Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99691 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hamid Syami
"Jembatan sembayat pada fase konstruksi membutuhkan shoring sebagai penyangga sementara dari struktur yang membentang melewati sungai, shoring dibuat dengan tiang pancang yang dipancang didasar sungai. terjadinya banjir membuat sebagian shoring hanyut terbawa sungai karena tidak mampu menahan beban lateral akibat arus sungai yang bertambah. berdasarkan pendekatan manning kecepatan aliran selama banjir terjadi 23 November-6 Desember adalah sekitar 13 m/s-14 m/s, kemudian gaya yang disebabkan oleh banjir pada tiap tiang dimodelkan dengan ANSYS FLUENT, lalu setelah didapatkan gaya dibuat pemodelan interaksi tanah tiang menggunakan MIDAS GTS-NX. Penelitian ini meninjau persebaran gaya yang diterima tiang akibat beban air, dan deformasi yang terjadi pada tiang, kemudian penambahan kedalaman dilakukan untuk melihat efeknya terhadap deformasi puncak pada tiang grup, dan meneliti keberadaan efisiensi lateral pada tiang grup akibat pembebanan akibat arus sungai.

Bridge of sembayat, in the construction stages, need shoring for temporary support to structural slab which is span over the river of bengawan solo, shoring made of driven steel pipe that embedded below river floor, the happening of the flood cause the shoring to drift because of fracture or excessive deformation, induced, by the lateral load of river current. Based on Manning approach, the velocity of river during the flood between 23 November 2016 until 6 December 2016 is around 13 m/s to 14 m/s. The force induced by the river current modelled with ANSYS FLUENT , than the force obtained, used for modelling the interaction of soil pile with MIDAS GTS NX. This research observe the distibution of force along the pile configuration, and deformation which happened at pile because of lateral load from river current, then author increase the depth of embedment of the pile to review the effect of depth of embedment to top deflection, final, author reviewing wheter pile lateral efficiency hapened at the pile in the group configuration. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fardan Fikriansyah
"Metode  kerja  untuk  memancang  tiang  pancang  baru  pada  bangunan  eksisting 
dengan  kondisi  adanya  tiang  pancang  eksisting  sering  kali  dilakukan  untuk 
mempercepat periode konstruksi. Distribusi beban dan perpindahan tiang pancang 
baru perlu diselidiki lebih lanjut akibat efek dari adanya tiang pancang eksisting. 
Metode transfer beban lateral (p-y curve) digunakan untuk menganalisis beban dan 
perpindahan  tiang  pancang  menggunakan  analisis  elemen  hingga  tiga  dimensi. 
Tiang pancang baru dan eksisting yang digunakan adalah spun pile berdiameter 0.6 
meter dengan ketebalan 0.1 meter, kedalaman tiang 17 meter dan jarak antar tiang 
pancang baru dan eksisting adalah 1 meter. Besar beban horizontal yang diberikan 
sebesar  150  kN  pada  kepala  tiang  yang  berada  1  meter  di  atas  muka  tanah. 
Penelitian ini dilakukan pada jenis tanah lempung dengan model konstitutif Mohr 
Coulomb  dan  Modified  Cam  Clay.  Hasil  analisis  elemen  hingga  tiga  dimensi 
menunjukkan  bahwa  tahanan  lateral  tanah  tiang  pancang  baru  meningkat  pada 
kepala  tiang  hingga  kedalaman  tanah  di  sekitar  permukaan  akibat  adanya  tiang 
pancang eksisting. 

The method of driving new piles in existing buildings using existing piles is often 
used to speed up the construction period. The load distribution and displacement of 
the new pile need to be investigated further because of the influence of the existing 
pile. The lateral load displacement method (p-y curve) is used to analyze the load 
and displacement of the pile using three-dimensional finite element analysis. The 
new and existing piles used are piles with a diameter of 0.6 meters, a thickness of 
0.1 meters, a pile depth of 17 meters, and the distance between the new piles and 
the existing piles is 1 meter. The horizontal load applied is 150 kN on the pile head 
which is 1 meter above the ground surface. This research was carried out on clay 
with the Mohr Coulomb dan Modified Cam Clay constitutive model. The results of 
three-dimensional finite element analysis show that the soil lateral resistance of the 
new pile increases at the pile head to the depth of the soil around the surface due to 
the presence of the existing pile. 
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budy Purnomo Wasisso
"Pembebanan suatu struktur dibagi atas dua bagian besar yakni pembebanan statik dan pembebanan dinamik. Dalam kenyataannya, pembebanan dinamik sering menimbulkan permasalahan struktur yang lebih kompleks dan lebih banyak menimbulkan dampak negatifbagi kekuatan struktur daripada pembebanan statik, sehingga pengetahuan yang baik mengenai perilaku struktur akibat pembebanan dinamik sangat diperlukan dalam perencanaan struktur maupun pemecahan masalah perilaku dinamik dari struktur yang ada.
Perilaku dinamik suatu struktur dapat dijelaskan dengan menentukan parameter-parameter modus getamya yang terdiri dari frekuensi alami, redaman viskus dan bentuk modus getar {mode shape), dimana ketiganya dapat ditentukan secara analitis (teoritis) maupun secara percobaan (eksperimen). Pada skripsi ini akan dilakukan suatu percobaan untuk mendapatkan frekuensi alami dan respons struktur pada satu model pondasi riang baja sederhana.
Benda uji yang digunakan dalam percobaan berupa tiang baja yang tidak pejal dan berdimensi bujur sangkar dengan perletakan sendi serta beberapa pegas yang dipasang di kanan kirinya. Tiang baja, perletakan dan pegas-pegasnya ini diletakkan pada suatu kerangka baja yang diusahakan sedemikian rupa sehingga apabila diberikan gaya luar maka benda uji hanya dapat bergerak (bergetar) dalam arah dua dimensi.
Pada percobaan ini, benda uji tersebut diberi gaya impuls dengan palu dalam arah lateral sehingga menghasilkan suatu percepatan yang akan diukur dengan menggunakan accelerometer. Dari percepatan struktur yang telah dihasilkan, maka dapat dicari besarnya frekuensi alami dan respons perpindahan. Langkah berikutnya adalah menentukan frekuensi alami dan respons perpindahan secara numerik menggunakan program GT-STRUDL dengan data masukan adalah besarnya gaya palu pada percobaan dan sifat material benda uji baja beserta dimensinya.
Metode numerik yang digunakan adalah metode superposisi modal, yaitu untuk mendapatkan eigenvalues dan eigenvectors yang selanjutnya digunakan untuk mendapatkan respons perpindahannya. Sebagai langkah akhir adalah membandingkan hasil frekuensi alami maupun perpindahan yang dihasilkan dari percobaan dengan hasil yang diperoleh secara numerik.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S34855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Demy Yuni Cahyadi
"ABSTRAK
Pembangunan Jembatan Lengkung Rangka Baja pada titik STA. +34.100 pada ruas Jalan Tol Cibitung-Cilincing adalah salah satu poin kritis pada proyek yang dikerjakan oleh PT.Waskita Karya. Jembatan dibangun untuk melintasi Sungai Cileungsi dan berada di bawah Jalan Kota Wisata. Termasuk kategori jembatan bentang medium sehingga memerlukan analisa dan perencanaan konstruksi yang baik untuk menghindari potensi kegagalan konstruksi yang dapat mengakibatkan kerugian besar.
Dalam laporan akan di jelaskan tentang perencanaan metode konstruksi yang diperlukan untuk memastikan aspek keselamatan, kekuatan dan kestabilan struktur selama proses pemasangan (erection stage). Dari hasil perbandingan didapat metode yang optimal adalah menggunakan metode Skid Launching. Alat bantu geser mekanis Skid Shoe digunakan sebagai penggerak dan juga Launching nose. Penghematan waktu pekerjaan 3 bulan lebih cepat dan biaya pekerjaan sebesar Rp. 7 Milyar lebih murah menjadi keunggulan dari metode ini. Prilaku struktur yang khas yaitu cantilever, flexure dan shear dapat di identifikasi dan di antisipasi dengan baik. Metode ini baru pertama kali di lakukan di Indonesia dan diharapkan bisa menjadi referensi untuk para praktisi dan ahli konstruksi jembatan di Indonesia ke depannya.

ABSTRACT
The construction of Steel Arch Truss Bridge on STA. +34.100 is one of critical item in the project list constructed by PT. Waskita Karya. This bridge will cross the Cileungsi river and built under the existing road of Jl. Kota Wisata. As a medium span bridge, it requires good practice of construction engineering to avoid construction failure which can cause big loss.
This report will explain about the requirement analysis of construction method need to ensure safety, strength and stability aspect during various construction stages. From the comparation made in this report, the optimum method choosen was Skid with Launching nose. 3 month faster of construction time and cost reduction of Rp. 7 Billion was gained with this method. Some specific behaviour of this methode is captured and well anticipated. This method is the first being applied in Indonesia and this report can be one reference for Indonesian bridge engineer and practicioner.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Prameswari
"Struktur baja yang dipendam dalam tanah seperti perpipaan memiliki desain pada pemakaian hingga puluhan tahun sehingga memerlukan proteksi korosi seperti lapis galvanis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas lapis galvanis pipa baja ASTM A53 terhadap ketahanan korosi pipa baja ASTM A53 di dalam tanah. Efektifitas lapis galvanis didapatkan dengan membandingkan laju korosi baja tanpa pelapis (bare steel) dengan baja lapis galvanis yang ditanam dalam dua jenis tanah yang memiliki resistivitas berbeda yaitu daerah Bekasi dan Depok dengan metode kehilangan berat (weight loss) , polarisasi serta analisa derajat kerusakan (karat) lapisan tersebut.
Hasil penelitian untuk nilai laju korosi eksternal pipa baja galvanis di kedua daerah jauh lebih rendah yaitu 0,6074 mpy untuk tanah Bekasi dan 0,5235 mpy untuk tanah Depok. Dengan demikian baja lapis galvanis lebih efektif digunakan pada aplikasi bawah tanah daripada bare steel, yang memberikan nilai laju korosi 5,7887 mpy untuk tanah Bekasi dan 6,1773 mpy untuk tanah Depok. Kerusakan lapisan Zn yang didapatkan merupakan jenis general rust dengan tingkat kerusakan skala 3 (>10-16 % rusted) hingga skala 4 (> 3,0-10 % rusted).

Structural steel buried in soil such as pipeline has a lifetime design for several years and corrosion protection, such as galvanized coating. This experiment is purposed to evaluate the effectiveness of galvanized coating in ASTM A53 steel pipe by corrosion resistant of ASTM A53 steel pipe. The effectiveness of galvanized coating is occured by comparing external corrosion rate of bare steel pipe with galvanized steel pipe which buried in two types of soil with different resistivity in Bekasi and Depok by weight loss method, polarization and analizing the degree of rusting in the coating.
The results of this experiment show that external corrosion rate of galvanized steel in both areas is significantly lower e.g 0,6074 mpy for Bekasi soil and 0,5235 mpy for Depok soil. This indicates that galvanized steel is more effective to be used in underground application than bare steel which has 5,7887 mpy for Bekasi soil and 6,1773 mpy for Depok soil. Type of zinc coating degradation is general rust with the degree of rusting scale 3 (>10 -16 % rusted) to scale 4 (> 3,0-10 % rusted).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51083
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miranti
"Pondasi tiang digunakan untuk menopang struktur. Di desain dapat menahan beban vertikal dan beban lateral. Tiang yang menerima pembebanan lateral merupakan permasalahan dalam rekayasa pondasi yang melibatkan interaksi tanah dan struktur. Akibat dari tiang yang terkena beban lateral dapat menimbulkan defleksi atau pergeseran tiang. Perencanaan awal pondasi diharapkan mendapatkan hasil yang tidak kurang atau lebih kapasitasnya dengan hasil pengujian pondasi langsung di lapangan. Metode pengujian kapasitas pondasi yaitu uji pembebanan lateral statik untuk mendapatkan defleksi lateral tiang. Penelitian ini menganalisis balik perhitungan dengan metode finite difference non-linier menggunakan aplikasi LPile 2019. Bertujuan mendapatkan parameter kurva p-y yang merepresentasikan hasil yang mendekati hasil pengujian pembebanan lateral di lapangan. Data penelitian dari 3 lokasi proyek dengan kondisi geoteknik tanah lunak cukup tebal. Sebanyak 20 tiang pancang uji dengan diameter tipikal 600 mm dan 1 tiang 500 mm. Data SPT sebanyak 8 titik yang digunakan sebagai parameter pemodelan. Pemodelan dilakukan dengan menginput properti tiang, lapisan tanah tiap kedalaman, parameter awal, dan beban lateral untuk mendapatkan defleksi lateral tiang. Hasil yang didapatkan menunjukkan 11 tiang pancang dapat menggunakan model soft clay, 8 tiang dapat menggunakan 2 model soft clay dan stiff clay with free water. Parameter kurva p-y dari hasil pemodelan sesuai dengan korelasi SPT sebagai referensi pada literatur yang digunakan. Perbaikan tanah pada lokasi proyek mempengaruhi nilai cu mengalami peningkatan.

Pile foundations are used to support structures. It is designed to withstand vertical loads and lateral loads. Piles that receive lateral loading are a problem in foundation engineering that involves the interaction of soil and structure. As a result og piles that are exposed to lateral loads can cause deflection or displacement of the pile. Design foundation is expected to get results that are not less or more capacity with the results of direct foundation testing in the field. The method of testing the foundation capacity is the static lateral loading test to obtain the lateral deflection of the pile. This research analyzes the back calculation with the non-liniear finite difference method using LPile 2019. The aim is to obtain p-y curve parameters that represent results that are close to the result of lateral loading test. Research data from 3 project sites with moderately thick soft soil geotechnical conditions. A total of 20 test piles with a typical diameter of 600 mm and 1 pile of 500 mm. SPT data of 8 points were used as modeling parameters. Modeling was performed by inputting pile properties, soil layers, initial parameters, and lateral loads to obtain pile lateral deflection. The results obtain show that 11 piles can use the soft clay model, 8 piles can use 2 models of soft clay and stiff clay with free water. The p-y curve parameters from the modeling results are in accordance with the SPT correlation as a reference in the literature used. Soil improvement at the project site affects the cu to increase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boris A., Fischer
"Pondasi merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menahan beban- beban yang diterima oleh suatu bangunan, termasuk beban lateral. Beban lateral dapar berupa beban gempa, beban angin, dan lain-lain. Tiap pondasi kelompok tiang baik dari segi susunan formasi tiang dan jumlah tiang memiliki nilai kapasitas pembebanan lateral yang berbeda. Untuk mendapatkan nilai kapasitas pembebanan lateral dari suatu kelompok tiang diperlukan nilai faktor efisiensi dari kelompok tiang. Dengan membuat berbagai desain kelompok tiang baik dari segi susunan formasi tiang dan jumlah tiang diperoleh desain yang ekonomis.
Faktor efisiensi kelompok tiang sangat jarang dibahas dalam literatur-literatur geoteknik. Di dalam literatur-literatur geoteknik susunan formasi tiang dan jumlah tiang tidak dipermasalahkan terhadap nilai efisiensi kelompok tiang. Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi besar-kecilnya nilai efisiensi kelompok tiang. Hasil penelitian dengan menggunakan metoda Finite Difference. menunjukkan bahwa susunan formasi tiang dan jumlah tiang mempengaruhi besar-kecilnya nilai efisiensi kelompok tiang. Jika jarak tiang semakin kecil maka faktor efisiensi dari kelompok tiang semakin kecil. Sedangkan jika jarak tiang semakin besar maka faktor efisiensi dari kelompok tiang semakin besar.

The Foundation is part of Structure of Building which its function to resist lateral loads which accepted by building, include lateral loads. The lateral load can be earthquake, wind load, etc. Each group piles both in terms of composition piles formation and the number of piles foundation has different efficiency values. To get capacity of lateral load from a group pile is needed efficiency factor value. By making group of pile both in terms of composition piles formation and the number of piles so can obtain the economies of structure.
Efficiency factor of group piles is rarely discussed in literatures of geotechnic. In literatures of geotechnic the configuration formation pile and the number of piles is not disputed the value of efficiency of the group pile. This study aims to analyze the factors which are affecting to the expenses of factor efficiency value. The result by using Finite Difference Method shows that the layout and number of piles can be influence of the value efficiency of the group piles. If the number of the distance between pile become small so efficiency factor be smaller. If the number of the distance between pile become large so efficiency factor be higher.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wisnu Kuncoro
"Pipe Support merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada instalasi pipa dan pada bagian ini sering terjadi korosi, posisinya yang tertutup dan sulit seringkali tidak dapat di inspeksi visual maupun alat inspeksi biasa. Korosi merupakan masalah di dalam industri produksi karena dapat menurunkan efektivitas produksi dan menimbulkan kerusakan yang berakibat fatal. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk memperoleh keakuratan penggunaan dari alat PAUT dan SRUT terhadap korosi ,mendapatkan karakterisasi material, dan analisa CUPS. Kalibrasi PAUT 1 (Gain 25, Focus Depth 40) yang menggunakan Total Focusing method mengalami kendala saat inspeksi pada pipe support karena jarak pantulan untuk mendeteksi CUPS melebihi 3x ketebalan dari material dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm. Sedangkan dengan Kalibrasi PAUT 2 (Gain 30, Focus Depth 30) saat dilakukan inspeksi, akan tetapi karena CUPS merupakan korosi yang terjadi di eksternal pipa dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm sehingga menggukan Gain 70-80 dB pada saat inspeksi. Efek dari penggunaan gain yang tinggi saat inspeksi mengakibatkan hanya hasil inspeksi A-scan yang dapat di interpretasi kedalaman serta jarak korosi, sedangkan S-scan pulsa nya merah semua sehingga hasil inspeksi nya tidak dapat di interpretasi hasil S-scan. Hasil Inspeksi SRUT pada line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 jarak korosi dari probe 19.4 mm,panjang 128.1 mm, lebar 36.1 mdan pada line number 38P24-4-CB2B/PS 3 jarak korosi dari probe 51.7 mm, panjang 188.7 mm dan lebar 34.2 mm. Data komposisi material sesuai dengan spesifikasi A 106 Gr. B dan sample produk korosi yang dominan adalah chromite FeCr2O4 sebesar 74% serta komposisi produk korosi yang paling kecil adalah hematite Fe2O3 8%. Pengujian Optical microscopy menampilkan foto microstructure dari sample potongan pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B terdiri dari pearlite yang gelap tertanam di substrat yang putih. Data laju korosi hasilnya potensial korosi sebesar -674 mv, arus korosi sebesar 27.80 uA, dan laju korosi sebesar 12.7 mpy.

Pipe Support is an integral part of the pipe installation and in this section corrosion often occurs, its closed and difficult position often cannot be visually inspected or by ordinary inspection tools. Corrosion is a problem in the production industry because it can reduce the effectiveness of production and cause fatal damage. The ultimate goal of this research is to obtain the accuracy of the use of PAUT and SRUT tools against corrosion, obtain material characterization, and CUPS analysis. PAUT 1 calibration (Gain 25, Focus Depth 40) using the Total Focusing method encountered problems during inspection of the pipe support because the reflection distance to detect CUPS exceeds 3x the thickness of the material and the inspection distance from probe to CUPS is more than 15 cm. Meanwhile, with PAUT 2 Calibration (Gain 30, Focus Depth 30) during inspection, however, because CUPS is corrosion that occurs on the external pipe and the inspection distance from the probe to CUPS is more than 15 cm so we use a Gain of 70-80 dB during inspection. The effect of using high gain during inspection results in only the A-scan inspection results being able to interpret the depth and distance of corrosion, while the S-scan pulses are all red so that the inspection results cannot be interpreted from the S-scan results. SRUT inspection results on line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 corrosion distance from probe 19.4 mm, length 128.1 mm, width 36.1 m and line number 38P24-4-CB2B/PS 3 corrosion distance from probe 51.7 mm, length 188.7 mm and 34.2mm wide. Material composition data according to specification A 106 Gr. B and the dominant corrosion product sample is chromite FeCr2O4 by 74% and the composition of the smallest corrosion product is hematite Fe2O3 8%. Optical microscopy testing displays a photo of the microstructure of the sample pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B consists of dark pearlite embedded in a white substrate. Corrosion rate data results in a corrosion potential of -674 mv, a corrosion current of 27.80 uA, and a corrosion rate of 12.7 mpy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wisnu Kuncoro
"Pipe Support merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada instalasi pipa dan pada bagian ini sering terjadi korosi, posisinya yang tertutup dan sulit seringkali tidak dapat di inspeksi visual maupun alat inspeksi biasa. Korosi merupakan masalah di dalam industri produksi karena dapat menurunkan efektivitas produksi dan menimbulkan kerusakan yang berakibat fatal. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk memperoleh keakuratan penggunaan dari alat PAUT dan SRUT terhadap korosi ,mendapatkan karakterisasi material, dan analisa CUPS. Kalibrasi PAUT 1 (Gain 25, Focus Depth 40) yang menggunakan Total Focusing method mengalami kendala saat inspeksi pada pipe support karena jarak pantulan untuk mendeteksi CUPS melebihi 3x ketebalan dari material dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm. Sedangkan dengan Kalibrasi PAUT 2 (Gain 30, Focus Depth 30) saat dilakukan inspeksi, akan tetapi karena CUPS merupakan korosi yang terjadi di eksternal pipa dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm sehingga menggukan Gain 70-80 dB pada saat inspeksi. Efek dari penggunaan gain yang tinggi saat inspeksi mengakibatkan hanya hasil inspeksi A-scan yang dapat di interpretasi kedalaman serta jarak korosi, sedangkan S-scan pulsa nya merah semua sehingga hasil inspeksi nya tidak dapat di interpretasi hasil S-scan. Hasil Inspeksi SRUT pada line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 jarak korosi dari probe 19.4 mm,panjang 128.1 mm, lebar 36.1 mdan pada line number 38P24-4-CB2B/PS 3 jarak korosi dari probe 51.7 mm, panjang 188.7 mm dan lebar 34.2 mm. Data komposisi material sesuai dengan spesifikasi A 106 Gr. B dan sample produk korosi yang dominan adalah chromite FeCr2O4 sebesar 74% serta komposisi produk korosi yang paling kecil adalah hematite Fe2O3 8%. Pengujian Optical microscopy menampilkan foto microstructure dari sample potongan pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B terdiri dari pearlite yang gelap tertanam di substrat yang putih. Data laju korosi hasilnya potensial korosi sebesar -674 mv, arus korosi sebesar 27.80 uA, dan laju korosi sebesar 12.7 mpy.

Pipe Support is an integral part of the pipe installation and in this section corrosion often occurs, its closed and difficult position often cannot be visually inspected or by ordinary inspection tools. Corrosion is a problem in the production industry because it can reduce the effectiveness of production and cause fatal damage. The ultimate goal of this research is to obtain the accuracy of the use of PAUT and SRUT tools against corrosion, obtain material characterization, and CUPS analysis. PAUT 1 calibration (Gain 25, Focus Depth 40) using the Total Focusing method encountered problems during inspection of the pipe support because the reflection distance to detect CUPS exceeds 3x the thickness of the material and the inspection distance from probe to CUPS is more than 15 cm. Meanwhile, with PAUT 2 Calibration (Gain 30, Focus Depth 30) during inspection, however, because CUPS is corrosion that occurs on the external pipe and the inspection distance from the probe to CUPS is more than 15 cm so we use a Gain of 70-80 dB during inspection. The effect of using high gain during inspection results in only the A-scan inspection results being able to interpret the depth and distance of corrosion, while the S-scan pulses are all red so that the inspection results cannot be interpreted from the S-scan results. SRUT inspection results on line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 corrosion distance from probe 19.4 mm, length 128.1 mm, width 36.1 m and line number 38P24-4-CB2B/PS 3 corrosion distance from probe 51.7 mm, length 188.7 mm and 34.2mm wide. Material composition data according to specification A 106 Gr. B and the dominant corrosion product sample is chromite FeCr2O4 by 74% and the composition of the smallest corrosion product is hematite Fe2O3 8%. Optical microscopy testing displays a photo of the microstructure of the sample pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B consists of dark pearlite embedded in a white substrate. Corrosion rate data results in a corrosion potential of -674 mv, a corrosion current of 27.80 uA, and a corrosion rate of 12.7 mpy. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basit Al Hanif
"Tesis ini membahas perilaku respon tiang fondasi terhadap ketinggian pier akibat beban pushover analisis. Penelitian ini menggunakan analisis nonlinear finite elemnet dengan menggunakan program Midas Civil guna menganalisis struktur jembatan dan program FB-Multipier guna analisis respon tiang fondasi. Dalam penelitian ini dilakukan peninggian kolom pier dengan kekakuan (EI) tetap, dan peninggian kolom pier dengan memvariasikan nilai EI. Dengan variabel-variabel yang telah ditentukan, dilakukan analisis pushover pada struktur jembatan, dan dianalisis perilaku grup fondasi tiang bor akibat beban pushover. Dengan memepertahankan niali EI pada tiap ketinggian, mendapatkan gaya geser dasar tiang pier mengecil pada setiap bertambahnya ketinggian. Sedangkan dengan melakukan variasi nilai kekakuan EI, mendapatkan gaya geser dasar yang relatif sama besarnya pada tiap-tiap ketinggian. Nilai kekakuan EI yang tetap, tidak memengaruhi nilai kedalaman jepit tiang. Sedangkan nilai variasi kekakuan EI, memengaruhi dari nilai kedalaman jepit tiang fodasi. Momen yang terjadi pada tiang group akibat kekakuan EI yang tetap, pada ketinggian pier diatas 40 meter mendapatkan momen yang lebih kecil, sedangkan pier untuk memiliki dibawah ketinggian dibawah 40 meter mendapatkan momen yang lebih besar. Pada nilai EI yang bervariasi, momen yang terjadi mengalami pembesaran sesuai dengan nilai EI dan ketinggian jembatan. Varisai nilai EI menyebabkan gaya tarik pada fondasi tiang yang diterima semakin besar, pada setiap penambahan dari ketinggian pier jembatan.

This thesis discusses the behavior of pile foundation response to the pier height due to the pushover load analysis. The Midas Civil Program is used to analyze the bridge structure and the FB-Multipier program is used to analyze the response of pile foundation. In this study, the pier column was raised with fixed stiffness (EI), and by varying the EI value. By using the predetermined variables, a pushover analysis is carried out on the bridge structure, and the behavior of the bored pile group foundation is analyzed due to the pushover load. By maintaining the EI value at each height, the resulting pier pile base shear force decreases with each increase in height. Meanwhile, by varying the EI stiffness value, the base shear force is relatively equal at each height. The fixed value of the EI stiffness, does not affect the value of the depth of fixity. Meanwhile, a varied value of EI stiffness affects the depth of fixity of the pile foundation. The moment that occurs on the pile group due to the fixed EI stiffness will be smaller at pier height above 40 meters and higher at the pier height below 40 meters. At a varied EI values, the moment that occurs is increase according to the increase of EI value and the height of the pier. The variance of EI value causes the tensile force received by the pile foundation to be greater, with each addition of the bridge pier height."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>