampung debit banjir yang ada.

ABSTRACT
Flood is one of the problems that Jakarta is facing almost annually. To handle the issue, the government took an action to build East Flood Canal. The canal construction is expected to reduce flood especially in the east and north region of Jakarta. However, the construction did not make the area immediately free of flood risk. Previous study Susanti, 2017 showed that even with the existence of East Flood Canal, potential inundations may still happen, specifically in Cakung Lama area. In 2017 there were still several inundation points in Sunter area, especially in Kelapa Gading. This research aims to identify the cause of inundations in the area by evaluating channel capacity in micro drainage system in Kelapa Gading using hydrological model HEC RAS and WinTR. The simulations result showed that several channels in the system cannot accommodate the inflow, hence causing inundation in some areas in Kelapa Gading area. According to the simulation results, it can be concluded that the Micro Drainage Sysrem in Kelapa Gading is not effective to accomodate the inflow from local rain. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Khamdani
"ABSTRAK
Kecamatan Kelapa Gading merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara yang terdiri dari dataran rendah serta rawan dilanda bencana banjir. Salah satu area di Kelapa Gading yang berdampak paling parah akibat bencana banjir adalah di depan Mall Of Indonesia (MOI). Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa salah satu penyebab terjadinya banjir di wilayah Kelapa Gading disebabkan oleh sistem drainasenya yang masih belum dapat memenuhi debit banjirnya sehingga dapat dikatakan bahwa saluran-saluran tersebut tidak efektif dalam menampung besar debit banjir rencananya (Kusumawardhani 2018). Oleh sebab itu pada penelitian ini dibahas lebih merinci sistem drainase mikro pada wilayah DTA MOI. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengevaluasi kinerja sistem drainase mikro di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara dengan cara membandingkan antara hasil perhitungan besar debit banjir rencana daerah tangkapan air dengan kapasitas saluran drainasenya menggunakan bantuan aplikasi WinTR-20 dan HEC-RAS. Dari hasil simulasi dengan menggunakan kedua aplikasi tersebut dapat diketahui bahwa semua saluran drainase mikro pada DTA MOI mampu untuk melalukan debit banjir hingga 25 tahunan selain reach 6. Dilakukan pula evaluasi pada tampungan yang menjadi outlet dari saluran drainase pada DTA MOI tersebut dan dapat diketahui bahwa tampungan tersebut tidak mampu untuk menampung debit banjir 10 tahunan dan 25 tahunan. Berdasarkan hal tersebut, maka diberi usulan berupa peningkatan fungsi tampungan tersebut menjadi sistem polder dengan menempatkan dua buah pompa berkapasitas 0.25 m3/s. Dengan adanya sistem polder tersebut, maka banjir pada DTA MOI dapat diatasi hingga periode ulang banjir 25 tahunan.

ABSTRACT
Kelapa Gading Subdistrict is one of the sub-districts located in North Jakarta Municipality which consists of lowland and prone to floods. One of the areas in Kelapa Gading which had the worst impact due to the flood disaster was in front of Mall Of Indonesia (MOI). Based on previous research, it can be seen that one of the causes of flooding in the Kelapa Gading area is caused by the drainage system which still cannot meet its flood discharge so that it can be said that these channels are not effective in accommodating the large amount of flood discharge planned (Kusumawardhani 2018). Therefore, this study discussed more detailed micro drainage systems in the MOI catchment area. The purpose of this study was to evaluate the performance of micro drainage systems in Kelapa Gading, North Jakarta by comparing the results of the calculation of the amount of flood discharge planned by the catchment area with the capacity of the drainage channel using the help of the WinTR-20 and HEC-RAS applications. From the simulation results using these two applications, it can be seen that all micro drainage channels in the MOI catchment are able to carry out a flood discharge of up to 25 years apart from reach 6. Also carried out an evaluation on the reservoir that became the outlet of the drainage channel at the MOI catchment and found it is unable to accommodate 10 annual and 25 annual flood discharges. Based on this, the proposal was given to increase the function of the reservoir into a polder system by placing two pumps with a capacity of 0.25 m3 / s. With the existence of the polder system, the flooding of the MOI catchment can be overcome until the return period is 25 years.
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Susanti
"Banjir merupakan salah satu masalah pengelolaan sumber daya air yang masih sering terjadi di Jakarta. Selain dikarenakan topografi daerah yang berada di dataran rendah, banjir juga diakibatkan oleh perubahan tutupan lahan yang terjadi pada daerah tersebut. Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi banjir, salah satunya adalah dengan pembuatan Kanal Banjir Timur. Walaupun demikian, masih terdapat genangan yang terjadi di Jakarta Timur dan Jakarta Utara.
Penelitian ini menyelidiki genangan yang terjadi pada wilayah layanan KBT yang terdapat di Jakarta Timur dan Jakarta Utara serta mencari tahu pengaruh Kanal Banjir Timur terhadap banjir pada wilayah layanan KBT yang terdapat di Jakarta Timur dan Jakarta Utara, dengan menggunakan model HEC-RAS. Simulasi yang dilakukan dengan model HEC-RAS dilakukan dengan dua skenario, yaitu sebelum ada KBT dan setelah ada KBT.
Dari simulasi tersebut dihasilkan bahwa Kanal Banjir Timur dapat mengurangi puncak debit banjir yang akan masuk kedaerah layanan KBT sebesar68.8 untuk aliran sunter, 61.67 untuk aliran cakung dan 2.09 untuk aliran blencong.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwabanjir yang masih terjadi pada daerah layanan KBT yang berada diwilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara diakibatkan oleh permasalahan drainase lokal yang terjadi pada daerah tersebut.

Flood is one of the problems of water resources management which is still common in Jakarta. Besides due to the topography of the area that is in the lowlands, flooding is also caused by changes in land cover that occurs in the area. Various ways by the government to reduce flooding, one of which is by making the Eastern Flood Canal. Nevertheless, there are still puddles that occur in East Jakarta and North Jakarta.
This study investigates the inundation that occurred in the Eastern Flood Canal service area at East Jakarta and North Jakarta and find out the influence of Eastern Flood Canal on flooding in the Eastern Flood Canal service area at East Jakarta and North Jakarta using HEC RAS Model. Simulations with HEC RAS Model were perfomed with two scenario, before and after the Eastern Flood Canal.
From the simulation it was found that the Eastern flod canal can reduce the peak flow that will enter the eastern flood canal service area of 68.8 for sunter flow, 61.67 cakung flow and 2.09 for blencong flow.
From the results it can be concluded that the floods that still occur in the Eastern Flood Canal service area located in the East Jakarta and North Jakarta due to problems of local drainage that occurred in the area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinanto
"Kota Depok sebagai kota satelit dari ibukota Jakarta, sekarang ini sudah harus menanggung beban atau ekses dari pertumbuhan pembangunan yang dilakukannya. Permasalahan terletak pada berubahnya tataguna lahan kota Depok yang pada awalnya merupakan daerah pertanian menjadi pemukiman dan tempat-tempat komersial. Selain itu terdapat juga saluran irigasi yang dialih fungsikan menjadi saluran drainase tanpa mempertimbangkan dampak yang terjadi pada wilayah cakupannya. Sehingga pada saat musim hujan tiba, masalah klasik yang selalu terjadi adalah banjir/genangan yang terjadi dibeberapa tempat dikota Depok. Untuk itu diperlukan pemodelan mengenai sistem Drainase Kota Depok, dan pemodelan ini dilakukan dengan program komputer TR-20 untuk mengetahui debit limpasan yang terjadi. Untuk mengurangi serta meminimalisasi debit limpasan yang terjadi dikota Depok, diberikan pula alternatif penyelesaian. Alternatif yang diberikan berupa penataan ulang tataguna lahan, penataan kembali situ-situ. Dengan dilakukannya pemodelan ini diharapkan perencanaan sistem drainase kota Depok akan menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Depok as town of satellite from the capital city of Jakarta, this time has to guarantee burden or excess from the growth of development which is conducted. The problem is in the change of the landuse of Depok which initially represent area of agriculture become cmmecial place and settlement. Beside that there is also an irrigation channel that displaced function become drainage system without consider the impact that happen in the coverage region. So in the rain season, classic problem that always happened is floods problem/pond that happened in some place in Depok. Because of that modeling about drainage system of depok town is a needed, and this modeling done by TR-20 to get a run-off debit in Depok. To prevent and minimize run-off debit in Depok City, some alternatife are given to solve that problem. Alternative that givens are rearrangement of landuse system, rearrangement of retention area. Hopefully drainage system in Depok will be better in a future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Asni
"ABSTRAK
Memasuki Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II Pemerintah Indonesia telah mengambil suatu kebijaksanaan pembangunan yaitu pembangunan perekonomian nasional dengan menitikberatkan sektor industri sebagai penggerak utama dan sekaligus sebagai pendongkrak perekonomian nasional. Kebijaksanaan makro yang ditempuh ini cenderung bergeser dari agraris ke industrialis. ?
Adanya aksesibilitas yang tinggi dan didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana di P. Jawa untuk tumbuh dan berkembangnya industri maka kegiatan industri tersebut cenderung terkonsentrasi di wilayah Jakarta terutama di Jakarta Utara. Selain menimbulkan dampak positif, kegiatan Lt, industri ini juga menimbulkan dampak negatif yang antara lain adalah tingginya laju urbanisasi dan tingkat kepadatan penduduk. Pada umumnya
para pendatang ini mempunyai tingkat ekonomi yang relatif rendah (miskin) dengan tingkat keterampilan yang kurang memadai, sehingga mereka cenderung hidup di tempat-tempat kumuh dan daerah marginal. Pesatnya perkembangan kegiatan perekonomian (industri, perdagangan, jasa, pernerintah, dan lainnya) dan tingginya laju urbanisasi di wilayah Jakarta ini terutama di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara telah menimbulkan berbagai persoalan lingkungan yang cukup kompleks. Persoalan lingkungan tersebut antara lain adalah meningkatnya kebutuhan lahan dan air, timbulnya permukiman kumuh, meluasnya daerah banjir dan genangan, pendangkalan muara sungai oleh lumpur dan sampah, memburuknya sistem drainase dan abrasi.
Penelitian ini berlokasi di daerah Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan morfologi lahan daerah penelitian, pengaruh reklamasi lahan dan perubahan penggunaan lahan, serta kemampuan sistem drainase dan faktor-faktor fisik lahan yang mempengaruhinya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk membuat suatu gambaran mengenai situasi atau kejadian melalul pengadaan akumulasi data dasar. Pendekatan yang digunakan adalah teknik penginderaan jauh (remote sensing). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified Purposive Sampling dengan satuan lahan sebagai stratanya. Pada satuan lahan ini diambil sampel pewakilnya sebanyak 30 sampel.
Berdasarkan hasil interpretasi foto udara pancromatic hitam putih skala 1 : 5000 tahun 1994 dan peta tata guna lahan tahun 1980 skala 1 : 20 000 serta didukung oleh peta geologi, peta tanah, peta dasar* dan peta lainnya maka diperoleh informasi bahwa daerah penelitian dipengaruhi oleh proses fluvial dan marin, sehingga dapat dibedakan menjadi lima (5) satuan bentuk lahan yakni : Dataran Aluvial (Fl), Tanggul Aiam (F2), Cekungan Fluvial (F3), Rawa Belakang (F4), dan Dataran Aluvial Pantai (Ml). Didasarkan pada jenis penggunaan lahannya di daerah penelitian ini terdapat 23 jenis satuan lahan, yakni : Fl-pk, Fl-sw, Fl-lk, Fl-ind, F2-lk, F3-pk, F3-sw, F3-lk, F3-ind, F3-js, F3-sp, F4-pk, F4-lk, F4-sp, F4-js, F4- tbk, Ml-pk, MMk, Ml-ind, Ml-sp, Ml-js, Ml-tbk, danMl-mgr.
Untuk mengatasi kelangkaan lahan yang didasarkan pada pertimbangan ekonomi, di wilayah Kecamatan Penjaringan telah dilakukan kegiatan reklamasi lahan. Selama periode tahun 1980 - 1994, lahan di wilayah ini telah direklaraasi seluas 1.179,70 ha yang meliputi wilayah daratan dan perairan dangkal. Besamya lahan yang direklamasi adalah sebagai berikut satuan bentuk lahan F3 seluas 620, 6 ha atau 52,65 %; satuan bentuk lahan F4 seluas 322,0 ha atau 27,32 %; satuan bentuk lahan Ml seluas 63,2 ha atau 5,36 % dan wilayah perairan dangkal (pantai) seluas 172,8 ha atau 14,63 %.
Melihat kondisi fisik lahannya, kegiatan reklamasi lahan tersebut sudah dapat dipastikan akan membawa dampak linkungan (banjir), dimana sejumlah air baik yang berasal dari curah hujan lokal (rainfall) maupun limpasan air permukaan (surface run off) akan kehilangan tempat, sehingga air tersebut cenderung mengalir ke tempat yang lebih rendah (perkampungan). Selain hal tersebut, faktor tingginya tutupan lahan (land cover) seperti jalan, perkantoran, dan permukiman serta adanya penyurnbatan muara sungai, juga akan mempercepat terjadinya banjir dan genangan.
Bila ditinjau darl segi geomorfologi lingkungan, kegiatan reklamasi lahan ini akan berpengaruh langsung terbadap sistem drainascnya. Adapun pengaruh yang ditimbulkannya antara lain adalab berubahnya morfologi lahan, memburuknya sistem drainase, meluasnya daerah banjir dan genangan, dan terjadinya abrasi serta intrusi air laut. Dampak lain yang berpengaruh secara tidak langsung yaitu permukaan tanahnya mengalami penurunan secara kontinyu sebagai akibat dari sifat fisik tanahnya yang belum terkonsolidasi secara maksimum, sehingga tingkat sensitivitas dan kompresibilitas tinggi. Kedua dampak tersebut di atas akan menambah luas daerah banjir dan genangan.
Sistem drainase di daerah penelitian ini dipengaruhi oleh faktor fisik lahan yaitu relief-topografi, geologi, tanah (tekstur dan struktur tanah), proses geomorfologi, iklim, dan penggunaan/penutup lahan. Masing-masing faktor fisik tersebut saling terkait dan bersifat akumulatif
Dari pengamatan lapangan, teiaah pustaka dan laporan penelitian terdahulu dapat diperoleh kesimpulan bahwa dalam perencanaan pengembangan wilayah (tata ruang) diperlukan data fisik lahan yang sifatnya mutlak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui daya dukung wilayah dan meminimisasi dampak negatif yang ditimbulkannya, sehingga dapat tercapai tujuan pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Nitami
"Penelitian ini membahas mengenai timbulan dan komposisi limbah padat pada Apartemen Gading Nias Recidence dan Kondominium Menara Kelapa Gading. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar timbulan limbah padat, persentase jenis komposisi limbah padat, merancang alternatif sistem teknis operasional limbah padat dan mengetahui potensi pengurangan timbulan limbah padat. Metode yang digunakan yaitu SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Hasil dari penelitian ini adalah alternatif sistem teknis operasional, dimulai dari pewadahan hingga pengangkutan limbah padat yang dapat diterapkan pada masing-masing apartemen. Timbulan limbah padat yang dihasilkan pada Apartemen Gading Nias Recidence yaitu sebesar 0,273 kg/orang/hari atau 0,0016 m3/orang/hari atau 1,6 L/orang/hari. Sedangkan timbulan limbah padat pada Kondominium Menara Kelapa Gading yaitu sebesar 0,571 kg/orang/hari atau 0,0035 m3/orang/hari atau 3,5 L/orang/hari.
Komposisi limbah padat pada Apartemen Gading Nias Recidence terdiri dari 55,586% organik, 10,766% kertas, 15,431% plastik, 0,433% sterofoam, 1,095% logam, 0,156% karet, 2,299% kaca, 12,398% pampers dan pembalut, 0,633% tekstil, 0,559% B3, 0,393% kayu, dan 0,250% lainnya. Sedangkan Komposisi limbah padat pada Kondominium Menara Kelapa Gading terdiri dari 63,729% organik, 11,941 kertas, 13,161% plastik, 0,632% sterofoam, 1,255% logam, 0,113% karet, 1,407% kaca, 2,825% pampers dan pembalut, 1,901% tekstil, 2,506% B3, 0,302% kayu dan 0,229% lainnya.
Perencanaan pengolahan dan pemanfaatan limbah padat dilakukan dengan menerapkan pengomposan dan bank sampah pada masing-masing apartemen. Potensi pengurangan timbulan limbah padat pada Apartemen Gading Nias Recidence yang diperkirakan setelah adanya alternatif sistem teknis operasional yaitu sebesar 22,54% dan pada Kondominium Menara Kelapa Gading yaitu sebesar 26,44%.;This study focuses on the solid waste generation and composition at Gading Nias Recidence Apartment and Kondominium Menara Kelapa Gading.

This study aims to determine the major solid waste generation, the percentage of solid waste composition, operational technical system design alternatives and identify potential solid waste reduction of solid waste generation. The method which being used is SNI 19-3964-1994 on Methods of Sample Collection and Measurement of the Composition and Urban Waste.
The results of this study are alternative technical operational system, start from crocking to transport solid waste that can be applied to each apartment. Generation of solid waste generated in Gading Nias Recidence Apartment is equal to 0,273 kg/person/day or 0,0016 m3/person/day or 1,6 L/person/day. While the generation of solid waste in the Kondominium Menara Kelapa Gading is equal to 0,571 kg/person/day or 0,0035 m3/person/day or 3,5 L/person/day.
The composition of solid waste in the Gading Nias Recidence Apartment consists of 55,586% organic, 10,766% paper, 15,431% plastic, 0,433% styrofoam, 1,095% metal, 0,156% rubber, 2,299% glass, 12,398% diapers and sanitary napkins, 0,633% textile, 0,559% B3, 0,393% wood, and the other 0,250%. While the composition of solid waste in the Kondominium Menara Kelapa Gading consists of organic 63,729%, 11,941 paper, 13,161% plastics, 0,632% styrofoam, 1,255% metal, 0,113% rubber, 1,407% glass, 2,825% diapers and sanitary napkins, 1,901% textile, 2,506% B3, 0,302% wood and the other 0,229%.
Treatment planning and utilization of solid waste is done by applying composting and waste banks in each apartment. Potential reduction of solid waste generation in Gading Nias Recidence Apartment expected after technical operation of an alternative system that is equal to 22,54% and the Kondominium Menara Kelapa Gading that is equal to 26,44%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Wahyu Untari
"Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 72% terhadap emisi GRK global sehingga diperlukan upaya pengendalian, salah satunya melalui studi jejak karbon rumah tangga. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kelapa Gading ini bertujuan untuk menghitung rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading, mengidentifikasi aktivitas dan faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga tersebut, serta memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang memperhitungkan aktivitas konsumsi energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa. Pengumpulan data dilakukan secara random-purposive sampling menggunakan kuesioner dimana data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Penelitian dilakukan selama masa pandemi COVID-9 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM tingkat 3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 1,77 MT CO2e per rumah tangga per bulan dengan dominasi oleh sektor energi (0,71 MT CO2e per rumah tangga per bulan) diikuti oleh sektor konsumsi barang dan jasa (0,66 MT CO2e per rumah tangga per bulan) serta transportasi (0,4 MT CO2e per rumah tangga per bulan). Jejak karbon rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penghasilan keluarga (r = 0,54 ; Sig = 3,45 x 10-9), ukuran keluarga (r = 0,31 ; Sig = 0,02), dan pola makan (r = 0,37 ; Sig = 0,01). Penghasilan keluarga menunjukkan korelasi yang sedang (r = 0,54) terhadap jejak karbon rumah tangga sementara ukuran keluarga (r = 0,31) dan pola makan (r = 0,37) menunjukkan korelasi yang rendah terhadap jejak karbon rumah tangga. Beberapa rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga yang ditawarkan antara lain pembuatan kebijakan konsumsi energi, optimasi penggunaan sumber energi terbarukan, konsumsi ekoefisien, serta perubahan gaya hidup rumah tangga yang intensif karbon.

Household consumption contributes 72% to global GHG emissions. Thus, control efforts are needed, one of which is through a household carbon footprint study. This research, which was conducted in Kelapa Gading District, aims to calculate the average household carbon footprint in Kelapa Gading District, identify activities and factors that affect the household's carbon footprint, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint. Calculations were made using a calculator from Carbon Footprint Ltd. which takes into account the energy consumption, transportation, and consumption of goods and services activities. Data was collected using a random-purposively using questionnaire where the data were then analyzed using descriptive statistics and multiple linear regression. The study was conducted during the COVID-9 pandemic with the implementation of the PPKM level 3 policy. Based on the results of the study, the average household carbon footprint in Kelapa Gading District was 1.77 MT CO2e per household per month with the dominance of the energy sector (0 ,71 MT CO2e per household per month) followed by the consumption of goods and services sector (0.66 MT CO2e per household per month) and transportation (0.4 MT CO2e per household per month). The household's carbon footprint was influenced by several factors, including household income (r = 0.54 ; Sig = 3.45 x 10-9), household size (r = 0.31 ; Sig = 0.02), and diet (r = 0.37 ; Sig = 0.01). Household income showed a moderate correlation (r = 0,54) to the household carbon footprint while household size (r = 0,31) and diet (r = 0,37) showed a low correlation to the household carbon footprint. Several recommendations for controlling household carbon footprints were offered, including making energy consumption policies, optimizing the use of renewable energy sources, eco-efficient consumption, and changing carbon-intensive household lifestyles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Mazaya Muhsin
"Banjir merupakan kejadian ketika air di dalam saluran meningkat dan melampaui kapasitas daya tampungnya. Kejadian banjir di wilayah perkotaan banyak dipengaruhi faktor fisik dan faktor sosial. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah banjir, ketinggian wilayah, sungai, penggunaan lahan, dan drainase. Penelitian ini menggunakan metode overlay dan analisis deskriptif keruangan. Kecamatan Kelapa Gading terletak di Kota Jakarta Utara dengan ketinggian wilayah 5 - 10 mdpl dan dialiri oleh Sungai Sunter, Sungai Betik Pertamina, Sungai Cakung Lama, Sungai Warung Jengkol, dan Sungai Petukangan. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik banjir pada setiap kelurahan di Kecamatan Kelapa Gading pada umumnya disebabkan faktor yang sama, yaitu faktor sungai, penggunaan lahan, dan drainase. Terdapat pengecualian pada Kelurahan Kelapa Gading Timur yang menurut hasil penelitian karakteristik banjir pada kelurahan ini tidak disebabkan oleh faktor sungai. Pada Kelurahan Kelapa Gading Barat faktor drainase yang memengaruhi banjir meliputi volume drainasenya. Sementara pada Kelurahan Kelapa Gading Timur dan Pegangsaan Dua faktor drainase yang memengaruhi banjir meliputi kualitas drainasenya.

Flood is an event when the water in the channel rises and exceeds its capacity. The occurrence of floods in urban areas is greatly influenced by physical factors and social factors. In this study, the variables used are floods, land height, rivers, land use, and drainage. This study uses the overlay method and spatial descriptive analysis. Kelapa Gading District is located in North Jakarta City with a land height of 5 - 10 m above sea level and is drained by the Sunter River, Betik Pertamina River, Cakung Lama River, Warung Jengkol River, and Petukangan River. Based on the results of the study, the characteristics of flooding in each sub-district in Kelapa Gading District are generally caused by the same factors, namely river factors, land use and drainage. There is an exception in the Kelapa Gading Timur Village, which according to the results of the study, the characteristics of flooding in this village are not caused by river factors. In Kelapa Gading Barat sub-district, the drainage factors that affect flooding include the volume of drainage. Meanwhile, in the Kelapa Gading Timur and Pegangsaan Dua sub-districts, the drainage factors that affect flooding include the quality of drainage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevi Notosagoro
"Kota Depok sebagai kota satelit dari ibukota Jakarta, sekarang ini sudah harus menanggung beban atau ekses dari pertumbuhan pembagunan yang dilakukannya. Permasalahan terletak pada berubahnya tataguna lahan kota Depok yang pada awalnya merupakan daerah pertanian menjadi pemukiman dan tempat-tempat komersial. Selain itu terdapat juga saluran irigasi yang dialih fungsikan menjadi saluran drainase tanpa mempertimbangkan dampak yang terjadi pada wilayah cakupannya. Sehingga saat musim hujan tiba, masalah klasik yang selalu terjadi adalah masalah banjir/ genangan yang terjadi di beberapa tempat di kota Depok. Genangan di Kota Depok pada umumnya merupakan genangan yang disebabkan oleh debit maksimum yang terjadi akibat limpasan air hujan tidak dapat dialirkan oleh saluran drainase. Perubahan tataguna lahan kota Depok, tidak dikuti dengan perubahan sistem drainase untuk mengatasi masalah limpasan permukaan yang terjadi Karena itu dibutuhkan suatu alternatif sistem drainase perkotaan yang sesuai dan terintegrasi berdasarkan peninjauan aspek strukturnya untuk menanggulangi permasalahan yang ada di Kota Depok. Perencanaan alternatif sistem drainase dilakukan dengan menganalisis debit maksimum limpasan dan kapasitas saluran drainase utama untuk mengalirkan limpasan. Untuk mengatasi kelebihan debit limpasan yang terjadi di kota Depok diberikan dua alternatif penyelesaian. Alternatif pertama yaitu perbaikan dan peningkatan kapasitas saluran drainase yang ada (existing channel) yang terdiri dari tiga tahapan pekerjaan konstruksi yaitu pelebaran badan sungai, pengerukan (dredging of retention basins) dan pembangunan tanggul. Sedangkan alternatif kedua adalah pembangunan saluran bawah tanah. Dalam perencanaan kedua alternatif tersebut digunakan metode rasional untuk menghitung debit banjir maksimum, dan metode yang digunakan untuk menghitung kapasitas saluran drainase berdasarkan rumus Manning.

Depok as a town of satellite from the capital city of Jakarta, this time has to guarantee burden or excess from the growth of development which is conducted. The problem is in the change of the landuse of Depok which initially represent area of agriculture become commercial place and settlement. Beside that there is also an irrigation channel that displaced function become drainage system without consider the impact that happen in the coverage region. So in the rain season, classic problem that always happened is floods problem/pond that happened in some place in Depok. Pond in the town of Depok generally representing pond which is caused by maximum charge that happened because the overflow from rainwater which cannot be conducted by drainage channel. The change of the landuse of Depok, is not followed with the change of the drainage system to overcome overflow?s from the surface problem that happened. In consequence, it is required an alternative of urban drainage system which is integrated and appropriate based on the sighting of its structure to overcome the problems in Depok. The planning of the alternative is conducted by analyzing maximum overflow?s charge and the main drainage channel capacities to conduct the overflow. To overcome the excess from overflow?s charge that happened in Depok is given two alternative problem solving. The first alternative is repairing and improvement the existing drainage channel capacities which is consist of three construction stages that is river widening, dredging of retention basins, and building of embankment. While the second alternative is building of underground tunnel. In the planning of the alternative is used a rational method to calculate maximum floods charge, and the drainage channel methode based on formula Manning to calculate channel capacities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Febriana
"Surabaya merupakan ibukota propinsi Jawa Timur dan kota terbesar kedua di Indonesia. Dengan perkembangan kota Surabaya sekarang ini, saluran irigasi yang ada semakin sedikit keberadaannya. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan tata guna lahan dari persawahan menjadi lahan pemukiman, akibatnya daerah peresapan semakin mengecil dan sebaliknya koefisien pengaliran semakin besar. Wilayah Medokan Semampir merupakan salah satu kawasan penting di Surabaya.
Saluran Medokan Semampir merupakan salah satu saluran yang ada di Surabaya Timur dan saluran ini berfungsi sebagai saluran drainase. Total luas sub catchment Medokan Semampir, menurut SDMP (Surabaya Drainage Master Plan), 764.290 Ha. Lama genangan sekitar 2-6 jam dan kedalaman mencapai 10-50 cm. Kondisi seperti ini sangat meresahkan masyarakat, baik yang tinggal di daerah tersebut maupun yang tinggal di luar daerah tersebut bila musim hujan tiba, banyak kerugian materi maupun non materi yang harus ditanggung masyarakat.
Mengacu pada keadaan tersebut, analisa dilakukan guna mengetahui seberapa besar pengaruh fluktuasi muka air kali Wonokromo terhadap proses pembuangan tersebut. Apakah berpengaruh sekali sehingga terjadi limpahan air dari saluran Medokan Semampir yang menyebabkan terjadi genangan pada catchment tersebut atau sebaliknya. Analisa yang dihasilkan akan memperlihatkan berapa debit oveflow yang dibuang ketika terjadi banjir di Medokan.
Penyelesaian yang digunakan adalah menelusuri tiap reach/segment saluran dari hulu ke hilir. Sehingga nantinya solusi yang didapatkan adalah memperdalam saluran hingga dua pulu persen dari kedalaman eksisting, dan menggunakan parkiran air yang dibuang dengan rumah pompa.

Surabaya is the capital of East Java province and the second largest city in Indonesia. With the development of Surabaya city today, the existing irrigation less existence. This is because the change in land use from paddy fields into residential land, consequently shrinking catchments area and run off coefficient getting raised.
Medokan Semampir region is one important area in Surabaya. Medokan Semampir's channel is one channel available in east of Surabaya and these channels serve as drainage channels. Catchments total area of Medokan Semampir 764,290 ha (according to the SDMP). The flood happen approximately 2-6 hours and 10-50 cm depth of reach. This condition is troubling of people either living in the area or who live outside the area when the rainy season, many losses and non-material matter that must be borne by the public.
Referring to the situation, the analysis done to find out how big the influence of water level fluctuations Wonokromo time of the disposal process. Does it matter that there was an abundance of water from the channel that causes Medokan Semampir happened puddle in the catchments. Analysis performed using HEC-RAS software where computer programs are specifically designed to analyze the channel system.
The resulting analysis will show how debit oveflow discarded during floods in Medokan. Solution used was traced each reach / segment of the upstream channel to downstream. So that later obtained solution is to deepen the channel to twenty percent of the existing depth, and use the discarded water park with a pump house.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50552
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>